KAK Gizi
KAK Gizi
PROGRAM GIZI
I. PENDAHULUAN
Program gizi adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas. Pelayanan gizi di Puskesmas
dilakukan di dalam gedung dan di luar gedung. Kegiatan pelayanan gizi dalam gedung terdiri
dari upaya promotif, preventif, dan kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun rawat inap
yang dilakukan di dalam puskesmas. Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan kearah
promotif dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Benda
Baru. Tahap perencanaan dilakukan di dalam gedung.
III. TUJUAN
III.1.Tujuan Umum :
Meningkatnya kualitas pelayanan gizi melalui Standarisasi Operasional Prosedur
sehingga dapat mencegah dan menanggulangi masalah gizi.
IV. KEGIATAN
1.Kegiatan Pokok.
Kegiatan pokok gizi yang dilakukan ada 3 :
1) Pendidikan gizi
2) Pemberdayaan Masyarakat
3) Peningkatan gizi masyarakat
2.Rincian Kegiatan
1) Penyuluhan gizi
2) Pemeriksaan garam yodium di sekolah dan dimasyarakat
3) Pendataan dan pemantauan balita BGM ( Gizi kurang dan Gizi buruk 0
4) Surveilance dan pelacakan gizi buruk
5) Sweeping pemberian kapsul vitamin A
6) Pendistribusian PMT pemulihan posyandu
7) Pembinaan keluarga dengan balita BGM
8) Penjaringan Bumil KEK
9) Pembinaan bumil KEK
10) Sweeping D/S
11) Pemantauan pertumbuhan balita berkala
12) Pemberian tablet tambah darah
13) Pemberian makanan tambahan untuk balita dan bumil
14) Pemantauan surveilen dan kasus gizi buruk
15) Pemberian upah kader
16) Pemberian PMT-AS
17) Pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri tingkat SLTP/SLTA sederajat
18) Melakukan posyandu
19) Pemantauan pemberian ASI Ekslusif.
Pelaksanaan kegiatan gizi dilakukan setiap hari selasa dan jumat didalam gedung dan
setiap saat jika ditemukan masalah gizi baik didalam gedung maupun luar gedung.
Pencatatan, pengolahan data dan pelaporan data kegiatan serta evaluasi kegiatan di
I. PENDAHULUAN
Tempat-tempat umum adalah suatu tempat dimana bersifat umum (semua orang) dapat
masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul melakukan kegiatan baik secara insidentil
maupun terus menerus. Jadi tempat – tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi
dan mencegah kerugian akibat dari tempat – tempat umum terutama yang erat hubungannya
dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Tempat – tempat umum merupakan
tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat sarana dan kegiatan tetap yang
diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta dan atau perorangan yang dipergunakan
langsung oleh masyarakat.
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan tempat –
tempat umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi social, belajar maupun melakukan
aktivitas lainnya. Tempat – tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya
penularan penyakit, penularan lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya. Kondisi
lingkungan tempat – tempat umum yang tidak terpelihara akan menambah besarnya resiko
penyebaran penyakit serta penularan lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya
pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik dan tempat – tempat umum
perlu dijaga sanitasinya.
III. TUJUAN
III.1.Tujuan Umum :
Untuk meningkatkan agar masyarakat mengerti dan memelihara akan keberadaan
tempat – tempat umum di wilayah kerja puskesmas.
VI. SASARAN
1. Tempat ibadah (masjid atau gereja)
2. Sekolah
3. Kolam renang
4. Pasar
5. Pemangkas rambut
6. Salon
7. Rumah sakit
8. Rumah bersalin
9. Pertokoan
10. Hotel
I. PENDAHULUAN
Rumah makan, depot dan warung adalah setiap tempat usaha komersil yang lengkap
kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya.
Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang,
tempat dan perlengkapan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau
gangguan kesehatan.
Pengawasan sanitasi makanan pada rumah makan, depot, warung, adalah
pemantauan secara terus menerus terhadap rumah makan, depot, warung atas
perkembangan tindakan atau kegiatan atau persyaratan sanitasi makanan dan keadaan
yang terdapat setelah usaha tindak lanjut dari pemeriksaan.
Pemeriksaan merupakan usaha melihat dan menyaksikan secara langsung serta
menilai tentang keadaan, tindakan atau kegiatan yang dilakukan serta memberikan
petunjuk / saran perbaikan.
Kegiatan pengawasan sanitasi makanan meliputi pendataan tempat pengelolaan
makanan, pemeriksaan berkala, member saran perbaikan, melakukan kunjungan kembali,
memberi peringatan dan rekomendasi kepada pihak terkait serta laporan hasil
pengawasan.
III. TUJUAN
III.1.Tujuan Umum :
Untuk mengetahui persyaratan sanitasi tempat pengelolaan makanan (TPM) dan
mampu menerapkan persyaratan dan teknik pembersihan atau pemeliharaan di ruangan
tempat pengelolaan makanan (TPM) agar terhindar dari resiko pencemaran.
III.2.Tujuan khusus:
1. Untuk mengetahui lokasi / letak bangunan
2. Untuk mengetahui ruangan pengolahan
3. Untuk mengetahui tempat pencucian alat dan bahan makanan
4. Untuk mengetahui tempat sampah
5. Untuk mengetahui cara pembersihan dan tempat pemeliharaan
6. Untuk mengetahui tempat cuci tangan
7. Untuk mengetahui sarana air bersih (SAB)
8. Untuk mengetahui jamban
VI. SASARAN
1. Rumah makan
2. Restoran
3. Jasa boga / catering
4. Industri makanan
5. Kantin
6. Warung
7. Makanan jajanan
I. PENDAHULUAN
Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Tanpa air
manusia tidak akan bertahan hidup lama. Selain berguna untuk manusia, air juga diperlukan
oleh makhluk hidup lain misalnya hewan dan tumbuh-tumbuhan. Bagi manusia air diperlukan
untuk menunjang kehidupan antara lain dalam kondisi yang layak untuk diminum tanpa
mengganggu kesehatan atau air yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum dapat diminum.
Air minum untuk tubuh manusia berguna untuk menjaga keseimbangan metabolism dan
fisiologi tubuh setiap waktu. Konsumsi air diperlukan karenasetiap saat tubuh bekerja dan
berproses. Disamping itu air juga digunakan untuk melarutkan dan mengolah makanan agar
dapat dicerna tubuh manusia dan kehidupan dari berjuta sel. Komponen terbanyak dari sel
adalah air. Apabila kekurangan cairan sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi
dengan baik. Begitu pula air merupakan bagian EKSKRETA CAIR (keringat, air seni, air mata),
uap pernapasan, dan cairan tubuh (darah, lymphe).
Depot air minum adalah badan usaha yang mengelola air minum untuk keperluan
masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas (Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan
Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, Dirjen P2PL Depkes RI Tahun 2008).
Dasar pelaksanaan penyehatan Depot Air Minum ini adalah Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
III. TUJUAN
III.1.Tujuan Umum :
Terlindunginya masyarakat dari potensi penyakit akibat konsumsi air minum yang
berasal dari depot air minum (DAM). Dengan demikian masyarakat akan terhindar dari
kemungkianan resiko terkenan penyakit bawaan air.
III.2.Tujuan Khusus :
1. Terisolasinya hygiene sanitasi depot air minum (DAM) di seluruh masyarakat
2. Terlaksananya pembinaan dan pengawasan oleh petugas kesehatan kabupaten /
kota sehingga dapat menjamin mutu air minum yang dijual
3. Terlaksananya praktek penyelenggaraan depot air minum (DAM) yang
melaksanakan kaidah hygiene sanitasi serta perlakuan hidup bersih dan sehat
(PHBS) dalam melayani masyarakat
4. Teridentifikasinya masalah depot air minum (DAM) yang harus dibina oleh
pemerintah daerah baik di kabupaten / kota.
VI. SASARAN
Seluruh Depot Air Minum (DAM) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru
I. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, keamanan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal (UU Kesehatan No. 32 Tahun 2009) Untuk mencapai tujuan
tersebut berbagai program atau kegiatan telah dan akan dilaksanakan atau dikembangkan
baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat, salah satu diantaranya adalah program
penyediaan air bersih.
Sesuai dengan penjelasan dalan undang – undang kesehatan No32 Tahun 2009)
yang dimaksud dengan penyehatan air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air
untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia.
Dalam kaitan dengan hal – hal tersebut maka seharusnya air bersih yang digunakan
slain harus mencukupi dalam arti kuantitas untuk kebutuhan sehari – hari dan juga harus
memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditetapkan baik kualitas fisik, bakteriologis
maupun kimia. Pendekatan penyehatan air diawali dengan kegiatan pengawasan kualitas
air yang ditindak lanjuti oleh kegiatan perbaikan kualitas air dan pembinaan pemakai air
untuk pengamanan kualitas air dengan melibatkan peran serta masyarakat.
III. TUJUAN
III.1.Tujuan Umum :
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
mengamankan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia.
III.2. Tujuan Khusus :
Terpantaunya kualitas air melalui upaya pengawasan:
1. Berlakunya kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan
2. Meningkatnya kualitas air melaui upaya perbaikan
3. Meningkatnya pengertian, kesadaran, kemauan melakukan pengawasan kualitas air
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Kegiatan pokok penyehatan air dalam pelaksanaan program penyediaan dan
pengelolaan air bersih yaitu pengawsan kualitas air, perbaikan kualitas air, pembinaan
pemakai air.
Penyehatan air diawali dengan pengawasan kualitas air yang ditindak lanjuti oleh
kegiatan perbaikan kualitas air dan pembinaan pemakai air untuk pengamanan kualitas air
dengan melibatkan peranserta masyarakat.
VI. SASARAN
1. Masyarakat atau KK (Kepala Keluarga) yang menggunakan sarana air bersih (SAB).
2. Daerah pariwisata
I. PENDAHULUAN
Klinik sanitasi merupakan suatu upaya atau kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan
kesehatan promotif, prefentif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang beresiko
tinggi untuk mengatasi masalah penyakit yang berbasis lingkungan dan masalah kesehatan
lingkungan pemukiman.
Anamnesa adalah wawancara terhadap pasien atau kelurganya mengenai :
1. Keluhan utama
2. Keluhan tambahan
3. Riwayat penyakit terdahulu
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Lamanya sakit
6. Kondisi lingkungan
7. Sarana sanitasi yang digunakan
Konseling adalah komunikasi antara dua orang atau lebih antara petugas konseling dan
pasien atau klien yang memutuskan untuk bekerja sama sehingga pasien dan klien dapat
mengenali dan memecahkan masalah kesehatan lingkungan secara mandiri maupun
dengan bantuan pihak lain.
III. TUJUAN
III.1.Tujuan Umum :
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya prefentif, kuratif dan
promotif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus menerus.
III.2.Tujuan Khusus :
1. Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sector dalam program
pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan dengan
memberdayakan masyarakat.
2. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampua dari perilaku masyarakat
(pasien, klien, dan masyarakat) untuk mewujudkan lingkungan dan perilaku hidup
bersih dan sehat.
3. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk
mencegah dan menanggulangi penyakit berbasis lingkungan serta masalah
kesehatan lingkungan dengan sumber daya yang ada.
4. Menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan dan meningkatnya kondisi
kesehatan lingkungan.
VI. SASARAN
1. Penderita penyakit / pasien/ keluarga yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas.
2. Masyarakat umum atau klien yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan dan
penyakit berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas.
3. Penderita penyakit / pasien / keluarga yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lingkungan, dan penyakit yang berbasis lingkungan yang dikunjungi rumahnya.
4. Masyarakat umum / klien yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan dan penyakit
yang berbasis lingkungan yang daerahnya dikunjungi.
I. LATAR BELAKANG
Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan masyarakat
yang optimal ( UU Kesehatan Nomor 32 Tahun 2009). Untuk mencapai tujuan tersebut
berbagai program / kegiatan telah dan akan dilaksanakan / dikembangkan baik oleh
pemerintah, swasta maupun masyarakat. Sesuai dengan penjelasan dalam Undang –
undang Kesehatan Nomor 32 Tahun 2009 yang dimaksud dengan Penyehatan Air
meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan
kehidupan manusia. Dalam kaitan dengan hal tersebut , maka seharusnya air bersih yang
digunakan selain harus mencukupi dalam arti kuantitas untuk kebutuhan sehari – hari dan
juga harus memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditetapkan baik kulaitas fisik,
bakteriologis, maupun kimia. Persyaratan kualitas tersebut tertuang dalam Permenkes
No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat – syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Berdasarkan
kondisi dan permasalahan diatas telah diupayakan suatu pendekatan Penyehatan Air.
Pendekatan Penyehatan Air diawali dengan kegiatan pengawasan kualitas air yang
ditinadlanjuti oleh kegiatan perbaikan kualitas air dan pembinaan pemakai air untuk
pengamanan kualitas air dengan melibatkan peran serta masyarakat.
II. TUJUAN
III.1.Tujuan Umum :
Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
pengamanan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia.
V. PELAKSANAAN
V.1.Waktu dan Lokasi
1. Kegiatan dilaksanakan : dari bulan Januari s/d Desember
2. Sasaran pengawasan kualitas air mencakup air yang dipakai untuk keperluan
rumah tangga ( minum, masak dan air untuk cuci alat rumah tangga ) juga sarana
air bersih dan lingkungannya diutamakan yang dipergunakan untuk umum.
3. Dengan Pentahapan kegiatan sebagai berikut :
a. Melaksanakan inspeksi sanitasi untuk sarana air bersih
b. Pengambilan dan pengiriman air bersih ke labkesda
c. Pengambilan dan pemeriksaan kualitas air di lapangan.
V.2. Pelaksana
Pelaksana kegiatan pengawasan kualitas air adalah petugas sanitarian puskesmas.
VII. PEMBIAYAAN
Biaya kegiatan pengawasan kualitas air bersumber dari Dana BOK
Adapun prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan yang digunakan untuk menuju sanitasi total
adalah sebagai berikut :
1. Sanitasi total adalah memicu perbahan perilaku.
2. Sanitasi total adalah pemahaman pendekatan secara bertahap menuju perubahan
perilaku.
3. Suatu kegiatan yang dikendalikan berdasarkan kebutuhan masyarakat, bukan top-
down.
4. Masyarakat yang memimpin untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan pencapaian sanitasi total.
5. Sanitasi Total adalah aksi kolektif/solidaritas masyarakat atau gotong royong.
6. Sanitasi Total adalah pilihan local (pilihan masyarakat setempat),bukan dengan
mendeskripsikan desain standar.
7. Insentif dapat diberikan setelah terjadi perubahan perilaku masyarakat akan
memicu aksi kolektif.
8. Tolok ukur keberhasilan dan pemantauan dampak program adalah perubahan
perilaku, bukan pada kemajuan konstruksi.
9. Peran pemerintah propinsi dan kabupaten menciptakan demand masyarakat untuk
perubahan perilaku hygienis dan sanitasi yang sehat, mengembangkan kapasitas
sektor swasta dalam penyediaan produk dan layanan sanitasi, menetapkan target
local untuk mencapai MDGs, serta memantau kemajuan dan dampak pada
masyarakat setempat.
10. Peran pemerintah pusat memformulasikan strategi operasional dan petunjuk
pelaksanaan yang mendukung pengembanganan kapasitas daerah, dan untuk
memantau kemajuan pencapaian target nasional untuk mencapai target MDGs.
III.3. WAKTU PELAKSANAN
Pelaksanaan pemicuan dilaksanakan pada waktu yang dijadwalkan terlebih dahulu.
Dan untuk fasilitator sampai dengan 6 bulan dalam memicu 1 wilayah (lamanya pemicuan
kondisonal di tentukan kesepakatan bersama masyarakat. Dimana masyarakat
merupakan stick holder dalam melakukan perubahan).
IV. SASARAN DAN LOKASI KEGIATAN
Sasaran kegiatan STBM adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru.
I. PENDAHULUAN
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan
terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Menurut WHO rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana
lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk
kesehatan keluarga dan individu.
Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat
meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan
sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi, bangunan,
kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah di lingkungan
sekitarnya.
Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan
dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya. Prasarana lingkungan adalah
kelengkapan dasar fisik lingkungna yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat
berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan
kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat
bekerja secara produktif. Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi,
teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
Jadi sanitasi perumahan adalah menciptakan keadaan lingkungan perumahan yang
baik atau bersih untuk kesehatan.
II. TUJUAN
II.1.Tujuan Umum :
Menjadikan perumahan di wilayah puskesmas Benda Baru menjadi kawasan
pemukiman/perumahan yang sehat.
II.2.Tujuan Khusus :
1. Terciptanya lingkungan rumah yang sehat dan tidak menimbulkan gangguan
kesehatan.
2. Terciptanya lingkungan rumah yang nyaman.
V. SASARAN
Jumlah rumah yang sehat di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru.