Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKRIPSI
Oleh :
MASCIK FAUZI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2006
SKRIPSI
Oleh :
MASCIK FAUZI
NIM 100210978
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2006
PENGESAHAN
Mengesahkan,
Universitas Airlangga
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dekan,
Tim Penguji:
1. Saenun, dr., M.S.
2. Santi Martini, dr., M.Kes
3. Sufiah Rahmawati, S.KM
SKRIPSI
Oleh:
MASCIK FAUZI
NIM.100210978
Mengetahui, Menyetujui,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
senilis pada penderita Diabetes mellitus tipe 2, sehingga nantinya dapat menjadi
yang setinggi-tingginya kepada Ibu Santi Martini, dr., M.Kes, selaku dosen
skripsi ini.
terhormat:
1. Prof. Dr. H. Tjipto Suwandi, dr., M.OH, SpOk., selaku Dekan Fakultas
2. Dr. Chatarina U.W, dr., M.S., M.PH, selaku Ketua Bagian Epidemiologi
3. Djiwatmo, dr., SpM, selaku dokter senior di Divisi Katarak URJ Mata
RSU Dr. Soetomo Surabaya, yang telah banyak memberikan saran serta
4. Prof. Dianny Yogiantoro, dr.,Sp.M (K) selaku Ketua SMF Mata RSU Dr.
Soetomo Surabaya.
5. I Ketut Suarna selaku Ketua Ruangan Unit Rawat Jalan Mata RSU Dr.
Soetomo Surabaya.
6. Bapak, Ibu serta kakakku tercinta yang telah banyak memberikan doa dan
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga skripsi ini berguna baik bagi diri kami sendiri
ABSTRACT
ABSTRAK
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRACT vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Identifikasi Masalah 5
I.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah 7
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 8
II.1 Tujuan Umum 8
II.2 Tujuan Khusus 8
II.3 Manfaat Penelitian 9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 10
III.1 Gambaran Penyakit Katarak 10
III.2 Faktor Risiko Katarak 17
III.3 Hubungan Diabetes mellitus Terhadap Kejadian 18
Katarak
BAB IV KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 35
IV.1 Kerangka Konsep Penelitian 35
IV.2 Hipotesis Penelitian 36
BAB V METODE PENELITIAN 38
V.1 Rancang Bangun Penelitian 38
V.2 Populasi Penelitian 39
V.3 Sampel, Besar sampel dan Pengambilan Sampel 39
V.4 Lokasi dan Waktu Penelitian 41
V.5 Variabel, Definisi Operasional dan Cara Pengukuran41
V.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 43
V.7 Teknik Analisa Data 44
BAB VI HASIL PENELITIAN 45
VI.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 45
VI.2 Gambaran Umum Responden 47
VI.3 Analisis Bivariat Terhadap Kejadian Katarak senilis 48
VI.4 Analisis Multivariat Besar Risiko Kejadian 60
Katarak senilis
DAFTAR LAMPIRAN 91
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
1. Kuesioner Responden
2. Output Pengolahan Data dengan Komputer
3. Surat Penelitian
n = Jumlah
< = Kurang dari
> = Lebih dari
% = Persentase
ρ = Probabilitas
α = Alfa
/ = Per
DAFTAR SINGKATAN:
CI = Confidence Interval
WHO = World Health Organization
RSU = Rumah Sakit Umum
URJ = Unit Rawat Jalan
ADA = American Diabetes Association
OAD = Obat Anti Diabetes
IDDM = Insulin Dependent Diabetes Mellitus
NIDDM = Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
DM = Diabetes Mellitus
1. Saya yang bertanda tangan dibawah ini, sebagai penderita secara sadar dan
2. Saya telah mempelajari dan mengerti tujuan penelitian ini, saya dapat
3. Saya menyadari bahwa saya dapat membatalkan pernyataan ini dan dapat
4. Saya tegaskan, bahwa saya telah membaca, mengerti dan sadar akan isi
surat pernyataan ini, serta tidak akan menuntut apapun yang terjadi atas
(Mascik Fauzi) ( )
Sanksi
( )
BAB I
PENDAHULUAN
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
jasmani, sehat rohani, sehat hubungan sosial serta keadaan yang bebas dari
hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
manusia. Hal ini erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya
trauma pada bola mata (Ilyas, 1998). Katarak merupakan kasus umum
Indonesia akan meningkat sekitar 250% atau dengan kata lain, akan
bertambah dari 5 juta penderita (tahun 1995) menjadi 12 juta (tahun 2025).
tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia berusia > 20 tahun adalah sekitar
kematian dan juga akibat yang ditimbulkan antara lain kecacatan sehingga
atau dengan kata lain long life disease, maka tujuan pengobatan dan
baik dari pihak penderita maupun keluarga karena itu sering terjadi
akibat dari kadar gula dalam darah yang begitu tinggi. Situasi itu bisa
kadar gula terlalu rendah yang apabila tidak segera diatasi dapat
menunjukkan bahwa regulasi gula darah yang baik dalam waktu yang
lama dapat menurunkan risiko yang terkait dengan Diabetes sebesar 12%,
Penderita diabetes juga harus merasa curiga jika penglihatan mulai kabur
atau berkabut, satu mata tiba-tiba tak bisa melihat, tampak lingkaran
disekeliling cahaya, serta muncul bercak merah pada objek yang sedang
karena rokok dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas yang sangat
Untuk jangka panjang (proses kronik), perokok berat (lebih dari 20 batang
1999).
diabetes terutama pada organ target mata sehingga sering kali tidak rutin
(Setyowati, 1999).
penurunan jumlah kasus dari 2722 kasus (21,2%) pada tahun 2003
menjadi 2105 kasus (18,6%) pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 kasus
katarak terpecah menjadi dua yaitu kasus katarak yang tidak terspesifikasi
kasus dan kasus katarak senilis dengan 1475 kasus (12,5%). Jika dilihat
peringkat pertama pada tahun 2003 dan 2004 menjadi peringkat ke dua
mengalami peningkatan dari tahun 2003 dan 2004 yang tidak termasuk
dalam sepuluh penyakit terbesar di URJ Mata RSU Dr. Soetomo Surabaya
menjadi peringkat ke enam pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa
Apakah ada perbedaan besar risiko kejadian katarak senilis menurut lama
BAB II
1. Bagi peneliti
2. Bagi masyarakat
terkontrol.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
cataract dan bahasa latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa
Indonesia disebut bular karena penglihatan seperti tertutup air terjun akibat
lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa
intra selular.
umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut akan tetapi dapat juga
akibat kelainan kongenital (sejak lahir) atau penyulit penyakit mata seperti
iodise (obat anti glaukoma), kelainan sistemik atau metabolik (Ilyas, 1999).
Hingga saat ini penyebab kekeruhan lensa secara tepat belum dapat
a. Teori degenerasi
kejadian alamiah yang sudah wajar dan terjadi pada seseorang yang
b. Sinar matahari
c. Katarak traumatik
e. Katarak sekunder
f. Rokok
g. Obat-obatan
lokalisasi kekeruhan)
b. Adanya bercak hitam pada lapangan pandang yang stationer (selalu ikut
jauh kabur dan mungkin membaca atau melihat dekat tanpa kaca mata
baca
d. Diplopia yaitu suatu objek memberikan dua bayangan atau lebih sehingga
a. Nuclear
menjadi coklat.
b. Cortical
c. Subcapsular
Katarak seperti ini bisa terbentuk di kedua bola mata, namun hanya
(Setyowati, 2000).
a) Katarak Kongenital
Katarak yang dimulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dari
4. Katarak sentral
herediter dominan.
Katarak yang terlihat pada usia 1 tahun dan kurang dari 40 tahun.
3. Trauma tumpul
a. Binokular vision
c. Kosmetik
c) Katarak Presenil
d) Katarak Senilis
Katarak yang dimulai pada usia > 40 tahun. Pada umumnya mulai
Katarak senilis paling sering dijumpai dan umumnya bilateral dan stadium
bagian perifer korteks atau sekitar nukleus, sehingga gejala utama ialah
menjadi keruh.
1. Stadium Insipien
kekeruhan lensa sektoral berupa baru jernih ”spokes of wheel ” (seperti biji
atau roda).
2. Stadium Imatur
3. Stadium Hipermatur
Korteks lensa menjadi lebih permiable dan isi korteks yang cair
katarak. Pada stadium ini juga sering terjadi korteks melunak dan mencair,
(Ilyas, 1998).
kekurangan insulin dengan akibat glukosa tidak dapat diolah oleh badan
sehingga kadar glukosa dalam darah meninggi dan dikeluarkan dalam urin
dan glikosuria (disertai atau tidak gejala klinik) sebagai akibat dari
1. Gejala Akut
insulin masih mencukupi. Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, maka
timbul gejala seperti nafsu makan kurang, banyak minum, banyak kencing,
mudah lelah dan berat badan menurun dengan cepat. Keadaan ini akan
diikuti dengan rasa mual dan dapat menyebabkan koma diabetik atau
2. Gejala Kronik
Gejala yang sering timbul yaitu rasa kesemutan, kulit gatal, rasa
capai, mata kabur, gigi mudah goyang atau lepas, serta kemampuan
seksual menurun.
idiopati. Biasanya lebih banyak terjadi pada orang muda (< 40 tahun).
terakhir.
