Anda di halaman 1dari 21

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PROGRAM GIZI

I. PENDAHULUAN
Program gizi adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas. Pelayanan gizi di Puskesmas
dilakukan di dalam gedung dan di luar gedung. Kegiatan pelayanan gizi dalam gedung terdiri
dari upaya promotif, preventif, dan kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun rawat inap
yang dilakukan di dalam puskesmas. Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan kearah
promotif dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Benda
Baru. Tahap perencanaan dilakukan di dalam gedung.

II. LATAR BELAKANG


Kegiatan-kegiatan program yang akan dilakukan untuk perbaikan gizi masyarakat
puskesmas benda baru adalah kegiatan harian disetiap pelayanan hari selasa dan jumat, serta
beberapa kegiatan investigasi dan intervensi yang dilakukan setiap saat jika ditemukan
masalah gizi misalnya ditemukan adanya kasus gizi buruk. Kegiatan program perbaikan gizi
masyarakat dapat dilakukan di dalam maupun di luar gedung puskesmas. Program perbaikan
gizi masyarakat di puskesmas, ditulis dengan tujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk
kegiatannya, tenaga pelaksananya, jenis-jenis pelatihan untuk pelaksana, pedoman
pelaksanaan program gizi yang harus ada setiap saat termasuk standar operasional prosedur.
Dan pengawasan, evaluasi dan bimbingan teknis dari Dinas Kesehatan kabupaten/kota serta
output dari pelaksanaan kegiatan program gizi puskesmas.

III. TUJUAN
III.1.Tujuan Umum :
Meningkatnya kualitas pelayanan gizi melalui Standarisasi Operasional Prosedur
sehingga dapat mencegah dan menanggulangi masalah gizi.

III.2. Tujuan Khusus :


1. Menurunkan prevalensi bumil KEK
2. Menurunkan prevalensi BBLR
3. Meningkatkan cakupan Asi Ekslusif
4. Meningkatkan cakupan desa dengan garam beryodium baik
5. Meningkatkan cakupan kunjungan posyandu
6. Meningkatkan cakupan pemberian vitamin A sehingga tidak terjadi resiko
kekurangan vitamin A
7. Meningkatkan cakupan pemberian Fe pada ibu hamil.
8. Menurunkan cakupan anak BGM
9. Meningkatkan cakupan pemberian Fe pada remaja putri.

IV. KEGIATAN

1.Kegiatan Pokok.
Kegiatan pokok gizi yang dilakukan ada 3 :
1) Pendidikan gizi
2) Pemberdayaan Masyarakat
3) Peningkatan gizi masyarakat
2.Rincian Kegiatan

Kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh gizi diantaranya :

1) Penyuluhan gizi
2) Pemeriksaan garam yodium di sekolah dan dimasyarakat
3) Pendataan dan pemantauan balita BGM ( Gizi kurang dan Gizi buruk 0
4) Surveilance dan pelacakan gizi buruk
5) Sweeping pemberian kapsul vitamin A
6) Pendistribusian PMT pemulihan posyandu
7) Pembinaan keluarga dengan balita BGM
8) Penjaringan Bumil KEK
9) Pembinaan bumil KEK
10) Sweeping D/S
11) Pemantauan pertumbuhan balita berkala
12) Pemberian tablet tambah darah
13) Pemberian makanan tambahan untuk balita dan bumil
14) Pemantauan surveilen dan kasus gizi buruk
15) Pemberian upah kader
16) Pemberian PMT-AS
17) Pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri tingkat SLTP/SLTA sederajat
18) Melakukan posyandu
19) Pemantauan pemberian ASI Ekslusif.

V.CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Kegiatan Gizi dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru.


Pelaksanaannya dilakukan di wilayah posyandu, sekolah SD,SLTP dan SMA sederajat.
Metode yang dilaksanakan dengan sosialisasi. Melaksanakan penimbangan BB dan
pengukuran TB.
VI.SASARAN

Masyarakat wilayah kerja puskesmas benda baru.

VII.JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan gizi dilakukan setiap hari selasa dan jumat didalam gedung dan
setiap saat jika ditemukan masalah gizi baik didalam gedung maupun luar gedung.

VIII.EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan dilaksanakan setelah dilaksanakan


kegiatan.

IX.PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN.

Pencatatan, pengolahan data dan pelaporan data kegiatan serta evaluasi kegiatan di

lakukan setiap bulan, triwulan, dan tahunan.


KERANGKA ACUAN KEGIATAN
TEMPAT – TEMPAT UMUM
(TTU)

I. PENDAHULUAN
Tempat-tempat umum adalah suatu tempat dimana bersifat umum (semua orang) dapat
masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul melakukan kegiatan baik secara insidentil
maupun terus menerus. Jadi tempat – tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi
dan mencegah kerugian akibat dari tempat – tempat umum terutama yang erat hubungannya
dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Tempat – tempat umum merupakan
tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat sarana dan kegiatan tetap yang
diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta dan atau perorangan yang dipergunakan
langsung oleh masyarakat.
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan tempat –
tempat umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi social, belajar maupun melakukan
aktivitas lainnya. Tempat – tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya
penularan penyakit, penularan lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya. Kondisi
lingkungan tempat – tempat umum yang tidak terpelihara akan menambah besarnya resiko
penyebaran penyakit serta penularan lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya
pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik dan tempat – tempat umum
perlu dijaga sanitasinya.

II. LATAR BELAKANG


Sanitasi tempat – tempat umum sangatlah penting dijaga sanitasinya agar tidak
menimbulkan berbagai masalah kesehatan, misalnya menimbulkan penyakit berbasis
lingkungan.

III. TUJUAN
III.1.Tujuan Umum :
Untuk meningkatkan agar masyarakat mengerti dan memelihara akan keberadaan
tempat – tempat umum di wilayah kerja puskesmas.

III.2. Tujuan Khusus:


1. untuk mengetahui sanitasi SAB (Sarana Air Bersih ) di TTU (Tempat – Tempat
Umum)
2. untuk mengetahui sanitasi pembuangan kotoran di TTU
3. untuk mengetahui sanitasi pengelolaan limbah cair di TTU
4. untuk mengetahui sanitasi pengelolaan sampah di TTU
5. untuk mengetahui sanitasi kualitas bangunan yang terpelihara dengan baik yang
memenuhi syarat kesehatan TTU

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Pembinaan dan pengawasan terhadap sarana tempat – tempat umum (TTU)

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Kegiatan yang bersifat monitoring atau inspeksi terhadap sarana tempat – tempat
umum (TTU) yang ada di wilayah kerja puskesmas.

VI. SASARAN
1. Tempat ibadah (masjid atau gereja)
2. Sekolah
3. Kolam renang
4. Pasar
5. Pemangkas rambut
6. Salon
7. Rumah sakit
8. Rumah bersalin
9. Pertokoan
10. Hotel

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Setiap bulan untuk pembinaan dan pengawasan

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN DAN PELAPORAN

Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan oleh penanggungjawab program dan
dilaporkan kepada kepala puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN
(TPM)

I. PENDAHULUAN
Rumah makan, depot dan warung adalah setiap tempat usaha komersil yang lengkap
kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya.
Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang,
tempat dan perlengkapan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau
gangguan kesehatan.
Pengawasan sanitasi makanan pada rumah makan, depot, warung, adalah
pemantauan secara terus menerus terhadap rumah makan, depot, warung atas
perkembangan tindakan atau kegiatan atau persyaratan sanitasi makanan dan keadaan
yang terdapat setelah usaha tindak lanjut dari pemeriksaan.
Pemeriksaan merupakan usaha melihat dan menyaksikan secara langsung serta
menilai tentang keadaan, tindakan atau kegiatan yang dilakukan serta memberikan
petunjuk / saran perbaikan.
Kegiatan pengawasan sanitasi makanan meliputi pendataan tempat pengelolaan
makanan, pemeriksaan berkala, member saran perbaikan, melakukan kunjungan kembali,
memberi peringatan dan rekomendasi kepada pihak terkait serta laporan hasil
pengawasan.

