Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/277060922

PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium


(HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN
MENGADSORPSI FENOL

Article · January 2008

CITATIONS READS

0 260

2 authors:

Sriatun Sriatun Adi Darmawan


Universitas Diponegoro Universitas Diponegoro
16 PUBLICATIONS   10 CITATIONS    26 PUBLICATIONS   59 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Synthesis and Characterization of Zeolite/Magnetite Composite From Iron Sand of Marina Beach View project

All content following this page was uploaded by Adi Darmawan on 14 July 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA)
PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI
TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL

Sriatun , Dimas Buntarto dan Adi Darmawan

Laboratorium Kimia Anorganik


Jurusan Kimia FMIPA UNDIP Semarang

ABSTRAK
Telah dilakukan modifikasi dengan menambahkan surfaktan hexadecyltrimethylammonium
(HDTMA) terhadap zeolit alam terdealuminasi. Dealuminasi zeolit alam dilakukan dengan
cara direndam dengan menggunakan HCl 6 M, dan dilanjutkan dengan NH4NO3 2 M
masing-masing selama 4 jam yang kemudian dikalsinasi pada suhu 300 oC. Zeolit alam
hasil dealuminasi selanjutnya ditambah dengan surfaktan HDTMA pada konsentrasi 0,125;
0,25; 0,5 dan 1,0 M dan dishaker selama 8 jam dengan kecepatan 150 rpm pada temperatur
kamar. Karakterisasi terhadap zeolit terdealuminasi dan modifikasi HDTMA dilakukan
dengan spektroskopi FTIR. Uji kemampuan adsorpsi zeolit termodifikasi HDTMA
dilakukan terhadap fenol. Untuk mengetahui jumlah fenol yang teradsorp, maka
konsentrasi fenol sebelum dan sesudah adsorpsi ditentukan dengan spektroskopi UV-Vis.
Spektra FTIR menunjukkan bahwa zeolit alam setelah diberi perlakukan dengan
HCl 6 M dan NH4NO3 2 M mengalami dealuminasi. Adanya dealuminasi ditunjukkan oleh
pergeseran pita dari 1045,3 cm-1 ke 1076,2 cm-1. Sedangkan adanya HDTMA pada zeolit
terdealuminasi ditunjukkan oleh serapan pada daerah 2923,9 cm-1 dan 2854,5 cm-1. Dari
hasil analisis spektroskopi UV-Vis, diketahui konsentrasi fenol yang teradsorp maksimum
pada ZAD3 (konsentrasi HDTMA 0,5 M) yaitu sebesar 239,724 mg/L.