2. DNA mitokondria
faekromositoma, hipertiroidism
latin, dan keturunan Indian. Diabetes ketika hamil juga biasa didapati
dikalangan wanita yang suka makan atau wanita yang dari keturunan
wanita yang terkena diabetes selama hamil 90% hingga 95% akan
sembuh. Sebagian kecil pula antara 5% hingga 10% akan tetap terkena
(Hendromartono, 2001).
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang
ditegakkan dengan:
sebagai berikut:
3. Gejala spesifik dengan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl
1999).
darah puasa lebih dari 126 mg/dl. Sebagai patokan penyaring dan penentuan
Tabel III.3.1 Kadar Glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring dan diagnosis diabetes mellitus (mg/dl) menurut ADA
1997
Bukan DM Belum pasti DM Pasti
DM
1 2 3 4
Kadar glukosa
darah sewaktu:
Plasma vena < 110 110 - 199 > 200
Darah kapiler < 90 90 - 199 > 200
Kadar glukosa
darah puasa:
Plasma vena < 110 110-125 ≥ 126
Darah kapiler < 90 90-109 ≥ 110
Sumber : Diagnosis dan Klasifikasi DM terkini ( Soegondo, 1999).
insulin secara efisien, karena kadar gula darah yang normal merupakan
20%-25% dari lemak. Dengan pola diet seperti ini selain mengandung
Pada dasarnya, diet terdiri atas 3 kali makan utama dan 3 kali
ideal (normal)
diabetes mellitus)
2002).
mellitus. Makanan yang masuk harus dibagi rata sepanjang hari, ini
harus konsisten dari hari ke hari. Adalah sangat penting bagi pasien yang
secara bebas dimakan dan apa yang harus dibatasi secara ketat
(Hendromartono, 1999).
kadar asam lemak bebas yang sangat nyeri yang disebabkan oleh
(Tjokroprawiro, 1999).
a. Antidiabetik oral
DM yang terjadi pada umur setengah tua (middle age onset), penderita
insulin dan penderita yang memerlukan insulin rendah (40 unit/ hari
cepat. Oleh karena itu, pada penderita tersebut wajib latihan dahulu
(Tjokroprawiro, 1999).
b. Insulin
penderita diabetes tipe 2 yang berumur > 40 tahun disertai penyakit yang
1. Asidosis
2. Koma diabetik
3. Gangren
sebagai berikut:
1. Hipoglikemia
2. Lipo atropi
3. Lipohiperthropi
5. Resistensi insulin
6. Udema insulin
7. Sepsis
insulin.
walaupun dengan dosis insulin yang sama, baik setiap hari maupun
fisik yang berat dan sesuai kondisi fisik penderita diabetes seperti senam
aerobik, jalan cepat, lari (joging), renang dan bersepeda. Jenis olahraga
lainnya, seperti tenis, tenis meja, bahkan sepakbola boleh dilakukan asal
adalah 3-5 kali seminggu.dan paling tidak 30-60 menit/hari. Selain itu,
yang perlu diperhatikan yaitu kadar gula darah penderita saat melakukan
olahraga harus pada kisaran 100 – 300 mg/dl. Apabila lebih dari 300 mg/dl
misalnya penderita dengan kadar gula yang terlalu rendah juga dilarang
sedang joging atau jalan, kaki akan bergesekan dengan sepatu. Karena itu,
kaus kaki yang dikenakan harus bersih. Sepatupun harus yang lunak
(Johnson, 1998).
bila gula darahnya tidak terkontrol. Penyulit bisa terjadi pada organ lain
yaitu:
darah kecil di retina akibat kadar gula darah yang tinggi sehingga terjadi
komplikasi pada serabut saraf, baik saraf tepi (terutama untuk otot dan
(Tjokroprawiro, 1999).
lensa mata akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa
kekeruhan akan hilang bila kadar gula darah normal kembali dan
terjadi rehidrasi.
nondiabetik.
menyebabkan keruh.
(tampak putih) dan penderita mengeluh kabur. Lensa yang keruh ini
disebut katarak. Bila katarak sudah masak maka perlu dilakukan operasi.
1999).