II. LATAR BELAKANG


Berdasarkan pengamatan awal beberapa rumah makan, depot dan warung yang
letaknya cukup strategis dan sering dilalui banyak kendaraan bermotor, ada beberapa
penjamah makanan yang menunjukkan perilakuyang tidak sehatdalam menjamah
makanan, missal menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja dan mengolah
makanan ketika sedang sakit.
Demikian juga dengan sarana disekitarnya, dimana sering ditemukan adanya rumah
makan , depot, warung yang melakukan pencucian peralatan makanan tanpa
menggunakan sabun, peralatan hanya dicelupkan ke sumber air pencucian yang sudah
kotor, serta bahan makanan belum jadi disimpan dalam ruangan yang tidak dilengkapi
dengan pelindung dari hama.

III. TUJUAN
III.1.Tujuan Umum :
Untuk mengetahui persyaratan sanitasi tempat pengelolaan makanan (TPM) dan
mampu menerapkan persyaratan dan teknik pembersihan atau pemeliharaan di ruangan
tempat pengelolaan makanan (TPM) agar terhindar dari resiko pencemaran.

III.2.Tujuan khusus:
1. Untuk mengetahui lokasi / letak bangunan
2. Untuk mengetahui ruangan pengolahan
3. Untuk mengetahui tempat pencucian alat dan bahan makanan
4. Untuk mengetahui tempat sampah
5. Untuk mengetahui cara pembersihan dan tempat pemeliharaan
6. Untuk mengetahui tempat cuci tangan
7. Untuk mengetahui sarana air bersih (SAB)
8. Untuk mengetahui jamban

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Pembinaan dan pengawasan terhadap sarana tempat pengelolahan makanan (TPM).

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Kegiatan yang bersifat monitoring atau inspeksi terhadap sarana tempat pengelolaan
makanan (TPM) yang ada di wilayah kerja puskesmas.

VI. SASARAN
1. Rumah makan
2. Restoran
3. Jasa boga / catering
4. Industri makanan
5. Kantin
6. Warung
7. Makanan jajanan

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Setiap bulan untuk pembinaan dan pengawasan.

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN DAN PELAPORAN


Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan oleh penanggung jawab program dan
dilaporkan kepada kepala puskesmas.

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


DEPOT AIR MINUM
(DAM)

I. PENDAHULUAN
Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Tanpa air
manusia tidak akan bertahan hidup lama. Selain berguna untuk manusia, air juga diperlukan
oleh makhluk hidup lain misalnya hewan dan tumbuh-tumbuhan. Bagi manusia air diperlukan
untuk menunjang kehidupan antara lain dalam kondisi yang layak untuk diminum tanpa
mengganggu kesehatan atau air yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum dapat diminum.
Air minum untuk tubuh manusia berguna untuk menjaga keseimbangan metabolism dan
fisiologi tubuh setiap waktu. Konsumsi air diperlukan karenasetiap saat tubuh bekerja dan
berproses. Disamping itu air juga digunakan untuk melarutkan dan mengolah makanan agar
dapat dicerna tubuh manusia dan kehidupan dari berjuta sel. Komponen terbanyak dari sel
adalah air. Apabila kekurangan cairan sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi
dengan baik. Begitu pula air merupakan bagian EKSKRETA CAIR (keringat, air seni, air mata),
uap pernapasan, dan cairan tubuh (darah, lymphe).
Depot air minum adalah badan usaha yang mengelola air minum untuk keperluan
masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas (Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan
Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, Dirjen P2PL Depkes RI Tahun 2008).
Dasar pelaksanaan penyehatan Depot Air Minum ini adalah Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.

