File PDF
File PDF
ANGKATAN LXXV
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
DESEMBER 2012
ANGKATAN LXXV
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
DESEMBER 2012
ii
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Guardian Pharmatama Kawasan Industri Manis
Jl. Manis Raya KM 8,5 Gandasari, Jatiuwung, Tangerang Periode 12 Juli – 31 Agustus 2012
adalah karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
NPM : 1106153605
Tanda Tangan :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pada Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT.
Guardian Pharmatama di Kawasan Industri Manis Jl. Manis Raya Km 8,5, Jatiuwung,
Tangerang. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Guardian Pharmatama
dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2012 dan merupakan salah satu syarat akademis
untuk memperoleh gelar Apoteker.
Proses PKPA ini dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan serta dorongan baik moril maupun
materil. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Dra. Anni M. Wulandari, Apt., selaku Plant Manager, yang telah mengizinkan dan
memberikan fasilitas kepada mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker;
2. Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan
selama melaksanakan PKPA dan menyusun tugas akhir;
3. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia;
4. Bapak Dr. Harmita, Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia;
5. Ibu Dra. Nani Suryani, Apt., selaku QA Manager PT. Guardian Pharmatama;
6. Ibu Rita Luthviana, S.Si., Apt., selaku QC Manager PT. Guardian Pharmatama;
7. Ibu Endang Lisnawati, Apt., selaku R&D Manajer Analisis dan Registrasi PT. Guardian
Pharmatama;
8. Ibu Helena Tjahyadi, Apt., selaku R&D Manajer Formulasi PT. Guardian Pharmatama;
9. Ibu Magda Oscar, selaku Warehouse Manager PT. Guardian Pharmatama;
10. Bapak Gugun Gunadi, selaku Engineering Manager PT. Guardian Pharmatama;
11. Seluruh staf dan karyawan PT. Guardian Pharmatama, Tangerang yang telah memberikan
bantuan, pengalaman, bimbingan dan kerjasama selama pelaksanaan PKPA;
12. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan
moral;
13. Teman-teman program profesi apoteker angkatan 75 Universitas Indonesia;
14. Seluruh pihak yang telah membantu demi kelancaran pengerjaan laporan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan praktek kerja
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran agar dapat memperbaiki
diri di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat berguna bagi siapapun yang
membacanya.
Penulis
2012
ii
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Zulfa Edawati
NPM : 1106153605
Program Studi : Apoteker
Fakultas : Farmasi
Jenis Karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
demi pengembangan ilmu penegetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-ekslusive Royalty Free Right) atas karya tulis
ilmiah saya yang berjudul :
1. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Alat Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Periode 18 Juni – 29 Juni 2012
2. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Mediko Farma Jl. Pinang Raya
No.10 Pondok Labu Cilandak Jakarta Selatan Periode 3 September – 12 Oktober 2012
3. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Guardian Pharmatama Kawasan
Industri Manis Jl. Manis Raya KM 8,5 Gandasari, Jatiuwung, Tangerang Periode 12
Juli – 31 Agustus 2012.
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan laporan saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 28 Januari 2013
Yang menyatakan
(Zulfa Edawati)
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. ix
vi Universitas Indonesia
Halaman
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Guardian Pharmatama .................... 91
Lampiran 2. Struktur Organisasi Departemen QA .................................... 92
Lampiran 3. Struktur Organisasi Departemen QC Bahan Awal dan IPC... 93
Lampiran 4. Struktur Organisasi Departemen Bahan Kemas .................... 94
Lampiran 5. Struktur Organisasi Research & Development Formulasi ..... 95
Lampiran 6. Struktur Organisasi Research & Development Analisis
Registrasi............................................................................. 96
Lampiran 7. Struktur Organisasi Departemen Engineering ...................... 97
Lampiran 8. Struktur Organisasi PPIC (Production Planning and
Inventory Control) ............................................................ 98
Lampiran 9. Struktur Organisasi Warehouse (WH) .................................. 99
Lampiran 10. Departemen Produksi........................................................... 100
Lampiran 11. Alur Keluar Masuk Bahan Baku .......................................... 101
Lampiran 12. Alur Keluar Masuk Bahan Pengemas ................................... 102
Lampiran 13. Alur Proses PPIC ................................................................. 103
Lampiran 14. Alur Proses Produksi Sediaan Solid ..................................... 104
Lampiran 15. Alur Proses Produksi Sediaan Sirup ..................................... 105
Lampiran 16. Alur Proses Produksi Sediaan Suspensi................................ 106
Lampiran 17. Alur Proses Produksi Sediaan Krim ..................................... 107
Lampiran 18. Alur Proses Produksi Sediaan Salep..................................... 108
Lampiran 19. Alur Dokumentasi Manufacturing Direction ....................... 109
Lampiran 20. Alur Penanganan Produk Jadi yang Sudah Dikemas............. 110
ix Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Guardian Pharmatama bertujuan
agar calon apoteker:
1.2.1 Memahami penerapan aspek-aspek CPOB yang dilakukan oleh industri
farmasi dalam menghasilkan produk yang berkualitas.
1.2.2 Memahami peranan apoteker dalam industri farmasi.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI
obat; memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak; memiliki secara tetap paling sedikit 3
(tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia mesing-masing sebagai
penanggungjawab pemastian mutu, produksi dan pengawasan mutu; komisaris
dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung maupun tidak langsung dalam
pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Tahap persetujuan prinsip harus dilalui oleh setiap industri farmasi untuk
dapat memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi. Persetujuan prinsip diberikan
kepada industri farmasi agar melakukan persiapan-persiapan dan usaha
pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi, peralatan dan lain-lain yang
diperlukan termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan
perundang-undangan di bidang obat. Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama
jangka waktu tiga tahun, dan setiap enam bulan sekali perusahaan yang
bersangkutan menyampaikan informasi kemajuan pembangunan proyeknya
kepada Direktur Jenderal dari Kementerian Kesehatan dengan tembusan kepada
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.
Pemohon yang telah selasai melaksanakan tahap persetujuan prinsip dapat
mengajukan permohonan izin industri farmasi. Surat permohonan izin industri
farmasi harus ditanda tangani oleh direktur utama dan apoteker yang bertanggung
jawab pemastian mutu dengan memenuhi kelengkapan yang telah dipersyaratkan.
Permohonan izin industri farmasi diajukan kepada Direktur Jenderal dengan
tembusan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi setempat. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari sejak
diterimanya tembusan permohonan, Kepala Badan akan melakukan audit
pemenuhan persyaratan CPOB dan kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan
verifikasi kelengkapan persyaratan administratif. Paling lama dalam waktu 10
(sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi persyaratan CPOB, Kepala
Badan mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada kepala dinas provinsi dan pemohon.
Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi
persyaratan administratif, kepala dinas kesehatan provinsi mengeluarkan
rekomendasi pemenuhan persyaratan administratif kepada Direktur Jenderal
Universitas Indonesia
dengan tembusan kepada Kepala Badan dan pemohon. Paling lama dalam waktu
10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima rekomendasi dari kepala badan dan
kepala Dinkes Provinsi, Direktur Jenderal menerbitkan Izin Industri Farmasi.
Izin Usaha Industri Farmasi berlaku untuk seterusnya selama perusahaan
tersebut berproduksi. Industri farmasi yang melakukan perubahan bermakna
tehadap pemenuhan CPOB, baik perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi
wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau
perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan penanggung jawab, atau nama
industri harus dilakukan perubahan izin.
Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan
hidup. Oleh karena itu, industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang
dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama lima tahun
sepanjang memenuhi persyaratan.
Industri farmasi wajib menyampaikan laporan industri secara berkala
mengenai kegiatan usahanya sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai
produksi setiap obat yang dihasilkan paling lambat tanggal 15 Januari dan 15 Juli
yang disampaikan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala
Badan.
Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi dilakukan bila Perusahaan
Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi:
a. Melakukan pemindah tanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan
penjualan tanpa izin.
b. Tidak menyampaikan informasi industri tiga kali berturut-turut atau dengan
sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar.
c. Melakukan pemindahan lokasi industri tanpa persetujuan tertulis terlebih
dahulu dari Menteri Kesehatan RI.
d. Dengan sengaja memproduksi obat atau bahan baku obat yang tidak
memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu).
e. Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi.
Universitas Indonesia
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (Badan Pengawas Obat dan
Makanan. 2006)
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan
pengendalian mutu.
Universitas Indonesia
dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan
peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan mutu dan
pelulusan produk.
g. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa sedapat
mungkin produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani
sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa edar/ simpan obat.
h. Tersedia prosedur inspeksi diri dan audit mutu yang secara berkala
mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem pemastian mutu.
i. Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk memenuhi
spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan.
j. Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat.
k. Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu
produk.
l. Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetujui.
m. Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses
dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.
CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat
dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan
spesifikasi produk.
Persyaratan dasar dari CPOB adalah:
a. Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara
sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten
menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang
telah ditetapkan;
b. Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana
penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi;
c. Tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk:
1. Personil yang terkualifikasi dan terlatih;
2. Bangunan dan sarana dengan luas yang memadai;
3. Peralatan dan sarana penunjang yang sesuai;
4. Bahan, wadah dan label yang benar;
Universitas Indonesia
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi
Universitas Indonesia
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan
Mutu harus independen satu terhadap yang lain.
Kepala bagian Produksi hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar dan
terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis
yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial
sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala
bagian Produksi hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam
produksi obat.
Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang
Apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai,
memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial
sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah diberi kewenangan dan
tanggung jawab penuh untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan
sistem mutu/ pemastian mutu
Setiap karyawan yang langsung ikut serta dalam kegiatan pembuatan obat
dan yang karena tugasnya harus memasuki daerah pembuatan obat, hendaklah
diberikan pelatihan yang sesuai dengan tugasnya maupun pelatihan CPOB.
Pelatihan hendaknya dilaksanakan secara berkesinambungan dengan program
tertulis yang disetujui oleh manajer produksi dan manajer pengawasan mutu.
