Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang berarti terpisah atau
pecah dan phren yang berarti jiwa. Terjadi pecahnya/ketidakserasian antara afek,
kognitif, dan perilaku. Skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional dengan
gangguan utama pada proses pikir serta disharmonisasi antara proses pikir, afek
atau emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena
waham dan halusinasi, assosiasi terbagi-bagi sehingga muncul inkoherensi, afek
dan emosi inadekuat, serta psikomotor yang menunjukkan penarikan diri,
ambivalensi dan perilaku bizar. Kesadaran dan kemampuan intelektual biasanya
tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang dikemudian
hari1.
Skizofrenia adalah gangguan yang berlangsung selama minimal 6 bulan
dan mencakup setidaknya 1 bulan gejala fase aktif. Sementara itu gangguan
skizofrenia dikarakteristikan dengan gejala positif (delusi dan halusinasi), gejala
negatif (apatis, menarik diri, penurunan daya pikir, dan penurunan afek), dan
gangguan kognitif (memori, perhatian, pemecahan masalah, dan sosial)1.
Skizofrenia merupakan gangguan mental yang sangat berat. Penyakit ini
menyerang 4 sampai 7 dari 1000 orang . Skizofrenia biasanya menyerang pasien
dewasa yang berusia 15-35 tahun. Diperkirakan terdapat 50 juta penderita di
dunia, 50% dari penderita tidak menerima pengobatan yang sesuai, dan 90% dari
penderita yang tidak mendapat pengobatan tepat tersebut terjadi di negara
berkemba. Di Indonesia, prevalensi gangguan jiwa berat (skizofrenia) sebesar
0,46%. Sulawesi Tengah menempati peringkat pertama dari provinsi lain yang
berada di Sulawesi dengan penderita skizofrenia sebesar 0,53%2.
Terdapat beberapa tipe dari skizofrenia (Paranoid, hiberfrenik, katatonik,
undifferentiated, dan Residual)2. Skizofrenia paranoid merupakan tipe paling
stabil dan paling sering terjadi. Gejala terlihat sangat konsisten, pasien dapat
bertindak atau tidak sesuai wahamnya. Ciri utama skizofrenia paranoid adalah
waham yang mencolok atau halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi
kognitif dan afektif relatif masih terjaga. Waham biasanya adalah waham kejar
atau waham kebesarann, atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain (misalnya
waham kecemburuan, keagamaan atau somalisasi) mungkin juga muncul. Ciri-ciri
lainnya meliputi kecemasan, kemarahan, menjaga jarak, sukaa bergaumentasi,
agresif dan jarang menunjukkan sikap disorganisasi3.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab ( banyak belum
diketahui ) dan perjalanan penyakit ( tak selalu bersifat kronis atau “
deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya4.
Pada umunyaditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
( inappropriate) or tumpul ( blunted). Kesadaran yang jernih ( clear consiousness)
dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian4.

2.2 Sejarah
Besarnya masalah klinis skizofrenia secara terus menerus telah menarik
perhatian tokoh-tokoh utama psikiatri dan neurologi sepanjang sejarah gangguan
ini. Dua tokoh tersebut adalah Emil Kraepelin (1986-1926) dan Eugen Bleuler
(1857-1939)5.

2.2.1 Emil Kraepelin


Kraepelin menerjemahkan istilah demence precoce dari morel menjadi
demensia prekoks, suatu istilah yang menekankan pada proses kognitif (demensia)
dan awitan dini (prekoks) yang nyata dari gangguan ini. Pasien dengan demensia
prekoks digambarkan memiliki perjalanan penyakit yang memburuk dalam jangka
waktu lama dan gejala klinis umum berupa halusinasi dan waham. Kraepelin
membedakan pasien ini dengan mereka yang diklasifikasikan menderita manik-
depresif yang mengalami episode nyata penyakit yang berselang seling dengan
periode berfungsi normal. Gejala utama pasien dengan paranoia adalah waham
kejar persisten dan pasien tersebut digambarkan tidak begitu mengalami
perjalanan penyakit demensia prekoks yang memburuk sertagejala intermiten
psikosis manik-depresif. Meski kraepelin telah mengakui bahwa sekitar 4 persen
pasiennya sembuh sempurna dan 13 persen mengalami remisi yang signifikan.
Para peneliti di kemudian hari seringkali salah menyatakan bahwa kraepelin
menganggap demensia prekoks memiliki perjalanan penyakit dengan perburukan
yang tak terhindarkan5.

2.2.2 Eugen Bleuler


Bleuler mencetuskan istilah skizofrenia, yang menggantikan demensia
prekoks dalam literatur. Ia memilih istilah tersebut untuk menunjukkan adanya
skisme (perpecahan, pen.) antara pikiran, emosi, dan perilaku pada pasien dengan
gangguan ini. Bleuler menekankan bahwa , tak seperti konsep kraepelin tentang
demensia prekoks, skizofrenia tak harus memiliki perjalanan penyakit yang buruk.
Sebelum dipublikasikannya edisi ketiga diagnostic and statistical manual of
mental disordes (DSM-III), insidensi skizofrenia di Amerika Serikat (dengan para
psikiater mengikuti konsep Bleuler) meningkat hingga mungkin mencapai dua
kali insidensi di Eropa ( dengan para psikiater mengikuti konsep Kraepelin).
Setelah DSM-III diterbitkan, diagnosis skizofrenia di Amerika Serikat beralih ke

2
konsep Kraepelin. Namun istilah skizofrenia dari Bleuler menjadi label yang
diterima secara international untuk gangguan ini. Istilah sering disalah artikan
terutama oleh orang awam sebagai kepribadian ganda. Kepribadian ganda, kini
disebut identitas disosiatif, dikategorikan dalam DSM-IV-TR sebagai gangguan
disosiatif dan oleh sebab itu sepenuhnya berbbeda dengan skizofrenia5.

2.2.3 Empat A.
Bleuler menidentifikasikan gejala fundamental (atau primer) skizofrenia
yang spesifik untuk membangun teori mengenai perpecahan mental internal pada
pasien. Gejala tersebut meliputi gangguan asosiasi, khususnya kelonggaran;
gangguan afektif, autisme, dan ambivalensi yang dirangkum menjadi 4 A:
asosiasi, afek, autisme, dan ambivalensi. Bleuler juga mengidentifikasikan gejala
asesoris (sekunder), yang banyak menambah pemahaman mengenai skizofrenia5.

2.3 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, prevalensi seumur hidup skizofrenia sekitar 1 persen,
yang berarti bahwa selama kurang lebih 1 dari 100 orang akan mengalami
skizofrenia selama masa hidupnya. Studi Epidemiologic Catchment Area (ECA)
yang disponsori National Institute of Mental Health ( NIMH) melaporkan
pravelensi seumur hidup sebesar 0,6 sampai 1,9 %. Menurut DSM-IV-TR,
insidensi tahunan skizofrenia berkisar antara 0,5 sampai 5,0 per 10.000 dengan
beberapa variasi geografik (cth., insidens lebih tinggi pada orang yang lahir di
daerah perkotaan di negara maju). Skizofrenia ditemukan pada semua masyarakat
dan area geografis dan angka insidens serta pravalensinya secara kasar merata di
seluruh dunia. Di Amerika Serikat, kurang lebih 0,05 persen populasi total
menjalani pengobatan untuk skizofrenia setiap tahun dan hanya setengah dari
semua pasien skizofrenia mendapatkan pengobatan, meskipun penyakit ini
termasuk berat5.
Tabel 1. Prevalensi Skizofrenia pada Populasi Spesifik5

Populasi Prevalensi
Populasi umum 1,0
Saudara kandung bukan kembar pasien skizofrenia 8,0
Anak dengan salah satu orangtua penderita skizofrenia 12,0
Kembaran dizigotik pasien skizofrenia 12,0
Anak yang kedua orang tuanya menderita skizofrenia 40,0
Kembar monozigotik pasien skizofrenia 47,0

2.4 Etiologi

3
2.4.1. Faktor Biologis
a) Komplikasi kelahiran
Bayi laki-laki yang memiliki komplikasi saat dilahirkan sering
mengalamiskizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan
seseorang terhadap skizofrenia6.

b) Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeki virus pernah
dilaporkan pada orang dengan skizofrena. Penelitian mengatakan bahwa terpapar
infeksi virus pada trisemester kedua kehamilan akan meningkatkan kemungkinan
seseorang mengalami skizofrenia6.

c) Hipotesis dopamine
Dopamine merupakan neurotransmitter pertama yang berkontribus
iterhadap gejala skizofrenia. Hamper semua obat antipsikotik baik tipikal maupun
antipikal menyekat reseptor dopamine D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal
di sistem dopaminergik maka gejala psikotik diredakan6.

d) Hipotesis Serotonin
Gaddum, Wooley, dan Show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid
diethlamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis
reseptor 5-HT. Ternyata zat tersebut menyebabkan keadaan psikosis berat pada
orang normal6.

e) StrukturOtak

Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan
ganglia basalis. Otak pada penderita skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan
orang normal, ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abu-abu dan beberapa
area terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolic. Pemeriksaan
mikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel
otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak ditemukannya sel gila, biasa
timbul pada trauma otak setelah lahir6.

2.4.2. Faktor Genetik

Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1%


populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat
pertama seperti orang tua, kakak laki-laki ataupun perempuan dengan skizofrenia.
Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat kedua seperti paman, bibi,
kakek/nenek, dan sepupu dikatakan lebih sering disbandingkan populasi umum.
Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia,
sedangkankembar dizigotik sebanyak 12%. Anak dan kedua orangtua yang
skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua 12%6.

2.5 Gejala Klinis

4
Pembahasan tanda dan gejala klinis skizofrenia mencuatkan tiga isu
utama. Pertama, tidak ada tanda atau gejala yang patognomonik untuk skizofrenia,
tiap tanda atau gejala yang tampak pada skizofrenia dapat terjadi pada gangguan
psikiatrik dan neurologis lain. Pengamatan ini bertentangan dengan opini klinis
yang sering terdengar bahwa tanda dan gejala tertentu bersifat diagnostik untuk
skizofrenia. Oleh sebab itu, riwayat pasien esensial untuk diagnosis skizofrenia,
klinisi tidak dapat mendiagnosis skizofrenia hanya berdasarkan pemeriksaaan
status mental saja, yang hasilnya dapat bervariasi. Kedua , gejala pasien dapat
berubah seiring berjalan waktu. Ketiga, klinisi harus mempertimbangkan tingkat
pendidikan pasien, kemampuan intelektual, serta keanggotakan kultural dan
subkultural. Kemampuan yang terganggu untuk memahami konsep abstrak,
contohnya, dapat mencerminkan tingkat pendidikan pasien maupun
intelegensinya7.
Skizofrenia merupakan penyakit kronis. Sebagian kecil dari kehidupan
mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama
dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang
“ringan”. Selama fase residual, pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri,
dan “aneh”. Gejala-gejala penyakit biasanya terlihat jelas oleh orang lain. Pasien
dapat kehilangan pekerjaan dan teman karena ia tidak berminat dan tidak mampu
berbuat sesuatu atau karena sikapnya yang aneh. Pemikiran dan pembicaraan
mereka samar-samar sehingga kadang-kadang tidak dapat dimengerti7.
Skizofrenia sering memperlihatkan berbagai campuran gejala-gejala di
bawah ini:
2.5.1. Gangguan pikiran
1. Gangguan proses pikir7
 Asosiasi longgar
Ide pasien sering tidak menyambung. Ide tersebut dapat melompat dari
satu topik ke topik lain yang tak berhubungan sehinggga membingungkan
pendengar. Gangguan ini sering terjadi biasanya di pertengahan kalimat
sehingga pembicaraan sering tidak koheren7

 Pemasukan berlebihan
Arus pikiran pasien secara terus menerus mengalami gangguan karena
pikirannya sering di masuki informasi yang tidak relevan7.

 Neologisme
Pasien menciptakan kata-kata baru (yang bagi mereka mungkin
mengandung arti simbolik)7.

 Terhambat
Pembicaraan tiba-tiba berhenti (sering pada pertengahan kalimat) dan
disambung kembali beberapa saat (atau beberapa menit) kemudian,
biasanya dengan topik yang lain. Ini dapat menunjukan bahwa ada
interupsi. Biasanya pikiran-pikiran lain masuk ke dalam ide pasien7.

 Klang asosiasi

5
Pasien memilih kata-kata berikut mereka berdasarkan bunyi kata-kata
yang baru saja diucapkan dan bukan isi pikirannya7

 Ekolalia
Pasien mengulang kata-kata atau kalimat yang baru saja diucapkan oleh
seseorang7.

 Konkritisasi
Pasien dengan IQ rata-rata normal atau lebih tinggi, sangat buruk
kemampuan berpikir abstraknya7.

2.5.2. Gangguan Isi Pikir


 Waham
Waham adalah suatu kepercayaan palsu yang menetap tak sesuai dengan
fakta dan kepercayaan tersebut mungkin “aneh” (misalnya; mata saya
adalah komputer yang dapatmengontrol dunia) atau bisa pula tidak aneh
( hanya sangat tidak mungkin, misalnya; FBI mengikuti saya ?) dan tetap
dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk
mengoreksinya. Waham sering dijumpai pada gangguan jiwwa berat dan
beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia.
Semakin akut skizofrenia semakin sering ditemukanwaham disorganisasi
atau waham tidak sistematis7;
1. waham bizar
kepercayaan yang salah dan aneh, sangat tidak masuk akal7.

2. waham sistematik
Kepercayaan yang salah atau kepercayaan yang disatukan oleh satu
peristiwa atau tema tunggal7.

3. Waham yang kongruen mood


Waham yang isinya sesuai dengan mood7.

4. Waham yang tidak kongruen mood


Waham yang isinya tidak sesuai dengan mood atau netral terhadap
mood7.

5. Waham nihilistik
Perasaan yang salah bahwa dirinya orang lain bahwa dunia ini tak ada atau
tidak akan mengalami kiamat7.

6. Waham kemiskinan
Kepercayaanyang salah pada seseorang bahwa ia akan bangkrut atau
kehilangan semua harta bendanya7.

7. Waham somatik

6
Kepercayaan yang salah melibatkan fungsi tubuh7.

8. Waham paranoid
Termasuk diantaranya adalah waham kejar dan waham rujukan, kendali
dan kebesaran7.

a. Waham Kejar
kepercayaan yang salah pada seorang yang merasa dirinya dilecehkan ,
dicurangi, dikejar, sering ditemukan pada pasien dengan kasus hukum
yang memiliki kecenderungan patologis untuk mengambil tindakan
hukum karena adanya suatu perlakuan salah yang imajiner7.

b. Waham kebesaran
konsep seseorang akan arti penting diri, kekuatan atau identitasnya yang
terlalu dilebih-lebihkan7.
c. waham rujukan
kepercayaan yang salah dalam diri seseorang bahwa perilaku orang lain
ditujukan kepada dirinya7.

2.5.3Tilikan
Kebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan tilikan yaitu
pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap
pengobatan,meskipun gangguan yang pada dirinyapat dilihat oleh orang
lain7.
2.5.4 Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Halusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran
tetapi bisa juga berbentuk penglihatan, penciuman dan perabaan.
Halusinasi pendengaran (paling sering suara satu atau beberapa orang)
dapat pula berupa komentar tentang pasien atau peristiwa-peristiwa sekitar
pasien. Komentar-komentar tersebut dapat berbentuk ancaman atau n
perintah yang langsung ditujukan kepada pasien. Suara-suara sering tetapi
tidak selalu diterima pasien dan kadang-kadang pasien dapat mendengar
pikiran-pikiran mereka sendiri berbicara keras (sering memalukannya atau
suara yang memalukan). Suarak-suara cukup nyata menurut pasien kecuali
pada fase awal skizofrenia7.

b. Ilusi dan depersonaliasi


pasien juga dapat mengalami ilusi atau depersonalisasi. Ilusi yang
adanya misintepretasi panca indera terhadap diri sendiri. Derealisasi yaitu
adanya perasaan asing terhadap lingkungan sekitarnya misalnya dunia
terlihat tidak nyata7.
2.5.5 Gangguan Emosi
Pasien skizofrenia dapat memperlihatkan berbagai emosi dan dapat
berpindah dari satu emosi ke emosi lain dalam jangka waktu singkat. Ada
tiga afek dasar yang sering (tetapi tidak patognomonik)7:

7
1. Afek tumpul atau datar :
Ekspresi emosi pasien sangat sedikit bahkan ketika afek tersebut
seharusnya diekspresikan, pasien tidak menunjukkan kehangatan7.
2.Afek Tak serasi
Afeknya mungkin bersemangat atau kuat tetapi tidak sesuai dengan
pikiran dengan pikiran dan pembicaraan pasien7.
3. Afek labil
Dalam jangka pendek terjadi perubahan afek yang jelas.

2.5.6 Gangguan Perilaku


Berbagi tak sesuai atau aneh dapat terlihat seperti gerakan tubuh
yang aneh dan menyeringai, perilaku ritual, agresif, dan perilaku seksual
yang tidak pantas. Skizofrenia dapat berlangsung beberapa bulan atau
bertahun-tahun (lebih sering). Kebanyakan pasien mengalami
kekambuhan,dalam bentuk episode aktif, secara periodik, dalam
kehidupannya, secara khas dengan jarak beberapa bulan atau tahun.
Selama masa pengobatan, pasien biasanya memperlihatkan gejala residual
(sering dengan derajat keparahan yang meningkat setelah setelah beberapa
tahun). Walaupun demikian, ada sebagian kecil pasien yang megalami
remisi7.
Sebagian besar pasien-pasien skizofrenia yang dalam keadaan
remisi dapat memperlihatkan tanda-tanda awal tersebut meliputi
peningkatan kegelisahan dan ketegangan, penurunan nafsu makan, depresi
ringan dan anhedonia, tdak bisa tidur, dan konsentarsi terganggu.

2.6 Klasifikasi Skizofrenia4


Klasifikasi skizofrenia menurut PPDGJ-III yaitu4 :

1. F20.0 Skizofrenia Paranoid


2. F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
3. F20.2 Skizofrenia Katatonik
4. F20.3 Skizofrenia Tak Terinci
5. F20.4 Depresi Pasca Skizofrenia
6. F20.5 Skizofrenia Residual
7. F20.6 Skizofrenia Simpleks
8. F20.7 Skizofrenia Lainnya
9. F20.8 Skizofrenia YTT

2.7 Pemeriksaan Klinis


2.7.1. Riawayat Psikiatri5
A. Riwayat Psikiatri
Riwayat psikiatri adalah catatan mengenai kehidupan pasien; catatan ini
memungkinkan seorang psikiater memahami siapa diri pasien, dari mana ia

8
berasal, dan kearah mana kecenderungan pasien di masadepan. Riawayat tersebut
merupakan kisah hidup pasien yang diceritakan ke psikiater dalam bahasa pasien
dari sudut pandangnya sendiri5.

B. Data Identitas
Data identitas memberikan rangkuman demografik yang memadai
mengenai pasieen berdasarkan nama,usia, status perkawinan, jenis kelamin,
pekerjaan, bahasa lain menggunakan selain bahasa inggris, latar belakang etnik
dan agama selama masih berkaitan, serta situasi kehidupan terkini5.

C. keluhan utama
Keluhan utama, dalam bahasa pasien sendiri, menyatakan mengapa ia
datang atau dibawa untuk memperoleh bantuan. Keluhan ini harus dicatat bahkan
apabila pasien tidak dapat berbicara5.

D. Riwayat Penyakit sekarang


Riawayat penyakit sekarang memberika gambaran komorehensif dan
kronologis mengenai kejadian yang mengarahkan ke peristiwa terkini dalam
kehidupan pasien5.

E. Riwayat Penyakit Dahulu


Bagian riwayat psikiatri ini merupakan peralihan antara riwayat penyakit
sekarang dengan riwayat pribadi pasien (anamnesis). Episode penyakit terdahulu
baik medis maupun psikiatri dijelaskan disini. Idealnya, catatan mendetail
mengenai kelainan psikologis maupun biologis yang mendasari dan yang telah
ada sebelumnya dijelaskan pada poin ini, dan petunjuk penting dan bukti area
fungsi yang rawan pada pasien juga disertakan5.

F. Riwayat Keluarga
Pernyataan singkat tentang adanya penyakit, rawat inap, dan tatalaksana
psikiatri pada anggota keluarga dekat pasien harus dituliskan pada bagian ini.
Adakah riwayat penyalahgunaan alkohol atau zat lain atau perilaku antisosial
dalam keluarga? Selai itu, riwayat keluarga juga harus mencakup deskripsi
kepribadian tingkat intelegensi berbagai orang yang tinggal serumah dengan
pasien5.

G. Riwayat Pribadi
Selain mempelajari penyakit dan situasi kehidupan pasien saat ini,
psikiater perlu memahami secara menyeluruh masa lalu pasien dan hubungannya
dengan masalah emosional yang ada sekarang5.

H. riwayat pranataldan perinatal


Psikiater harus mempertimbangkan sifat situasi rumah tempat pasien
dilahirkan serta apakah kelahiran pasien direncanakan dan diinginkan.

I. Masa Kanak-kanak awal

9
Periode masa kanak-kanak awal terdiri atas 3 tahun pertama kehidupan
pasien. Kualitas interaksi ibu-anak selama pemberian makan dan latihan buang air
penting diketahui5.

J.Masa Kanak-Kanak Menengah


Pada bagian ini, psikiater dapat menanyakan subjek penting seperti
identifikasi gender, hukuman yang diberikan dirumah, dan orang yang
menerapkan disiplin dan mempengaruhi pembatukan hati nurani5.

K. Masa kanak-kanak akhir


Selama masa kanak-kanak akhir, seseorang mulai mengembangkan
kemandirian dari orangtua melalui hubungan dengan teman sebaya dan aktivitas
kelompok. Seorang psikiater harus mencoba mendefenisikan nilai yang dianut
dalam kelompok sosial pasien dan menentukan siapa figur idola pasien. Infornasi
ini akan memberikan petunjuk yang berguna mengenai citra diri ideal pasien yang
baru muncul.

2.7.2. Masa Dewasa


A. Riwayat Pekerjaan
Psikiater harus dapat mendeskripsikan pilihan pekerjaan pasien, pelatihan
awal dan prsiapannya, adanya konflik terkait pekerjaan, serta ambisi dan tujan
jangka panjang5.

B.Riwayat pernikahandan hubungan


Pada bagian ini, psikiater harus mendeskripsikan riwayat tiap pernikahan,
baik sah secara hukum atau berdasarkan hukum adat. Hubungan yang signifikan
dengan orang yang tinggal bersama pasien dalam waktu lama juga harus
disertakan5.

C. Riwayat Militer
Psikiater harus menanyakan penyesuaian umum pasien terhadap militer
tersebut, apakah pasien pernah menyaksikan pertempuran atau menderita cidera,
dan alasan pemberhatiannya. Apakah pasien pernah dirujuk untuk konsultasi
psikiatri dan apakah ia pernah menjalani hukuman disipliner selama masa
tugasnya5.

D. Riwayat Pendidikan
Psikiater perlu memiliki gambaran yang jelas mengenai latar belakang
pendidikan pasien. Informasi ini dapat memberi petunjuk mengenai latar belakang
sosial dan budaya pasien, intelegensi, motivasi, dan adanya halangan dalam
pencapaian5.

E. Agama
Psikiater harus mendeskripsikan latarbelakang agama kedua orang tua dan
rincian perintah agama pasien. Apakah sikap keluarga terhadap agama ketat atau
permisif, dan apakah terdapatkonflik diantara kedua orang tua mengenai

10
pendidikan agama anak? Psikiater harus melacak praktik keagamaan pasien
semasa remaja hingga kepercayaan dan aktivitas keagamaan pasien saat ini5.

F. Aktivitas sosial
Psikiater harus mendeskripsikan kehiduopan sosial pasien dan sifat
persahabatan, dengan penekanan pada pedalaman, durasi, dan kualitas hubungan
manusia.

G. Status Kehidupan Terkini


Psikiater harus meminta pasien mendeskripsikan tempat tinggalnya yang
mencakup lingkungan dan penghuninya. Ia harus menyebutkan jumlah kamar,
jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut, dan pengaturan tidur5.

H. Riwayat Hukum
Apakah pasien pernah ditahan pihak berwajib dan bila iya,ata tuduhan
apa ? berapa kali pasin pernah ditahan? Apakah pasien di penjara ? berapa lama ?
apakah pasien dalam masa percobaan dan penundaan hukuman ? apakah pasien
diperintahkan menjalani perawatan ini sebagai salah satu syarat masa percobaan ?
apakah pasien memiliki riwayat penyerangan dan kekerasan? Terhadap siapa ?
menggunakan apa ? bagaimana sikap pasien terhadap penahanan atau hukuman di
penjara ? riwayat masalh hukum yang luas, juga sikap pasein terhadap hal
tersebut, dapat mengindikasi adanya gangguan kepribadian antisosial. Riwayat
kekerasan dalam skala besar dapat menjadi peringatan bagi psikiater adanya
potensi kekerasan dikemudian hari5.

I. Riwayat seksual
Kebanyakan riwayat seksualitas infantil yang tidak dapat disembuhkan,
meski pasien mampu mengingat rasa penasaran dan permainan seksual yang
dilakukan pada usia 3 sampai 6 tahun. Psikiater harus menanyakan bagaimana
pasien belajar tentang seks dan menurut pasien apa sikap orang tua mengenai
perkembangan seksualnya? Pewawancara juga dapat menanyakan apakah pasien
pernah mengalami penganiayaan seksual di masa kanak-kanak5.

J. Mimpi dan Fantasi


Sigmund Freud menyatakan bahwa mimpi merupakan jalan utama menuju
alam bawah sadar. Mimpi yang berulang terutana sangat bernilai5.

K. Nilai
Seorang psikiater dapat menanyakan sistem nilai yang dianut pasien baik,
baik sosial maupun moral termasuk nilai terhadap pekerjaan, uang, permainan,
anak-anak, orang tua, teman seks, masalah masyarakat, dan isi budaya5.

2.7.3. Pemeriksaan Status Mental


Pemeriksaan status mental merupakan bagian dari pengkajian klinis yang
mendeskripsikan keseluruhan observasi yang dilakukan oleh pemeriksa dan kesan
yang didapatkan dari pasien psikiatri saat dilakukan wawancara5.

11
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
dalam kategori ini psikiater mendeskripsikan penampilan pasien dan kesan
fisik keseluruhan yang tercermin dari postur, pembawaan, pakaian, dan
kerapiannya5.

B. perilaku dan aktivitas psikomotor


Kategori ini merujuk pada aspek kuantitatif dan kualitatif dari perilaku
motorik pasien5.

c. sikap terhadap pemeriksa


sikap pasien terhadappemeriksa dapat dideskripsikan secara kooperatif,
bersahabat penuh perhatiaan, tertarik, blak-blakan, seduktif,defensif5.

d. Mood
mood didefenisikan sebagai emosi yang menetap dan telah meresap
mewarnai persepsi orang tersebut terhadap dunia5.

e. Afek
afek di definisikan sebagai responsivitas emosi pasien saat ini, yang
tersirat dari ekpresi wajah pasien, termasuk jumlah dan kisaran perilaku
ekspresif5.

2. Karakteristik Gaya Bicara


a. Pesepsi
gangguan persepsi, seperti halusinasi dan ilusi mengenai dirinya atau
lingkungannya, dapat dialami oleh seseorang. Sistem sensorik yang terlibat
(contohnya, auditorik, visual, olfaktorik, atau taktil) dan ilusi atau halusinasi
tersebut harus dijelaskan5.

3. Isi Pikir dan kecenderungan Mental


a. Proses Pikir
Pasien dapat memiliki ide yang sangat banyak atau justru miskin ide.
Dapat terjadi proses pikir yang cepat, yang bila berlangsung sangat ekstrim,
disebut flight of ideas. Seorang pasien juga dapat menunjukan cara berpikir yang
lambat atau tertahan5.

b. Isi Pikir
Gangguan isi pikir meliputi waham, preokupasi (yang dapat melibatkan
penyakit pasien), obsesi (“apakah anda memiliki ide yang mengganggu dan
berulang ?”), kompulsi (“adakah hal yang anada kerjakan terulang-ulang, dalam
suatu petisi ?” adakah hal yang harus anda lakukan dengan cara atau urutan
tertentu?” bila anda tidak melakukan dengan cara tersebut, haruskah anda
mengulang ?” apakah anda tahu mengapa anda melakukannya dengan cara itu ?”,
fobia, rencana, niat, ide berulang mengenai bunuh diri atau pembunuhan, gejala
hipokondriakal, dan kecenderungan antisosial tertentu5.

12
4. Sensorium dan Kognisi
a. Kesadaran
gangguan kesadaran biasanya mengindikasikan adanya kerusakan organik
pada otak. Kesadaran berkabut adalah berkurangnya kesiagaan pada diri dan
lingkungan secara menyeluruh. Pasien mungkin tidak dapat memusatkan
perhatian kepada stimulus lingkungan atau mempertahankan pemikiran atau
perilaku yang mengarah ke tujuan5.

b. Orientasi dan Memori


gangguan orientasi biasanya dibagi berdarkan waktu,tempat,dan orang.
Adanya kelainan biasanya tampak sesuai urutan ini ( yaitu sensasi waktu yang
biasanya lebih dulu terganggu sebelum sensasi tempat); demikian juga saat pasien
membaik, gangguan menghilang dalam urutan terbalik5.

c. Konsentrasi dan Perhatian


konsentrasi pasien dapat terganggu karena berbagai alasan. Gangguan
kognitif,ansietas, depresi, dan stimulus internal, seperti halusinasi auditorik
semuanya dapat berperan menyebabkan gangguan konsentrasi. Pengurangan
kelipatan 7 dari angka 100 secara serial adalah tugas sederhana yang memerlukan
konsentrasi penuh dan kemampuan kognitif5.

d. Membaca dan Menulis


pasien diminta untuk membaca suatu kalimat (contohnya, pejamkan
matamu), kemudian mengerjakan hal yang diperintahkan oleh kalimat itu5.

e. Kemampuan visuospasial
pasien harus diminta untukmenyalin suatu gambar, misalnya bagian depan
jam dinding atau segilima bertumpuk5.

f. Pikiran abstrak
pikiran abstrk adalah kemampuan untuk menangani konsep-konsep. Pasien
mungkin memiliki gangguan dalam membuat konsep atau menangani ide5.

g. Informasi dan intelegensi


bila dicurigai terdapat gangguan koognitif, apakah pasien mengalami
kesulitan dengan tugas mental5.

h. Impulsivitas
Apakah pasien mampu mengendalikan impuls seks, agresi dan impuls
lainnya? Pengkajian pengendalian impuls penting untuk memastikan kesadaran
pasien akan perilaku sosial yang pantas dan merupakn ukuran potensi bagi pasien
terhadap dirinya sendiri dan orang lain5.

5. Daya nilai dan Tilikan


a. Daya Nilai5
selama berlangsungnya pencatatan riwayat, psikiater harus mampu
mengkaji aspek kemampuan pasien untuk melakukan penilaian sosial.

13
b. Tilikan
tilikan adalah tingkat kesadaran dan pemahaman pasien akan penyakitnya.
Ringkasan tingkat tilikan adalah sebagai berikut5:
-. Penyangkalan total atas penyakitnya.
-. Sedikit meyadari bahwa dirinya sakit dan memerlukan bantuan namun padasaat
yang sama menyangkalnya.
-.Kesadaran bahwa dirinya sakit namun menyalahkan orang lain, faktor eksternal,
faktor organik.
-. Kesadaran bahwa penyakit disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui di
dalam diri pasien.
-. Tilikian intelektual, pengakuan bahwa pasien sakit dan bahwa gejala atau
kegagalan penyesuaian sosial disebabkan oleh suatu perasaan atau gangguan
dari pasien sendiri yang tidak rasional tanpa menerapkan pengetahuan ini pada
pengalaman di masa depan.
-.Tilikan emosional sejati, kesadaran emosional akan motif dan perasaan dalam
diri pasien dan orang-orang penting dalam hidupnya, yang dapat menyebabkan
perubahan perilaku mendasar.

6. Reabilitas
Bagian status mental ini menyimpulkan kesan psikiater tentang sejauh
mana pasien dapat dipercaya dan kemampuan pasien untuk melaporkan
keadaannya secara akurat5.

2.8Diagnosis
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)4 :
(a) - “ thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda;atau
– “ thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asaing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya d i ambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
-“thought broadcasting” = isis pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya.
(b) - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar, atau
- “ delusion of influence” =waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar, atau
-“ delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar;
(tentang “dirinya” = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/ anggota
gerak atau ke pikiran, tindakan, ataupenginderaan khusus);
- “ delusional perception” = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
(c) halusinasi auditorik :
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau

14
- mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri ( diantara berbagai
suara yang berbicara), atau
- jenis suara halusinasi lain yang berasal darib salah satu bagian tubuh
(d) waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
yang di angggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahkluk asing dari dunia lain).

 Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:

(e) halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
(f) arus pikiran yang teroutus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) ,yang berakibat inkoherensi atau pembeciraan yang tidak
relevan, atau neogolisme.
(g) perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor
(h) gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial ; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih ( tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodormal);
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality ) dari beberapa aspek perilaku pribadi
( personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

2.9 Diagnosis Skizofrenia Paranoid4


 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan / atau waham yang harus menonjol ;
(a) suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
(b) halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol;

15
(c) waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity”
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,
adalahyang paling khas;
- gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.

2.10 Penatalaksanaan Skizofrenia8

Tabel 2. Obat Anti Psikosis


OBAT ANTI-PSIKOSIS TIPIKAL( TYPICAL ANTI PSYCHOTICS
1. Phenoyhiazine
 Rantai Aliphatic CHLORPROMAZINE (largactil)
 Rantai Piperazine PERPHENAZINE (trilafon)
TRIFLUOPERAZINE (stelazine)
FLUPHENAZINE (anatensol)
 Rantai Piperidine THIORIDAZINE (Melleril)

2. Butyrophenone HALOPERIDOL (haldol, serenace,


3. Diphenyl-butyl-piperidine dll)
PIMOZIDE (orap)

OBAT ANTI PSIKOSIS ATIPIKAL (ATYPICAL ANTI PSYCHOTICS)

1. Benzamide SULPRIDE (dogmatil)


2. Dibenzodiazepine CLOZAPINE (clozaril)
OLANZAPINE (Zyprexa)
QUENTAPINE (seroquel)
ZOTEPINE (lodopin)
3. Benzisoxazole
RISPERIDONE (risperdal)
ARIPIPRAZOLE (abilify)

Tabel 3. Sediaan obat anti psikosis dan anjuran8


NO Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis
Anjuran

16
1 Chlorpromazine CHLORPROMAZIN Tab.25-100 300-
E mg. 1000mg/h
(indofarma) Tab. 100 mg 50-100mg
CEPEZET ampul 50 setiap4-6 jam
(Mesifarma) mg/2cc
2 Haloperidol HALOPERIDOL Tab. 0,5-1.5 5-20 mg/h
(indofarma) mg
DORES cap. 5 mg
(pyridam) tab. 1,5 mg
SERENACE tab. 0,5-
(Pfizer-pharmacia) 1,5mg
liq. 2mg/ml
amp. 5mg/cc 5-10 mg (im)
dapat di
ulang setiap
½ jam
(maksimum
LODOMER tab 2-5 mg 20 mg/h)
(mersifarma) amp. 5 mg/cc
tetes 2 mg/ml 5-10 mg (im)
5-20 mg/h
HALDOL amp. 50
DECANOAS mg/cc 50 mg (im)
(janssen) setiap 2-4
minggu
3 Fluphenazine SIKZONOATE vial25 mg/cc 12,5-25 mg
decanoat (mersifarma) (im) setiap 2-
4 minggu
4 Trifluoperazine STELAZINE tab. 1-5 mg 15-50 mg/h
(pharos)
STELOSIS tab. 5mg
(mersifarma)
5 sulpride DOGMATIL FORTE amp. 3-6 amp/h
(pharos) 100mg/2cc (im)
(delagrange) tab. 200 mg 300-600
mg/h
6 paliperidone INVEGA tab. SL 6 mg 6 mg/h
(janssen)
7 Risperidone RISPERIDONE OGB tab. 1-2-3 mg 2-8 mg/h
MERSI
(mersifarma)
RISPERIDONE OGB tab 2 mg
DEXA
(Dexamedica)
RISPERIDAL tab 1-2-3 mg
(Janssen)
RISPERDAL vial 25 mg/cc 25-50 mg
CONSTA 50 mg/cc (im) setap 2

17
NERIPROS tab 1-2-3 mg minggu
(pharos) tetes1 mg/ml

PERSIDAL tab. 1-2-3 mg


(mersifarma)
NODIRIL tab. 1-2 mg
(actavis)
NOPRENIA tab 1-2-3 mg
(novel pharma)
ZOFREDAL tab. 1-2-3 mg
(kalbe farma)
8 Clozapine Clozaril tab 25-100 150-600
(novartis) mg mg/h
CLOPINE tab. 25-
(Mersifarma) 100mg
CLORILEX tab. 25-100
(Mersifarma) mg
CLOZAPINE OGB tab 25-100
MERSI mg
(Mersifarma)
LUFTEN tab 25-100
(pharos) mg
9 Quentipine SEROQUEL Tab. IR: 25- 300-800b
(Astra Zeneca) 100-200-300 mh/h
tab. XR: 50-
300-400 mg
10 Olanzapine ZYPREXA tab. 5-10 mg 10-30 mg/h
(eli lilly) vial 10 dapat di
mg/ml (im) ulang setiap 2
tab. Zydis 5- jam
10 mg (maksimal 30
mg/h)
REMITAL tab. 5-10 mg
(pharos)
Olandoz tab. 5-10 mg
(sandoz)
ONZAPIN tab. 5-10 mg
(Actavis)
11 Zotepine LODOPIN tab. 25-50 75-150 mg/h
(kalbe farma) mg
12 Aripripazole Abilify tab. 5-10-15 10-30 mg/h
(otsuka) mg
tab. Discmet dosis 1x30
10-15mg mg/h
vial 9,75 7,50 mg/ml
mg/1,3 ml (IM) dapat
diulangi
setiap 2 jam

18
(maksimal
29,25 mg/h)
Tetes 1mg/ml 1ml=20 tetes

2.10.1 Cara penggunaan9

-Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klnis)
yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping
sekunder.
-Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang
dominan dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis
ekivalen.
-Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis
yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan
obat psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis
ekivalennya dimana profil efek samping belum tentu sama.
-Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat
antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek
sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang
-Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan9:
Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek
samping
(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu
kualitas hidup pasien
-Mulai dosis awal dengan dosis anjuran à dinaikkan setiap 2-3 hari à sampai
mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) à dievaluasi setiap 2
minggu dan bila perlu dinaikkan à dosis optimal à dipertahankan sekitar 8-12
minggu (stabilisasi) à diturunkan setiap 2 minggu à dosis maintanance à
dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/mingu) à
tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) à stop
-Untuk pasien dengan serangan sindroma psikosis multi episode terapi
pemeliharaan dapat dibarikan palong sedikit selama 5 tahun.
-Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah
dosis terakhir yang masih mempunyai efek klinis.
-Pada umumnya pemberian obat psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan
sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk
psikosis reaktif singkat penuruna obat secara bertahap setelah hilangnya gejala
dalam kueun waktu 2 minggu – 2 bulan.
-Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun
diberikan dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi ketergantungan obat
kecil sekali.

19
-Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic rebound yaitu:
gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain. Keadaan
ini akan mereda dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi sulfas atrofin
0,25 mg IM dan tablet trihexypenidil 3x2 mg/hari)
-Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang tidak
mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi
oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru
ditingkatkan menjadi 1 cc setap bulan. Pambarian anti psikosis long acting
hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan terhadap kasus skizpfrenia9.

-Penggunaan CPZ injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada waktu


peubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade). Tindakan mengatasinya
dengan injeksi noradrenalin (effortil IM)
----Haloperidol sering menimbulkan sindroma parkinson. Mengatasinya dengan
tablet trihexyphenidyl 3-4x2 mg/hari, SA 0,5-0,75 mg/hari.

2.10.2 Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama


----Newer atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk penderita
Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan
resiko untuk terkena tardivedyskinesia lebih rendah.
----Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai
bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan
obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2
kali lebih lama pada Clozaril)9.

2.10.3 Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)


Biasanya timbul bila penderita berhenti minum obat, untuk itu, sangat
penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat.
Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan
oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis
menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang
efek sampingnya lebih rendah9.
----Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat
mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4
minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya.
Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai
anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat
obatan yang lain, misalnyaantipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer
atipycal antipsycotic atau newer atipycalantipsycotic diganti dengan antipsikotik
atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi
dengan obat-obatan diatas gagal9.

2.10.4 Pengobatan Selama fase Penyembuhan


Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun
setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti
minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli
merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat

20
obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya.
Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh
total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu
diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering
kekambuhan dan makin beratnya penyakit9.

2.10.5 Efek Samping Obat-obat Antipsikotik


Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang
lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul.
Mungkin masalah terbesar dantersering bagi penderita yang menggunakan
antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan)pergerakan otot-otot yang disebut
juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi
lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak
(berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek
samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki. Kadang-
kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine)
bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek
samping ini9.
----Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi
pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial
grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan
menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang
menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter
biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional denganantipsikotik atipikal.
----Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi
seksual, sehinggabanyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-
obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis
efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek
sampingnya lebih sedikit9.
----Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang
memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan
antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.
----Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome,
dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat
menimbulkan komplikasi berupa demam penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini
membutuhkan penanganan yang segera9.

2.10.6 Terapi Psikososial


a. Terapi perilaku
----Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri,
latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong
dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan,
seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi
perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara
sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan9.

b. Terapi berorintasi-keluarga

21
----Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan
dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali
seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif
(setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas
didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan
kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong
sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur
terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan
tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.
----Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa
menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian
terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa
terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga9.

c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi
secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif.
Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa
persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang
memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya
paling membantu bagi pasien skizofrenia9.

d. Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam
pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan
menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi
bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang
dialami pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat
dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan
keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien9.
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di
dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit
dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap
keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap9.
curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan
yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati,
dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas
yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri.
Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan
kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.

2.10.7 Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)


Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau
membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar9.

22
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah
ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan
penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumahsakit harus direncanakan.
Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang
skizofrenia.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu
mereka menyusun
aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari
keparahan penyakit
pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di
rumah sakit9.
harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri,
kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus
diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga
pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien
dalam memperbaiki kualitas hidup9.

2.11 Prognosis
Sejumlah stuudi telah menunjukan bahwa selama periode5 sampai 10
tahun setelah rawat inap psikiatri yang pertama untuk skizofrenia, hanya sekitar
10 sampai 20 persen pasien dapat dideskripsikan pasien mendapat hasil akhir yang
baik. Lebih dari 50 persen pasien dapat digambarkan memiliki hasil akhir yang
buruk, dengan rawat inap berulang, ekserbasi gejala, episode gangguan mood
mayor, dan percobaan bunuh diri. Meski terdapat gambaran yang kelam ini,
skizofrenia tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang memburuk dan
sejumlah faktor yang dikaitkan dengan prognosis yang baik5.
Angkapemulihan yang dilaporkan berkisar dari 10 sampai 60 persen, dan
taksiran yang masuk akal adalah bahwa 20 dari 30 persen dari semua pasein
skizofrenia mampu menjalani kehidupan yang kurang lebih normal. Sekitar 20
sampai 30 persen pasien terus mengalami gejala sedang, dan 40 sampai 60 persen
pasien tetap mengalami hendaya secara signifikan akibat gangguan tersebut
selama hidup mereka. Pasien skizofrenia memang memiliki prognosis lebih buruk
dibanding pasien dengan gangguan mood, meski 20 sampai 25 persen pasien
gangguan mood juga mengalami gangguan yang parah pada tindak lanjut jangka
panjang5.

Tabel 4 Ciri untuk mempertimbangkan prognosis baik hingga buruk pada


skizofrenia5

Prognosis Baik Prognosis Buruk


Awitan lambat Awitan muda
Ada faktor presipitasi yang jelas Tidak ada faktor presipitasi
Awitan akut Awitan indidius
Pekerjaan pramorbid baik Pekerjaan pramoribid buruk

23
Gejala gangguan mood Perilaku auristik, menarik diri
Menikah Lajang, cerai, atau menjanda/duda
Riwayat keluarga dengan gangguan Riwayat keluarga dengan gangguan
mood skizofrenia
Sistem pendukung baik Sistem pendukung buruk
Gejala positif Gejala negative
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tanpa remisi dalam 3 bulan
Berulang kali relaps
Riwayat melakukan tindakan
penyerangan

BAB III

24
LAPORAN KASUS

Pemeriksaan mulai dilakukan pada tanggal 21 Maret 2018 pada pukul


06.30 WIB di Ruang Rawat Jiwa RSUD Datu Beru Takengon sampai tanggal 31
Maret 2018.

Sumber : Autoanamnesa dan Alloanamnesa

KETERANGAN PRIBADI PASIEN

Nama : Salman Ariga

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat dan tanggal lahir/umur : Lukub Sabun,16Desember 1992

Status Perkawinan : Belum Menikah

Bangsa : Indonesia

Suku : Gayo

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tani

Alamat dan telepon : Lukub Sabun

Nama, alamat, No.KTP Keluarga : 0000215013598

Terdekat (untuk pasien dari luar

Aceh Tengah)

Pernah masuk ke RS dengan keluhan : Pernah

Yang sama atau berbeda.

KETERANGAN DIRI ALLO/INFORMAN

25
Allo anamnesis dilakukan dengan abang ipar pasien pada tanggal 24 Maret 2018
melalui telepon seluler.

Nama : Ruhamah

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 27 tahun

Pekerjaan : Tani

Pendidikan : SMA

Alamat dan telepon : Lukub Sabun / 085270156361

Hubungan dengan pasien : Saudara ipar

Keakraban dengan pasien : Akrab

Sudah berapa lama mengenal pasien : -

Kesan pemeriksa/dokter terhadap :Baik

Keterangan yang diberikannya

I. Anamnesis

26
Keterangan atau anamnesis diperoleh dari pasien sendiri (autoanamnesis) dan
informan (alloanamnesis)
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan (RSUD Datu Beru) atas keinginan
keluarga.
2. Sebab utama pasien dibawa ke rumah dikarenakan sudah meresahkan
keluarga karena suka marah-marah dan bicara sendiri.
3. Keluhan utama, pasien mengeluhkan pusing, sakit kepala, dan pasien
mengeluhkan banyak orang yang membenci dirinya
4. Riwayat penyakit sekarang, pasien sudah 8 tahun mengalami gejala
sering marah-marah dan bicara sendiri, pasien selalu merasa bahwa
orang-orang sekitar membenci dirinya dan membicarakannya. Pasien
selalu merasanya dirinya paling benar dan memiliki uang yang sangat
banyak.
5. Riwayat penyakit sebelumnya, 8 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di
rumah sakit jiwa banda aceh karena sering marah-marah dan memukuli
abang dan ibu kandungnya, pasien dirawat selama 1 tahun sekali dalam
waktu satu bulan. Sewaktu pasien masih duduk di bangku SMP, pasien
sudah mulai mengkonsumsi ganja dan merokok. Pada tahun 2015 kondisi
Pasien sedikit membaik, namun dari keterangan keluarga pasien
mengalami masalah dalam hubungan percintaan sehingga membuat
pasien stress dan kembali marah-marah pada orang sekitar hingga pada
tahun 2016 pasien suka memukuli orang sekitar dan selalu memarahi
ibunya.

6. Riwayat keluarga OS

Tabel 5 Identitas orang tua/pengganti

Identitas Orang tua / pengganti


Bapak (Alm. Abdul Ibu (Asnidar)
Munar)
Bangsa Indonesia Indonesia

27
Suku Gayo Gayo
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SD
Pekerjaan Petani Petani
Umur - 68 tahun
Alamat Lukub sabun Lukub sabun
Hubungan dengan OS Akrab kurang akrab
Dan lain-lain - -

a. Kepribadian
Kepribadian bapak dijelaskan oleh informan bahwa bapak pasien
memiliki kepribadian normal dan tidak ada keluhan yang sama seperti
pasien.
Kepribadian ibu dijelaskan oleh informan bahwa ibu pasien bersifat
normal dan tidak ada keluhan yang sama seperti pasien.
b. Os bersaudara 3 orang dan Os anak ke 3.
c. Urutan bersaudara dan usianya
1. Salawati (32 tahun)
2. Sabardi (30 tahun)
3. Salman Ariga (25 tahun)

Tabel 6 Gambaran kepribadian masing-masing saudara OS

Saudara ke Gambaran Hubungan dengan


Kepribadian saudara
1 Baik Akrab
2 Baik Akrab

Tabel 7 Orang lain yang tinggal di rumah OS

No. Status OS Gambaran Hubungan OS


Dengannya Kepribadian Dengannya
1. kakak ipar Biasa Akrab
2. keponakan Biasa Akrab

28
Tabel 8 Riwayat penyakit jiwa kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik (yang ada
kaitannya dengan gangguan jiwa) pada keluarga OS

Anggota Penyakit Jiwa Kebiasaan- Penyakit fisik


Keluarga kebiasaan
Bapak(alm) Tidak ada Tidak ada -
Ibu Tidak ada Tidak ada Asma

Saudara 1 Tidak ada Tidak ada -

Saudara 2 Tidak ada Tidak ada -

Tabel 9 Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami OS

No Rumah Tempat Keadaan


Tinggal Rumah
Tenang Cocok Nyaman Tak
Menentu
Rumah sendiri di Ya Ya Ya -
Lukub Sabun

7. Gambaran seluruh faktor-faktor fisik dan mental yang bersangkut paut


dengan perkembangan kejiwaan OS selama masa sebelum sakit
(pramorboid) yang meliputi:
a. Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan :
 Keadaan ibu sewaktu hamil :
1. Kesehatan fisik : baik
2. Kesehatan mental : baik

29
 Keadaan melahirkan
Lahir Normal
 Os anak yang diinginkan

b. Riwayat masa bayi dan kanak-kanak


Pertumbuhan fisik : baik
Minum ASI : tidak diketahui oleh informan
Usia mulai bicara : tidak diketahui oleh informan
Usia mulai bicara : tidak diketahui oleh informan
c. Simptom-simptom sehubungan dengan problem perilaku yang
dijumpai pada masa kanak-kanak :
d. Toilet training
Umur : Informan tidak mengetahui
Tingkah laku orang tua : mengarahkan ke cara yang baik
Perasaan terhadap hal ini : sabar dan membimbing
e. Kesehatan fisik pada masa kanak-kanak : sehat
f. Kepribadian serta temperamen sewaktu anak-anak : baik

Tabel 10 Masa sekolah

Perihal SD SMP SMA PT


Umur 7 tahun 12 tahun 15 tahun -
Prestasi Sedang sedang - -
Aktivitas Baik Baik - -
Sekolah
Sikap terhadap Baik Baik - -
teman
Sikap terhadap Baik Nakal - -
guru
Kemampuan Tidak ada Tidak ada - -
khusus
Tingkah laku Baik Nakal - -

g. Masa remaja
h. Riwayat Pekerjaan
Usia mulai bekerja 17 tahun : Bertani
Keadaan ekonomi : Sedang
Konflik dengan pekerjaan : Tidak ada
i. Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga :
Usia haid pertama (-) tahun, tanggapan tentang haid pertama
sudah/belum tahu, usia hubungan seksual pertama sebelum menikah
(-) tahun. Os adalah laki-laki.

30
Keterangan pribadi dari suami/istri :

Nama :- Umur :-
Bangsa/suku :- Agama :-
Pendidikan :- Pekerjaan :-

Status sosial/ekonomi :sedang


Perkawinan didahului dengan… Sekarang ini perkawinan yang ke dua kali.
Kepuasan seksual dalam hubungan suami-istri… Kehidupan rumah tangga rukun.

j. Situasi sosial saat ini


1. Tempat tinggal : Rumah orang tua
2. Polusi lingkungan : Segar

Tabel 11 Perihal anak-anak OS meliputi : Os belum menikah

No Kelami Umu Pendidik Kepribadi Kesehat Kesehat Sika


. n r an an an Fisik an p OS
Mental pad
a
ana
k

8. Stresor psikososial : Pasien merasa orang cemburu dengannya


9. Riwayat penyakit fisik yang pernah diderita OS mungkin ada kaitannya
dengan gangguan kejiwaan (setelah melewati usia kanak-kanak) : tidak
ada
10. Tidak pernah suicide.
Tidak pernah berhubungan dengan polisi atau penegak hukum.
11. Riwayat penggunaan alcohol/obat bius/zat adiktif lainnya : Tidak pernah

31
II.Pemeriksaan Psikiatri Khusus
A. Gambaran Umum
1. Penampilan : Biasa
- Sikap tubuh : Biasa
- Cara berpakaian : Bersih
- Kesehatan fisik : Sehat
2. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor : Normoaktif
Cara berjalan : Biasa
3. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Pembicaraan dan fragmen pembicaraan
- Arus fragmen : Biasa (Mudah bicara)
- Produktifitas : Biasa
- Pembendaharaan : Biasa
- Isi pembicaraan : Tidak sesuai
C. Afek, Mood dan Emosi lainnya
- Afek : Sesuai
- Mood : Disforik
- Emosi lainnya : Tidak ada
D. Pikiran
1. Gangguan bentuk
- Umum :-
- Spesifik :-
2. Gangguan isi : waham kebesaran dan waham rujukan
E. Persepsi
- Halusinasi : Audiotorik
- Ilusi : Tidak ada
- Depersonalisasi : Tidak ada
- Derealisasi : Tidak ada
F. Mimpi dan Fantasi
- Mimpi : Tidak ada
- Fantasi : Tidak ada
G. Sensorium
1. Alertnes : Compos Mentis
2. Orientasi
- Waktu : Tidak terganggu
- Tempat : Tidak terganggu
- Personal : Tidak terganggu
3. Kosentrasi dan kalkulasi : Tidak terganggu
4. Memori
- Gangguan memori jauh : Tidak terganggu
- Gangguan memori agak lama : Tidak terganggu
- Gangguan memori segera : Tidak terganggu
- Gangguan baru saja : Tidak terganggu
-
5. Pengetahuan umum : Baik
6. Pikiran abstrak : Baik
H. Insight :3
I. Judgement

32
- Judgement sosial : Baik
- Judgement tes : Baik
J. Kemampuan mengendalikan ransang dari dalam diri sendiri : baik
III. Pemeriksaan Internal
Dalam batas normal
IV. Pemeriksaan Neurologik
Dalam batas normal
V. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik lainnya
Darah rutin dan urin rutin
VI. Pemeriksaan oleh psikolog/petugas sosial dan lain-lain
Tidak dilakukan
VII. Resume

Seorang pasien laki-laki bernama Salman Ariga berusia 25 tahun,


pasien dibawa oleh keluarga ke RSUD Datu Beru dengan keluhan pasien
sering mengamuk, suka berbicara sendiri dan memukul ibu dan abang
kandungnya.

Keluhan dan sikap pasien tersebut sudah berlangsung selama 8 tahun


ke belakang, akan tetapi gejala tersebut hilang timbul dan baru pada sebulan
ini gejala tersebut menjadi makin parah. Selama 8 tahun pasien mengalami
keluhan tersebut pasien sudah pernah dirawat dirumah sakit jiwa Banda Aceh
dan pasien dirawat selama 1 tahun sekali dalam waktu 1 bulan . Pada tahun
2015 pasien pernah mengalami masalah dalam hubungan percintaannya
hingga membuat pasien mengalami stres berat hingga membuat dirinya
membenci perempuan termasuk ibunya sendiri. Pada tahun 2016 keluhan
pasien semakin memberat dan membuat pasien memukuli ibu dan abang
kandungnya.

Hasil dari alloanamnesa kepada pihak keluarga yang diwakili oleh


kakak ipar pasien (Ruhamah, 28 tahun), faktor pencetus penyebab pasien
mengalami keluhan seperti sekarang adalah pada saat remaja tepatnya saat
pasien masih duduk di bangku SMP pasien sudah mengkonsumsi ganja dan
pada saat pasien tidak mengkonsumsi ganja lagi pasien merasa gelisah dan
suka mengamuk.

Pada keluarga pasien, tidak ada riwayat keluarga yang pernah


mengalami gejala-gejala seperti pasien. Kepribadian pihak keluarga juga tidak

33
ada yang terganggu, dimulai dari Ayah pasien yang memiliki kepribadian
normal dan ibunya memiliki kepribadian yang mudah bergaul. Saudara
kandung pasien yang berjumlah 3 orang juga tidak memiliki gangguan seperti
pasien atau gangguan kepribadian lainnya.Kakek, nenek, paman, serta sepupu
pasien semuanya tidak pernah memiliki riwayat gangguan seperti pasien.

Pasien adalah anak yang diinginkan dan pasien adalah anak yang
diinginkan.Pasien memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik pada masa
anak anak. Pertumbuhan fisik pasein saat kanak-kanak seperti biasa pada
umumnya, dan pasien minum ASI sampai usia 2 tahun. Pasien sejak kecil
tidak pernah memiliki penyakit yang serius, dan kepribadian serta temperaman
pasien baik.Pasien hanya berpendidikan sampai Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan prestasinya sedang.Pada masa remaja tidak didapati keanehan dan
kenakalan remaja.Usia 17 tahun pasien sudah mulai bekerja, yaitu bertani.

Pemeriksaan psikiatri khusus didapati yaitu, sikap tubuh biasa, cara


berpakaian rapi, kesehatan fisik baik. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
normoaktif, cara berjalan biasa, sikap terhadap pemeriksan kooperatif. Arus
pembicaraan biasa dengan produktifitas biasa.Pembendaharaan biasa dan isi
pembicaraan tidak sesuai.Afek sesuai dan mood disforik, tidak didapati emosi
lainnya.Gangguan bentuk umum dan spesifik tidak dijumpai adanya
kelainan.Pasien memiliki gangguan isi yaitu waham rujukan serta waham
kebesaran.Persepsi didapati berupa halusinasi audiotorik berupa orang
berbicara dengan pembicaraan tidak jelas.Mimpi dan fantasi tidak dimiliki
pasien. Sensorium didapati alertness compos mentis, orientasi personal, waktu
dan tempat baik, .Konsentrasi dan kalkulasi tidak terganggu. Tidak adanya
gangguan memori. Pengetahuan umum serta pikiran abstrak baik.Insight
pasien3, dan derajat judgement sosial serta tes baik.Pada pemeriksaan internal
dan neurologic dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium akan dilakukan
pemeriksaan darah rutin dan urin rutin.

VIII. Diagnosis Banding


1. Skizofrenia paranoid
2. Skizofrenia tak terinci
3. Berpura-pura (Malingering) dan Gangguan Buatan

34
IX. Diagnosis : Aksis I = Skizofrenia Paranoid

: Aksis II = Tidak ada diagnosis

: Aksis III = Tidak ada diagn

: Aksis IV= Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

: Aksis V = 60-51

X. Prognosis
Prognosis buruk
1. Jenis kelamin laki-laki
2. Awitan muda ( pada usia 17 tahun)
3. Tidak ada faktor presipitasi
4. Lajang
5. Sistem pendukung kurang baik
XI. Terapi

Farmakologi : Injeksi lodomer 5amp/im

Injeksi diazepam 10 mg/im

Persidal 2mg 2x1

Heximer 2 mg 2x1

Crorilex 25 mg 2x1

Terapi non-farmakologi

Terapi Psikososial

a. Terapi perilaku
----Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri,
latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong
dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan,
seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi
perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara
sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan9.

b. Terapi berorintasi-keluarga

35
----Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan
dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali
seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif
(setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas
didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan
kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong
sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur
terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan
tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.
----Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa
menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian
terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa
terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga9.

c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi
secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif.
Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa
persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang
memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya
paling membantu bagi pasien skizofrenia9.

36
BAB V

KESIMPULAN

Diagnosis skizofrenia paranoid pada kasusyang telah dijelaskan pada


bagian pembahasan ditegakkan berdasarkan anamnesis, autoanamneis,
alloanamnesis dan pemeriksaan status psikiatri.Diagnosa skizofrenia minimal
harus didapati 1 gejala utama atau dua gejala tambahan, dan telah berlangsung
minimal 1 bulan4.Terapi yang diberikan ke pasien berupa farmakologi dan non-
farmakologi.Obat-obatan yang digunakan berupa obat anti-psikosis tipikal dan
atipikal.Terapi non-farmakologi berupa psikoterapi dan psikoedukasi, terutama
dukungan dari keluarga untuk mempercepat penyembuhan pasien5.

Penyebab dari skizofrenia adalah faktor genetik, faktor psikososial,


biologis, neurobiology dan model diathesis stress. Gejala khas pada skizofrenia

37
adalah gejala positif dan negative.Pada kasus skizofrenia memiliki beberapa
diagnosis banding, diantaranya gangguan psikotik sekunder, gangguan
kepribadian dan gangguan mood, serta klasifikasi dari skizofrenia sendirinya5.

Prognosis skizofrenia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, awitan


lambat atau cepat, faktor pencetus, riwayat keluarga, system pendukung baik atau
tidak, gejala positif atau negative, serta riwayat sosial, seksual, pekerjaan dan
lainnya5.

38

Anda mungkin juga menyukai