II. LATAR BELAKANG


Kebutuhan penduduk terhadap air minum dapat dipenuhi melalui air yang dialirkan
melalui saluran perpipaan (PAM), air minum dalam kemasan (AMDK), maupun depot air minum
(DAM). Selain itu air tanah dangkal dari sumur – sumur gali (SG) atau pompa serta air hujan
yang diolah oleh penduduk menjadi air minum setelah di masak terlebih dahulu.
Kecenderungan penduduk untuk mengkonsumsi air minum siap pakai sangat besar,
sehingga usaha depot pengisian air minum tumbuh subur. Perlu dilakukan pengawasan,
pembinaan dan pengawasan kualitas air dari DAM agar selalu aman dan sehat untuk
dikonsumsi masyarakat.

III. TUJUAN
III.1.Tujuan Umum :
Terlindunginya masyarakat dari potensi penyakit akibat konsumsi air minum yang
berasal dari depot air minum (DAM). Dengan demikian masyarakat akan terhindar dari
kemungkianan resiko terkenan penyakit bawaan air.

III.2.Tujuan Khusus :
1. Terisolasinya hygiene sanitasi depot air minum (DAM) di seluruh masyarakat
2. Terlaksananya pembinaan dan pengawasan oleh petugas kesehatan kabupaten /
kota sehingga dapat menjamin mutu air minum yang dijual
3. Terlaksananya praktek penyelenggaraan depot air minum (DAM) yang
melaksanakan kaidah hygiene sanitasi serta perlakuan hidup bersih dan sehat
(PHBS) dalam melayani masyarakat
4. Teridentifikasinya masalah depot air minum (DAM) yang harus dibina oleh
pemerintah daerah baik di kabupaten / kota.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Pembinaan dan pengawasan Depot Air Minum (DAM).

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Cara umum dalam melaksanakan kegiatan ini adalah di dalam gedung berupa
konseling dan di luar gedung berupa pembinaan.
Kegiatan bersifat monitoring (inspeksi sanitasi) terhadap depot air minum (DAM) dan
pemeriksaan sampel air depot air minum (DAM) yang ada di wilayah kerja puskesmas
Benda Baru.

VI. SASARAN
Seluruh Depot Air Minum (DAM) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


1. Setiap bulan untuk pembinaan dan pengawasan
2. Pemeriksaan sampel air DAM setiap 3 bulan sekali

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN DAN PELAPORAN


Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan oleh penanggung jawab program dan
dilaporkan kepada kepala puskesmas.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
SARANA AIR BERSIH
(SAB)

I. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, keamanan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal (UU Kesehatan No. 32 Tahun 2009) Untuk mencapai tujuan
tersebut berbagai program atau kegiatan telah dan akan dilaksanakan atau dikembangkan
baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat, salah satu diantaranya adalah program
penyediaan air bersih.
Sesuai dengan penjelasan dalan undang – undang kesehatan No32 Tahun 2009)
yang dimaksud dengan penyehatan air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air
untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia.
Dalam kaitan dengan hal – hal tersebut maka seharusnya air bersih yang digunakan
slain harus mencukupi dalam arti kuantitas untuk kebutuhan sehari – hari dan juga harus
memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditetapkan baik kualitas fisik, bakteriologis
maupun kimia. Pendekatan penyehatan air diawali dengan kegiatan pengawasan kualitas
air yang ditindak lanjuti oleh kegiatan perbaikan kualitas air dan pembinaan pemakai air
untuk pengamanan kualitas air dengan melibatkan peran serta masyarakat.

II. LATAR BELAKANG


Program penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan tujuannya adalah
menyediakan air bersih dan sarana sanitasi yang memadai serta memenuhi syarat
kesehatan.
Program ini diharapkan dapat memperbaiki status kesehatan masyarakat melalui
penurunan angka kesakitan yang disebabkan oleh penyakit yang ditularkan melalui air.

