Anda di halaman 1dari 8

BIMBINGAN SKRIPSI

Nama :

NPM :

Judul :

Dosen Pembimbing I :

No. Pertemuan Tanggal Topik Tanda


Tangan
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.
BIMBINGAN SKRIPSI

Nama :

NPM :

Judul :

Dosen Pembimbing II :

No. Pertemuan Tanggal Topik Tanda


Tangan
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.
Faisal Yunus

Dokter Spesialis Paru

ACT NOW !

You Can Control Your Asthma

 Home
 Tentang Saya
 Tanya Prof. Faisal
 Jawab Prof. Faisal
 Publikasi

Month: March 2014


March 27, 2014

You can control your asthma : ACT NOW!


http://faisalyunus.com/2014/03/

Dalam rangka Hari Asma Dunia 2009, GINA (Global Initiative for Asthma) dan WHO
mencanangkan tema :”You Can Control Your Asthma: ACT NOW!” (Anda bias mengontrol
Asma Anda, Bertindak Sekarang!)

Pada kenyataanya kurang dari 5 % pasien asma dengan asma terkontrol, atau dapat dikatakan
hamper seluruh pasien belum terkontrol. Prevalens asma di Indonesia meningkat dari waktu
ke waktu. Pada tahunn 2003 di Jakarta Timur diadakan penelitian pada anak SMP,
didapatkan hasil prevalensi sebesar 11,2% dan tahun 2008 meningkat menjadi 12,5 %

Berbagai factor yang mempengaruhi terjadinya asma salah satunya adalah polusi udara dan
perubahan gaya hidup. Asma dan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) merupakan
penyakit terbanyak yang dijumpai di pusat-pusat kesehatan paru di Indonesia.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga saat ini jumlah pasien asma di
dunia diperkirakan mencapai 300 juta orang dan diperkirakan angka ini akan terus meningkat
hingga 400 juta penderita pada tahun 2025. “Jumlah ini dapat saja lebih besar mengingat
asma merupakan penyakit yang underdiagnosed. Buruknya kualitas udara dan berubahnya
pola hidup masyarakat diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penderita asma di
dunia”, ungkap Prof.Dr.Faisal Yunus, Ph.D, SpP(K), FCCP, Ketua Umum Dewan Asma
Indonesia (DAI) saat jumpa pers Hari Ama Dunia 2009 di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta.

Di dunia penyakit asama termasuk 5 besar penyebab kematian, yaitu mencapai 17,4%. Di
Indonesia, Penyakit ini masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian. Hasil
penelitian International Study on Asthma and Alergies in Chilhood (ISAAC) pada tahun 2005
menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi
5,4%. Diperkirakan prevalensi asma di Indonesia 5% dari seluruh penduduk Indoensia,
artinya saat ini ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia.

Selama 20 tahun terakhir, penyakit ini memang meningkat dengan kasus kematian yang
diprediksi akan meningkat sebesar 20% hingga 10 tahun mendatang. WHO memperkirakan
pada tahun 2005 terdapat 255.000 pasien meninggal dunia karena asma. Ini bukan angka
yang sedikit. Tingginya angka kematian akibat asma banyak disebabkan control asma yang
buruk serta sikap pasien dan dokter yang seringkali meremehkan tingkat control asma.
Padahal asma yang tidak terkontrol dapat membatasi kualitas hidup secara drastis dan
kesejahteraan penderita beserta anggota keluarganya.

Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Selama
15 tahun terakhir kasus asma di Negara maju dan Negara berkembang meningkat pesat, jumlah
penderita saat ini sekitar 300 juta orang. Asma menjadi lima besar penyebab kematian di dunia
karena angkanya mencapai 17,4%. Data dari WHO pada tahun 2005 menunjukkan ada 2.550.000
penderita meninggal karena asma. Asma menjadi beban di Asia Tenggara karena 1 dari 4 orang
penderita asma dewasa tidak bekerja pada tahun yang lalu, dan 1 dari 3 anak yang menderita asma
absen sekolah pada tahun lalu karena kekambuhan asma. Sementara orang dewasa risiko kehilangan
hari kerja selama lebih dari 6 hari karena asma mencapai 19,2%. Di Indonesia sendiri, penyakit asma
masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian, dengan jumlah penderita pada tahun
2002 sebanyak 12.500.000. Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2005 mencatat 225.000 orang
meninggal karena asma. Di Yogyakarta sendiri angkanya sekitar 16,4%. Tanggal 3 Mei 2011 adalah
Hari Asma Sedunia, dengan tema “You Can Control Your Asthma” atau dalam bahasa Indonesia
“Anda dapat mengontrol Asma Anda”. Hari Asma Sedunia juga mengkampanyekan agar pemerintah,
departemen kesehatan, dan profesional kesehatan untuk mendorong agar penderita meningkatkan
kontrol asma dan mengurangi angka rawat inap sampai 50% pada tahun 2015. BP4 Yogyakarta
adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi DIY yang mempunyai kewenangan dalam
bidang pelayanan dan pengobatan paru-paru. Laporan tahunan BP4 Yogyakarta menunjukkan Asma
selalu menduduki peringkat 3 besar penyakit terbanyak kunjungan pasien, bahkan tahun 2010
menjadi urutan pertama. Hal ini terjadi karena pasien yang telah terdiagnosa asma selalu datang
untuk melakukan kontrol. Dalam rangka memperingati hari Asma sedunia tahun 2011 yang jatuh
pada tanggal 3 Mei 2011, maka BP4 Yogyakarta mempunyai program untuk sosialisasi Asma dan
pelayanan BP4 kepada masyarakat yaitu dengan membagikan gantungan kunci. Isi pesan pada
gantungan kunci adalah kontrol selalu penyakit asma. Dengan kegiatan ini diharapkan masyarakat
tahu tentang asma yang bisa dikontrol dan promosi layanan BP4. Kegiatan dilaksanakan pada hari
Jum’at tanggal 6 Mei 2011 dengan membagikan gantungan kunci pada pengendara motor/mobil di
perempatan jalan protokol (Jl. Malioboro dan perempatan pojok beteng kulon) yang dipandang
sebagai jalan yang banyak dilalui orang dari berbagai arah. Gantungan kunci juga dibagikan kepada
pasien baru asma yang berkunjung di BP4 Yogyakarta beserta leaflet tentang asma. Kegiatan ini
dapat menjadi penyadaran dari masyarakat terutama yang menderita asma untuk selalu mengontrol
penyakitnya sehingga mereka menjadi produktif dan pada akhirnya meningkatkan kualitas hidupnya.
penulis : AAP)

Asma, sering salah diagnosa

Asma merupakan gangguan kesehatann yang dapat menyebabkan kehilangan hari kerja bagi
para pekerja, kehilangan hari sekolah bagi anak sekolah, gangguan aktivitas, gangguan social
dan terhambatnya kegiatan bagi ibu rumah tangga , sehingga asma menjadi masalah serius
pada nak dan dewasa.
Tujuan penatalaksanaan asma adalah tercapainya asma terkontrol. Asma terkontrol adalah
keadaan pasien asma :

1. Tanpa gejala pada siang hari dan malam hari.


2. Tidak terhambat dalam melaksanakan aktivitas karena asma
3. Memiliki fungsi paru normal
4. Tidak menggunakan pelega
5. Tidak lagi berkunjung di UGD (Unit Gawat Darurat) karena serangan asma

Jika secara umum asma merupakan penyakit yang serikali underdiagnoses, maka pada
kelompok anak keadaannya lebih parah. Pangkal masalah adalah karena seringkali banyak
pihak, termasuk dokter, dalam melihat dan menilai anak sama seperti orang dewasa hanya
dalam ukuran kecil (anak dianggap miniature dewasa).

Gejala penyakit pada anak orang dewasa relative cukup khas dibandingkan gejala pada anak.
Pada pasien asma dewasa, gejala sesak napas disertai suara mengi biasanya sangat menonjol
sihingga diagnosisnya lebih mudah. Pada anak gejala mengitidak selalu berarti asma.
Semakin muda umur anak semakin banyak diagnosis banding dari gejala mengi. Sebaliknya,
banyak anak dengan asma tidak mempunyai gejala mengi tetapi yang menonjol adalah gejala
batuk kronik berulang.

Pada pasien dewasa di Indonesia dengan gejala batuk kronik dugaan utama penyebabnya
adalah tuberkolosis (TB). Hal yang sama diterapkan pada anak, sehingga hasil akhirnya
adalah banyak sekali anak asma keliru didiagnosis sebagai TB

Faktor Resiko

“Resiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor genetik (keturunan) dan
lingkungan”. Ujar Prof. Faisal. Berbagai macam hal di lingkungan dapat menyebabkan
munculnya gejala asma dan menimbulkan serangan asma. Hal yang paling sering misalnya
olahraga berat, allergen, bahan-bahan iritan dan infeksi virus. Pada kebanyakan penderita
asma, gejala hanya muncul pada saat berolahraga berat atau saat terkena infeksi.

Asma Dapat Dikontrol

“Asma tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol”, tegas Prof.Faisal. Meskipun ilmu
pengetahuan dan teknologi sudah sedemikian maju, namun penanganan asma di lapangan
masih belum adekuat baik di Negara berkembang maupun Negara maju. Keadaan asma
terkontrol yang menjadi tujuan penanganan asma masih belum tercapai pada sebagian besar
pasien asma.

Menurut Prof. Faisal, masih banyak dokter di tingkat pelayanan primer yang belum
menguasai penanganan asma standar.

Persepsi dan perilaku penanganan asma oleh dokter umum serta masyarakat tentang penyakit
asma memang dinilai masih rendah. Konsep penanganan asma masih berorientasi pada
pengobatan gejala/serangan asma, bukan pada pencegahan agar serangan tersebut dapat
ditekan bahkan dihilangkan atau didefinisikan sebagai kontrol asma.
Penanganan jangka panjang belum banyak diterapkan. Penanganan penyakit asma perlu
jangka panjang agar penderita asma dapat menjalani hidup normal. Hasil penelitian pada
tahun 1997 mengenai “manfaat penggunaan secara bersamaan obat bronkodilator (pelega
nafas) dan controller (pengontrol) inhalasi/hisap pada penderita asma dengan tinjauan khusus
pada perbaikan klinis dan biaya pengobatan” menunjukkan bahwa pasien yang menggunakan
bronkodilator (pelega nafas) dan controller (pengontrol) mendapat serangan asma yang lebih
jarang dan menurunnya kunjungan ke unit gawat darurat serta mengeluarkan biaya
pengobatan jauh lebih sedikit. “dari penelitian yang dilakukan pada pasien rawat jalan di RS
Persahabatan ini menunjukkan, bahwa penanganan asma yang baik dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien asma sekaligus mengurangi burden of diseases”, jelas Prof.Faisal.

Dari beberapa penelitian terakhir diketahui bahwa terapi kombinasi obat bronkodilator/pelega
jangka panjang dan obat pengontrol dalam satu kemasan inhalasi memberikan hasil perbaikan
gejala asma dibandingkan obat pengontrol tunggal dosis tinggi.

Cara pengobatan ini telah terbukti memberi keuntungan perbaikan faal paru dan penurunan
gejala asma yang mengurangi biaya kedaruratan asma. Dari penelitian ini juga diketahui
bahwa pasien asma memiliki kemungknan untuk mendapatkan kualitas hidup layaknya orang
tanpa asma, tentu saja dengan penggunaan obat kombinasi tersebut dengan tepat dan dalam
jangka waktu yang direkomendasikan dokter.

Bagaimana Mengetahui Status/Tingkat Kontrol Aman?

Gina (Global Initiative for Asthma) dalam rekomendasi penatalaksanaan asma 2008 yang
juga diadaptasi oleh Dewan Asma Indonesia, telah memulai upaya untuk menyebarluaskan
penggunaan ACT/Asthma Control Test guna mengetahui tingkat control asma secara mudah
dan valid.

ACT terdiri dari 5 pertanyaan yang memiliki nilai maksimal 5 untuk masing-masing
pertanyaannya. Jika pasien asma memiliki nilai maksimal 5 pada semua pertanyaan ACT atau
total nilai 25 maka pasien berada dalam tingkat asma yang terkontrol total/penuh. Artinya
pasien memiliki kualitas hidup yang sama seperti orang tanpa asma.

Hal yang harus diwaspadai pasien asma adalah jika nilai ACT berada dibawah angka 19 atau
berada pada tingkat asma yang tidak terkontrol. Itu merupakan indikasi untuk segera
mungkin berkonsultasi ke dokter guna mendapatkan evaluasi secara cermat agar pasien
mendapatkan pengobatan yang dibutuhkan untuk menuju kepada kondisi terkontrol penuh.

Segera periksa status control asma anda. Konsultasikan hasilnya ke dokter anda dan
laksanakan pengobatan yang direkomendasikan dengan benar dan sungguh-sungguh. Jangan
biarkan asma mengontrol anda! Saatnya pegang kendali.
Gambaran Pengetahuan dan Sikap dalam Mengontrol Kekambuhan Asma pada Pasien
Title:
Asma Bronkial Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga

Oktaria Batubara, Sakti


Authors: Aziz Anwar, M.
Wolagole, Lily

Pengetahuan
Keywords: Sikap
Mengontrol Kekambuhan Asma

Issue
2012
Date:

Publisher: Program Studi Ilmu Keperawatan FIK-UKSW

Asma merupakan penyakit yang sangat dekat dengan masyarakat dan mempunyai
populasi yang terus meningkat. Menurut survei The Global Initiative for Asthma (GINA)
tahun 2004, ditemukan bahwa kasus asma di seluruh dunia mencapai 300 juta jiwa dan
diprediksi pada tahun 2025 penderita asma bertambah menjadi 400 juta jiwa (GINA,
2004). Data World Health Organization (WHO) juga mengindikasikan hal yang serupa
bahwa jumlah penderita asma di dunia diduga terus bertambah sekitar 180 ribu orang
pertahun (Arif, 2009). Di Salatigaberdasarkan data dari RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga
menunjukkan tingkat penderita penyakit asma di RSP dr. Ario Wirawan Salatiga pada
tahun 2010 penyakit asma selalu berada pada 10 besar klasifikasi penyakit dengan
urutan ketiga untuk rawat jalan dan urutan kelima untuk pasien rawat inap. Tujuan dari
penelitian ini yaitumendapatkan gambaran pengetahuan dan sikap dalam mengontrol
kekambuhan asma dan gambaran asma terkontrol dan tidak terkontrol pada pasien
asma bronkial rawat jalan RSP. dr. Ario Wirawan Salatiga. Metode : Tipe penelitian yang
digunakan adalah metode kuantitatif, deskriptif. Sampel penelitian adalah pasien asma
Abstract: rawat jalan yang berkunjung untuk kontrol dan pengobatan, dengan jumlah sampel 75
orang penderita asma. Hasil Penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan tentang asma
dengan kategori pengetahuan baik 60%, berpengetahuan sedang 28%, sedangkan yang
berpengetahuan kurang 12%. Sikap dalam mengontrol kekambuhan asma yaitu sikap
positif 61,3% dan sikap negatif 38,7%. Respoden asma terkontrol sebesar 65,3% dan
asma tidak terkontrol sebesar 34,7%. Dari hasil penelitian ini disarankan bagi pelayanan
kesehatan (Rumah Sakit), dapat mempertahankan pelayanan yang sudah baik khususnya
dalam memberikan informasi berhubungan dengan penyakit pasien.
Asthma is a disease that is very close with society and has growing population. According
to The Global Initiative for Asthma (GINA) in 2004 found that the case of asthma in all
over the world can reach 300 millions of people and predicted in 2025, the sufferers of
asthma can be 400 millions of people (GINA, 2004). The data from World Health
Organization (WHO) also indicates the same things that the amount of the asthma
sufferers may increase about 180,000/ year (Arif, 2009). In Salatiga, based on the data
from Lung Hospital Dr. Ario Wirawan Salatiga. In 2010, asthma had always been among
top ten of disease classification. It was in number three for outpatients classification and
number five for inpatients category. The purpose of this research is to get the knowledge
description and attitude in controlling the relapse of asthma and the description about
controlled asthma and uncontrolled to the bronchial asthma outpatients RSP. Dr. Ario
Wirawan Salatiga. The method of the research used was descriptive- quantitative
method. The sample of the research was 75 asthma outpatients who had their health
checked. The result of this research shows that the category of asthma knowledge is 60%
for having good knowledge, having average knowledge as 28% and having less
knowledge as 12%. The attitudes in controlling the asthma relapse are positive (61.3%)
and negative attitudes (38.7%). The respondent for controlled asthma is as many as 65%
and uncontrolled asthma is as many as 34.7%. From the results, it is suggested for health
services (hospital) can defend its good service especially in giving information that deals
with the disease of the patient.

Anda mungkin juga menyukai