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

I. PENDAHULUAN

Mineral zeolit merupakan mineral alam mempunyai kadar Si/Al rendah,


alam yang banyak dijumpai di Indonesia. cenderung bersifat polar, menurut
Salah satu deposit mineral zeolit adalah Hamdan (1992) tingginya kandungan
Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Zeolit aluminium dalam kerangka zeolit alam
merupakan aluminasilikat yang menyebabkan tingginya konsentrasi dari
mempunyai struktur kerangka tiga muatan kation penyeimbang kerangka
dimensi, dengan rongga-rongga di dalam zeolit sehingga strukturnya sangat
yang terisi oleh ion-ion alkali dan alkali hidrofilik, tentunya ini kurang sesuai jika
tanah serta molekul air (H2O) yang dapat zeolit digunakan untuk mengadsorp
bergerak bebas (Breck, 1974). Zeolit senyawa-senyawa organik yang bersifat
hidrofobik seperti fenol. Untuk itu perlu
mengurangi kandungan aluminium II. METODE PENELITIAN
dengan cara dealuminasi. Salah satu Penelitian ini meliputi beberapa tahap
metode dealuminasi adalah dengan yaitu:
menambahkan asam yaitu HCl dan garam Tahap I : Penyiapan sampel
amonium yaitu ammonium nitrat Zeolit alam dari daerah Klaten
NH4NO3. dihancurkan lalu diayak pada ukuran 100
Di samping itu modifikasi zeolit mesh. Zeolit kemudian dicuci dengan
dapat dilakukan dengan mengubah aquades dan direndam dalam larutan HF
karakter bagian permukaannya yaitu 1% selama 10 menit. Selanjutnya zeolit
dengan menggunakan surfaktan kationik dicuci dengan aquades hingga pH filtrat
heksadesiltrimetilamonium (HDTMA). sama dengan pH aquades. Zeolit
Menurut Bowman, et.al (1995), zeolit kemudian dipanaskan dalam oven pada
termodifikasi surfaktan HDTMA suhu 120 oC selama 4 jam.
merupakan adsorben efektif untuk zat
organik non polar, anion-anion, dan Tahap II : Dealuminasi zeolit alam
selektif untuk kation logam. Imron (2003) Dealuminasi zeolit dilakukan
menggunakan surfaktan lauril benzil dengan cara direndam dengan HCl 6 M,
dimetil amonium klorida sebagai molekul dan dilanjutkan dengan NH4NO3 2 M
pengarah pada zeolit alam Wonosari masing-masing selama 4 jam, kemudian
untuk adsorpsi fenol. dikalsinasi pada suhu 300 oC
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penambahan Tahap III. Modifikasi Zeolit Dengan
surfaktan HDTMA+ pada zeolit Surfaktan Heksadesiltrimetil-
terdealuminasi menggunakan HCl dan amonium (HDTMA+)
garam NH4NO3. Selanjutnya ditentukan Modifikasi dengan surfaktan
pengaruhnya pada kemampuan HDTMA pada zeolit hasil dealuminasi
adsorpsinya untuk senyawa organik yaitu mengacu pada metode Zhaohui Li et.al
fenol. (2000) dan Bowman, R (1995). Zeolit
terdealuminasi ditambah larutan
HDTMA pada variasi konsentrasi 0,125
M (ZAD1), 0,25 M (ZAD2), 0,5 M
(ZAD3) dan 1,0 M (ZAD4). Masing- Mengingat materi yang diadsorp
masing campuran dishaker selama 8 jam adalah senyawa aromatik yang
pada suhu kamar dengan kecepatan 150 mempunyai sifat kepolaran rendah, maka
rpm. Selanjutnya dicuci dengan akuades, perlu dilakukan pengurangan polaritas
dihasilkan zeolit termodifikasi HDTMA. terhadap zeolit alam dengan cara
Kemudian dikeringkan dan mengurangi kandungan aluminanya.
dikarakterisasi dengan FTIR untuk Dalam penelitian ini, pengurangan
menentukan secara kualitatif adsorpsi kandungan alumina dalam kerangka
HDTMA. zeolit dilakukan melalui dealuminasi
dengan menggunakan HCl 6 M dan
Tahap IV. Uji Kemampuan Adsorpsi garam NH4NO3 2 M.
Sebanyak 0,5 g zeolit hasil Pada sampel ini zeolit alam
modifikasi diatas dicampurkan dengan mengalami dua kali proses yaitu dengan
20 mL fenol 1000 mg/L. Campuran HCl 6 M dilanjutkan dengan NH4NO3 2
selanjutnya digojog dalam shaker dengan M, sehingga diharapkan alumina yang
kecepatan 150 rpm selama 24 jam. keluar dari kerangka zeolit lebih banyak.
Campuran selanjutnya disaring. Fenol Interaksi tersebut mengakibatkan
yang tersisa dalam filtrat selanjutnya keluarnya spesies alumina dari zeolit. Ion
diukur konsentrasinya dengan H+ yang berasal dari asam mempengaruhi
spektrofotometer UV. elektron bebas pada atom O untuk
membentuk ikatan koordinasi. Dengan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN demikian pada Al-O akan kekurangan
3.1 Karakterisasi zeolit elektron sehingga akan bersifat lebih
Zeolit yang digunakan sebagai polar dan tidak sekuat sebelumnya,
sampel dalam penelitian ini mempunyai sehingga Al akan putus dari ikatannya.
rasio Si/Al relatif rendah. Berdasarkan
hasil pengukuran dengan spektroskopi 3.1.1 Interpretasi spektra FTIR
serapan atom diketahui bahwa zeolit alam terhadap zeolit alam hasil
ini mempunyai rasio Si/Al = 2,852. dealuminasi
Tingginya kadar alumina berarti zeolit Menurut Hamdan (1992) semua
ini mempunyai kepolaran relatif tinggi pita yang disebabkan oleh vibrasi internal
atau bersifat hidrofilik. dalam kerangka adalah sensitif terhadap
struktur dan komposisi kerangka. Dengan gelombang pada daerah rentangan asimetris
berkurangnya kandungan Al pada O-Si-O dan O-Al-O. Pergeseran tersebut

