Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

ZAKAT DAN PERANANNYA DALAM STRUKTUR EKONOMI ISLAM

Dosen Pengampu : Hidayat Aji Pambudi, S.Ag., M.A.

Disusun oleh :

Kelompok 6 ( 1.R.C)

1. Ema Fatonah 175502884


2. Desti Ambarwati 175503019
3. Krisna Adji Pratama 175503050
4. Aslamiyatul Mukarromah 175503115
5. Aldi Maulana Assegaf 175503191
6. Mafi Asih 175503231
7. Akhmad Ilyas Rakhmansyah 175503229

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PUTRA BANGSA KEBUMEN


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT bahwa penulis dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah pendidikan agama islam dengan tema “zakat dan peranannya dalam struktur
ekonomi islam”.

1
Dalam penyusunan tugas atau materi ini,tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadar bahwa kelancaran dalam proses penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orangtua sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi bisa teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen dibidang
mata kuliah pendidikan agama, Bapak Hidayat Aji Pambudi, S.Ag., M.A. yang telah
memberikan tugas dan petunjuk sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan tugas ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan tercapai, Aamiin.

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
BAB 2 PERMASALAHAN.............................................................................................2
BAB 3 PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Pengertian Zakat...............................................................................................3

2
B. Tujuan Zakat.....................................................................................................3
C. FungsiZakat.......................................................................................................3
D. JenisdanNisab Zakat.........................................................................................4
E. Zakat Fitrah.......................................................................................................6
F. Hikmah Zakat....................................................................................................7
G. Kedudukan Zakat..............................................................................................8
H. Prinsip Zakat.....................................................................................................9
I. Penerima Zakat...............................................................................................10
J. SistemPendistribusian Zakat...........................................................................11
K. Pendayagunaan Zakat......................................................................................11
BAB 4 KESIMPULAN..................................................................................................13
BAB 5 PENUTUP..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

3
BAB 1

PENDAHULUAN

Setiap umat muslim berkewajiban untuk memberikan sedekah dari rezeki yang
dikaruniakan Allah SWT. Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur
pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap
muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah
(seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an
dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia.
Seluruh ulama Salaf dan Khalaf menetapkan bahwa mengingkari hukum zakat yakni
mengingkari wajibnya menyebabkan di hukum kufur. Karena itu kita harus mengetahui definisi
dari zakat, harta-harta yang harus dizakatkan, nisab- nisab zakat, tata cara pelaksanan zakat dan
berbagai macam zakat.

1
BAB 2

PERMASALAHAN

1. Apa definisi/pengertian zakat?


2. Apa tujuan zakat?
3. Apa fungsi zakat?
4. Apa saja jenis dan nisab zakat?
5. Zakat Fitrah
6. Apa saja hikmah zakat?
7. Bagaimana kedudukan zakat dalam islam?
8. Apa prinsip zakat?
9. Siapa saja penerima zakat?
10. Bagaimana sistem pendistribusian zakat?
11. Bagaimana pendayagunaan zakat?

1.

2
BAB 3

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ZAKAT

Ditinjau dari segi bahasa, zakat berasal dari kata dasar (masdar) dari zaka yang berarti
berkah, tumbuh, bersih dan baik. Menurut istilah zakat adalah pemberian harta dengan kadar
tertentu kepada yang berhak sebagai ibadah wajib kepada Allah SWT.

Zakat adalah memberikan harta apabila telah mencapai nisab dan haul kepada orang yang
berhak menerimanya dengan syarat tertentu. Nisab adalah ukuran tertentu dari harta yang
dimiliki yang wajib dikeluarkan zakatnya. Sedangkan haul adalah berjalan genap satu tahun.
Jenis barang yang wajib dizakati adalah hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perdagangan,
serta kekayaan lain yang termasuk ketegori zakat mal.