BAB IV
Katarak
Keterangan :
: Di teliti
: Tidak di teliti
Gambar IV.1 Faktor risiko kejadian katarak pada penderita diabetes mellitus
(Murti, 1997). Faktor yang mempengaruhi katarak dibedakan menjadi dua yaitu
faktor risiko yang dapat dihindari atau diubah dan faktor yang tidak dapat
dihindari.
Faktor risiko yang tidak dapat dihindari atau diubah adalah umur dan
keadaan geografis. Sedangkan faktor risiko yang dapat dihindari atau diubah
adalah diabetes mellitus yang meliputi keteraturan terapi DM yaitu minum Obat
keteraturan diet berdasarkan pola jenis, jumlah, dan jadwal makan, kebiasaan
yaitu lama menderita diabetes mellitus tipe 2, kepatuhan terapi DM tipe 2 yaitu
minum Obat Anti Diabetes (OAD) dan melakukan injeksi insulin, kebiasaan
berolahraga yang meliputi jenis, lama, frekuensi dan waktu melakukan olahraga,
keteraturan diet berdasarkan pola jenis dan jadwal makan, kebiasaan merokok
yang meliputi dosis, lama dan jenis rokok serta umur penderita DM tipe 2.
terapi diabetes mellitus tipe 2 yaitu minum Obat Anti Diabetes (OAD) dan
diet berdasarkan pola jenis dan jadwal makan pada penderita diabetes
mellitus tipe 2.
merokok yang meliputi jenis, dosis, dan lama merokok pada penderita
BAB V
METODE PENELITIAN
dianalisis faktor risiko dan efek dengan uji statistika yang sesuai (Murti,
1997).
(Murti, 1997).
penyakit diabetes mellitus tipe 2 yang berobat ke URJ Mata RSU Dr.
penyakit diabetes mellitus tipe 2 yang berobat ke URJ Mata RSU Dr.
Mata RSU Dr. Soetomo Surabaya bulan Maret- April 2006 sebanyak
41 orang.
(1 + 1 / c) p.q ( Z 1−α / 2 + Z 1− β ) 2
n= (Schlesselman,1982)
( p1 − p 0 ) 2
po (OR) P1 + Po
pi = P=( ) q= 1- p
(1 + po (OR − 1) 2
Keterangan:
Z1-β = Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kekuatan uji
sebelumnya.
orang.
sendiri, berdasarkan ciri atau sifat- sifat populasi yang sudah diketahui
dan waktu melakukan olahraga, kepatuhan diet berdasarkan pola jenis dan
dihisap, lama merokok, jenis rokok yang dihisap serta umur penderita DM
BAB VI
HASIL PENELITIAN
Sakit Type A yang juga berfungsi sebagai Rumah Sakit Rujukan untuk
propinsi Jawa Timur yang telah terakreditasi tingkat lanjut dengan dua
belas pelayanan. Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo sebagai Rumah Sakit
fasilitas dan beragam tenaga kesehatan yang cukup handal baik tenaga
Unit Rawat Jalan (URJ) Mata merupakan salah satu bagian dari
Instalasi Rawat Jalan (IRJ) yang terletak di lantai III di RSU Dr. Soetomo.
URJ ini mempunyai beberapa divisi yang menangani penyakit mata luar,
canggih yang meliputi USG atau Biometri, laser, FFA (Fundus Fluorrein
Angiography). Jam buka URJ ini adalah pada hari Senin sampai Jumat
2722 kasus (21,2%) pada tahun 2003 menjadi 2105 kasus (18,6%) pada
tahun 2004 dan pada tahun 2005 kasus katarak terpecah menjadi dua yaitu
komplikata, dan traumatik) dengan 1199 (10,3%) kasus dan kasus katarak
senilis dengan 1475 kasus (12,5%). Jika dilihat dari peringkat kasus
2003 dan 2004 menjadi peringkat ke dua pada tahun 2005. Sedangkan
dan 2004 yang tidak termasuk dalam sepuluh penyakit terbesar di URJ
Mata RSU Dr. Soetomo menjadi peringkat ke enam pada tahun 2005. Hal
serius terutama untuk faktor risiko katarak yang dapat dicegah seperti
trauma pada bola mata, kebiasaan merokok serta mata sering terpapar sinar
Tabel VI.1 Penyakit Terbesar Menurut Jumlah Kasus di URJ Mata RSU Dr.
Soetomo Surabaya Tahun 2003-2005
dan sampel kontrol yaitu bukan penderita katarak senilis yang mempunyai
meliputi umur dan jenis kelamin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel VI.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di URJ Mata RSU Dr.