kerangka zeolit, maka intensitas pita pada terjadi dari1045,3 cm-1 ke 1076,2 cm-1.

daerah 300 – 1300 cm-1 akan berkurang Untuk daerah vibrasi tekuk Si-O

dan bergeser ke frekuensi yang lebih dan Al-O yaitu 441,7 cm-1 terjadi

tinggi. Vibrasi kerangka juga sensitif pergeseran menjadi 443,6 cm-1 . Hampir

terhadap jenis dan muatan kation semua pita pada zeolit hasil dealuminasi

penyeimbang muatan. yang telah disebutkan di atas mengalami


Perubahan struktur pada zeolit pengurangan intensitas bila dibandingkan
setelah perlakuan dealuminasi dapat diamati dengan pita zeolit sebelum proses
dari spektra inframerahnya. Dalam penelitian dealuminasi. Jadi dengan berkurangnya
ini perubahan spektra inframerah dari zeolit spesies alumina dari kerangkan zeolit
hasil dealuminasi dapat dilihat pada gambar menyebabkan pergeseran frekuensi dan
3.1.
pengurangan intensitas pita spektra
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
inframerah, hal ini sesuai dengan teori
terdapat pergeseran frekuensi atau bilangan
yang dikemukakan oleh Hamdan.

Sebelum
dddde
alumi
naside
alumi
nasi

Setelah dealuminasi

Gambar 3.1 Spektra inframerah zeolit alam sebelum dan sesudah dealuminasi

3.1.2 Interpretasi difraktogram XRD zeolit mempunyai kristalinitas yang


zeolit alam hasil dealuminasi berbeda yang ditandai dengan munculnya
Kerangka struktur zeolit puncak-puncak khas pada sudut tertentu.
-
dibentuk oleh tetrahedral alumina (AlO4) Dengan adanya dealuminasi, maka
dan silikat (SiO4)4-. Masing-masing klas sebagian kerangka zeolit akan mengalami
perubahan. Hal ini akan berakibat pada dealuminasi. Selain itu perubahan yang
perubahan kristalinitasnya. dapat diamati adalah pengurangan
Perubahan data difraktogram intensitas.Puncak-puncak yang muncul
XRD zeolit alam sebelum dan sesudah pada 2  < 250, hampir semua intensitas
dealuminasi dapat diketahui dengan puncak mengalami penurunan, sedangkan
membandingkan difraktogramnya, puncak dengan sudut 2 > 250
gambar selengkapnya dapat dilihat pada intensitasnya sedikit bertambah. Jadi jelas
gambar 3.2. Pada zeolit hasil dealuminasi bahwa adanya peristiwa dealuminasi
puncak-puncak dengan sudut 2  < 10 mengakibatkan meningkatnya rasio Si/Al.
sebagian tidak muncul. Puncak pada 2  Keadaan ini turut mempengaruhi
= 18,9400o juga tidak muncul pada kristalinitasnya, terbukti dari
sampel setelah dealuminasi. difraktogram XRDnya hampir semua
Beberapa puncak pada sudut puncak mengalami penurunan intensitas
antara 25-30o juga tidak muncul. dan bahkan sebagian puncak tidak
Perubahan ini cukup signifikan karena muncul.
banyak puncak-puncak yang hilang dan
jumlah puncak yang muncul relatif lebih
sedikit dibanding zeolit sebelum

Gambar 3.2 Difraktogram XRD zeolit alam sebelum dan sesudah dealuminasi
Gambar 3.3 Perbandingan spektra FTIR zeolit terdealuminasi setelah penambahan
HDTMA