Syarat-syarat wajib zakat ialah :

1. Islam

2. Baligh

3. Berakal sehat

4. Merdeka

5. Milik sendiri

6. Mencukupinisabatau haul

B. TUJUAN ZAKAT
1. Mangangkat derajat fakir miskin dan membantu keluar dari kesulitan
2. Membantu pemecahan masalah
3. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat islam
4. Menghilangkan sifat kikir pemilik harta
5. Membersihkan sifat iri dan dengki dari hati orang-orang miskin
6. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan miskin
7. Mengembangkan rasa tanggungjawab sosial pada diri seseorang
8. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang
lain yang ada pada dirinya

C. FUNGSI ZAKAT

1. Zakat sebagai kewajiban yang dikenakan terhadap harta benda

3
2. Zakat sebagai kewajiban sosial yang bersifat ibadah
3. Zakat sebagai pensucian terhadap hati nurani dan menunaikan kewajiban yang telah
ditetapkan
4. Zakat sebagai pensuci hati dan jiwa dari kecenderungan egoisme dan kecintaan terhadap
harta benda duniawai
5. Zakat sebagai kewajiban individu yang harus ditunaikan kepada masyarakat, yang
kadang membebankan kewajiban kepada sebagian anggota masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya
D. JENIS DAN NISAB ZAKAT
1. Harta kekayaan (zakat an-nuqud)

Perhiasan selain emas dan perak, seperti mutiara, yaqut dan zamrud tidak dikenai zakat.
Nisab awal emas adalah 85 gram, nisab perak adalah 595 gram. Oleh sebab itu, jika
jumlahnya sudah mencapai batas tersebut dan telah melewati hawl, maka zakatnya adalah
1/40 atau 2,5%.

2. Barang-barang dagangan (zakat at-tijarah), ialah mengenai segala macam barang-barang


perdagangan

Nisab zakat harta barang dagang ialah seharga nisab emas (85 gram). Besarnya zakat yang
harus dikeluarkan dari harta perdagangan adalah 2,5% atau 1/40 dari seluruh harta
perniagaan itu.

3. Binatang ternak (zakat al-an’am)

Empat Imam mazhab sepakat tentang wajibnya zakat binatang, yaitu unta, sapi, domba
(kambing) dengan syarat telah mencapai nisab, tetap kepemilikannya, mencapai hawl, dan
pemiiknya adalah orang merdeka dan Muslim. Mereka juga sepakat tentang syarat
penggembalaan, kecuali Maliki yang berpendapat: Wajib zakat atas unta dan sapi yang
dipekerjakan dan domba yang dicarikan rumput, seperti wajib zakat atas hewan ternak yang
digembalakan di padang rumput.

Nisab Unta

Empat imam mazhab sepakat bahwa nisab awal unta dimulai setelah berjumlah 5 ekor.
Zakatnya adalah seekor domba. Perinciannya sebagai berikut :

 5 ekor unta zakatnya seekor domba, 10 ekor unta zakatnya 2 ekor domba, 15 ekor unta
zakatnya 3 ekor domba, dan 20 ekor unta zakatnya 4 ekor domba
 25 ekor unta zakatnya seekor bintu makhad (anak unta betina berumur setahun dan
memasuki kedua)
 36 ekor unta zakatnya seekor bintu labun (anak unta betina berumur 2 tahun dan
memasuki tahun ketiga)

4
 46 ekor unta zakatnya seekor hiqqah (anak unta betina berumur 3 tahun dan memasujki
tahun keempat)
 61 ekor unta zakatnya seekor jadz’ah (anak unta berumur 4 tahun dan memasuki tahun
kelima)]
 76 ekor unta zakatnya 2 ekor bintu labun
 91 ekor unta zakatnya 2 ekor hiqqah
 121 ekor unta zakatnya 3 ekor bintu labun

Unta yang jumlahnya lebih dari 121 ekor, setiap 40 ekor unta zakatnya satu ekor
bintulabun, kemudian dihitung setiap 50 ekor unta zakatnya 1 ekor hiqqah.

Nisab Sapi

Jumlah sapi yang kurang dari 30 ekor tidak wajib dizakati. Nisab awal sapi adalah 30 ekor
dan zakatnya seekor tabi’ (anak sapi berumur satu tahun dan memasuki tahun kedua). Jika
jumlahnya mencapai 40 ekor maka zakatnya seekor musinnah (anak sapi berumur dua
tahun dan memasuki tahun ketiga).