Soetomo Surabaya bulan Maret-April 2006
> 60 tahun sedangkan pada kelompok bukan katarak senilis sebagian besar
Tabel VI.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di URJ Mata RSU
Dr. Soetomo Surabaya bulan Maret-April 2006
5 tahun. Hal ini berarti orang yang menderita diabetes mellitus tipe 2
selama 5 tahun atau lebih dari 5 tahun mempunyai risiko terjadi katarak
senilis 5,1 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang menderita
senilis) antara responden yang teratur dan tidak teratur melakukan terapi
diabetes mellitus tipe 2. Hal ini berarti orang yang tidak teratur melakukan
3,07 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang teratur melakukan
berolahraga mempunyai risiko terjadi katarak senilis 1,98 kali lebih besar
Olahraga
< 30 menit dibandingkan lama melakukan olahraga 30-60 menit. Hal ini
berarti orang diabetes mellitus tipe 2 yang melakukan lama olahraga < 30
menit mempunyai risiko terjadi katarak senilis 3,47 kali lebih besar
olahraga 30-60 menit. Tetapi besar risiko tersebut tidak signifikan karena
Olahraga
senilis) dan pada kelompok kontrol (bukan katarak senilis) sebagian besar
Hal ini berarti orang diabetes mellitus tipe 2 yang waktu melakukan
olahraga sebelum makan mempunyai risiko terjadi katarak senilis 2,29 kali
Melakukan Olahraga
kali/minggu. Hal ini berarti orang diabetes mellitus tipe 2 yang frekuensi
senilis 4,68 kali lebih besar dibandingkan dengan orang diabetes mellitus
berdasarkan pola jenis dan jadwal makan untuk penderita diabetes mellitus
tipe 2 dan pada kelompok kontrol (bukan katarak senilis) antara responden
yang patuh dan tidak patuh melakukan diet berdasarkan pola jenis dan
berdasarkan pola jenis dan jadwal makan untuk penderita diabetes mellitus
jadwal makan untuk penderita diabetes mellitus tipe 2. Hal ini berarti
berdasarkan pola jenis dan jadwal makan untuk penderita diabetes mellitus
tipe 2 mempunyai risiko terjadi katarak senilis 4,19 kali lebih besar
diet berdasarkan pola jenis dan jadwal makan untuk penderita diabetes
mellitus tipe 2.
VI.3.5.1 Besar Risiko Kejadian Katarak Senilis Menurut Dosis Rokok Yang
Dihisap
batang setiap harinya. Hal ini berarti orang diabetes mellitus tipe 2 yang
mellitus tipe 2 yang menghisap < 10 batang rokok setiap harinya. Tetapi
melewati angka 1.
dibandingkan lama merokok < 5 tahun. Hal ini berarti orang diabetes
katarak senilis 1,80 kali lebih besar dibandingkan dengan orang diabetes
mellitus tipe 2 yang lama merokoknya < 5 tahun. Tetapi besar risiko
1.
VI.3.5.3 Besar Risiko Kejadian Katarak Senilis Menurut Jenis Rokok Yang
Dihisap
senilis) dan pada kelompok kontrol sebagian besar responden (65% dan
dibandingkan jenis rokok filter. Hal ini berarti orang diabetes mellitus tipe
2 yang menghisap jenis rokok non filter mempunyai risiko terjadi katarak
senilis 1,88 kali lebih besar dibandingkan dengan orang diabetes mellitus
tipe 2 yang menghisap jenis rokok filter. Tetapi besar risiko tersebut tidak
senilis), sebagian besar responden (63,4%) berumur > 60 tahun dan pada
tipe 2 yang berumur 40-60 tahun. Hal ini berarti orang diabetes mellitus
tipe 2 yang berumur > 60 tahun mempunyai risiko terjadi katarak senilis
8,42 kali lebih besar dibandingkan dengan orang diabetes mellitus tipe 2
1997).
mellitus tipe 2
tipe 2
tipe 2 < 5 tahun. Hal ini berarti orang yang menderita diabetes mellitus
tipe 2 selama 5 tahun atau lebih dari 5 tahun mempunyai risiko terjadi
katarak senilis 18,5 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang
ini berarti orang diabetes mellitus tipe 2 yang tidak melakukan olahraga
3. Kepatuhan melakukan diet berdasarkan pola jenis dan jadwal makan untuk
berdasarkan pola jenis dan jadwal makan untuk penderita diabetes mellitus
jadwal makan untuk penderita diabetes mellitus tipe 2. Hal ini berarti
berdasarkan pola jenis dan jadwal makan mempunyai risiko terjadi katarak
senilis 11,1 kali lebih besar dibandingkan dengan orang diabetes mellitus
tipe 2 yang patuh melakukan diet berdasarkan pola jenis dan jadwal
makan.