III. TUJUAN
III.1.Tujuan Umum :
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
mengamankan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia.
III.2. Tujuan Khusus :
Terpantaunya kualitas air melalui upaya pengawasan:
1. Berlakunya kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan
2. Meningkatnya kualitas air melaui upaya perbaikan
3. Meningkatnya pengertian, kesadaran, kemauan melakukan pengawasan kualitas air
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Kegiatan pokok penyehatan air dalam pelaksanaan program penyediaan dan
pengelolaan air bersih yaitu pengawsan kualitas air, perbaikan kualitas air, pembinaan
pemakai air.
Penyehatan air diawali dengan pengawasan kualitas air yang ditindak lanjuti oleh
kegiatan perbaikan kualitas air dan pembinaan pemakai air untuk pengamanan kualitas air
dengan melibatkan peranserta masyarakat.

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Kegiatan bersifat monitoring (inspeksi sanitasi) terhadap sarana air bersih (SAB)
yang ada di wilayah kerja puskesmas.

VI. SASARAN
1. Masyarakat atau KK (Kepala Keluarga) yang menggunakan sarana air bersih (SAB).
2. Daerah pariwisata

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


1. Setiap bulan
2. Pemeriksaan sampel SAB

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN DAN PELAPORAN


Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap 3 bulan sekali

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan oleh penanggung jawab program dan
dilaporkan kepada kepala puskesmas.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
KLINIK SANITASI

I. PENDAHULUAN
Klinik sanitasi merupakan suatu upaya atau kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan
kesehatan promotif, prefentif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang beresiko
tinggi untuk mengatasi masalah penyakit yang berbasis lingkungan dan masalah kesehatan
lingkungan pemukiman.
Anamnesa adalah wawancara terhadap pasien atau kelurganya mengenai :
1. Keluhan utama
2. Keluhan tambahan
3. Riwayat penyakit terdahulu
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Lamanya sakit
6. Kondisi lingkungan
7. Sarana sanitasi yang digunakan
Konseling adalah komunikasi antara dua orang atau lebih antara petugas konseling dan
pasien atau klien yang memutuskan untuk bekerja sama sehingga pasien dan klien dapat
mengenali dan memecahkan masalah kesehatan lingkungan secara mandiri maupun
dengan bantuan pihak lain.

II. LATAR BELAKANG


1. Penyakit – penyakit yang berhubungan dengan air meliputi : penyakit diare, demam
berdarah, malaria dan kulit.
2. Penyakit – penyakit yang penularannya berkaitan dengan kondisi perumahan dan
lingkungan yang jelek antara lain ISPA dan TB Paru
3. Penyakit – penyakit yang penyebabnya atau cara penularannya melalui makanan
antara lain : diare, kecacingam dan keracunan makanan
4. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia dan
pestisida di rumah tangga.

III. TUJUAN
III.1.Tujuan Umum :
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya prefentif, kuratif dan
promotif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus menerus.
III.2.Tujuan Khusus :
1. Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sector dalam program
pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan dengan
memberdayakan masyarakat.
2. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampua dari perilaku masyarakat
(pasien, klien, dan masyarakat) untuk mewujudkan lingkungan dan perilaku hidup
bersih dan sehat.
3. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk
mencegah dan menanggulangi penyakit berbasis lingkungan serta masalah
kesehatan lingkungan dengan sumber daya yang ada.
4. Menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan dan meningkatnya kondisi
kesehatan lingkungan.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Penderita atau pasien yang menderita penyakit berbasis lingkungan yang datang ke
puskesmas

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Di dalam gedung yaitu di puskesmas.
2. Di luar gedung yaitu di posyandu dan pada waktu kunjungan rumah atau kunjungan
lapangan.

VI. SASARAN
1. Penderita penyakit / pasien/ keluarga yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas.
2. Masyarakat umum atau klien yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan dan
penyakit berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas.
3. Penderita penyakit / pasien / keluarga yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lingkungan, dan penyakit yang berbasis lingkungan yang dikunjungi rumahnya.
4. Masyarakat umum / klien yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan dan penyakit
yang berbasis lingkungan yang daerahnya dikunjungi.

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


1. Di dalam gedung pelaksnaan dilakukan setiap hari Senin s.d Kamis.
2. Di luar gedung pelaksanaan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati
dengan klien/ pasien.
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN DAN PELAPORAN
Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap 3 bulan sekali dan
terlaporkan setiap bulannya.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan oleh penanggung jawab program dan
dilaporkan kepada kepala puskesmas.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PENYEHATAN AIR

I. LATAR BELAKANG
Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan masyarakat
yang optimal ( UU Kesehatan Nomor 32 Tahun 2009). Untuk mencapai tujuan tersebut
berbagai program / kegiatan telah dan akan dilaksanakan / dikembangkan baik oleh
pemerintah, swasta maupun masyarakat. Sesuai dengan penjelasan dalam Undang –
undang Kesehatan Nomor 32 Tahun 2009 yang dimaksud dengan Penyehatan Air
meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan
kehidupan manusia. Dalam kaitan dengan hal tersebut , maka seharusnya air bersih yang
digunakan selain harus mencukupi dalam arti kuantitas untuk kebutuhan sehari – hari dan
juga harus memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditetapkan baik kulaitas fisik,
bakteriologis, maupun kimia. Persyaratan kualitas tersebut tertuang dalam Permenkes
No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat – syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Berdasarkan
kondisi dan permasalahan diatas telah diupayakan suatu pendekatan Penyehatan Air.
Pendekatan Penyehatan Air diawali dengan kegiatan pengawasan kualitas air yang
ditinadlanjuti oleh kegiatan perbaikan kualitas air dan pembinaan pemakai air untuk
pengamanan kualitas air dengan melibatkan peran serta masyarakat.

II. TUJUAN
III.1.Tujuan Umum :
Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
pengamanan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia.

III.2. Tujuan Khusus :


Terpantaunya kualitas air minum melalui upaya pengawasan :
1. Diketahuinya kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan
2. Meningkatnya kualitas air melalui upaya perbaikan
3. Meningkatnya pengertian, kesadaran, kemauan melakukan pengawasan
kualitas air.

III. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan yang bersifat monitoring (inspeksi sanitasi) terhadap sarana air bersih
(SAB) yang ada di wilayah kerja puskesmas.

IV. KELUARAN YANG DIHARAPKAN


Diperolehnya kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan dan diperolehnya sarana
air bersih yang terlindung dari pencemaran.

V. PELAKSANAAN
V.1.Waktu dan Lokasi
1. Kegiatan dilaksanakan : dari bulan Januari s/d Desember
2. Sasaran pengawasan kualitas air mencakup air yang dipakai untuk keperluan
rumah tangga ( minum, masak dan air untuk cuci alat rumah tangga ) juga sarana
air bersih dan lingkungannya diutamakan yang dipergunakan untuk umum.
3. Dengan Pentahapan kegiatan sebagai berikut :
a. Melaksanakan inspeksi sanitasi untuk sarana air bersih
b. Pengambilan dan pengiriman air bersih ke labkesda
c. Pengambilan dan pemeriksaan kualitas air di lapangan.
V.2. Pelaksana
Pelaksana kegiatan pengawasan kualitas air adalah petugas sanitarian puskesmas.