Syafi’i dan Hambali : zakat (atas jumlah tersebut) harus seekor musinnah hingga jumlah
59 ekor. Jika jumlahnya mencapai 60 ekor maka zakatnya adalah 2 ekor tabi’. Jika
mencapai 70 ekor maka maka zakatnya adalah seekor tabi’ dan seekor musinnah.
Demikian seterusnya sampai, yaitu setiap penambahan 30 ekor maka zakatnya seekor
tabi’ dan setiap penambahan 40 ekor maka zakatnya seekor musinnah. Antara kerbau dan
sapi penghitungan zakatnya adalah sama.

Nisab Domba

Nisab awal domba adalah 40 ekor dan zakatnya seekor. Penambahan dari jumlah tersebut
hingga jumlah 120 ekor tidak ada penambahan zakat. Jika jumlahnya mencapai 121 ekor
maka zakatnya 2 ekor. Jika jumlahnya 201 ekor maka zakatnya 3 ekor. Jika jumlahnya 400
ekor maka zakatnya 4 ekor. Selanjutnya ditetapkan zakat seekor untuk setiap penambahan
100 ekor. Domba dan kambing adalah sama dalam hukum zakat.

Nisab Kuda

Kuda yang diperdagangkan dan harganya mencapai nisab wajib dizakati. Pemilik boleh
memilih dalam membayarkan zakatnya. Jika mau ia bisa membayarkan satu dinar untuk
setiap seekor kuda atau ia menilai seluruh kudanya dan dikeluarkan lima dirham untuk
setiap 200 dirham. Baghlal (hasil kawin silang antara kuda dan keledai) dan keledai wajib
dikeluarkan zakatnya jika diperdagangkan.

4. Hasil pertanian (zakat az-zira’ah), ialah gandum, beras, jagung dan lainnya

5
Hasil pertanian ada yang berupa biji-bijian dan buah-buahan. Biji-bijian yang wajib
dizakati adalah padi, jagung, gandum, dan tanaman sejenisnya sebagai makanan pokok. Buah-
buahan yang wajib dizakati adalah kurma dan anggur .

Nisab zakat biji-bijiandan buah-buahan :

 5 wasaq (jikabiji-bijianitu sudah bersih dari kulitnya)


 10 wasaq (jikamasihberkulit)
 1 wasaqsamadengan 60 sha'
 1 sha' samadengan 3,1 liter
 5 wasaq= 5 x 60 x 3,1 liter = 930 liter = 690 kg jikadibulatkanmenjadi7 kwintal.
 10 wasaq = 14 kwintal
 Zakat buah-buahandanbiji-bijian dikeluarkan setiap panen (tidak ditentukan haul dalam
satu tahun)

Kadar yang wajib dikeluarkanadalah sepersepuluh (10%) jika tanaman tersebut diairi
dengan air hujan atau air sungai. Sementara itu, jika diairi dengan air yang diangkut, ditimba
dari sumur, atau air yang dibeli maka zakatnya adalah seperduapuluh atau 5%. Nisab tersebut
berlaku untuk buah dan tanaman.

5. Zakat hasil tambang (zakat rikaz)

Nisab hasil tambang adalah senilai dengan nisab emas dan perak. Pembayaran zakatnya
disaat penambangan terjadi (tidak menunggu haul). Besarnya zakat adalah 5% atau 1/20 dari
hasil penambangan itu.

6. Zakat hasil temuan (zakat luqathah)

Nisab barang temuan adalah senilai dengan nisab emas dan perak. Besarnya zakat adalah
20% atau 1/5 dari harta temuan itu.

7. Zakat Profesi/ Pendapatan

Zakat profesi atau pendapatan adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil pendapatan
seseorag atau profesinya bila telah mencapai nisab. Seperti karyawan, dokter,
akuntan,advokat, dll. Nisab zakat profesi senilai dengan 653 kg beras atau kadarnya sebesar
2,5% dari penghasilan.