tipe 2 berumur 40-60 tahun. Hal ini berarti orang diabetes mellitus tipe 2
yang berumur > 60 tahun mempunyai risiko terjadi katarak senilis 12,2
kali lebih besar dibandingkan dengan orang diabetes mellitus tipe 2 yang
BAB VII
PEMBAHASAN
risiko terkena katarak senilis sebesar 12,8 kali lebih besar dibandingkan
Dalam kadar glukosa darah yang tinggi, kristal sorbitol mengumpul dalam
kantung mata dan hal ini menyebabkan sel-sel dalam lensa mata
hasil yang sama untuk lama menderita diabetes mellitus tipe 2 lebih dari 5
pada kelompok kasus dan kontrol yang tidak teratur melakukan terapi,
kali/minggu dan tidak patuh melakukan diet berdasarkan pola jenis dan
pentingnya terapi primer untuk penderita DM tipe 2. Hal ini sesuai dengan
kepatuhan diet berdasarkan pola jumlah kalori, jenis dan jadwal makan)
(Obat Anti Diabetik) serta tidak menimbulkan efek samping. Akan tetapi
motivasi yang kuat pada diri serta dukungan keluarga penderita DM tipe 2.
(pemberian pil atau tablet) yang bertujuan untuk menurunkan kadar gula
darah dengan menstimuli pelepasan insulin dari sel beta pankreas atau
diabetik, gangren, tuberkulosa yang aktif, operasi yang besar, infeksi yang
berat serta kerusakan hepar atau ginjal. Sebaiknya ada kesadaran dari
penderita diabetes mellitus tipe 2 untuk teratur minum Obat Anti Diabetes
(Hendromartono, 1999).
tidak signifikan untuk risiko kebiasaan olahraga, akan tetapi besar risiko
faktor risiko yang signifikan untuk terjadi katarak senilis pada penderita
kali/minggu. Selain itu, pada penderita diabetes mellitus tipe 2 juga tidak
teratur melakukan terapi dan tidak patuh melakukan diet sehingga efek
mellitus.
300 mg/dl atau 17 mmol/l atau lebih tinggi maka olahraga benar-benar
Hal ini sangat penting pada penderita diabetes mellitus tipe 2 oleh
karena terlalu banyak stress akan menyebabkan kadar gula naik dan
1998).
risiko jenis olahraga selain berjalan, akan tetapi besar risiko tersebut
berjalan seperti lari (jogging), senam aerobik, bersepeda dan tenis juga
penderita diabetes mellitus tipe 2 juga tidak teratur melakukan terapi dan
tidak patuh melakukan diet sehingga jenis olahraga selain berjalan lebih
olahraga berjalan.
nilai aerobik tinggi seperti berjalan, lari (jogging), senam aerobik dan
adalah olahraga yang mempunyai nilai aerobik yang tinggi juga praktis
dan cocok untuk penderita diabetes mellitus tipe 2 yang berumur > 40
tahun karena dapat dilakukan setiap waktu dan setiap tempat. Serta
tidak signifikan untuk risiko lama melakukan olahraga < 30 menit, akan
tetapi besar risiko tersebut meningkatkan katarak senilis 3,47 kali lebih
melakukan terapi DM tipe 2 serta tidak patuh diet berdasarkan pola jenis
untuk orang sehat. Sebaiknya durasi atau lama melakukan olahraga 30-60
makan, akan tetapi besar risiko tersebut meningkatkan katarak senilis 2,29
darah penderita diabetes mellitus. Hal ini bisa menjadi baik atau buruk
jadwal makan dengan memakan jenis snack ringan yang bertujuan untuk
agar beban kerja tubuh tidak terlampau berat dan produksi kelenjar ludah
(Tjokroprawiro, 1999).
menentukan apakah perlu atau tidak makan makanan ringan, apa yang
sebelum berolahraga.
dengan frekuensi 3-5 kali/minggu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang patuh melakukan diet berdasarkan pola jenis dan jadwal makan.
yang teratur dan disiplin maka kadar gula darah dapat dikendalikan serta
sepanjang hari. Tujuan akhirnya agar beban kerja tubuh tidak terlampau
samping jadwal makan utama pagi, siang dan malam, dianjurkan juga
porsi makanan ringan disela-sela waktu tersebut (selang waktu sekitar tiga
jam). Pada dasarnya, diet terdiri atas 3 kali makan utama dan 3 kali makan
hidrat arang olahan yakni hidrat arang hasil dari pabrik berupa tepung
serat dalam makanan, khususnya serat yang larut air seperti pektin (dalam
yang perlu dibatasi adalah makanan berkalori tinggi seperti nasi, daging
berlemak, jeroan, dan kuning telur, juga makanan berlemak tinggi seperti
Sayuran berwarna hijau gelap dan jingga seperti wortel, buncis, bayam,
caisim bisa dikonsumsi dalam jumlah lebih banyak, begitu pula dengan
dan makanan berprotein tinggi harus dibatasi agar tidak terlalu membebani
insulinogenik.
melakukan diet yang teratur dan disiplin pasti kadar gula darah dapat
(Tjokroprawiro, 1999).
dosis rokok yang dihisap, lama merokok, dan jenis rokok yang dihisap.
mellitus tipe 2 adalah 27% lebih besar dibandingkan orang yang tidak
dengan usia 40-79 tahun (Adam, 2001). Hasil penelitian ini juga didukung
mempunyai risiko 2,2 kali lebih besar untuk menderita katarak senilis
dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas yang sangat tinggi yang
panjang (proses kronik), perokok berat (lebih dari 20 batang perhari) akan
beracun seperti nikotin, tar dalam rokok merupakan radikal bebas. Radikal
bebas adalah atom atau molekul yang bersifat tidak stabil yang terdiri dari
satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan dan untuk memperoleh
rokok nantinya reaktif dan merusak jaringan protein lensa mata. Rokok
mempunyai dose respon effect yang berarti semakin banyak dosis rokok
protein (protein dalam lensa mata yang semula larut air menjadi tidak larut
air). Hal inilah yang meninggikan faktor risiko terjadinya katarak senilis
(Ilyas, 1998).
arteri, sehingga pakreas hanya diberi suplai makan oleh beberapa arteri
besar dan pembuluh darah kecil. Gangguan pada pembuluh besar dapat
berhenti merokok, dalam hal ini penderita diabetes mellitus tipe 2 perlu
Lebih penting dari semua itu adalah tekad dan disiplin yang kuat dari
dosis rokok yang dihisap < 10 batang setiap harinya. Meskipun hasil
analisis bivariat tidak signifikan untuk risiko dosis rokok yang dihisap ≥
katarak senilis 1,22 kali lebih besar dibandingkan dosis rokok yang dihisap
< 10 batang setiap harinya. Hal ini dikarenakan sampel penelitian tidak
dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas yang sangat tinggi yang
panjang (proses kronik), perokok berat (lebih dari 20 batang perhari) akan
lensa mata ini disebabkan oleh adanya radikal bebas yang diproduksi oleh
tersebut bisa berbahaya langsung bagi protein lensa mata dan membran sel
senilis (www.tempo.co.id.2005).
tahun. Meskipun hasil analisis bivariat tidak signifikan untuk risiko lama
senilis 1,80 kali lebih besar dibandingkan lama merokok < 5 tahun. Hal ini
katarak senilis.
pada bulan Desember 2003 sampai Februari 2004. Ternyata, dari 194
merokok dengan lama 10 tahun mempunyai risiko 3 kali lebih besar untuk
dose respond effect yang berarti semakin lama seseorang merokok maka
(www.tempo.co.id.2005).
0,36-10,17) untuk jenis rokok non filter dibandingkan jenis rokok filter.
Meskipun hasil analisis bivariat tidak signifikan untuk risiko jenis rokok
non filter, akan tetapi besar risiko tersebut meningkatkan katarak senilis
1,88 kali lebih besar dibandingkan jenis rokok filter. Hal ini dikarenakan
senilis.
orang merokok jenis filter (70%), jenis non filter yaitu kretek (tembakau
dan cengkeh) (30%). Didapatkan hasil bahwa jenis rokok non filter yaitu
kretek mengandung nikotin dan tar lebih tinggi dari rokok jenis filter.
Bukan berarti jenis rokok filter mengandung nikotin dan tar lebih rendah,
Dibetes Mellitus
risiko untuk kejadian katarak senilis adalah 12,2 (Interval kenyakinan 95%
tahun. Hal ini berarti orang diabetes mellitus tipe 2 yang berumur > 60
tahun mempunyai risiko terjadi katarak senilis 12,2 kali lebih besar
tahun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di Amerika Serikat yang
sampai 50% untuk mereka yang berumur antara 65-74 tahun dan 70%
untuk mereka yang berumur 75 tahun. Sebagian besar kasus katarak senilis
jarang sama (Yusneni, 1996). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil
mempunyai risiko 12,5 kali lebih besar untuk terkena katarak senilis
1997).