Pelatihan khusus diberikan kepada karyawan yang bekerja didaerah steril,
didaerah bersih, atau bagi mereka yang bekerja menggunakan bahan yang
beresiko tinggi, toksis atau yang menimbulkan alergi. Pelatihan hendaknya
diberikan oleh orang yang cakap. Dokumen pelatihan harus disimpan dengan baik
dan efektifitas program pelatihan hendaknya dinilai secara berkala.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai dengan desain serta seragam dari bets ke
bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan.
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah memiliki
rancang bangun dan kontruksi yang tepat. Permukaan peralatan yang bersentuhan
Universitas Indonesia
langsung dengan bahan atau produk tidak boleh bereaksi karena dapat merubah
identitas, mutu dan kemurnian produk yang dihasilkan, tidak boleh mencemari
produk, harus mudah dibersihkan baik bagian dalam maupun bagian luar
mesin/alat tersebut. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, dan
menguji harus diperiksa ketelitiannya secara teratur serta dikalibrasi menurut
program dan prosedur yang tepat.
Pemasangan dan penempatan alat harus dapat mencegah terjadinya
kontaminasi silang dan cukup renggang untuk memberikan keleluasaan kerja.
Saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara harus dipasang dengan baik
sehingga mudah dicapai selama kegiatan berlangsung.
Peralatan hendaknya dirawat menurut jadwal agar tetap berfungsi dengan
baik dan mencegah pencemaran terhadap produk. Catatan mengenai pelaksanaan,
pemeliharaan dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicakup dalam
buku catatan harian yang menunjukkan tanggal, waktu, kekuatan dan nomor bets
atau lot produk yang diolah dengan peralatan tersebut serta pelaksana
pembersihan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Prosedur produksi hendaklah
dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama-sama penanggung jawab
pengawasan mutu. Setiap penyimpangan prosedur yang telah ditetapkan
hendaknya di catat pada catatan bets dan bila perlu proses produksi setiap bets
sebelumnya di evaluasi kembali.
Universitas Indonesia
2.2.6.3 Pencemaran
Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat yang dapat
merugikan kesehatan atau mengurangi daya terapeutik atau mempengaruhi
kualitas suatu produk, tidak dapat diterima. Perhatian khusus hendaklah diberikan
pada masalah pencemaran silang, karena sekalipun sifat dan tingkatannya tidak
Universitas Indonesia
2.2.6.6 Pengolahan
Semua bahan yang digunakan dalam pengolahan harus diperiksa lebih
dahulu. Hendaklah tidak memasukkan bahan lain selain bahan untuk bets yang
sedang diolah tersebut. Pemantauan kondisi area pengolahan dan langkah yang
harus dilakukan sebelum memulai proses pengolahan sebaiknya menggunakan
suatu daftar periksa yang mencakup antara lain kondisi daerah pengolahan harus
dipantau dan dikendalikan sesuai persyaratan yang telah ditetapkan, peralatan
harus dinyatakan bersih secara tertulis sebelum digunakan. Kegiatan pengolahan
Universitas Indonesia
harus mengikuti prosedur tetap, dan tiap penyimpangan harus segera dilaporkan
kepada supervisor dan di dokumentasikan di dalam catatan pengolahan bets.
2.2.6.8 Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi-bagi dan mengemas produk
ruahan menjadi produk jadi. Proses pengemasan hendaklah dilaksanakan dibawah
pengawasan ketat untuk menjaga identitas, keutuhan, dan kualitas barang yang
sudah dikemas. Sebelum kegiatan pengemasan dimulai hendaklah dilakukan
pemeriksaan untuk memastikan bahwa peralatan dan ruang kerja dalam keadaan
bersih dan bebas dari produk dan sisa produk lain atau dokumen yang tidak
diperlukan untuk kegiatan yang dilakukan.
Sebelum menempatkan bahan pengemas pada jalur pengemasan hendaklah
diadakan pemeriksaan kesiapan jalur pengemasan yang bersangkutan oleh petugas
yang ditunjuk sesuai dengan prosedur tertulis yang ditentukan.
Pada penyelesaian proses pengemasan produk yang sudah dikemas
hendaklah diperiksa dengan teliti untuk memastikan bahwa produk obat tersebut
sesuai dengan persyaratan dalam prosedur pengemasan induk. Hanya obat jadi
Universitas Indonesia
yang berasal dari satu bets pengemasan saja yang boleh ditempatkan pada satu
plat. Bila ada karton yang tidak penuh maka jumlah yang ada didalamnya
hendaklah dituliskan pada karton tersebut.
Produk dalam status karantina hendaklah diberi label “karantina” dan
disimpan dalam rak khusus untuk karantina atau ditempat yang diberi tanda
khusus sehingga mudah dibedakan dengan produk yang telah diluluskan.
2.2.6.9 Penyimpanan Bahan Awal, Produk Antara, Produk Ruahan, dan Obat Jadi
Semua bahan hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk mencegah
resiko tercampur-baur atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan
pemeliharaan. Semua bahan ini disimpan dengan jarak yang cukup terhadap bahan
lainnya maupun terhadap dinding, tidak diletakkan dilantai, dan dalam kondisi
lingkungan yang sesuai. Penyimpanan diluar gudang diperbolehkan bagi bahan
yang dikemas dalam wadah kedap yang mutunya tidak terpengaruh oleh suhu,
kelembaban dan faktor lainnya. Bahan yang mudah terbakar hendaklah disimpan
di gudang khusus yang letaknya terpisah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi yang
disimpan hendaklah mempunyai kartu persediaan yang senantiasa direkonsiliasi
dan jika terdapat penyimpangan hendaklah dicatat disertai penjelasan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasi
manajemen yang meliputi spesifikasi, prosedur, metode dan instruksi, catatan dan
laporan serta jenis dokumentasi lain yang diperlukan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan
obat. Sistem dokumentasi hendaklah menggambarkan riwayat lengkap dari setiap
bets atau lot suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta
penelusuran terhadap bets atau lot produk yang bersangkutan. Sistem dokumentasi
diperlukan pula dalam pemantauan dan pengendalian, misalnya kondisi
lingkungan, perlengkapan dan personalia.
Universitas Indonesia
2.2.11.3 Prosedur dan Catatan Pemusnahan Bahan dan Produk yang Ditolak
Dibuat prosedur pemusnahan bahan atau produk yang ditolak yang
mencakup tindakan pencegahan lingkungan dan kemungkinan jatuhnya produk
tersebut ketangan orang yang tidak berwenang. Juga harus dibuat catatan
pemusnahan bahan atau produk yang ditolak yang berisi antara lain nama bahan,
Universitas Indonesia
nomor bets dan jumlah, asal bahan atau produk, cara pemusnahan, nama petugas
yang melaksanakan, dan tanggal pemusnahan.
Universitas Indonesia
c. Kualifikasi Operasional
Tujuan dari kualifikasi operasional adalah untuk menjamin &
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi bekerja
(beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Jadi kualifikasi
operasional dilaksanakan setelah pemasangan atau instalasi mesin atau peralatan
produksi atau sarana penunjang dan digunakan sebagai tes mesin/ peralatan.
d. Kualifikasi Kinerja
Tujuan dari kualifikasi kinerja adalah untuk menjamin &
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi bekerja
(beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dengan cara menjalankan
sistem sesuai dengan tujuan penggunaan
Masing-masing pelaksanaan kualifikasi harus dilakukan secara berurutan
dan berkesinambungan. Artinya, dalam pelaksanaan kualifikasi dimulai dari
Kualifikasi Desain, kemudian Kualifikasi Instalasi, Kualifikasi Operasional dan
yang terakhir Kualifikasi Kinerja, tidak bisa dibolak-balik.
2.2.12.2 Validasi
Validasi adalah tindakan pembuktian yang didokumentasi dengan cara-
cara yang sesuai bahwa tiap bahan, prosedur, kegiatan, sistem, dan perlengkapan
yang digunakan dalam produksi dan pengawasan mutu akan senantiasa mencapai
hasil yang diinginkan.
Cara-cara pelaksanaan validasi terbagi empat yaitu :
a. Validasi Prospektive
Adalah validasi berdasarkan pada perolehan data pertama sesuai protokol
validasi yang direncanakan. Validasi ini berlaku untuk produk yang belum
beredar.
b. Validasi Concurrent
Adalah validasi yang berdasarkan data otentik yang diperoleh dan
dikumpulkan dari proses yang sedang dilaksanakan. Validasi ini berlaku pada
produk yang sedang beredar.
Universitas Indonesia
c. Validasi Retrospektive
Adalah validasi yang berdasarkan data otentik yang diperoleh dan
dikumpulkan dari proses yang sudah dilaksanakan dan dinilai menurut prinsip
statistik. Validasi ini berlaku pada produk yang sudah beredar.
d. Validasi Ulang
Adalah validasi yang dilakukan bila ada perubahan bahan baku, proses
pembuatan, dan mesin.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
PT. GUARDIAN PHARMATAMA
29 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
barang kembalian serta rekomendasi tindak lanjut. Produk yang dikaji akan
dimasukkan dalam laporan pengkajian produk tahunan.
5. Pembuatan Certificate of Analysis (COA)
QA akan membuat COA produk jadi dari setiap produk yang diproduksi.
COA yang dibuat berdasarkan data-data hasil analisis yang dilakukan oleh
departemen terkait yang dipakai sebagai dokumen yang sah untuk menjamin
kualitas dan khasiat obat yang dibuat.
Universitas Indonesia
karena tidak semua produk diuji. Parameter yang digunakan untuk memilih
product marker diantaranya adalah produk yang paling sulit dibersihkan, produk
yang paling toksik, yang tidak larut dalam air atau alkohol, zat aktif dengan dosis
kecil, produk yang paling sering diproduksi. Residu yang dianalisa yaitu residu
zat aktif dan mikrobiologi. Penentuan residu zat aktif dapat dilakukan secara fisik
(visual) dan kimia (HPLC). Selain penentuan residu zat aktif juga dilakukan
pemeriksaan mikrobiologi.
Sampel yang biasanya digunakan adalah:
a) Air bilasan: bilasan terakhir dengan menggunakan purified water. Air bilasan
tersebut diambil untuk di cek residu dengan HPLC dan Total Organic Carbon
(TOC)
b) Usapan (swab): pada beberapa bagian alat yang sulit untuk dibersihkan
diusap dengan kapas pada area 5x5 cm. Hasil yang didapatkan kemudian
dikonversikan dengan keadaan (luas mesin) yang sebenarnya.
Metode yang digunakan untuk proses pembersihan adalah metode
konkuren. Validasi minimal dilakukan terhadap 3 batch. Jika hasil validasi tidak
memenuhi syarat, validasi dapat diulang kembali. Jika hasil ulangan tersebut juga
tidak memenuhi syarat maka dapat diusulkan perubahan pada proses pembersihan.
Kriteria penerimaan proses pembersihan untuk mikroba yaitu < 100 koloni/swab
dan untuk jamur < 10 koloni/swab. Jika product marker berubah, maka akan
dilakukan revalidasi pembersihan.
b. Stabilitas
Uji stabilitas dilakukan oleh R&D analisa (3 batch pertama), selanjutnya
dilakukan oleh QA. Uji stabilitas yang dilakukan oleh QA meliputi yang rework
dan yang telah dipasarkan (existing). Uji stabilitas dari masing-masing produk
diambil 1 batch pertahunnya. Interval analisanya yaitu 12 bulan, 24 bulan, 36
bulan, 48 bulan sampai ED+1 tahun dengan maksimal analisa 5 tahun namun
kalau produk memiliki ED 5 tahun berarti analisa hanya sampai 5 tahun. Khusus
untuk produk rework, analisa diperketat menjadi tiap 6 bulan karena produk
tersebut diluluskan untuk release dengan pengecualian. Kondisi untuk uji
stabilitas dilakukan disuhu 30oC ± 2oC, kelembaban 75% ± 5% dalam climatic
chamber. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran produk yang sudah ada
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1. Registrasi baru
a) Kategori 1 : untuk obat baru, produk biologi, termasuk produk
biologi sejenis
b) Kategori2 : obat copy
c) Kategori3 : sediaan lain yang belum mengandung obat
2. Registrasi variasi
a) Kategori4 : variasi mayor
b) Kategori5 : variasi minor yang memerlukan persetujuan
c) Kategori6 : variasi minor dengan notifikasi
3. Registrasi ulang
Kategori7 : registrasi ulang
Obat yang mendapat izin edar harus memenuhi kriteria berikut:
1. Khasiatnya pasti dan keamanannya memadai dibuktikan melalui uji non
klinik dan uji klinik atau bukti-bukti lain sesuai dengan status perkembangan
ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
2. Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi sesuai cara
pembuatan obat yang baik (CPOB), spesifikasi dan metode analisis terhadap
semua bahan yang digunakan serta produk jadi dengan bukti yang sahih.
3. Penandaan dan informasi produk berisi informasi lengkap, objektif dan tidak
menyesatkan yang dapat menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional
dan aman.
4. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
5. Khusus untuk psikotropika baru harus memiliki keunggulan dibandingkan
dengan obat yang telah disetujui beredar di Indonesia. Dan untuk kontrasepsi
atau obat lain yang digunakan dalam program nasional dapat dipersyaratkan
uji klinik di Indonesia.
Registrasi obat produksi dalam negeri dilakukan oleh pendaftar yang harus
memenuhi persyaratan yaitu memiliki izin industri farmasi dan memiliki sertifikat
CPOB yang masih berlaku sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan yang
diregistrasi.
Tahapan registrasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.3.3.1 Mekanik
Mekanik memiliki tanggung jawab terhadap perbaikan, instalasi, setup dan
perawatan mesin-mesin yang terdapat di PT. Guardian Pharmatama. perawatan
mesin merupakan preventif dari masalah yang dapat mengganggu mesin. Jadwal
perawatan mesin bergantung pada jadwal produksi. Semakin sering suatu mesin
digunakan, semakin sering pula pengecekan yang dilakukan terhadap mesin
tersebut. Perawatan terhadap mesin yang dilakukan meliputi kegiatan inspeksi
seperti oiling, greasing dan cleaning serta kegiatan small repair dan medium
repair.
3.3.3.2 Electrician
Staf electrician bertanggung jawab terhadap:
a. System HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning)
Di bagian produksi pabrik PT. Guardian Pharmatama menggunakan
klasifikasi ruangan D dan E atau pada sistem HVAC merupakan kelas 100.000
untuk syarat partikulat. Sistem HVAC pada ruang produksi terbagi menjadi dua
zona yaitu zona 1 yang merupakan ruang penimbangan dan pencampuran serta
zona 2 yaitu ruang pencetakan dan stripping serta blistering. Pemisahan kedua
zona tersebut bertujuan untuk menghemat energi yang digunakan karena zona 1
tetap berjalan di malam hari sementara zona 2 tidak.
Ruang produksi memiliki spesifikasi sebagai berikut:
1. Temperatur 24 ± 2oC
2. Tekanan 15-20 Pascal
3. RH < 70%
4. A/C/Hr (Air Change per Hour) 10-20 kali.
AHU atau Air handling Unit merupakan bagian dari HVAC. Fungsinya
adalah mengatur sirkulasi udara di ruang produksi. Udara yang masuk ke ruang
produksi akan melalui saringan udara yang terdapat di langit-langit ruang
produksi. Saringan udara ini merupakan saringan bertingkat yang terdiri dari:
Universitas Indonesia
a) Washable filter
Memiliki efisiensi 80-85%. Saringan ini dapat dicuci sehingga partikel
yang melekat pada saringan dapat dihilangkan serta secara tidak langsung akan
menjaga keawetan dari saringan tersebut.
b) Prefilter
Saringan dengan efisiensi 25-30%.
c) Medium filter
Saringan dengan efisiensi 90-95%.
d) HEPA
e) Saringan dengan efisiensi 99,99%.
b. Kalibrasi mesin
Alat-alat yang dikalibrasi antara lain thermometer, termograf, pressure
grid, vacuum grid, timer pengukuran rpm. Semua alat dikalibrasi menggunakan
kalibrator yang telah tersedia.
Universitas Indonesia
kali dalam 1 jam. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penumpukan debu di ruang
produksi.
3.3.3.4 Utility
a. Perawatan ganset
Genset digunakan sebagai penghasil tenaga listrik disaat lisrik padam.
Genset digunakan agar pada saat listrik padam, aktivitas di pabrik masih bias
berjalan seperti biasanya. Genset diletakkan pada suatu container yang kedap
suara agar meminimalisir bisingnya suara genset tersebut saat sedang digunakan.
b. Air compressing
Merupakan udara bertekanan tinggi yang digunakan disaat produksi.
c. Pengolahan limbah
d. Purified Water System
Merupakan suatu sistem pengolahan air yang digunakan untuk proses
produksi. Pada proses pengolahan air ini, air yang digunakan adalah air yang
terdapat pada sumur penampungan air. Kemudian air tersebut diproses dengan
menggunakan sistem pemurnian air atau yang dikenal dengan Purified Water
System. Adapun proses yang dilalui dalam pengolahan air tersebut adalah:
1. Pretreatment
Proses ini digunakan untuk menyisihkan mineral-mineral yang terlarut
yang terjadi didalam R/O (Reverse Osmosis) dapat lebih optimum dan membrane
R/O tidak cepat rusak. Proses yang dilalui dalam fase pretreatment adalah:
a) Klorinasi
Air sumur dipompakan masuk ke raw meter storage tank yang terlebih
dahulu telah diinjeksi dengan Na Hipoklorida. Na Hipoklorida ini dalam raw
water storage tank akan melepaskan klorin. Klorin akan memutuskan ikatan
organic, mengoksidasi besi dan oksidan lainnya dan sekaligus sebagai desinfektan
untuk membunuh bakteri yang ada.
b) Multimedia filter
Berisi anthracite dan silica gravel sebagai media pendukung. Fungsi dari
filter ini adalah mengurangi kotoran dan partikel-partikel yang terdapat dalam air.
Proses penyaringan ini akan berjalan secara terus-menerus. Bila terjadi perbedaan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2) Settle
Pada tahap ini tidak ada aliran dalam kolom, sehingga resin kation akan
turun keagian bawah dan resin anion akan berada pada bagian atas.
3) Regenerasi resin anion
Proses ini berlangsung dengan aliran regeneran dari atas ke bawah
(concurrent) melewati resi anion dan keluar melalui kolektor tengah menuju bak
penampungan limbah.
4) Pembilasan resin anion
Proses ini berlangsung dengan aliran air dari atas ke bawah dan keluar dari
kolektor tengah menuju tangki penampung limbah tanpa adaya regeneran yang
masuk.
5) Regenerasi resin kation
Proses ini berlangsung dengan aliran regeneran dari bawah ke atas
(counter current) melewati resin kation lalu keluar dari kolektor tengah menuju
bak penampungan lumbah untuk dinetralkan tanpa adanya regeneran yang masuk.
6) Fast rinse
Proses pembilasan ini berlangsung dengan aliran air dari atas dan dari
bawah bersamaan melewati resin anion dan kation lalu keluar melalui kolektor
tengah menuju tangki penampungan limbah tanpa adanya regeneran yang masuk.
7) Drain down
Tahap ini merupakan persiapan pencampuran resin kation dan resin anion
dengan membuang sebagian air yang ada pada tabung mixed bed hingga diatas
permukaan resin agar dapat melakukan proses pencampuran dengan baik.
8) Pencampuran
Tahap ini merupakan tahap pencampuran kembali resin kation dan resin
anion yang telah diregenerasi dengan menggunakan udara yang bebas dari minyak
dengan kapasitas aliran dan tekanan tertentu untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Pada proses ini udara bertekanan dialirkan dari bagian bawah resin
agar resin kation dapat tercampur dengan anion secara merata.
9) Pembilasan akhir
Pada tahap ini air mengalir dari bagian atas ke bagian bawah lapisan resin
yang telah tercampur lalu keluar dari bagian bawah.
Universitas Indonesia
b) Cartridge filter
Filter yang digunakan untuk menjaga agar tidak ada partikel resin yang
lolos pada saat mixed bed filter bekerja (dapat juga disebut resin trap). Bagian ini
harus diganti secara berkala untuk memperoleh hasil yang maksimal.
c) Ultra filter
Merupakan filter akhir sebelum air masuk kedalam ultraviolet sterilizer.
Ukuran porinya sangat kecil 1,1-0,01 micron yang digunakan untuk memastikan
bahwa partikel kotoran yang terkontaminasi dalam tangki penampungan tersaring
dengan baik dan ultraviolet sterilizer dapat bekerja maksimal.
d) Ultra violet sterilizer
Sinar ultra violet telah dikenal dapat membunuh mikroorganisme. Sinar
UV dapat mebunuh kelompok mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, alga
dan protozoa. Ketika mikroorganisme dihadapkan ke sinar ultra violet, asam
nuklida dari mikroorganisme menyerap energi dan akan merusak DNA dari
mikroorganisme dan menghambat reproduksi dari mikroorganisme tersebut.
Intensitas penyinaran dari sistem ini adalah 30.000 microwatt detik/cm2
dimana standar pemakaian sinar UV untuk air minum 16.000 microwatt
detik/cm2.
Selain intensitas penyinaran yang besar, sistem ini juga perlu didukung
filter untumenyaring suspended solid yang kemungkinan dapat digunakan sebagai
tempat berlindung bagi mikroorganisme saat dipaparkan dengan UV. Setelah
dilewatkan dalam UV sterilizer ini, air diharapakn benar-benar telah memenuhi
persyaratan secara fisik, kimia dan biologi untuk digunakan sebagai air baku
sesuai standar USP.
e. Pengolahan Limbah
1. Pengolahan Limbah Cair
Sumber limbah cair berasal dari air cucian di ruang produksi, air cucian
alat-alat di laboratorium serta limbah domestik.
Universitas Indonesia
H
D E
A G
B F
Universitas Indonesia
f) Setelah ditunggu beberapa saat pada bak drying bed akan terpisah antara
lumpur dan limbah yang beningnya. Selanjutnya limbah yang bening akan
dialirkan ke bak sedimentasi untuk pengendapan lebih sempurna.
g) Selanjutnya dari bak sedimentasi limbah cair akan dialirkan ke bak aerasi I.
Pada bak aerasi I dilakukan aerasi dengan menggunakan aerator yang
bertujuan untuk menginjeksikan udara kedalam bak tersebut supaya bakteri
aerob yang terdapat dalam bak tersebut dapat melakukan penguraian bahan-
bahan organik yang terdapat dalam limbah cair tersebut. Sehingga dapat
menurunkan kadar BOD5, COD sampai 90%. Selanjutnya juga dialirkan ke
bak aerasi II dengan mendapatkan perlakuan yang sama. Lalu dialirkan ke bak
clarifier.
h) Pada bak clarifier, limbah tadi di endapakan lagi. Selanjutnya dialirkan ke bak
filtrasi.
i) Dialirkan ke bak filtrasi dengan tujuan untuk menyaring endapan-endapan
yang terbawa selain itu juga untuk menurunkan kadar besi, Mg serta
menghilangkan bau. Selanjutnya dialirkan ke bak stabilisasi.
j) Bak stabilisasi merupakan bak indikator dari hasil olahan limbah (apakah
olahan tersebut baik atau tidak). Indikator yang digunakan adalah ikan. Jika
diketahui hasil olahan limbah tersebut baik maka limbah cair tersebut sudah
dapat dialirkan ke lingkungan.
k) Aliran pipa limbah dari bak stabilisasi ke lingkungan dilengkapi dengan flow
meter yang berguna untuk mengukur banyaknya air limbah yang dibuang
setiap harinya.
Universitas Indonesia
d) Bahan-bahan yang tidak memenuhi spesifikasi ataupun yang telah rusak yang
berasal dari bagian gudang.
Semua limbah padat tersebut di bakar oleh petugas dan sisa pembakaran
tersebut dibuang ketempat pembuangan akhir. Sedangkan limbah padat yang
berasal dari endapan limbah cair dikirim ke PT. WASTTEC (manifest limbah).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Pola p, digunakan jika bahan homogen, diterima dari pemasok yang disetujui
dan tujuan utama adalah pengujian identitas. Rumusnya yaitu:
P = 0,4 √n
dimana P adalah jumlah wadah yang dibuka/diambil sampel berdasarkan
pembulatan keatas; n adalah jumlah wadah yang diterima.
c. Pola r, digunakan untuk bahan yang diperkirakan tidak homogen dan/atau
diterima dari pemasok yang belum dikualifikasi. Pola r dapat digunakan
untuk produk herbal yang digunakan sebagai bahan awal. Rumusnya yaitu:
R = 1,5 √n
dimana R adalah jumlah sampel yang akan diambil berdasarkan pembulatan
ke atas; n adalah jumlah wadah yang diterima/dambil sampel.
Analisa kimia yang dilakukan terdiri dari analisa secara manual seperti
titrasi dan penggunaan reagen serta analisis dengan menggunakan instrument
analisis seperti HPLC atau spektrofotomeri. Uji stabilitas atau uji restability
dilakukan pada sampel dengan mengacu kepada surat/ keterangan dari pemasok
bahan awal yang bersangkutan. Untuk bahan awal yang dibutuhkan oleh produk
yang diproduksi diluar (produk makloon) analisa dilakukan oleh kedua pihak.
Sampel yang dianalisa oleh QC PT. Guardian Pharmatama disampling oleh
perusahaan yang bersangkutan. Bahan awal dibakukan menggunakan baku
pembanding sekunder yang sudah dibakukan terhadap baku pembanding primer
dengan membandingkan data dari 2 analis, dengan simpangan deviasi < 1%.
Analisa terhadap bahan awal dilakukan sesuai dengan protap yang telah
tersedia, kemudian hasil dari analisa tersebut dilaporkan dalam HPBA (Hasil
Pemeriksaan Bahan Awal). Waktu pemeriksaan maksimum dari bahan awal
adalah 7 hari. Jika tidak ada permasalahan dan semuanya memenuhi spesifikasi
maka bahan awal dapat diberi label release. Sedangkan jika terdapat masalah atau
sampel tidak memenuhi spesifikasi maka bahan awal akan diberi label reject. QC
bahan awal juga bertanggung jawab terhadap penanganan penyimpangan bahan
awal.
QC bahan awal juga bertanggung jawab untuk memantau pelaksanaan dan
menyetujui analisa limbah cair. Limbah cair yang terdapat di pabrik PT. Guardian
Pharmatama terdiri dari 2 macam, yaitu:
Universitas Indonesia
a. Limbah laboratorium
Limbah ini terdiri dari limbah sisa analisa kimia baik pelarut, fase gerak,
maupun limbah sisa analisis obat jadi serta limbah sisa destruksi mikrobiologi.
Limbah ini dimusnahkan di pihak ketiga dengan beberapa klasifikasi keamanan.
b. Limbah domestik dan produksi
Limbah ini adalah limbah dari ruang produksi wastafel dan toilet. Limbah
ini diolah dalam waste water treatment oleh Departemen Engineering. Limbah ini
dianalisis 1 minggu sekali di 2 titik yaitu titik inlet (awal) dan titik outlet (akhir),
serta setiap 1 bulan sekali dilakukan analisi keluar. Pemerikasaan yang dilakukan
meliputi pemeriksaan suhu, pH, BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD
(Chemical Oxygen demand). Hasil pemeriksaan harus memenuhi spesifikasi
peraturan pemerintah yang berlaku.
Selain melakukan analisa terhadap bahan awal dan limbah, bagian QC
bahan awal juga bertanggung jawab untuk memantau pelaksanaan dan
memberikan persetujuan terhadap kualitas purified water yang digunakan untuk
produksi. Departemen QC dalam melakukan analisa dibantu oleh departemen
Engineering sebagai departemen yang bertanggung jawab dalam melaksanakan
pengolahan purified water untuk produksi tersebut.
Adapun parameter yang harus dianalisa oleh departemen QC terhadap
purified water tersebut adalah :
a. Setelah Raw Water Tank, berupa pemerian, kesadahan, total koloni dan E.
coli.
b. Setelah Raw Water Tank dengan penambahan klorin, berupa pemerian, klorin
≤ 0,5 mg/L, total klorin dan E. coli.
c. Setelah Multimedia filter, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat,
kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, kesadahan,
total mikroba dan E. coli.
d. Setelah carbon Filter, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat,
kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, kesadahan
total mikroba dan E. coli.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Setelah sampel diambil, operator menyerahkan kepada pihak analis QC IPC yang
akan membawanya ke QC untuk dianalisa lebih lanjut.
Metode analisa yang digunakan oleh pihak QC merupakan hasil transfer
metoda yang dilakukan oleh R&D Analisa dengan departemen QC. R&D Analisa
merancang protap analisa yang kemudian ditetapkan menjadi protap QC setelah
transfer metode dilakukan. Sampel yang diterima didokumentasikan pada buku
ekspedisi. Analis IPC melakukan analisis parameter fisik seperti kekerasan,
ketebalan, diameter, kerapuhan dan dimensi tablet pada awal, tengah dan akhir
proses produksi. Sedangkan untuk analisis secara kimia dilakukan oleh analis QC
di laboratorium seperti penentuan kadar, disolusi, keseragaman kandungan tablet,
serta keseragaman bobot tablet. Analisa dan pengujian ini dilakukan terhadap
produk antara dan produk ruahan. Produk antara akan dilanjutkan proses
pembuatannya bila telah release oleh departemen QC berdasarkan hasil uji yang
didapatkan (telah memenuhi spesifikasi). Parameter yang dianalisa oleh IPC
terdapat pada form HPOJ (Hasil Pemeriksaan Obat Jadi) termasuk spesifikasi dan
hasilnya.
Pada saat proses sampling terdiri dari 3 titik sampling yaitu atas, tengah
dan bawah. Namun terkadang titik sampling bisa mencapai 5 titik bahkan 10 titik
hal ini disesuaikan dengan produk yang diperiksa. Untuk tablet dengan bobot
dibawah 250 mg maka diambil sepuluh titik, bobot 250 mg – 500 mg diambil lima
titik, dan bobot diatas 500 mg diambil tiga titik. Analisa dilakukan maksimum
dalam 6 hari. Apabila terjadi perubahan metode analisa, maka metode analisa
tersebut harus divalidasi kembali oleh departemen R&D.
Produk jadi sisa dari analisa harus dimusnahkan ke pihak luar atau pihak
ketiga yang berwenang. Bila terjadi penyimpangan pada proses produksi maka
seluruh departemen akan mengevaluasi setiap hal yang berkaitan dengan produk
tersebut seperti produksi meninjau dari sisi operator, mesin dan prosesnya, atau
QC bahan awal meninjau sumber bahan awal yang digunakan untuk produksi
batch tersebut. Kemudian berdasarkan evaluasi tersebut departemen QA akan
memutuskan tindakan koreksi yang tepat untuk penyimpangan yang terjadi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Produk jadi sisa dari analisa harus dimusnahkan ke pihak luar atau pihak
ketiga. Bila terjadi penyimpangan pada proses produksi maka seluruh departemen
akan mengevaluasi setiap hal yang berkaitan dengan produk tersebut seperti
produksi meninjau dari sisi operator, mesin dan prosesnya, atau QC bahan awal
meninjau sumber bahan awal yang digunakan untuk produksi batch tersebut.
Kemudian berdasarkan evaluasi tersebut departemen QA akan memutuskan
tindakan koreksi yang tepat untuk penyimpangan yang terjadi.
Universitas Indonesia
dengan menggunakan latar hitam untuk melihat partikel asing berwarna putih dan
menggunakan latar putih untuk meliat partikel asing berwarna putih.
d. Menyimpan retain sample produk jadi
Diambil sebanyak kebutuhan tiga kali pemeriksaan lengkap. Disimpan
pada suhu yang sesuai dengan yang tertera pada etiket, terdapat dua suhu
penyimpanan yakni suhu 150-250 C dan suhu 250-300C. Penyimpanan produk jadi
dilakukan dalam kemasan utuh (kemasan primer dan kemasan sekunder).
Penyimpanan dilakukan selama dalam rentang daluarsa ditambah satu tahun (ED
+ 1).
e. Melakukan audit suplier bahan kemas
Dilakukan pemeriksaan terhadap kriteria penerimaan, jika suplier
memenuhi kriteria penerimaan dapat dimasukkan dalam daftar suplier tetap.
Untuk suplier baru pihak purchasing akan menilai kesesuaian harga terlebih
dahulu sebelum melakukan pemesanan bahan kemas. Audit terhadap suplier
bahan kemas dilakukan oleh QC Bahan Kemas bekerja sama dengam QA dan
purchasing packaging. Audit terhadap suplier bahan kemas dilakukan setiap tiga
tahun. Hal-hal yang diperiksa meliputi fasilitas, mesin, bangunan, dan
pengawasan mutu dari pemasok tersebut.
Bahan kemas terdiri atas dua macam, yakni printed dan non printed.
Bahan kemas non printed contohnya botol volume 60 ml, vial, dan ampul. Bahan
kemas printed merupakan bahan kemas yang memberikan penandaan dan ciri
khas tertentu kepada suatu produk hasil produksi suatu pabrik (artwork).
Spesifikasi dari bahan kemas tersebut telah ditentukan oleh R&D formulasi.
Kemudian untuk desain bahan kemas printed akan dibuat oleh artwork designer
yang berada di bawah departemen marketing. Desain tersebut disosialisasikan
kepada semua bagian dan dilakukan konsultasi antara R&D formulasi dengan
marketing untuk merampungkan desain kemasan menjadi Final Artwork (FA). FA
akan diteruskan ke bagian purchasing untuk dicarikan suplier pembuat kemudian
suplier tersebut akan mengirimkan proofprint sebagai contoh. Proofprint
merupakan berkas yang dibuat oleh suplier untuk memastikan bahwa suplier
mampu memproduksi bahan kemas sesuai dengan kualitas yang diminta oleh PT.
Guardian. Selain dikirimkan kepada bagian purchasing FA juga dikirimkan ke
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Untuk leaflet dan label disimpan di dalam gudang bahan kemas sekunder, tapi
di dalamnya terdapat ruangan khusus untuk leaflet dan label.
c. Gudang produk jadi (finishing goods)
Sebelum produk jadi di release oleh QA, produk jadi tersebut disimpan di
ruang karantina produksi, setelah dinyatakan release maka akan dipindahkan ke
gudang produk jadi. Untuk produk jadi tersebut ada 5 ruangan, yaitu:
1. Ruang psikotropika
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk jadi yang mengandung
obat psikotropika. Ruangan ini terkunci dan dikondisikan pada suhu 25-300C.
2. Ruang produk jadi
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk jadi pada suhu <300C.
Sebagian besar produk jadi disimpan disini.
3. Ruang Cool Room
Ruangan ini dikondisikan pada suhu 15-250C. Produk jadi yang biasanya
disimpan disini berupa injeksi, krim, salep, soft capsule,dll.
4. Ruang beta laktam
Ruangan ini dikondisikan pada suhu <250C, dan dikhususkan untuk
menyimpan produk beta laktam dan derivatnya.
5. Ruang Cephalosporin
Ruangan ini dikondisikan pada suhu <250C, dan dikhususkan untuk
produk cephalosporin dan derivatnya.
6. Ruang prekursor
Ruangan ini dikondisikan pada suhu <250C, dan dikhususkan untuk
produk prekursor.
Universitas Indonesia
rutin pada jam 8 pagi dan jam 3 sore. Kelembaban ruangan diatur < 75%.
Pembersihan rak-rak di gudang dilakukan secara rutin setiap dua hari sekali.
Perawatan di gudang dari pest dilakukan berkerja sama dengan PT. Etos yang
menangani pest control terhadap tikus, rayap, nyamuk dan serangga lainnya.
2. Ruang rejected goods
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk-produk kembalian yang
telah berstatus reject (ditolak). Kemudian produk tersebut dipisahkan dari kemas
primernya. Setelah dikumpulkan, kemasan dihancurkan dan produk-produk
tersebut ditimbang dan dipindahkan ke gudang penampungan sementara dan
menunggu proses pemusnahan dari pihak ketiga.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Proses produksi dilakukan di ruang kelas E. Kondisi ruang kelas E ada PT.
Guardian Pharmatama adalah sebagai berikut:
1. Bangunannya kokoh, permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai dan
langit-langit) licin, menggunakan cat epoxy, mudah dibersihkan dan tidak
membentuk sudut.
2. Bebas dari retakan dan sambungan.
3. Memiliki ventilasi dengan sistem pengendali udara HVAC (Heating
Ventilation Air Conditioning) yang mendukung persyaratan untuk ruang kelas
E.
Setiap personil yang bekerja di dalam atau hendak masuk ke dalam ruang
kelas E harus memiliki persyaratan:
1. Menggunakan pakaian pelindung, penutup kepala, sarung tangan, masker dan
sepatu khusus untuk ruang kelas E.
2. Tidak menggunakan arloji, perhiasan atau aksesori dan kosmetika yang
berlebihan.
3. Dalam kondisi sehat, dapat melaksanakan tugas dengan baik yang didukung
dengan data medical check up secara periodik.
4. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik dan mengeringkannya sebelum
memasuuki ruang kelas E.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.2 Personalia
PT. Guardian Pharmatama berusaha menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai. PT. Guardian Pharmatama memiliki
personalia yang tersebar pada kantor Head Office dan pabrik. Karyawan tersebut
berasal dari berbagai tingkat pendidikan, keterampilan dan kemampuan sesuai
dengan bidang tugasnya masing-masing. Pembagian bidang karyawan didasarkan
pada lokasi tempat dibutuhkannya bidang tersebut. Sebagai contoh adalah bagian
pemastian mutu, bagian tersebut terdapat di pabrik di Tangerang agar lebih mudah
Universitas Indonesia
untuk memastikan produk yang dihasilkan memang sesuai dengan syarat yang
telah ditetapkan.
Berdasarkan CPOB, sebuah industri farmasi sekurang-kurangnya memiliki
3 orang apoteker, yaitu sebagai manajer produksi, manajer pemastian mutu dan
manajer pengawasan mutu. Syarat tersebut telah dipenuhi oleh PT. Guardian
Pharmatama, bahkan pada beberapa departemen memiliki lebih dari 1 orang
apoteker agar lebih dapat menjamin kualitas dari produuk yang dihasilkan. Di
pabrik PT. Guardian Pharmatama terdiri dari 10 departemen yaitu Quality
Assurance, Quality Control Bahan Awal & IPC, Quality Control Bahan Kemas,
Research and Development Analisa dan Registrasi, Research and Development
Formulasi, Production Planning and Inventory Control (PPIC), Production,
Warehouse, Information System dan Enginering.
PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan pelatihan mengenai CPOB
untuk karyawan di setiap bagian sehingga karyawan mempunyai job description
yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Kecakapan setiap karyawan selalu
dimonitor oleh masing-masing manajer pada tiap departemen terkait sehingga
kesalahan yang dilakukan oleh karyawan dapat ditelusuri dan dapat segera diatasi.
4.4 Peralatan
Peralatan di PT. Guardian Pharmatama telah didesain dan dikonstruksikan
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Ukuran yang memadai serta ditempatkan
dan dikualifikasi dengan tepat sehingga mutu obat terjamin seragam dari batch ke
batch. Peralatan telah dikualifikasi, baik kualifikasi instalasi, kualifikasi
operasional, kualifikasi kinerja serta dikalibrasi. Validasi dan kalibrasi peralatan
dilakukan untuk menjamin keseragaman produk yang dihasilkan. Validasi
dilakukan hanya satu kali, jika perlu dilakukan revalidasi, sedangkan kalibrasi
dilakukan secara berkala sesuai jadwal/ terprogram.
Peralatan yang digunakan PT. Guardian Pharmatama telah memenuhi
persyaratan CPOB yaitu terbuat dari stainless steel, kaca atau bahan inert untuk
mencegah terjadinya reaksi kimia. Peralatan produksi ditempatkan dalam ruang
produksi yang sesuai dan dalam satu ruangan hanya digunakan untuk
pengolahan satu macam produksi pada satu waktu, sehingga resiko tercampur
antara komponen obat ataupun terjadi kontaminasi silang dapat dihindarkan.
Setiap peralatan mempunyai prosedur tetap pengoperasian, pembersihan dan
kalibrasi sebagai pedoman untuk menghasilkan produk obat yang terjamin dari
batch ke batch.
Universitas Indonesia
untuk perbaikan dan perwatan, staf manajemen, pemerintah dan inspektor mutu,
tenaga lepas, dan personalia instruktur.
PT. Guardian Pharmatama telah memberikan pelatihan untuk sanitasi
dan higiene dari karyawan. Sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan
atau ruangan, dan peralatan. Pada personalia, higiene diterapkan pada semua
karyawan yang bekerja dalam pabrik, mulai dari adanya pemeriksaan kesehatan
sebelum dan sesudah diterima bekerja sebagai karyawan pabrik secara berkala
(karyawan yang memiliki tugas yang berhubungan dengan visual atau
penglihatan dilakukan tes buta warna, karyawan yang memiliki penyakit infeksi
pernafasan, penyakit kulit atau luka tidak boleh menangani bahan baku, bahan
pengemas dan proses pembuatan obat sampai penyakit atau lukanya sembuh).
Setiap karyawan di bagian produksi pada saat memasuki ruang produksi
harus mencuci tangan dengan desinfektan dan menggunakan pakaian khusus yang
bersih dilengkapi dengan penutup rambut dan sepatu khusus. Untuk tamu
disediakan juga pakaian khusus, kain penutup rambut, dan sepatu khusus.
Karyawan yang akan melakukan proses pengolahan produk harus menggunakan
sarung tangan untuk menghindari kontak langsung antara tangan dengan bahan
baku maupun produk yang dihasilkan. Bagi setiap karyawan baru dilakukan
pemeriksaan kesehatan, sedangkan bagi karyawan lama pemeriksaan kesehatan
dilakukan satu tahun sekali.
Sanitasi untuk bangunan atau ruangan misalnya pada ruangan produksi
dilakukan setiap kali proses produksi berlangsung yang meliputi kebersihan
ruang dan peralatan setiap kali selesai digunakan. Setiap akan memulai proses
produksi maka peralatan dan ruangan harus dilengkapi dengan label bersih dari
departemen QC. Sanitasi ruangan produksi dilakukan setiap hari sesuai dengan
prosedur tetap sanitasi.
Guna menjamin kebersihan ruangan produksi disediakan ruang penyangga
yang berfungsi sebagi pembatas antara grey area dan black area. Alur barang
yang akan masuk ke ruang produksi harus melalui ruang penyangga yang terpisah
dengan ruang penyangga personel. Sistem pest control juga dilakukan dalam
rangka pemeliharaan bangunan untuk menghindari bersarangnya binatang kecil,
tikus, lalat, semut, cicak, atau binatang lainnya dalam bangunan pabrik.
Universitas Indonesia
4.6 Produksi
Departemen produksi di PT. Guardian Pharmatama melaksanakan
produksi sesuai dengan jadwal produksi yang dibuat oleh PPIC berdasarkan
forecast bagian marketing dan stok produk jadi yang tersedia. Produk obat yang
dihasilkan oleh PT. Guardian Pharmatama antara lain seperti sediaan tablet, tablet
salut selaput, kaplet, kapsul, krim, sirup, suspensi, balsem dan shampo; serta
sediaan injeksi, produk beta-laktam dan sefalosporin dikerjakan di tempat toller.
Pelaksanaan produksi di PT. Guardian Pharmatama ini mengikuti prosedur
yang tercantum dalam manufacturing direction dan packaging direction yang
memuat semua catatan yang berhubungan dengan produksi seperti penimbangan,
prosedur pengolahan sampai dengan pengemasan. Proses produksi dilakukan
dalam ruang dan kondisi yang telah sesuai dengan persyaratan CPOB dan sistem
serta peralatan yang senantiasa divalidasi. Saat produksi skala pabrik pertama
kali untuk satu produk, departemen R&D, QC dan produksi bekerja sama untuk
menentukan parameter-parameter yang dapat mengoptimalkan pembuatan produk
tersebut.
Universitas Indonesia
ataupun residu zat aktif, mikrobiologi dan sisa deterjen telah memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Validasi proses dilakukan terhadap parameter-parameter uji yang
dilakukan selama proses berlangsung hingga menghasilkan produk jadi. Sebelum
melaksanakan validasi proses, perlu dipastikan bahwa seluruh fasilitas, peralatan
dan sistem penunjang berada dalam pengawasan dan terkualifikasi, kemudian
validasi dilaksanakan selama produksi rutin dan validasi proses terhadap produk
yang sudah beredar di pasaran. Validasi ulang diperlukan apabila terdapat
perubahan yang bersifat kritis (penggantian alat atau mesin, reformulasi, dll).
Stabilitas on going dilakukan untuk membuktikan apakah obat tetap stabil
sampai masa expired date habis. Stabilitas ini dilakukan sebagai monitoring untuk
produk existing maupun produk pengolahan ulang (rework) yang beredar di
pasaran. Sampel disimpan dalam climatic chamber suhu 30 ± 2°C, RH 75 ± 5 %.
Pengujian dilakukan setiap 1 tahun untuk produk existing (diambil 1 batch per
tahun) sampai dengan ED+1 tahun dan 6 bulan sekali untuk rework.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.11 Dokumentasi
Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian penting dari sistem
informasi untuk menunjukkan bahwa seluruh prosedur, metode, spesifikasi,
instruksi, perencanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan
pembuatan obat telah dilaksanakan dengan baik. Sistem dokumentasi
menggambarkan riwayat lengkap dan terperinci dari setiap batch sehingga
memungkinkan untuk penyelidikan serta penelusuran terhadap batch
yang bersangkutan.
Setiap proses dan kegiatan yang dilakukan di PT. Guardian Pharmatama
memiliki prosedur yang tetap (Standard Operating Procedure) yang harus
dilaksanakan dengan baik dan benar oleh setiap karyawan. Seluruh tahap dalam
rangkaian produksi baik manufacturing document maupun laboratorium
document dikumpulkan dalam batch file yang disimpan oleh depatemen QA.
Batch file merupakan dokumen yang berisikan semua hal yang berhubungan
dengan proses produksi, mulai dari bahan baku dan bahan kemas, penimbangan,
proses produksi dan hasil laboratorium serta semua pihak yang melaksanakan
proses tersebut dan hal-hal yang menyimpang. Seluruh kegiatan kalibrasi alat dan
validasi yang dilakukan selalu didokumentasikan. Penanganan semua dokumen
tersebut dilakukan oleh departemen QA.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
5.1.1 PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan aspek-aspek CPOB dalam
rangka menghasilkan produk yang berkualitas, meliputi aspek manajemen
mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene,
produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan
keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk
kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak,
kualifikasi dan validasi. Semua proses dan prosedur telah dilaksanakan
berdasarkan konsep Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Aspek-
aspek CPOB telah diimplementasikan serta terdokumentasi dengan
baik dan teratur.
5.1.2 Profesi Apoteker memiliki peranan yang penting dalam suatu industri
farmasi yaitu menduduki posisi kunci sebagai tenaga profesional farmasi
khususnya dalam bidang produksi, pengawasan mutu serta pemastian
mutu. Hal ini bertujuan untuk menjamin kualitas produk obat yang
dihasilkan.
5.2 Saran
5.2.1 PT. Guardian Pharmatama sebaiknya memperbaiki sistem pengolahan
limbah.
5.2.2 PT. Guardian Pharmatama diharapkan dapat mempertahankan dan
meningkatkan pelaksanaan CPOB untuk masa yang akan datang.
89 Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Cara
Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: BPOM RI.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2009). Petunjuk
Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: BPOM
RI.
Daris, A. (2008). Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Kefarmasian.
Jakarta: ISFI.
90 Universitas Indonesia
Plant Manager
91
Laporan praktek..., Zulfa Edawati, FF UI, 2013
92
Plant Manager
QA Manager
Admin QA
Inspector QA
Batch file Analis Analis
Documentation Validasi Validasi
Controller Adm. Trend Inspector
Controller pembersihan Proses
GMP
Evaluator
92
dan stabilitas
Compliance
Plant Manajer
Adm
Helper
Spv QC Bahan Awal Spv Pengolahan Spv QC Analisa Spv QC Spv Protap
Mikrobiologi
93
Laporan praktek..., Zulfa Edawati, FF UI, 2013
94
94
Laporan praktek..., Zulfa Edawati, FF UI, 2013
95
Plant Manager
Asst. Manager
Produk Baru
SPV Produk Exiting
Spv. Packaging
Spv. Formulasi Spv. Formulasi Development
Produk Baru Produk Baru
Analis
Analis Analis
Administrator
Plant Manager
Analis Analis
Plant Manager
Asisten Manajer
Engineering
Supervisor
Helper
Plant Manager
PPIC Manager
Administrasi PPIC
Plant Manager
Warehouse
Manager
Warehouse
Asisstant Manager
100
Laporan praktek..., Zulfa Edawati, FF UI, 2013
101
101
Laporan praktek..., Zulfa Edawati, FF UI, 2013
102
102
Laporan praktek..., Zulfa Edawati, FF UI, 2013
103
Marketing Forecast
Laporan
requirement
material
Purchasing Permintaan
Pembelian (PP)
Bukti Penerimaan
Barang (BPB)
QC
Release Reject
Formula
PPIC
Pengolahan Batch
(FPB)
Produksi
Work In Process
(WIP)
Formula
PPIC
Pengemasan Batch
(FKB)
QA Product Delivery
Note (PDN)
Penimbangan
Pencampuran
Massa granul
Pengayakan
Pengeringan
Penambahan fase
luar (lubrikasi)
Granulating/
Pengayakan
Pencetakan tablet
Penambahan fase
luar (mixing akhir)
Coating
Pengemasan primer
Codding
Pengemasan
sekunder
Pengemasan
tersier
Penimbangan
Pencampuran
(Mixing)
Filtrasi
Labelling
Pengemasan
Sekunder
Pengemasan
Tersier
Penimbangan
Penyaringan Pencampuran
Penghalusan
Pencampuran
akhir
Filling &
Capping
Labelling
Pengemasan
Sekunder
Pengemasan
Tersier
Penimbangan
Pembuatan
basis cream
Pendinginan
Pencampuran
bahan aktif
Pengemasan
sekunder
Pengemasan
tersier
Penimbangan
Pembuatan
basis salep
Pencampuran
dan
homogenisasi
Pendinginan
Pengemasan
Sekunder
Pengemasan
Tersier
PPIC
SIV
Pembuatan FPB
Proses Produksi
QC : dengan
Manufacturing
-Catatan pemeriksaan In
Direction
Proses
-Control Hasil Pemeriksaan
Obat Jadi
Proses
Pengemasan
PDN
Produk Jadi
Ruang Karantina
ANGKATAN LXXV
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
DESEMBER 2012
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii
DAFTAR ACUAN………........................................................................... 28
ii
Halaman
Tabel 2.1. Jumlah partikulat di udara untuk kelas kebersihan……………... 4
Tabel 2.2. Batas mikroba yang disarankan untuk pemantauan area bersih
selama kegiatan berlangsung……………………………………. 6
iii
1 Universitas Indonesia
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta
sebagai tindakan pengobatan dan pemberian nutrisi parenteral. Sesuatu yang
masuk ke dalam tubuh, memiliki kandungan atau komposisi yang harus sesuai
tubuh manusia. Pemberian ini tidak boleh salah, karena bisa berakibat fatal.
Persyaratan infus intravena yaitu sediaan steril berupa larutan, bebas
pirogen, sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, tidak mengandung
bakterisida, harus jernih dan praktis bebas partikel, volume netto/volume terukur
tidak kurang dari nilai nominal, dan memenuhi syarat injeksi (DepKes RI, 1979).
Untuk memenuhi persyaratan tersebut, dalam pembuatan sediaan infus, industri
farmasi harus menerapkan CPOB pembuatan produk steril. Prinsip pembuatan
produk steril yang tercantum dalam CPOB yaitu produk steril hendaklah dibuat
dengan persyaratan khusus dengan tujuan memperkecil risiko pencemaran
mikroba, partikulat dan pirogen yang sangat tergantung dari ketrampilan,
pelatihan dan sikap dari personil yang terlibat.
Melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan
di Sub Unit Pengembangan Formulasi, Unit Penelitian dan Pengembangan PT.
Guardian Pharmatama pada periode 12 Juli – 31 Agustus 2012, penulis diberi
tugas khusus yaitu melakukan studi literatur mengenai sediaan infus.
1.2 Tujuan
Pemberian tugas khusus kepada peserta Praktek Kerja Profesi
Apoteker bertujuan untuk :
1.2.1 Memahami hal-hal yang berkaitan dengan CPOB pada produk steril di
industri farmasi.
1.2.2 Menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sediaan
infus.
Universitas Indonesia
2.1 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 2006)
CPOB merupakan suatu konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur
atau langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu industri farmasi untuk
menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi dengan menerapkan “Good
Manufacturing Practices” dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi
sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang
ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Prinsip pembuatan produk steril yang tercantum dalam CPOB yaitu
Produk steril hendaklah dibuat dengan persyaratan khusus dengan tujuan
memperkecil risiko pencemaran mikroba, partikulat dan pirogen, yang sangat
tergantung dari ketrampilan, pelatihan dan sikap dari personil yang terlibat.
Pemastian Mutu sangatlah penting dan cara pembuatan ini harus sepenuhnya
mengikuti secara ketat metode pembuatan dan prosedur yang ditetapkan dengan
seksama dan tervalidasi. Pelaksanaan proses akhir atau pengujian produk jadi
tidak dapat dijadikan sebagai satu- satunya andalan untuk menjamin sterilitas
atau aspek mutu lain.
A 3.500 1 3.500 1
Universitas Indonesia
karena timbulnya partikel atau percikan (droplets) dari produk itu sendiri.
Untuk dapat mencapai kelas kebersihan udara B, C dan D, jumlah
pertukaran udara hendaklah disesuaikan dengan ukuran ruangan, dan peralatan
serta personil yang ada dalam ruangan tersebut. Dipersyaratkan sekurang-
kurangnya mempunyai pertukaran udara 20 kali per jam pada ruang dengan pola
aliran yang baik. Sistem tata udara untuk kelas kebersihan ruangan A, B
hendaklah dilengkapi dengan filter udara akhir yang tepat misalnya HEPA.
Pedoman yang diberikan untuk jumlah partikel maksimum yang diperbolehkan
pada kondisi“non-operasional”dan“operasional” kurang lebih sesuai dengan
kelas kebersihan dalam EN/ISO 14644-1 pada ukuran partikel 0.5µm. Area
tersebut diharapkan sepenuhnya bebas dari partikel yang berukuran lebih besar
dari 5µm. Karena tidak mungkin untuk menunjukkan tidak adanya partikel
dengan pengukuran statistik yang bermakna, maka batas ditetapkan menjadi 1
partikel/m3. Pada saat kualifikasi ruang bersih hendaklah diperlihatkan bahwa
area tersebut dapat selalu memenuhi batas yang telah ditetapkan.
Persyaratan dan batas akan tergantung pada jenis kegiatan yang
dilakukan. Area tersebut hendaklah dipantau selama kegiatan berlangsung
untuk mengendalikan kebersihan partikulat dari berbagai kelas. Di mana
berlangsung kegiatan aseptik, hendaklah sering dilakukan pemantauan misalnya
dengan cawan papar (settle plates), pengambilan sampel udara secara volumetris
(volumetric air), dan pengambilan sampel permukaan (dengan menggunakan
cara apus dan cawan kontak). Pengambilan sampel selama kegiatan berlangsung
hendaklah tidak memengaruhi perlindungan zona. Hasil pemantauan hendaklah
menjadi bahan pertimbangan ketika melakukan pengkajian catatan bets dalam
rangka pelulusan produk jadi. Permukaan tempat kerja dan personil hendaklah
dipantau setelah suatu kegiatan kritis selesai dilakukan. Pemantauan tambahan
secara mikrobiologis juga dibutuhkan di luar kegiatan produksi misalnya setelah
validasi sistem, pembersihan dan sanitasi.
Universitas Indonesia
Tabel 2.2. Batas mikroba yang disarankan untuk pemantauan area bersih selama
kegiatan berlangsung
Batas yang disarankan untuk cemaran mikroba (*)
B 10 5 5 5
C 100 50 25 -
D 200 100 50 -
Batas waspada (alert limit) dan batas bertindak (action limit) hendaklah
ditetapkan sebagai hasil pemantauan jumlah partikulat dan mikroba. Bila batas
tersebut dilampaui, maka prosedur tetap hendaklah menguraikan tindakan
perbaikan yang harus dilakukan.
2.1.2 Personil
Hanya personil dalam jumlah terbatas yang diperlukan boleh berada di
area bersih, hal ini penting khususnya pada proses aseptik. Inspeksi dan
pengawasan hendaklah dilaksanakan sedapat mungkin dari luar area bersih.
Personil yang bekerja di area bersih dan steril hendaklah dipilih secara
seksama untuk memastikan bahwa mereka dapat diandalkan untuk bekerja
dengan penuh disiplin dan tidak mengidap suatu penyakit atau dalam kondisi
kesehatan yang dapat menimbulkan bahaya pencemaran mikrobiologis terhadap
produk.
Semua personil (termasuk bagian pembersihan dan perawatan) yang akan
bekerjadiarea tersebut hendaklah mendapat pelatihan teratur dalam bidang yang
Universitas Indonesia
penyekat udara hendaklah dipasang di antara mesin atau bak cuci dan drainase.
Saluran pembuangan untuk daerah yang lebih rendah tingkat kebersihannya, jika
dipasang, hendaklah dilengkapi dengan jebakan yang efektif atau penutup air
untuk mencegah aliran balik. Semua saluran air hendaklah terbuka dan mudah
dibersihkan serta dihubungkan dengan drainase luar dengan tepat untuk
mencegah masuknya cemaran mikrobiologis.
Ruang ganti pakaian hendaklah hanya digunakan untuk personil dan tidak
digunakan untuk lalu lintas bahan, wadah dan peralatan. Ruang ganti pakaian
hendaklah didesain seperti ruang penyangga dan digunakan sebagai pembatas
fisik untuk berbagai tahap penggantian pakaian dan memperkecil cemaran
mikroba dan partikulat terhadap pakaiann pelindung. Ruang ganti tersebut
hendaklah dibilas secara efektif dengan udara yang telah tersaring. Tahap terakhir
dari ruang ganti hendaklah pada kondisi ”non-operasional”, mempunyai tingkat
kebersihan yang sama dengan ruang berikutnya. Penggunaan ruang ganti terpisah
untuk memasuki dan meninggalkan daerah bersih kadang-kadang diperlukan.
Suhu dan kelembaban ruangan hendaklah dijaga pada tingkat yang tidak
menyebabkan personil berkeringat secara berlebihan dalam pakaian kerjanya.
2.1.4 Peralatan
Sedapat mungkin peralatan yang digunakan untuk memproses produk
steril hendaklah dipilih supaya dapat disterilisasi secara efektif dengan
menggunakan uap, atau panas kering atau metode lain. Peralatan, fiting dan
sarana lain, sejauh memungkinkan hendaklah dirancang dan dipasang
sedemikian rupa sehingga kegiatan, perawatan dan perbaikan dapat dilaksanakan
dari luar area bersih. Jika proses sterilisasi diperlukan hendaklah dilakukan
setelah perakitan kembali selesai, bila memungkinkan. Bila standar kebersihan
tidak dapat dipertahankan saat dilakukan pekerjaan perawatan yang diperlukan di
dalam ruang bersih, ruang tersebut hendaklah dibersihkan, didisinfeksi dan/atau
disterilkan sebelum proses dimulai kembali. Instalasi pengolahan dan sistem
distribusi air hendaklah didesain, dikonstruksi dan dirawat untuk menjamin agar
air yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang sesuai.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2 Infus
2.2.1 Definisi Infus
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III infus adalah sediaan steril berupa
larutan, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah,
disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak. Larutan untuk
infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel. Menurut Farmakope
Indonesia Edisi IV dan USP 34 larutan intravena volume besar adalah injeksi
dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah bertanda volume lebih
dari 100 ml.
Menurut BP 2002, Infus merupakan sediaan steril berupa larutan, biasanya
dibuat isotonis dengan darah. Infus dimaksudkan untuk pemberian dalam volume
yang besar. Infus tidak mengandung tambahan berupa pengawet antimikroba.
Larutan untuk infus diperiksa secara visible pada kondisi yang sesuai adalah jernih
dan praktis bebas partikel. Menurut Turco, Lachman Parenteral, larutan intravena
volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam
wadah bertanda volume 100 ml atau lebih. Sediaan ini dapat dikemas dalam
wadah yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dikosongkan secara cepat
dan dapat mengandung volume lebih dari 1000 ml. Sediaan ini dikemas dalam
unit dosis tunggal, dalam wadah gelas atau plastik yang sesuai, harus steril, bebas
pirogen dan bebas bahan partikulat. Karena diberikan dalam volume besar, maka
tidak ditambahkan bakteriostatik untuk mencegah keracunan yang dapat
dihasilkan dari jumlah total bakteriostatik yang dikandung.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
khusus yang hanya terdapat pada alat sterilisasi yang menggunakan gas. (DepKes
RI, 1995).
d. Sterilisasi dengan radiasi ion
Untuk bahan yang tahan radiasi tinggi, tidak tahan panas dan kekhawatiran
tentang keamanan etilen oksida. Keunggulan sterilisasi radiasi meliputi reaktivitas
kimia rendah, residu rendah yang dapat diukur dan kenyataan yang membuktikan
bahwa variabel yang dikendalikan lebih sedikit. Radiási hanya menimbulkan
sedikit kenaikan suhu, tetapi dapat mpengaruhi kualitas dan jenis plastik atau kaca
tertentu. Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari
radioisotop (radiasi γ) dan radiasi berkas elektron (DepKes RI, 1995).
e. Sterilisasi dengan penyaringan
Apabila produk tidak dapat disterilkan dalam wadah akhirnya, larutan
atau cairan dapat difiltrasi ke dalam wadah yang telah disterilkan sebelumnya
melalui filter steril dengan ukuran pori nominal 0,22 mikron (atau lebih kecil),
atau paling tidak melalui filter yang mempunyai kemampuan menahan mikroba.
Filter tertentu dapat menghilangkan bakteri dan kapang, tapi tidak
menghilangkan semua virus atau mikoplasma. Hendaklah dipertimbangkan untuk
melakukan pemanasan pada suhu tertentu sebagai pelengkap proses filtrasi.
Integritas filter yang telah disterilisasi hendaklah diverifikasi sebelum digunakan
dan dikonfirmasikan segera setelah digunakan dengan metode yang sesuai, seperti
uji bubble point, diffusive flow atau pressure hold (DepKes RI, 1995).
Universitas Indonesia
lebih kurang 10 detik dengan semprotan air yan telah disaring. Biarkan air
mengalir dan letakkan unit pada labu penyaring.
Larutan uji dibuat dengan cara mencampur larutan dengan membalikkan
wadah 20 kali. Bersihkan permukaan luar wadah dengan semprotan air dan angkat
tutup hati-hati agar tidak terjadi pengotoran isi wadah. Masukkan 25 ml larutan
yang telah tercampur baik ke dalam corong, biarkan selama 1 menit, pasang
penghisap udar adan saring. Lepaskan penghisap udara perlahan-lahan dan cuci
dinding dalam corong dengan semprotan 25 ml air yang telah disaring sedemikian
rupa untuk mencuci dinding corong agar bebas dari tiap partikel yang mungkin
menempel pada dinding, tetapi hindarkan agar semprota tidak mengarah ke atas
permukaan penyaring. Setelah turbulensi dalam penyaring reda, bilasan disaring
dengan hampa udara. Angkat dengan hati-hati bagian atas rangkaian penyaring,
sambil menjaga tetap dalam keadaan hampa udara. Lepaskan penghisap dan
angkat penyaring membran dengan pinset. Letakkan penyaring pada lempeng
petri plastik, bila perlu gunakan gemuk pelumas kran yan sangat tipis sebagai pra-
lapis, untuk menahan penyaring tetap datar dan tidak bergerak. Biarkan prnyarin
mengering dengan tutup petri sedikit merenggang. Tutup obyek dengan hati-hati,
amati di bawah mikroskop yan dilengkapi dengan mikrometer dan hitung partikel
pada penyaring seperti dibawah ini.
Amati seluruh penyaring membran di bawah mikroskop yang sesuai
dengan perbesaran 100 x dengan penyinaran pada sudut 10o hingga 20o terhadap
garis horisontal. Hitung jumlah partikel dengan dimensi linier efektif 10 µm atau
lebih dan sama atau lebih besar dari 25 µm. Lakukan penetapan blangko dengan
menggunakan Penyaring membran dan rangkaiannya seperti yang tertera pada
Larutan uji mulai dengan ”cuci dinding dalam corong dengan semprotan....”.
Kurangi jumlah total partikel yan diperoleh pada Larutan uji dengan jumlah total
blangko.
Lakukan penetapan duplo dari Larutan uji dan blangko. Jika penetapan
blangko menghasilkan lebih dari 5 partikel dengan dimensi linier efektif 25 µm
atau lebih, menunjukkan bahwa lingkungan pelaksanaan pekerjaan tidak
memuaskan dan uji tidak absah.
Universitas Indonesia
Injeksi volume besar untuk infus dosis tunggal memenuhi syarat uji jika
mengandung tidak lebih dari 50 partikel per ml yang setara atau lebih besar dari
10 µm dan tidak lebih dari 5 partikel per ml yang setara atau lebih besar dari 25
µm dalam dimensi linier efektif.
d. Uji Kebocoran (Agoes, 1967)
Tujuan dari uji kebocoran yaitu memeriksa keutuhan kemasan untuk
menjaga sterilitas dan volume serta kestabilan sediaan. Cara pengerjaan yaitu:
1. Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas, setelah selesai disterilkan
dimasukkan kedalam larutan biru metilena 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang
bocor maka larutan biru metilena akan masuk kedalamnya karena perbedaan
tekanan diluar dan di dalam wadah tersebut. Tentu saja cara ini tidak dapat
dipakai untuk larutan-larutan yang sudah berwarna.
2. Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik yaitu dengan ujungnya
dibawah. Ini juga digunakan pada pembuatan dalam skala kecil. Jika ada
kebocoran maka larutan ini dari dalam wadah akan keluar, dan wadah
menjadi kosong.
Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa
dengan memasukkan wadah-wadah tersebut dalam eksikator, yang kemudian
divakumkan. Jika ada kebocoran larutan akan diserap keluar. Harus dijaga agar
jangan sampai larutan yang telah keluar, diisap kembali jika vakum dihilangkan.
e. Uji Kejernihan (Agoes, 1967)
Setiap larutan obat suntik harus jernih dan bebas dari kotoran sehingga
diperlukan uji kejernihan secara visual. Prosedur uji kejernihan yaitu wadah-
wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan menyinari wadah dari
samping dengan latar belakang sehelai papan yang separuhnya di cat bewarna
hitam dan separuh lagi dicat berwarna putih. Latar belakang hitam dipakai untuk
menyelidiki kotoran yang bewarna terang, sedangkan berlatar putih untuk
kotoran-kotoran berwarna gelap. Infus memenuhi syarat jika tidak ditemukan
kotoran dalam larutan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.4 Pengemasan
Infus intravena dikemas dalam wadah dosis tunggal. Volume injeksi
wadah dosis tunggal dapat memberikan jumlah tertentu untuk pemakaian
parenteral sekali pakai dan tidak ada yang memungkinkan pengambilan isi dan
pemberian sebesar 1 liter (DepKes RI, 1995).
2.5 Penandaan
Pada etiket tertera nama sediaan, untuk sediaan cair tertera persentase atau
jumlah zat aktif dalam volume tertentu, cara pemberian, kondisi penyimpanan dan
tanggal kadaluarsa, nama pabrik pembuat dan atau pengimpor serta nomor lot atau
bets yang menunjukkan identitas. Nomor lot dan nomor bets dapat memberikan
informasi tentang riwayat pembuatan lengkap meliputi seluruh proses pengolahan,
sterilisasi, pengisian, pengemasan, dan penandaan.
Apabila dalam monografi tertera berbagai kadar zat aktif dalam sediaan
parenteral volume besar, maka kadar masing-masing komponen disebut dengan
nama umum misalnya Injeksi Dekstrosa 5% atau Injeksi Dekstrosa (5%) dan
Natrium Klorida (0,2%). Bila formula lengkap tidak tertera dalam masing-masing
monografi, untuk sediaan cair penandaan mencakup informasi % isi atau jumlah
tiap komponen dalam volume tertentu, kecuali bahan yang ditambahkan untuk
penyesuaian pH atau untuk membuat larutan isotonik, dapat dinyatakan dengan
Universitas Indonesia
nama dan efek bahan tersebut. Pemberian etiket pada wadah sedemikian rupa
sehingga sebagian wadah tidak tertutup oleh etiket, untuk mempermudah
pemeriksaan isi secara visual (DepKes RI, 1995).
Universitas Indonesia
23 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
tinggi sehingga lebih mudah untuk melarutkan elektrolit yang terionisasi dan
ikatan hidrogen yang terjadi akan memfasilitasi pelarutan dari alkohol, aldehid,
keton, dan amin.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Dalam memproduksi sediaan steril, industri farmasi harus menerapkan
CPOB pembuatan produk steril yang mencakup seluruh aspek produksi
dan pengendalian mutu.
5.1.2 Sediaan infus harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan antara
lain steril, bebas pirogen, jernih dan bebas partikel serta harus dilakukan
evaluasi meliputi evaluasi fisika, kimia dan biologi untuk memastikan
infus tersebut telah memenuhi persyaratan.
5.2 Saran
Mahasiswa sebaiknya diberikan waktu untuk melakukan percobaan
membuat rancangan formulasi sediaan infus.
27 Universitas Indonesia
28 Universitas Indonesia