E. ZAKAT FITRAH

Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap orang islam. Laki laki dan
perempuan, besar dan kecil, merdeka atau hamba sahaya. Tujuanya untuk membersihkan jiwa /
diri seseorang yang sudah melaksanakan puasa. Zakat fitrah berupa makanan pokok yang
mengenyangkan yaitu sebanyak 3,2 liter atau 2,5 kg.

6
Hukum Zakat fitrah
Hukum dari zakat fitrah hukumnya adalah wajib ain yang artinya wajib bagi muslim laki laki,
perempuan, tua maupun muda. Hukum zakat fitrah banyak tertera di berbagai ayat Al Qur'an
sebagaimana tertera pada ayat-ayat berikut:

"Dan dirikanlah shalat serta tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku." (QS:
Al-Baqarah 2:43)

"Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi
dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat
apa-apa yang kamu kerjakan". (QS: Al-Baqarah 2:110)

Adapun fungsi dari zakat fitrah adalah untuk membersihkan atau menyucikan diri dari harta-
harta yang dimiliki di dunia. Jadi jelas sudah perihal kewajiban masing-masing muslim untuk
membayar zakat fitrah di bulan puasa Ramadhan.

Waktu pembayaran zakat fitrah


berikut adalah beberapa waktu yang diperbolehkan, wajib, sunnah, makruh, dan haram pada saat
pembayaran zakat fitrah.
a. Waktu yang diperbolehkan, yaitu dari bulan ramadhan sampai terakhir bulan ramadhan
b. Waktu yang Wajib, yaitu dari terbenam matahari penghabisan bulan ramadhan.
c. Waktu yang lebih baik (sunnah), yaitu dibayarkan sesudah shalat shubuh, sebelum pergi shalat
ied.
d. Waktu makruh, yaitu membayar zakat fitrah sesudah shalat ied, tetapi sebelum terbenam
matahari, pada hari raya idul fitri.
e. Waktu haram, yaitu membayar zakat fitrah setelah terbenam matahari pada hari raya idul fitri.

Syarat Wajib Zakat Fitrah


Berikut adalah Syarat wajib mengeluarkan zakat fitrah:
a. Islam
b. Dilaksanakan sesudah terbenam matahari diakhir bulan Ramadhan
c. Mempunyai kelebihan harta untuk keperluan makan dirinya sendiri dan keluarga.

Rukun Zakat Fitrah


a. Niat zakat
b. Orang yang berzakat atau nama lainya adalah muzakki
c. Orang yang menerima atau nama lainya adalah Mustahik
d. Makanan pokok yang dizakatkan.

7
F. HIKMAH ZAKAT

Zakat memiliki hikmah antara lain :

1. Mensyukuri karunia Allah, menumbuh suburkan harta dan pahala.


2. Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat kemelaratan.
3. Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antara sesama manusia.
4. Manifestasi kegotongroyongan dan tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa.
5. Mediasi dalam meningkatan iman kepada Allah SWT, meningkatkan rasa kemanusiaan,
menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup,
membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki
6. Karena hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk menolong, membantu dan membina
mereka, terutama fakir, miskin, ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera
sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak dapat beribadah kepada Allah
SWT, terindar dari bahaya kekufuran sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki, dan hasrat
yang dapat menimbulkan anarkisme dan gejolak sosial serta sifat bakhil dan kikir.
7. Sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang-orang kaya yang berkecukupan dan para
mujahid.
8. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus
dimiliki umat islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi.
9. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, karena zakat itu bukanlah membersihkan
harta yang kotor akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari hak yang kita
usahakan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah.
10. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu instrumen
pemerataan pendapatan.
11. Islam melalui zakat, infaq dan sadaqah mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan
berusaha sehingga memiliki harta kekayaan juga dapat memenuhi hidup sendiri dan
keluarga.

G. KEDUDUKAN ZAKAT DALAM ISLAM

a. Zakat merupakan cerminan akidah

Semakin tinggi akidah seseorang, semakin terasa ringan untuk mengeluarkan zakat. Hal ini
karena zakat berbanding lurus dengan keimanan. Hubungan antara keimanan dan
kesanggupan membayar zakat sangat erat. Hal ini ditegaskan dalam banyak ayat Al-Qur’an
seperti :

8
“Dan tiada diperintahkan kepada mereka melainkan supaya menyembah Allah dan
mengikhlaskan ibadat dan taat kepada-Nya serta berlaku condong kepada ibadat itu,
mendirikan sholat serta membayar zakat. Itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah-5)

b. Zakat merupakan rangkaian bangunan islam

Kedudukan zakat sebagai rukun islam memberikan pengertian, bahwa keislaman seseorang
akan menjadi semakin sempurna kerenanya dan sebaliknya. Kedudukan ini setara dengan
perintah sholat, puasa, atau rukun islam yang lain. Zakat merupakan suatu rukun
sebagaimana rukun yang lain dan suatu fardu sebagaimana fardu lain.

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh muslim dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda :

“Islam itu dibangun di atas lima dasar, syahadat (mengaku tiada tuhan yang wajib disembah
melainkan Allah SWT dan mengaku bahwa Muhammad SAW adalah rasul Allah),
mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa dibulan ramadan, dan mengerjakan haji bagi
yang mampu. (HR. Muslim)

c. Zakat memiliki hubungan yang erat dengan sholat

Jika sholat merupakan ibadah individual yang langsung berhubungan dengan Allah SWT,
maka zakat merupakan ibadah yang berhubungan dengan transendental, artinya selain
bermanfaat untuk sesama, zakat juga berpengaruh pada keimanan. Kedua ibadah ini
memiliki hubungan yang sangat erat. Hal ini menunjukkan perlunya keseimbangan antara
ibadah individu dan sosial. Lebih dari 28 kali al-qur’an menyebut perintah zakat beriringan
dengan perintah sholat.

d. Zakat merupakan manifestasi kepedulian sosial

Dengan membayar zakat, seseorang telah menunjukkan peran tanggungjawab sosial yang
sangat penting. Kesadaran ini menunjukkan keyakinan akan pentingnya hidup berdampingan
secara selaras dan damai penuh cinta kasih. Islam sangat menjunjung tinggi hak orang lain
atas harta orang lain. Oleh karenanya, menjadi tanggungjawab bersama dalam mengangkat
derajat hidup sebagian golongan yang masih tertinggal dan miskin. Inilah yang dimaksud
dengan keseimbangan antara individu dan sosial, juga keseimbangan dalam berhubungan
dengan Allah dan sesama. Islam juga sangat menghargai kepada para muzakki, yang telah
ikhlas mengeluarkan zakatnya untuk membantu sesama dengan jaminan surga.

H. PRINSIP ZAKAT

Zakat sebagai poros keuangan Islam yang meliputi bidang, moral, sosial, dan ekonomi memiliki
enam prinsip syariat :

1. Prinsip Keyakinan dalam Islam

9
Berdasar bahwa membayar zakat adalah suatu ibadah dan dengan demikian hanya seseorang
yang benar-benar berimanlah yang dapat melaksanakannya dalam arti dan jiwa
sesunguhnya.

2. Prinsip Keadilan
Prinsip Keadilan menyatakan bahwa makin berkuarang jumlah pekerjaan dan modal,maka
makin berkurang juga tingkat pungutan.

3. Prinsip Produktifitas atau sampai atas waktunya


Yaitu zakat yang dibayar setiap tahun setelah memperoleh nizab.

4. Prinsip Nalar
Yaitu orag yang diharuskan membayar zakat adalah seseorang yang berakal dan bertanggung
jawab.

5. Kemudahan zakat diperoleh sebagian dari sifat pemungutan zakat dan sebaguan diperoleh
dari hukum Isllam tentang etika ekonomi.
6. Prinsip Kemerdekaan
Yaitu seseorang yang harus menjadi manusia bebas sebelum dapat disyaratkan untuk
membayar zakat.

I. PENERIMA ZAKAT

Delapan golongan penerima zakat :

1. Fuqara’ (orang-orang fakir)

Adalah kelompok pertama yang menerima bagian zakat. Al Fuqara bentuk zakat
dari kata Al-Faqir, yakni orang yang tidak memiliki harta benda dan pekerjaan yang
mampu mencukupi kebutuhan sehari–hari.

2. Masakin (orang-orang miskin)

Al-Masakin adalah bentuk jamak dari kata al-miskin .Kelompok kedua penerima
zakat. Orang miskin adalah orang yang mempunyai pekerjaan, tetapi
penghasilannya tidak dapat dipakai untuk memenuhi hajat hidupnya.

3. ‘amil (pengurus zakat)

10
Panitia Zakat adalah orang – orang yang bekerja memungut zakat. Panitia ini harus
disyaratkan memiliki sifat kejujuran dan menguasai hukum zakat. Amil dalam
halini adalah sebuah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memilik itugas
membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayadunaan zakat (UU No. 23
pasal 1 ayat 8).

4. Muallaf qullubuhum (orang yang ditundukkan hatinya)

Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain orang – orang yang lemah niatnya
dalam memasuki islam. Mereka diberi bagian dari zakat agar niat mereka
memasuki islam lebih kuat. Mereka terdiri dari dua macam, yakni mukmin dan
kafir.

5. Riqab (budak mukatab)

Para budak yang dimaksudkan disini adalah para budak kecil yang telah membuat
perjanjian dengan tuannya untuk dimerdekakan dan tidak memiliki uang untuk
tebusan atas diri mereka meski pun mereka telah bekerja keras dan membanting
tulang mati–matian. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk memberikan zakat
kepada para budak itu.

6. Gharim (orang yang berhutang)

Mereka adalah orang – orang yang memiliki utang. Orang – orang yang berhutang
adalah orang yang tidak mempunyai apa–apa selain utangnya itu. Dan utangnya itu
tidak dipakai untuk maksiat.

7. Fisabilliah (kepentingan agama)

Yang dimaksud dalam kelompok ini adalah para pejuang yang berpegang dijalan
Allah yang tidak digaji oleh markas komandan mereka karena yang mereka lakukan
adalah hanya berpegang saja. Termasuk dalam golongan ini adalah pengurus–
pengurus masjid yang tinggal di masjid.

8. Ibnu sabil (musafir)

Yaitu orang yang sedang bepergian atau musyafir untuk melakukan suatu hal yang
baik, tidak termasuk maksiat. Dia diperkirakan tidak akan mencapai maksud dan
tujuannya jika tidak dibantu.

J. SISTEM PENDISTRIBUSIAN ZAKAT

11
Dalam pendistribusian zakat semua ulama sependapat bahwa keterlibatan Imam
(pemerintah) dalam pengelolaan zakat merupakan suatu kewajiban ketatanegaraan. Dalam
hal ini banyak dalil yang cukup dan sangat jelas bahwa Islam telah menempuh berbagai
jalan dalam rangka menghapus perbudakkan.Hukum ini sudah tidak berlaku, karena
perbudakan telah tiada.
Yusuf al-Qardawy dalam Musykilat al-Faqr wa kaifa ‘alajaha al- Islam mengemukakan
sebab-sebab kewajiban pemerintah untuk mengelola zakat antara lain:
1. Jaminan terlaksananya syari’at, bukanlah ada saja orang-orang yang berusaha menghindar
bila tidak diawasi oleh penguasa.
2. Pemerataan, karena dengan keterlibatan satu, maka diharapkan seseorang tidak akan
memperoleh dua kali dari dua sumber, dan diharapkan pula mustahiq akan memperoleh
bagiannya.
3. Memelihara muka para mustahiq karena mereka tidak perlu berhadapan langsung dengan
para
muzakki dan, mereka tidak harus pula datang meminta.
4. Sektor (ashnaf yang harus menerima) zakat tidak terbatas pada individu, tetapi juga untuk
kemaslahatan umum dan sektor ini hanya dapat ditangani oleh pemerintah.
Hasil pungutan berbagai macam zakat selama belum dibagikan kepada mustahiq dapat
merupakan dana yang dapatdimanfaatkan bagi pembangunan, dengan disimpan dalam bank
pemerintah berupa deposito, sertifikat atau giro biasa. Hal demikian secara tidak langsung,
di samping mempunyai daya guna terhadap 8 ashnaf, maka harta benda zakat dengan
menggunakan jasa bank pemerintah dapat memberikan manfaat umum tanpa mengurangi
nilai dan kegunaan, dapat bermanfaat untuk kepentingan modal pembangunan, merupakan
sumber dana pembangunan, yang bermanfaat kepada program umum dan kemasyarakatan
di samping harta zakat sendiri dapat disimpan dengan aman tanpa resiko.