Hal ini sesuai teori Ilyas (1999) yang menyatakan bahwa lensa
mata terletak di belakang iris (bagian yang paling awal untuk menerima
cahaya) dan pupil (bagian pada tengah iris yang meneruskan cahaya yang
titik tajam ke atas retina. Lensa mata mengandung air dan protein. Protein
ini tersusun rapi supaya lensa mata terlihat jernih untuk memfokuskan
tahun) maka protein akan bergumpal dan membentuk seperti ”awan kecil”
pada lensa mata. Jika dibiarkan maka gumpalan ”awan kecil” akan
tahun lensa mata sudah mulai kaku sehingga tidak elastis karena terjadi
cairan dalam lensa mata semakin berkurang. Pada usia diatas 60 tahun
terjadi penurunan 2/3 cairan dalam lensa mata. Hal inilah yang
BAB VIII
VII. 1 Kesimpulan
terjadi katarak senilis 18,5 kali lebih besar pada penderita DM tipe 2 yang
multivariat).
terjadi katarak senilis 3,07 kali lebih besar pada penderita DM tipe 2 yang
risiko terjadi katarak senilis 22,2 kali lebih besar pada penderita DM yang
kejadian katarak senilis menurut kepatuhan diet berdasrkan pola jenis dan
jadwal makan penderita DM tipe 2, besar risiko terjadi katarak senilis 11,1
kali lebih besar pada penderita DM tipe 2 yang tidak patuh melakukan diet
2 yang patuh melakukan diet berdasarkan pola jenis dan jadwal makan
kebiasaan merokok, dosis rokok yang dihisap, lama merokok, jenis rokok
bivariat).
terjadi katarak senilis 12,2 kali lebih besar pada penderita DM tipe 2 yang
VII. 2 Saran
yang kuat dari diri penderita diabetes mellitus tipe 2 maka dibutuhkan
melakukan diet.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, John. 2001. Beberapa Hal Baru Mengenai Kriteria Diagnosis dan
Klasifikasi Diabetes mellitus Dalam Tjokroprawiro, Askandar,
Hendromartono (dkk). Naskah Lengkap Surabaya Diabetes Uptake X.
Surabaya: Pusat Diabetes dan Nutrisi RSU Dr. Soetomo –FK Unair:50-54.
URJ Mata RSU Dr. Soetomo. 2003-2005. Laporan Tahunan Penyakit Mata
Berdasarkan Jumlah Kasus.
Pinto. 1998. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Bina Rupa Aksara: 15-16.
Setyowati. 2000. Seminar dan Kursus Praktis Katarak-Laser. Surabaya: PPNI dan
Yayasan Pengembangan Ophtalmologi: 30-33.
Soetmadji. 1996. Diabetes dan Infeksi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1
Edisi III.Jakarta. Balai Penerbit FK-UI: 20.
Lampiran 1
KUESIONER
No Responden :
Tanggal Wawancara :
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
1. Menurut anjuran dokter, berapa kali anda minum Obat Anti Diabet
2. Apakah anda selalu minum Obat Anti Diabet atau melakukan injeksi
a. Ya b. Tidak
3. Apakah selama ini anda pernah lupa minum Obat Anti Diabetes atau
a. Ya b. Tidak
4. Jika ya, seberapa sering anda minum minum Obat Anti Diabetes
a. Ya b. Tidak
...........................
.............menit
..........kali/minggu
1. Apakah anda dalam satu hari cukup makan 3 kali makanan utama
a. Ya b. Tidak
2. Bila Ya, apakah pada pagi hari, siang dan malam saudara cukup
makan nasi, tempe, sayur, daging, serta buah yang tidak manis
a. Ya b. Tidak
tentang pola makan dan snack pada waktu pagi, siang dan malam
a. Ya b. Tidak
4. Bila Ya, pukul berapa saja waktu yang telah ditentukan dalam satu
hari?
terakhir ?
hari?......batang
Lampiran 2
Analisis Besar Risiko Kejadian Katarak Senilis Menurut Dosis Rokok Yang
Dihisap Oleh penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
Analisis Besar Risiko Kejadian Katarak Senilis Menurut Jenis Rokok Yang
Dihisap Oleh penderita Diabetes Mellitus Tipe 2