3.1.3. Interpretasi spektra FTIR Pada kisaran konsentrasi tinggi, pita


terhadap zeolit terdealuminasi absorbsi rentangan CH2 antisimetris
setelah penambahan HDTMA relatif konstan dan berada pada all-trans
Untuk zeolit terdealuminasi setelah conformation. Namun, pada kisaran
ditambah HDTMA disajikan pada konsentrasi rendah, frekuensi bergeser
gambar 3.3. Adanya HDTMA secara signifikan pada bilangan
ditunjukkan oleh pita yang muncul pada gelombang yang lebih tinggi, yang
2923,9 cm-1 dan 2854,5 cm-1. Pita-pita mengindikasikan bahwa sejumlah besar
tersebut sesuai dengan mode rentangan rantai amina berada pada konformer
simetris dan antisimetris CH2 dari amina gauche. Rentangan simetris CH2 pada
(Hongping dkk, 2004). spektra FTIR juga mengalami sedikit
Frekuensi pita absorbsi rentangan pergeseran. Rentangan simetris CH2
CH2 dari rantai amina sangat sensitif sedikit sensitif terhadap konformasi rantai
terhadap perubahan konformasi dari daripada rentangan asimetris (Hongping,
rantai dan hanya ketika rantai pada high 2004).
ordered (all-trans conformation), pita
absorbsi yang sempit berada pada sekitar 3.2 Uji Adsorpsi
2916 cm-1 (νas (CH2)) dan 2848 cm-1 Uji adsorpsi terhadap fenol dengan
(νs(CH2)) pada spektrum inframerah. menggunakan zeolit dimodifikasi
HDTMA diberikan pada Tabel 3.1. Dari kontribusi terhadap pembentukan ikatan
tabel tersebut terlihat bahwa konsentrasi hidrogen dengan fenol.
fenol yang diadsorp maksimum pada
ZAD3 yaitu sebesar 239,724 mg/L Tabel 3.1. Hasil uji adsorpsi terhadap
Secara umum konsentrasi fenol fenol
yang teradsorp pada zeolit dealuminasi, Konsentrasi fenol terabsorp (mg/L)
meningkat seiring dengan meningkatnya ZA 22,955
konsentrasi HDTMA tetapi setelah ZAD 85,327
mencapai maksimal pada ZAD3 ZAD1 189,110
mengalami penurunan pada ZAD4. ZAD2 207,515
Dalam hal ini adsorpsi dipengaruhi oleh ZAD3 239,724
sifat adsorben seperti ukuran pori atau ZAD4 204,599
sifat permukaan maupun sifat dari
adsorbat itu sendiri. Menurut Bowman IV. KESIMPULAN
dkk (2000), perlakuan zeolit alam dapat Berdasarkan penelitian yang telah
menyebabkan perubahan sifat-sifat dilakukan dapat diambil kesimpulan:
permukaan dan akhirnya mempengaruhi 1. Dealuminasi zeolit ditunjukkan oleh
sifat adsorpsinya. Pada penelitian ini sifat spektra FTIR pada pergeseran
zeolit alam berubah menjadi bermuatan dari1045,3 cm
-1
ke 1076,2 cm-1,
positif dan hidrofobik, sehingga sedangkan adanya HDTMA
cenderung bersifat sebagai penukar anion ditunjukkan pada 2923,9 cm-1 dan
dan mengadsorp senyawa nonpolar. 2854,5 cm-1.
Pada ZAD (terdealuminasi), fenol 2. Absorpsi fenol lebih pada zeolit
yang teradsorp lebih banyak daripada ZA. setelah dealuminasi. Penambahan
+
Hal ini dikarenakan NH4 yang terdapat HDTMA semakin meningkatkan
pada permukaan zeolit berinteraksi kemampuan adsorpsinya terhadap
dengan fenol melalui mekanisme ikatan fenol. Konsentrasi fenol teradsorp
hidrogen antara H yang terdapat pada maksimum adalah 239,724 mg/L
+
gugus NH4 dengan O yang terdapat pada (ZAD3).
gugus fenolat. Disamping hal tersebut,
adanya gugus OH yang terdapat pada
zeolit dealuminasi juga dapat memberi

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai