Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

TB Paru adalah penyakit infeksi kronis yang sering terjadi atau ditemukan pada tempat
tinggal dengan lingkungan yang padat penduduk atau daerah urban, yang kemungkinan besar
telah mempermudah proses penularan dan berperan terhadap peningkatan jumlah kasus TB Paru
(Amin & Bahar, 2010).

Penyakit TB Paru telah menjadi masalah kesehatan yang paling utama di dunia. Secara
global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TB Paru (CI 8,8 juta – 12 juta) yang
dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India,
Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan (Global Tuberculosis Report, 2017). Jumlah kasus TB
di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Kasus insiden TB
Paru di Provinsi Riau berjumlah 3955 kasus dengan penderita laki-laki sebanyak 2525 (63,84%)
dan penderita perempuan sebanyak 1430 (36,16%) (Profil Kesehatan Provinsi Riau, 2017).

Berdasarkan riset kesehatan dasar ( Riskesdas ). 2010 ditemukan bahwa prapelensi TB


nasional dengan pemeriksaan BTA Microsopis pagi-suwaktu dengan dua slide BTA positif
adalah 289/100.000 Penduduk, sedangkan repelensi TB nasional dengan Satu slide BTA positif
adalah 415/100.000 Penduduk ( Balidbangkes Depkes RI 2010).

Penemuan pasien langkah pertama dalam kegiatan program penanggulanggan TB.


Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan dapat menurunkan
kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB dimasyarakat dan sekaligus merupakan
kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat.

Angka penemuan kasus (Case Detection Rate=CDR), diindonesia telah mencapai 73%
dari target yang ditetapkan yaitu target minimal sebesar 70%. Meskipun pelaksanan program
pengendalian TB ditingkat nasional menunjukan perkembangan berarti dalam keberhasilan
penemuan kasus dan pengobatan, namun kinerja ditingkat provinsi menggambarkan kesenjangan
antar daerah. 25 provinsi diindonesia belum mencapai CDR 70% dan hanya 7 provinsi yang
mampu memenuhi target CDR 70% dan 85% keberhasilan pengobatan ( Kemenkes RI 2011).
Ada Banyak Faktor-Faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyakit TB paru
seperti :

- Umur
- Prilaku ( Kebiasaan merokok)
- Lingkungan ( pentilasi rumah yang kurang baik)
- Keluarga ( riwayat kontak serumah)

Di Kabupaten Indragiri Hulu jumlah penduduk sebanyak 433.934 dengan kasus TB Paru
sebanyak 390 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu, 2017). Berdasarkan survey
awal yang dilakukan oleh peneliti, Puskesmas Seberida merupakan salah satu angka penderita
TB Paru paling tinggi di kabupaten Indragiri Hulu. Diketahui jumlah kasus TB Paru tahun 2017
sebanyak 48 kasus.

Berdasarkan data tersebut, peneliti ingin melihat gambaran terkait faktor-faktor apasaja
yang berhubungan dengan terjadinya TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Seberida. Dengan
harapan, peneliti dapat memberikan pengetahuan dan manfaat pada berbagai pihak termasuk
pihak pemberi layanan kesehatan dan penderitanya. Maka dari itu, peneliti ingin melakukan
penelitian analitik observasional yang berjudul Faktor-Faktor yang berhubungan dengan
terjadinya TB Paru di wilayah kerja puskesmas seberida kec.batang gansal.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya TB Paru di wilayah kerja puskesmas
seberida kec.batang gansal.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang Faktor umur,


prilaku merokok, pentilasi rumah yang kurang baik, serta riwayat kontak serumah dengan
penderita. Merupakan factor yang berhubungan dengan terjadinya TB paru diwilayah puskesmas
seberida kecamatan batang gansal, kab. Indragiri hulu tahun 2018.
1.3.2 Tujuan Khusus

1. mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang prerilaku merokok dapat menyebabkan

Terjadinya penyakit TB Paru, di wilayah kerja puskesmas Seberida, kec batang gansal, kab.
Indragiri hulu. Tahun 2018.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan Keluarga tentang Kontak serumah upaya penanggulangan


TBC di wilayah kerja puskesmas seberida, kec. Batang gansal, kab. Indragiri hulu.

1.4. Manfaat penelitian

1. Bagi penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penelitiantentang


hubungan tigkat pengetahuan masyarakat tentang kebersihan lingkungan dengan upaya
pencegahan TBC, di lingkungan kerja puskesmas batang gansal kec. Batang gansal, kab.
Indragirihulu.

2. Bagi institute pendidik

Sebagai informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya masalah pencega-

Han TBC.

3. Bagi peneliti seterusnya


Sebagai dasar atu kajian awal bagi peneliti lain yang ingin meneliti permasalahan yang sama
sehingga mereka memiliki landasan dan alur yang jelas.

BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pengetahuan


2.1.1. Definisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraanterhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca
indra manusia yaitu : indra penglihatan, pendengaran,penciuman,rasa dan raba.sebagian
besar pengetahuanatau kognitif merupakan merupakan domain yang sngat penting dalam
pembentukan tindakan seseorang ( Notoadmojo,2003.)
2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2003), Tingkat pengetahuan terdiri dari 6 tingkat yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk kedalam pengetahuan, tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
Spesifik dari seluru bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima.
2. Memenuhi ( Comprehension)
Memenuhi artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat mengidenterprestasikan materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di
pelajari pada situasi atau atau kondisi sebenarnya.
4. Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi yang onjek
kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam satustruktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu dgn yang lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada satu kemampuan untuk meletakanatau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penelitian terhadap suatu materi.

Anda mungkin juga menyukai