VI. EVALUASI PELAKSANAAN DAN PELAPORAN


Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap 3 bulan sekali

VII. PEMBIAYAAN
Biaya kegiatan pengawasan kualitas air bersumber dari Dana BOK

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT)
I. PENDAHULUAN
Dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah
penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta
mengimplementasikan komitmen Pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan
sanitasi dasar yang berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals
(MDGs) tahun 2015 dan keberlanjutan dari MDGs tersebut yaitu SDGs, perlu disusun Strategi
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Kesehatan. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM
adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan
masyarakat dengan metode pemicuan.

II. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Memperkuat pengetahuan dan pemahaman para pelaksana kegiatan STBM sehingga
mampu meningkatkan kegiatan perilaku hygienis dan sanitasi melalui kegiatan STBM di
masyarakat.
2. Meningkatkan kapasitas para pelaksana STBM tentang paradigma baru dan
pendekatan pelaksanaan STBM, sehingga dapat melaksanakan kegiatan STBM secara
berkelanjutan.
3. Menciptakan demand masyarakat yang luas, berkesinambungan dan efektif terhadap
perilaku hygienis dan sanitasi yang sehat, terkait dengan lima pilar kegiatan STBM
khususnya pilar Stop BABS.
4. Mampu mendeklarasikan wilayah yang bebas buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Benda Baru.

III. STRATEGI PELAKSANAAN


III.1 Prioritas Kegiatan
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Tanggal 9 September 2008, Nomor
852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, sanitasi total adalah
kondisi suatu komunitas yang telah mencapai lima pilar :
1. Tidak BAB sembarangan (Stop BABS)
2. Mencuci tangan pakai sabun (CTPS)
3. Mengelola air minum dan makanan yang aman
4. Mengelola sampah dengan benar
5. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman
Pada tahap awal pelaksanaan kegiatan STBM dilaksanakan secara bertahap yang
dimulai dengan melaksanakan 1 (satu) pilar prioritas kegiatan yaitu : “Tidak BAB
sembarangan (Stop BABS)”. Setelah pilar pertama tercapai, diharapkan pilar selanjutnya
dapat mengikuti secara berkesinambungan.
III.2.Pendekatan Dan Prinsip Pelaksanaan
Kegiatan STBM dilaksanakan melalui pendekatan CLTS (Community Led Total
Sanitation) yaitu pendekatan pelaksanaan kegiatan yang memfokuskan pada peningkatan
perilaku hygienis dan akses terhadap sarana sanitasi sebagai kebutuhan masyarakat,
melalui pemberdayaan dan pemasaran penyediaan produk dan layanan sanitasi dengan
meningkatkan variasi jenis dan harga yang ada di pasar sehingga terjangkau oleh semua
lapisan masyarakat serta mencukupi kebutuhan permintaan pasar.

Adapun prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan yang digunakan untuk menuju sanitasi total
adalah sebagai berikut :
1. Sanitasi total adalah memicu perbahan perilaku.
2. Sanitasi total adalah pemahaman pendekatan secara bertahap menuju perubahan
perilaku.
3. Suatu kegiatan yang dikendalikan berdasarkan kebutuhan masyarakat, bukan top-
down.
4. Masyarakat yang memimpin untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan pencapaian sanitasi total.
5. Sanitasi Total adalah aksi kolektif/solidaritas masyarakat atau gotong royong.
6. Sanitasi Total adalah pilihan local (pilihan masyarakat setempat),bukan dengan
mendeskripsikan desain standar.
7. Insentif dapat diberikan setelah terjadi perubahan perilaku masyarakat akan
memicu aksi kolektif.
8. Tolok ukur keberhasilan dan pemantauan dampak program adalah perubahan
perilaku, bukan pada kemajuan konstruksi.
9. Peran pemerintah propinsi dan kabupaten menciptakan demand masyarakat untuk
perubahan perilaku hygienis dan sanitasi yang sehat, mengembangkan kapasitas
sektor swasta dalam penyediaan produk dan layanan sanitasi, menetapkan target
local untuk mencapai MDGs, serta memantau kemajuan dan dampak pada
masyarakat setempat.
10. Peran pemerintah pusat memformulasikan strategi operasional dan petunjuk
pelaksanaan yang mendukung pengembanganan kapasitas daerah, dan untuk
memantau kemajuan pencapaian target nasional untuk mencapai target MDGs.
III.3. WAKTU PELAKSANAN
Pelaksanaan pemicuan dilaksanakan pada waktu yang dijadwalkan terlebih dahulu.
Dan untuk fasilitator sampai dengan 6 bulan dalam memicu 1 wilayah (lamanya pemicuan
kondisonal di tentukan kesepakatan bersama masyarakat. Dimana masyarakat
merupakan stick holder dalam melakukan perubahan).
IV. SASARAN DAN LOKASI KEGIATAN
Sasaran kegiatan STBM adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru.

V. KELUARAN YANG DIHARAPKAN


1. Dapat melaksanakan kegiatan yang terlapor ke Pusat (Kementrian Kesehatan RI)
melalui SMS Ghateway dan website STBM.
2. Dapat melakukan Deklrarasi wilayah STOP BABS

VI. EVALUASI PELAKSANAAN DAN PELAPORAN


Pelaporan dilakukan ketika sudah melakukan kegiatan melalui SMS Ghateway STBM
atau melalui website STBM. Evaluasi dipelaksanaan dilakukan dari setiap tahapan.
Pelaporan pencapaian 1 bulan yang dilaporkan dalam bentuk tertulis dan data kepada
kepala Puskesmas, pemegang wilayah dan diteruskan kepada Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan.

VII. SISTEM PEMBIAYAAN


Prinsip pembiayaan dalam kegiatan STBM adalah meniadakan subsidi bagi
masyarakat untuk penyediaan fasilitas (sarana) sanitasi dasar salah satunya yang meliputi
sarana buang air besar (jamban Pokok-pokok pembiayaan STBM dilaksanakan melalui :
1. Menggali potensi masyarakat untuk membangun sarana sanitasi secara mandiri.
2. Mengembangkan solidaritas sosial (gotong royong).
3. Menyediakan subsidi diperbolehkan, apabila untuk pembangunan fasilitas
sanitasi komunal.

KERANGKA ACUAN KERJA


PENYEHATAN PERUMAHAN

I. PENDAHULUAN
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan
terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Menurut WHO rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana
lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk
kesehatan keluarga dan individu.
Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat
meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan
sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi, bangunan,
kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah di lingkungan
sekitarnya.
Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan
dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya. Prasarana lingkungan adalah
kelengkapan dasar fisik lingkungna yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat
berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan
kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat
bekerja secara produktif. Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi,
teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
Jadi sanitasi perumahan adalah menciptakan keadaan lingkungan perumahan yang
baik atau bersih untuk kesehatan.

II. TUJUAN
II.1.Tujuan Umum :
Menjadikan perumahan di wilayah puskesmas Benda Baru menjadi kawasan
pemukiman/perumahan yang sehat.

II.2.Tujuan Khusus :
1. Terciptanya lingkungan rumah yang sehat dan tidak menimbulkan gangguan
kesehatan.
2. Terciptanya lingkungan rumah yang nyaman.

III. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Melakukan pengawasan permukiman di lingkungan wilayah kerja Puskesmas Benda Baru.

IV. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Menggunakan form inspeksi sanitasi rumah sehat.

V. SASARAN
Jumlah rumah yang sehat di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru.

VI. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Setiap Bulan selama 1 tahun

VII. EVALUASI PELAKSANAAN DAN PELAPORAN


Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap 1 bulan, 3 bulan
dan laporan tahunan dengan membandingkan indikator Hasil penilaian dengan
criteria sebagai berikut :
1. Rumah Sehat = 1068 – 1200
2. Rumah Tidak Sehat = < 1068

VIII. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan oleh penanggung jawab program dan
dilaporkan kepada kepala puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai