Lapkas Jiwa
Lapkas Jiwa
PENDAHULUAN
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang berarti terpisah atau
pecah dan phren yang berarti jiwa. Terjadi pecahnya/ketidakserasian antara afek,
kognitif, dan perilaku. Skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional dengan
gangguan utama pada proses pikir serta disharmonisasi antara proses pikir, afek
atau emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena
waham dan halusinasi, assosiasi terbagi-bagi sehingga muncul inkoherensi, afek
dan emosi inadekuat, serta psikomotor yang menunjukkan penarikan diri,
ambivalensi dan perilaku bizar. Kesadaran dan kemampuan intelektual biasanya
tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang dikemudian
hari1.
Skizofrenia adalah gangguan yang berlangsung selama minimal 6 bulan
dan mencakup setidaknya 1 bulan gejala fase aktif. Sementara itu gangguan
skizofrenia dikarakteristikan dengan gejala positif (delusi dan halusinasi), gejala
negatif (apatis, menarik diri, penurunan daya pikir, dan penurunan afek), dan
gangguan kognitif (memori, perhatian, pemecahan masalah, dan sosial)1.
Skizofrenia merupakan gangguan mental yang sangat berat. Penyakit ini
menyerang 4 sampai 7 dari 1000 orang . Skizofrenia biasanya menyerang pasien
dewasa yang berusia 15-35 tahun. Diperkirakan terdapat 50 juta penderita di
dunia, 50% dari penderita tidak menerima pengobatan yang sesuai, dan 90% dari
penderita yang tidak mendapat pengobatan tepat tersebut terjadi di negara
berkemba. Di Indonesia, prevalensi gangguan jiwa berat (skizofrenia) sebesar
0,46%. Sulawesi Tengah menempati peringkat pertama dari provinsi lain yang
berada di Sulawesi dengan penderita skizofrenia sebesar 0,53%2.
Terdapat beberapa tipe dari skizofrenia (Paranoid, hiberfrenik, katatonik,
undifferentiated, dan Residual)2. Skizofrenia paranoid merupakan tipe paling
stabil dan paling sering terjadi. Gejala terlihat sangat konsisten, pasien dapat
bertindak atau tidak sesuai wahamnya. Ciri utama skizofrenia paranoid adalah
waham yang mencolok atau halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi
kognitif dan afektif relatif masih terjaga. Waham biasanya adalah waham kejar
atau waham kebesarann, atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain (misalnya
waham kecemburuan, keagamaan atau somalisasi) mungkin juga muncul. Ciri-ciri
lainnya meliputi kecemasan, kemarahan, menjaga jarak, sukaa bergaumentasi,
agresif dan jarang menunjukkan sikap disorganisasi3.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab ( banyak belum
diketahui ) dan perjalanan penyakit ( tak selalu bersifat kronis atau “
deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya4.
Pada umunyaditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
( inappropriate) or tumpul ( blunted). Kesadaran yang jernih ( clear consiousness)
dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian4.
2.2 Sejarah
Besarnya masalah klinis skizofrenia secara terus menerus telah menarik
perhatian tokoh-tokoh utama psikiatri dan neurologi sepanjang sejarah gangguan
ini. Dua tokoh tersebut adalah Emil Kraepelin (1986-1926) dan Eugen Bleuler
(1857-1939)5.
2
konsep Kraepelin. Namun istilah skizofrenia dari Bleuler menjadi label yang
diterima secara international untuk gangguan ini. Istilah sering disalah artikan
terutama oleh orang awam sebagai kepribadian ganda. Kepribadian ganda, kini
disebut identitas disosiatif, dikategorikan dalam DSM-IV-TR sebagai gangguan
disosiatif dan oleh sebab itu sepenuhnya berbbeda dengan skizofrenia5.
2.2.3 Empat A.
Bleuler menidentifikasikan gejala fundamental (atau primer) skizofrenia
yang spesifik untuk membangun teori mengenai perpecahan mental internal pada
pasien. Gejala tersebut meliputi gangguan asosiasi, khususnya kelonggaran;
gangguan afektif, autisme, dan ambivalensi yang dirangkum menjadi 4 A:
asosiasi, afek, autisme, dan ambivalensi. Bleuler juga mengidentifikasikan gejala
asesoris (sekunder), yang banyak menambah pemahaman mengenai skizofrenia5.
2.3 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, prevalensi seumur hidup skizofrenia sekitar 1 persen,
yang berarti bahwa selama kurang lebih 1 dari 100 orang akan mengalami
skizofrenia selama masa hidupnya. Studi Epidemiologic Catchment Area (ECA)
yang disponsori National Institute of Mental Health ( NIMH) melaporkan
pravelensi seumur hidup sebesar 0,6 sampai 1,9 %. Menurut DSM-IV-TR,
insidensi tahunan skizofrenia berkisar antara 0,5 sampai 5,0 per 10.000 dengan
beberapa variasi geografik (cth., insidens lebih tinggi pada orang yang lahir di
daerah perkotaan di negara maju). Skizofrenia ditemukan pada semua masyarakat
dan area geografis dan angka insidens serta pravalensinya secara kasar merata di
seluruh dunia. Di Amerika Serikat, kurang lebih 0,05 persen populasi total
menjalani pengobatan untuk skizofrenia setiap tahun dan hanya setengah dari
semua pasien skizofrenia mendapatkan pengobatan, meskipun penyakit ini
termasuk berat5.
Tabel 1. Prevalensi Skizofrenia pada Populasi Spesifik5
Populasi Prevalensi
Populasi umum 1,0
Saudara kandung bukan kembar pasien skizofrenia 8,0
Anak dengan salah satu orangtua penderita skizofrenia 12,0
Kembaran dizigotik pasien skizofrenia 12,0
Anak yang kedua orang tuanya menderita skizofrenia 40,0
Kembar monozigotik pasien skizofrenia 47,0
2.4 Etiologi
3
2.4.1. Faktor Biologis
a) Komplikasi kelahiran
Bayi laki-laki yang memiliki komplikasi saat dilahirkan sering
mengalamiskizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan
seseorang terhadap skizofrenia6.
b) Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeki virus pernah
dilaporkan pada orang dengan skizofrena. Penelitian mengatakan bahwa terpapar
infeksi virus pada trisemester kedua kehamilan akan meningkatkan kemungkinan
seseorang mengalami skizofrenia6.
c) Hipotesis dopamine
Dopamine merupakan neurotransmitter pertama yang berkontribus
iterhadap gejala skizofrenia. Hamper semua obat antipsikotik baik tipikal maupun
antipikal menyekat reseptor dopamine D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal
di sistem dopaminergik maka gejala psikotik diredakan6.
d) Hipotesis Serotonin
Gaddum, Wooley, dan Show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid
diethlamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis
reseptor 5-HT. Ternyata zat tersebut menyebabkan keadaan psikosis berat pada
orang normal6.
e) StrukturOtak
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan
ganglia basalis. Otak pada penderita skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan
orang normal, ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abu-abu dan beberapa
area terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolic. Pemeriksaan
mikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel
otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak ditemukannya sel gila, biasa
timbul pada trauma otak setelah lahir6.
4
Pembahasan tanda dan gejala klinis skizofrenia mencuatkan tiga isu
utama. Pertama, tidak ada tanda atau gejala yang patognomonik untuk skizofrenia,
tiap tanda atau gejala yang tampak pada skizofrenia dapat terjadi pada gangguan
psikiatrik dan neurologis lain. Pengamatan ini bertentangan dengan opini klinis
yang sering terdengar bahwa tanda dan gejala tertentu bersifat diagnostik untuk
skizofrenia. Oleh sebab itu, riwayat pasien esensial untuk diagnosis skizofrenia,
klinisi tidak dapat mendiagnosis skizofrenia hanya berdasarkan pemeriksaaan
status mental saja, yang hasilnya dapat bervariasi. Kedua , gejala pasien dapat
berubah seiring berjalan waktu. Ketiga, klinisi harus mempertimbangkan tingkat
pendidikan pasien, kemampuan intelektual, serta keanggotakan kultural dan
subkultural. Kemampuan yang terganggu untuk memahami konsep abstrak,
contohnya, dapat mencerminkan tingkat pendidikan pasien maupun
intelegensinya7.
Skizofrenia merupakan penyakit kronis. Sebagian kecil dari kehidupan
mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama
dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang
“ringan”. Selama fase residual, pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri,
dan “aneh”. Gejala-gejala penyakit biasanya terlihat jelas oleh orang lain. Pasien
dapat kehilangan pekerjaan dan teman karena ia tidak berminat dan tidak mampu
berbuat sesuatu atau karena sikapnya yang aneh. Pemikiran dan pembicaraan
mereka samar-samar sehingga kadang-kadang tidak dapat dimengerti7.
Skizofrenia sering memperlihatkan berbagai campuran gejala-gejala di
bawah ini:
2.5.1. Gangguan pikiran
1. Gangguan proses pikir7
Asosiasi longgar
Ide pasien sering tidak menyambung. Ide tersebut dapat melompat dari
satu topik ke topik lain yang tak berhubungan sehinggga membingungkan
pendengar. Gangguan ini sering terjadi biasanya di pertengahan kalimat
sehingga pembicaraan sering tidak koheren7
Pemasukan berlebihan
Arus pikiran pasien secara terus menerus mengalami gangguan karena
pikirannya sering di masuki informasi yang tidak relevan7.
Neologisme
Pasien menciptakan kata-kata baru (yang bagi mereka mungkin
mengandung arti simbolik)7.
Terhambat
Pembicaraan tiba-tiba berhenti (sering pada pertengahan kalimat) dan
disambung kembali beberapa saat (atau beberapa menit) kemudian,
biasanya dengan topik yang lain. Ini dapat menunjukan bahwa ada
interupsi. Biasanya pikiran-pikiran lain masuk ke dalam ide pasien7.
Klang asosiasi
5
Pasien memilih kata-kata berikut mereka berdasarkan bunyi kata-kata
yang baru saja diucapkan dan bukan isi pikirannya7
Ekolalia
Pasien mengulang kata-kata atau kalimat yang baru saja diucapkan oleh
seseorang7.
Konkritisasi
Pasien dengan IQ rata-rata normal atau lebih tinggi, sangat buruk
kemampuan berpikir abstraknya7.
2. waham sistematik
Kepercayaan yang salah atau kepercayaan yang disatukan oleh satu
peristiwa atau tema tunggal7.
5. Waham nihilistik
Perasaan yang salah bahwa dirinya orang lain bahwa dunia ini tak ada atau
tidak akan mengalami kiamat7.
6. Waham kemiskinan
Kepercayaanyang salah pada seseorang bahwa ia akan bangkrut atau
kehilangan semua harta bendanya7.
7. Waham somatik
6
Kepercayaan yang salah melibatkan fungsi tubuh7.
8. Waham paranoid
Termasuk diantaranya adalah waham kejar dan waham rujukan, kendali
dan kebesaran7.
a. Waham Kejar
kepercayaan yang salah pada seorang yang merasa dirinya dilecehkan ,
dicurangi, dikejar, sering ditemukan pada pasien dengan kasus hukum
yang memiliki kecenderungan patologis untuk mengambil tindakan
hukum karena adanya suatu perlakuan salah yang imajiner7.
b. Waham kebesaran
konsep seseorang akan arti penting diri, kekuatan atau identitasnya yang
terlalu dilebih-lebihkan7.
c. waham rujukan
kepercayaan yang salah dalam diri seseorang bahwa perilaku orang lain
ditujukan kepada dirinya7.
2.5.3Tilikan
Kebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan tilikan yaitu
pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap
pengobatan,meskipun gangguan yang pada dirinyapat dilihat oleh orang
lain7.
2.5.4 Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Halusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran
tetapi bisa juga berbentuk penglihatan, penciuman dan perabaan.
Halusinasi pendengaran (paling sering suara satu atau beberapa orang)
dapat pula berupa komentar tentang pasien atau peristiwa-peristiwa sekitar
pasien. Komentar-komentar tersebut dapat berbentuk ancaman atau n
perintah yang langsung ditujukan kepada pasien. Suara-suara sering tetapi
tidak selalu diterima pasien dan kadang-kadang pasien dapat mendengar
pikiran-pikiran mereka sendiri berbicara keras (sering memalukannya atau
suara yang memalukan). Suarak-suara cukup nyata menurut pasien kecuali
pada fase awal skizofrenia7.
7
1. Afek tumpul atau datar :
Ekspresi emosi pasien sangat sedikit bahkan ketika afek tersebut
seharusnya diekspresikan, pasien tidak menunjukkan kehangatan7.
2.Afek Tak serasi
Afeknya mungkin bersemangat atau kuat tetapi tidak sesuai dengan
pikiran dengan pikiran dan pembicaraan pasien7.
3. Afek labil
Dalam jangka pendek terjadi perubahan afek yang jelas.
8
berasal, dan kearah mana kecenderungan pasien di masadepan. Riawayat tersebut
merupakan kisah hidup pasien yang diceritakan ke psikiater dalam bahasa pasien
dari sudut pandangnya sendiri5.
B. Data Identitas
Data identitas memberikan rangkuman demografik yang memadai
mengenai pasieen berdasarkan nama,usia, status perkawinan, jenis kelamin,
pekerjaan, bahasa lain menggunakan selain bahasa inggris, latar belakang etnik
dan agama selama masih berkaitan, serta situasi kehidupan terkini5.
C. keluhan utama
Keluhan utama, dalam bahasa pasien sendiri, menyatakan mengapa ia
datang atau dibawa untuk memperoleh bantuan. Keluhan ini harus dicatat bahkan
apabila pasien tidak dapat berbicara5.
F. Riwayat Keluarga
Pernyataan singkat tentang adanya penyakit, rawat inap, dan tatalaksana
psikiatri pada anggota keluarga dekat pasien harus dituliskan pada bagian ini.
Adakah riwayat penyalahgunaan alkohol atau zat lain atau perilaku antisosial
dalam keluarga? Selai itu, riwayat keluarga juga harus mencakup deskripsi
kepribadian tingkat intelegensi berbagai orang yang tinggal serumah dengan
pasien5.
G. Riwayat Pribadi
Selain mempelajari penyakit dan situasi kehidupan pasien saat ini,
psikiater perlu memahami secara menyeluruh masa lalu pasien dan hubungannya
dengan masalah emosional yang ada sekarang5.
9
Periode masa kanak-kanak awal terdiri atas 3 tahun pertama kehidupan
pasien. Kualitas interaksi ibu-anak selama pemberian makan dan latihan buang air
penting diketahui5.
C. Riwayat Militer
Psikiater harus menanyakan penyesuaian umum pasien terhadap militer
tersebut, apakah pasien pernah menyaksikan pertempuran atau menderita cidera,
dan alasan pemberhatiannya. Apakah pasien pernah dirujuk untuk konsultasi
psikiatri dan apakah ia pernah menjalani hukuman disipliner selama masa
tugasnya5.
D. Riwayat Pendidikan
Psikiater perlu memiliki gambaran yang jelas mengenai latar belakang
pendidikan pasien. Informasi ini dapat memberi petunjuk mengenai latar belakang
sosial dan budaya pasien, intelegensi, motivasi, dan adanya halangan dalam
pencapaian5.
E. Agama
Psikiater harus mendeskripsikan latarbelakang agama kedua orang tua dan
rincian perintah agama pasien. Apakah sikap keluarga terhadap agama ketat atau
permisif, dan apakah terdapatkonflik diantara kedua orang tua mengenai
10
pendidikan agama anak? Psikiater harus melacak praktik keagamaan pasien
semasa remaja hingga kepercayaan dan aktivitas keagamaan pasien saat ini5.
F. Aktivitas sosial
Psikiater harus mendeskripsikan kehiduopan sosial pasien dan sifat
persahabatan, dengan penekanan pada pedalaman, durasi, dan kualitas hubungan
manusia.
H. Riwayat Hukum
Apakah pasien pernah ditahan pihak berwajib dan bila iya,ata tuduhan
apa ? berapa kali pasin pernah ditahan? Apakah pasien di penjara ? berapa lama ?
apakah pasien dalam masa percobaan dan penundaan hukuman ? apakah pasien
diperintahkan menjalani perawatan ini sebagai salah satu syarat masa percobaan ?
apakah pasien memiliki riwayat penyerangan dan kekerasan? Terhadap siapa ?
menggunakan apa ? bagaimana sikap pasien terhadap penahanan atau hukuman di
penjara ? riwayat masalh hukum yang luas, juga sikap pasein terhadap hal
tersebut, dapat mengindikasi adanya gangguan kepribadian antisosial. Riwayat
kekerasan dalam skala besar dapat menjadi peringatan bagi psikiater adanya
potensi kekerasan dikemudian hari5.
I. Riwayat seksual
Kebanyakan riwayat seksualitas infantil yang tidak dapat disembuhkan,
meski pasien mampu mengingat rasa penasaran dan permainan seksual yang
dilakukan pada usia 3 sampai 6 tahun. Psikiater harus menanyakan bagaimana
pasien belajar tentang seks dan menurut pasien apa sikap orang tua mengenai
perkembangan seksualnya? Pewawancara juga dapat menanyakan apakah pasien
pernah mengalami penganiayaan seksual di masa kanak-kanak5.
K. Nilai
Seorang psikiater dapat menanyakan sistem nilai yang dianut pasien baik,
baik sosial maupun moral termasuk nilai terhadap pekerjaan, uang, permainan,
anak-anak, orang tua, teman seks, masalah masyarakat, dan isi budaya5.
11
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
dalam kategori ini psikiater mendeskripsikan penampilan pasien dan kesan
fisik keseluruhan yang tercermin dari postur, pembawaan, pakaian, dan
kerapiannya5.
d. Mood
mood didefenisikan sebagai emosi yang menetap dan telah meresap
mewarnai persepsi orang tersebut terhadap dunia5.
e. Afek
afek di definisikan sebagai responsivitas emosi pasien saat ini, yang
tersirat dari ekpresi wajah pasien, termasuk jumlah dan kisaran perilaku
ekspresif5.
b. Isi Pikir
Gangguan isi pikir meliputi waham, preokupasi (yang dapat melibatkan
penyakit pasien), obsesi (“apakah anda memiliki ide yang mengganggu dan
berulang ?”), kompulsi (“adakah hal yang anada kerjakan terulang-ulang, dalam
suatu petisi ?” adakah hal yang harus anda lakukan dengan cara atau urutan
tertentu?” bila anda tidak melakukan dengan cara tersebut, haruskah anda
mengulang ?” apakah anda tahu mengapa anda melakukannya dengan cara itu ?”,
fobia, rencana, niat, ide berulang mengenai bunuh diri atau pembunuhan, gejala
hipokondriakal, dan kecenderungan antisosial tertentu5.
12
4. Sensorium dan Kognisi
a. Kesadaran
gangguan kesadaran biasanya mengindikasikan adanya kerusakan organik
pada otak. Kesadaran berkabut adalah berkurangnya kesiagaan pada diri dan
lingkungan secara menyeluruh. Pasien mungkin tidak dapat memusatkan
perhatian kepada stimulus lingkungan atau mempertahankan pemikiran atau
perilaku yang mengarah ke tujuan5.
e. Kemampuan visuospasial
pasien harus diminta untukmenyalin suatu gambar, misalnya bagian depan
jam dinding atau segilima bertumpuk5.
f. Pikiran abstrak
pikiran abstrk adalah kemampuan untuk menangani konsep-konsep. Pasien
mungkin memiliki gangguan dalam membuat konsep atau menangani ide5.
h. Impulsivitas
Apakah pasien mampu mengendalikan impuls seks, agresi dan impuls
lainnya? Pengkajian pengendalian impuls penting untuk memastikan kesadaran
pasien akan perilaku sosial yang pantas dan merupakn ukuran potensi bagi pasien
terhadap dirinya sendiri dan orang lain5.
13
b. Tilikan
tilikan adalah tingkat kesadaran dan pemahaman pasien akan penyakitnya.
Ringkasan tingkat tilikan adalah sebagai berikut5:
-. Penyangkalan total atas penyakitnya.
-. Sedikit meyadari bahwa dirinya sakit dan memerlukan bantuan namun padasaat
yang sama menyangkalnya.
-.Kesadaran bahwa dirinya sakit namun menyalahkan orang lain, faktor eksternal,
faktor organik.
-. Kesadaran bahwa penyakit disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui di
dalam diri pasien.
-. Tilikian intelektual, pengakuan bahwa pasien sakit dan bahwa gejala atau
kegagalan penyesuaian sosial disebabkan oleh suatu perasaan atau gangguan
dari pasien sendiri yang tidak rasional tanpa menerapkan pengetahuan ini pada
pengalaman di masa depan.
-.Tilikan emosional sejati, kesadaran emosional akan motif dan perasaan dalam
diri pasien dan orang-orang penting dalam hidupnya, yang dapat menyebabkan
perubahan perilaku mendasar.
6. Reabilitas
Bagian status mental ini menyimpulkan kesan psikiater tentang sejauh
mana pasien dapat dipercaya dan kemampuan pasien untuk melaporkan
keadaannya secara akurat5.
2.8Diagnosis
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)4 :
(a) - “ thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda;atau
– “ thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asaing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya d i ambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
-“thought broadcasting” = isis pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya.
(b) - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar, atau
- “ delusion of influence” =waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar, atau
-“ delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar;
(tentang “dirinya” = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/ anggota
gerak atau ke pikiran, tindakan, ataupenginderaan khusus);
- “ delusional perception” = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
(c) halusinasi auditorik :
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
14
- mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri ( diantara berbagai
suara yang berbicara), atau
- jenis suara halusinasi lain yang berasal darib salah satu bagian tubuh
(d) waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
yang di angggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahkluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
(e) halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
(f) arus pikiran yang teroutus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) ,yang berakibat inkoherensi atau pembeciraan yang tidak
relevan, atau neogolisme.
(g) perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor
(h) gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial ; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
15
(c) waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity”
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,
adalahyang paling khas;
- gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.
16
1 Chlorpromazine CHLORPROMAZIN Tab.25-100 300-
E mg. 1000mg/h
(indofarma) Tab. 100 mg 50-100mg
CEPEZET ampul 50 setiap4-6 jam
(Mesifarma) mg/2cc
2 Haloperidol HALOPERIDOL Tab. 0,5-1.5 5-20 mg/h
(indofarma) mg
DORES cap. 5 mg
(pyridam) tab. 1,5 mg
SERENACE tab. 0,5-
(Pfizer-pharmacia) 1,5mg
liq. 2mg/ml
amp. 5mg/cc 5-10 mg (im)
dapat di
ulang setiap
½ jam
(maksimum
LODOMER tab 2-5 mg 20 mg/h)
(mersifarma) amp. 5 mg/cc
tetes 2 mg/ml 5-10 mg (im)
5-20 mg/h
HALDOL amp. 50
DECANOAS mg/cc 50 mg (im)
(janssen) setiap 2-4
minggu
3 Fluphenazine SIKZONOATE vial25 mg/cc 12,5-25 mg
decanoat (mersifarma) (im) setiap 2-
4 minggu
4 Trifluoperazine STELAZINE tab. 1-5 mg 15-50 mg/h
(pharos)
STELOSIS tab. 5mg
(mersifarma)
5 sulpride DOGMATIL FORTE amp. 3-6 amp/h
(pharos) 100mg/2cc (im)
(delagrange) tab. 200 mg 300-600
mg/h
6 paliperidone INVEGA tab. SL 6 mg 6 mg/h
(janssen)
7 Risperidone RISPERIDONE OGB tab. 1-2-3 mg 2-8 mg/h
MERSI
(mersifarma)
RISPERIDONE OGB tab 2 mg
DEXA
(Dexamedica)
RISPERIDAL tab 1-2-3 mg
(Janssen)
RISPERDAL vial 25 mg/cc 25-50 mg
CONSTA 50 mg/cc (im) setap 2
17
NERIPROS tab 1-2-3 mg minggu
(pharos) tetes1 mg/ml
18
(maksimal
29,25 mg/h)
Tetes 1mg/ml 1ml=20 tetes
-Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klnis)
yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping
sekunder.
-Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang
dominan dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis
ekivalen.
-Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis
yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan
obat psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis
ekivalennya dimana profil efek samping belum tentu sama.
-Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat
antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek
sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang
-Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan9:
Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek
samping
(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu
kualitas hidup pasien
-Mulai dosis awal dengan dosis anjuran à dinaikkan setiap 2-3 hari à sampai
mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) à dievaluasi setiap 2
minggu dan bila perlu dinaikkan à dosis optimal à dipertahankan sekitar 8-12
minggu (stabilisasi) à diturunkan setiap 2 minggu à dosis maintanance à
dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/mingu) à
tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) à stop
-Untuk pasien dengan serangan sindroma psikosis multi episode terapi
pemeliharaan dapat dibarikan palong sedikit selama 5 tahun.
-Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah
dosis terakhir yang masih mempunyai efek klinis.
-Pada umumnya pemberian obat psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan
sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk
psikosis reaktif singkat penuruna obat secara bertahap setelah hilangnya gejala
dalam kueun waktu 2 minggu – 2 bulan.
-Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun
diberikan dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi ketergantungan obat
kecil sekali.
19
-Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic rebound yaitu:
gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain. Keadaan
ini akan mereda dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi sulfas atrofin
0,25 mg IM dan tablet trihexypenidil 3x2 mg/hari)
-Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang tidak
mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi
oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru
ditingkatkan menjadi 1 cc setap bulan. Pambarian anti psikosis long acting
hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan terhadap kasus skizpfrenia9.
20
obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya.
Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh
total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu
diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering
kekambuhan dan makin beratnya penyakit9.
b. Terapi berorintasi-keluarga
21
----Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan
dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali
seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif
(setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas
didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan
kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong
sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur
terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan
tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.
----Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa
menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian
terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa
terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga9.
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi
secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif.
Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa
persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang
memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya
paling membantu bagi pasien skizofrenia9.
d. Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam
pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan
menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi
bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang
dialami pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat
dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan
keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien9.
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di
dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit
dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap
keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap9.
curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan
yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati,
dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas
yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri.
Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan
kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.
22
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah
ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan
penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumahsakit harus direncanakan.
Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang
skizofrenia.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu
mereka menyusun
aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari
keparahan penyakit
pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di
rumah sakit9.
harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri,
kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus
diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga
pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien
dalam memperbaiki kualitas hidup9.
2.11 Prognosis
Sejumlah stuudi telah menunjukan bahwa selama periode5 sampai 10
tahun setelah rawat inap psikiatri yang pertama untuk skizofrenia, hanya sekitar
10 sampai 20 persen pasien dapat dideskripsikan pasien mendapat hasil akhir yang
baik. Lebih dari 50 persen pasien dapat digambarkan memiliki hasil akhir yang
buruk, dengan rawat inap berulang, ekserbasi gejala, episode gangguan mood
mayor, dan percobaan bunuh diri. Meski terdapat gambaran yang kelam ini,
skizofrenia tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang memburuk dan
sejumlah faktor yang dikaitkan dengan prognosis yang baik5.
Angkapemulihan yang dilaporkan berkisar dari 10 sampai 60 persen, dan
taksiran yang masuk akal adalah bahwa 20 dari 30 persen dari semua pasein
skizofrenia mampu menjalani kehidupan yang kurang lebih normal. Sekitar 20
sampai 30 persen pasien terus mengalami gejala sedang, dan 40 sampai 60 persen
pasien tetap mengalami hendaya secara signifikan akibat gangguan tersebut
selama hidup mereka. Pasien skizofrenia memang memiliki prognosis lebih buruk
dibanding pasien dengan gangguan mood, meski 20 sampai 25 persen pasien
gangguan mood juga mengalami gangguan yang parah pada tindak lanjut jangka
panjang5.
23
Gejala gangguan mood Perilaku auristik, menarik diri
Menikah Lajang, cerai, atau menjanda/duda
Riwayat keluarga dengan gangguan Riwayat keluarga dengan gangguan
mood skizofrenia
Sistem pendukung baik Sistem pendukung buruk
Gejala positif Gejala negative
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tanpa remisi dalam 3 bulan
Berulang kali relaps
Riwayat melakukan tindakan
penyerangan
BAB III
24
LAPORAN KASUS
Bangsa : Indonesia
Suku : Gayo
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tani
Aceh Tengah)
25
Allo anamnesis dilakukan dengan abang ipar pasien pada tanggal 24 Maret 2018
melalui telepon seluler.
Nama : Ruhamah
Umur : 27 tahun
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : SMA
I. Anamnesis
26
Keterangan atau anamnesis diperoleh dari pasien sendiri (autoanamnesis) dan
informan (alloanamnesis)
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan (RSUD Datu Beru) atas keinginan
keluarga.
2. Sebab utama pasien dibawa ke rumah dikarenakan sudah meresahkan
keluarga karena suka marah-marah dan bicara sendiri.
3. Keluhan utama, pasien mengeluhkan pusing, sakit kepala, dan pasien
mengeluhkan banyak orang yang membenci dirinya
4. Riwayat penyakit sekarang, pasien sudah 8 tahun mengalami gejala
sering marah-marah dan bicara sendiri, pasien selalu merasa bahwa
orang-orang sekitar membenci dirinya dan membicarakannya. Pasien
selalu merasanya dirinya paling benar dan memiliki uang yang sangat
banyak.
5. Riwayat penyakit sebelumnya, 8 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di
rumah sakit jiwa banda aceh karena sering marah-marah dan memukuli
abang dan ibu kandungnya, pasien dirawat selama 1 tahun sekali dalam
waktu satu bulan. Sewaktu pasien masih duduk di bangku SMP, pasien
sudah mulai mengkonsumsi ganja dan merokok. Pada tahun 2015 kondisi
Pasien sedikit membaik, namun dari keterangan keluarga pasien
mengalami masalah dalam hubungan percintaan sehingga membuat
pasien stress dan kembali marah-marah pada orang sekitar hingga pada
tahun 2016 pasien suka memukuli orang sekitar dan selalu memarahi
ibunya.
6. Riwayat keluarga OS
27
Suku Gayo Gayo
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SD
Pekerjaan Petani Petani
Umur - 68 tahun
Alamat Lukub sabun Lukub sabun
Hubungan dengan OS Akrab kurang akrab
Dan lain-lain - -
a. Kepribadian
Kepribadian bapak dijelaskan oleh informan bahwa bapak pasien
memiliki kepribadian normal dan tidak ada keluhan yang sama seperti
pasien.
Kepribadian ibu dijelaskan oleh informan bahwa ibu pasien bersifat
normal dan tidak ada keluhan yang sama seperti pasien.
b. Os bersaudara 3 orang dan Os anak ke 3.
c. Urutan bersaudara dan usianya
1. Salawati (32 tahun)
2. Sabardi (30 tahun)
3. Salman Ariga (25 tahun)
28
Tabel 8 Riwayat penyakit jiwa kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik (yang ada
kaitannya dengan gangguan jiwa) pada keluarga OS
29
Keadaan melahirkan
Lahir Normal
Os anak yang diinginkan
g. Masa remaja
h. Riwayat Pekerjaan
Usia mulai bekerja 17 tahun : Bertani
Keadaan ekonomi : Sedang
Konflik dengan pekerjaan : Tidak ada
i. Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga :
Usia haid pertama (-) tahun, tanggapan tentang haid pertama
sudah/belum tahu, usia hubungan seksual pertama sebelum menikah
(-) tahun. Os adalah laki-laki.
30
Keterangan pribadi dari suami/istri :
Nama :- Umur :-
Bangsa/suku :- Agama :-
Pendidikan :- Pekerjaan :-
31
II.Pemeriksaan Psikiatri Khusus
A. Gambaran Umum
1. Penampilan : Biasa
- Sikap tubuh : Biasa
- Cara berpakaian : Bersih
- Kesehatan fisik : Sehat
2. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor : Normoaktif
Cara berjalan : Biasa
3. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Pembicaraan dan fragmen pembicaraan
- Arus fragmen : Biasa (Mudah bicara)
- Produktifitas : Biasa
- Pembendaharaan : Biasa
- Isi pembicaraan : Tidak sesuai
C. Afek, Mood dan Emosi lainnya
- Afek : Sesuai
- Mood : Disforik
- Emosi lainnya : Tidak ada
D. Pikiran
1. Gangguan bentuk
- Umum :-
- Spesifik :-
2. Gangguan isi : waham kebesaran dan waham rujukan
E. Persepsi
- Halusinasi : Audiotorik
- Ilusi : Tidak ada
- Depersonalisasi : Tidak ada
- Derealisasi : Tidak ada
F. Mimpi dan Fantasi
- Mimpi : Tidak ada
- Fantasi : Tidak ada
G. Sensorium
1. Alertnes : Compos Mentis
2. Orientasi
- Waktu : Tidak terganggu
- Tempat : Tidak terganggu
- Personal : Tidak terganggu
3. Kosentrasi dan kalkulasi : Tidak terganggu
4. Memori
- Gangguan memori jauh : Tidak terganggu
- Gangguan memori agak lama : Tidak terganggu
- Gangguan memori segera : Tidak terganggu
- Gangguan baru saja : Tidak terganggu
-
5. Pengetahuan umum : Baik
6. Pikiran abstrak : Baik
H. Insight :3
I. Judgement
32
- Judgement sosial : Baik
- Judgement tes : Baik
J. Kemampuan mengendalikan ransang dari dalam diri sendiri : baik
III. Pemeriksaan Internal
Dalam batas normal
IV. Pemeriksaan Neurologik
Dalam batas normal
V. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik lainnya
Darah rutin dan urin rutin
VI. Pemeriksaan oleh psikolog/petugas sosial dan lain-lain
Tidak dilakukan
VII. Resume
33
ada yang terganggu, dimulai dari Ayah pasien yang memiliki kepribadian
normal dan ibunya memiliki kepribadian yang mudah bergaul. Saudara
kandung pasien yang berjumlah 3 orang juga tidak memiliki gangguan seperti
pasien atau gangguan kepribadian lainnya.Kakek, nenek, paman, serta sepupu
pasien semuanya tidak pernah memiliki riwayat gangguan seperti pasien.
Pasien adalah anak yang diinginkan dan pasien adalah anak yang
diinginkan.Pasien memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik pada masa
anak anak. Pertumbuhan fisik pasein saat kanak-kanak seperti biasa pada
umumnya, dan pasien minum ASI sampai usia 2 tahun. Pasien sejak kecil
tidak pernah memiliki penyakit yang serius, dan kepribadian serta temperaman
pasien baik.Pasien hanya berpendidikan sampai Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan prestasinya sedang.Pada masa remaja tidak didapati keanehan dan
kenakalan remaja.Usia 17 tahun pasien sudah mulai bekerja, yaitu bertani.
34
IX. Diagnosis : Aksis I = Skizofrenia Paranoid
: Aksis V = 60-51
X. Prognosis
Prognosis buruk
1. Jenis kelamin laki-laki
2. Awitan muda ( pada usia 17 tahun)
3. Tidak ada faktor presipitasi
4. Lajang
5. Sistem pendukung kurang baik
XI. Terapi
Heximer 2 mg 2x1
Crorilex 25 mg 2x1
Terapi non-farmakologi
Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku
----Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri,
latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong
dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan,
seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi
perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara
sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan9.
b. Terapi berorintasi-keluarga
35
----Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan
dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali
seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif
(setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas
didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan
kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong
sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur
terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan
tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.
----Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa
menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian
terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa
terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga9.
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi
secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif.
Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa
persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang
memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya
paling membantu bagi pasien skizofrenia9.
36
BAB V
KESIMPULAN
37
adalah gejala positif dan negative.Pada kasus skizofrenia memiliki beberapa
diagnosis banding, diantaranya gangguan psikotik sekunder, gangguan
kepribadian dan gangguan mood, serta klasifikasi dari skizofrenia sendirinya5.
38