K. PENDAYAGUNAAN ZAKAT

Apabila negara tidak mempunyai lembaga pengelolaan zakat sendiri maka pemungutan
dan pembagian zakat dapat dilakuksan oleh badan-badan hukum swasta dibawah
pengawasan pemerintah (Qordhawi, 1978:39-40).

Amil berhubungan dengan pihak Muzzaki dan Mustahiq. Sebagai perantara keuangan
amil dituntut menerapkan azas trust (kepercayaan). Sebagaimana layaknya lembaga
keuangan yang lain, azaz kepercayaan menjadi syarat mutlak yang harus dibangun. Setiap
amil dituntut mampu menunjukan keunggulannya masing–masing sampai terlihat jelas

12
positioning organisasi, sehingga masyarakat dapat memilihnya. Tanpa adanya positioning,
maka kedudukan akan sulit untuk berkembang,

Dengan fungsi ini maka pengelolaan zakat yang benar, akan dapat mewujudkan
kesejahteraan umat. Kesenjangan yang ada dalam kehidupan masyarakat semakin
diperkecil, dan pada akhirnya angka kemiskinan dapat ditekan.

BAB 4

KESIMPULAN

Menurut isi yang terdapat dalam makalah ini di simpulkan bahwa di tinjau dari segi bahasa,
zakat berasal dari kata dasar (masdar) zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Zakat
berarti memberikan harta apabila telah mencapai nisab dan haul kepada orang yang berhak
menerimanya dengan syarat tertentu.

13
Zakat memiliki banyak tujuan dan fungsi. Jenis dan nisab zakat terdiri dari harta kekayaan,
hasil pertanian, barang-barang dagangan, binatang ternak seperti unta, sapi, domba, dan kuda.
Adapun kedudukan zakat dalam islam sebagai cerminan akidah, rangkaian bangunan islam,
hubungan yang erat dengan sholat dan manifestasi kepedulian sosial. Zakat juga memiliki prinsip
antara lain keyakinan dalam islam, keadilan, produktifitas, nalar, etika ekonomi dan
kemerdekaan.

Golongan penerima zakat seperti orang kafir, miskin, pengurus zakat, budak mukatab, orang
yang di tundukan hatinya, orang yang berhutang, kepentingan agama dan seorang musafir
dengan pendayagunaan zakat yang baik dan sistem pendistribusian yang tepat.

BAB 5

PENUTUP

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
di bidang studi pendidikan agama yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis
sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.Orang tua yang telah turut membantu,
membimbing, sehingga tugas ini selesai.

14
Penyusun makalah ini manusia biasa banyak kelemahan dan kekhilafan. Maka dari itu
penyusun menyarankan pada pembaca yang ingin mendalami masalah zakat, setelah membaca
makalah ini membaca sumber lain yang lebih lengkap. Dan marilah kita realisasikan zakat dalam
kehidupan sehari-hari yang merupakan kewajiban umat muslim dengan penuh rasa ikhlas.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Aamiin

DAFTAR PUSTAKA

-2014. Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah. Yogyakarta: Pimpinan Pusat


Muhammadiyah

-Rahmatul Ummah Fi Ikhtilafil Aimmah (penerjemah). 2013. FiqihEmpat


Mazhab.Bandung:Hasyimi

-Pambudi HidayatAji.2016. Buku Ajar Pendidikan Agama. Kebumen

15
-Hatta Ahmad, TamamAbasMansyur, Alim Ahmad Syahirul.2013.Bimbingan Islam
untukhidup Muslim. Jakarta: MaghfirahPustaka

-Ridwan Muhammad. 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil. Yogyakarta: UII Press

16

Anda mungkin juga menyukai