Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Pekanbaru sebagai ibu kota Provinsi Riau berfungsi sebagai pusat
pemerintahan Provinsi Riau, Pusat Pendidikan, Pusat Perdagangan, Industry
dan Jasa. Pekanbaru saat ini memiliki perkembangan yang cukup pesat,
perkembangan tersebut terlihat dari tumbuhnya pusat-pusat perdagangan
moderen dan tradisional.
Pusat perbelanjaan moderen yang kita kenal dengan sebutan mall
dewasa ini banyak kita temukan di kota-kota besar di dunia, bahkan mall
sendiri sudah sangat banyak ditemui di kota-kota di Indonesia. Mall yang
dahulunya berfungsi sebagai tempat melakukan aktifitas perdagangan dan jasa
sekarang sudah digunakan sebagai ruang publik.
Bahkan ada penelitian internasional yang telah menyatakan bahwa
mall adalah sebagai ruang publik bagi masyarakat perkotaan terbukti dalam
penelitian Geoff Lowe dan Frances Lovejoy (2000) dari University Of New
South Wales, dengan judul “Shopping Malls as Teenage Public Space”, serta
penelian dari Feyzan Erkip (2002) dari Bilkent University, dengan judul “The
Shopping Malls as an Emergent Public Space in Turkey”, memperkuat bahwa
sekarang mall berfungsi sebagai ruang publik bagi masyarakat dan khususnya
remaja perkotaan.
Living World akan menjadi solusi yang bagus untuk memenuhi
tuntutan kebutuhan gaya hidup para eksekutif dan pebisnis untuk
mendapatkan hiburan pada satu tempat mengingat mobiltas mereka yang
sangat tinggi. Dari fenomena di atas, dapat dipahami bahwa kualitas
pelayanan dan kepuasan pelanggan merupakan hal yang sangat penting untuk
mencapai keberhasilan dari suatu badan usaha. Dengan bagusnya produk
maupun jasa yang ditawarkan, pelayanan yang baik serta informasi yang
diberikan diharapkan dapat teciptanya loyalitas konsumen. jumlah kunjungan
wisata ke pekan baru, dan iklim perekonomian yang kondusif untuk investasi

1 Laporan Kerja Praktek (Living World)


dapat disimpulkan bahwa Kota pekanbaru saat ini masih membutuhkan
dibangunnya Mall baru, khususnya Living World sebagai sarana akomodasi
untuk memenuhi kebutuhan wisatawan bisnis dalam hal shopping dan juga
dilengkapai dengan fasilitas penunjang bisnis dan hiburan untuk pelepas
penat. Selain itu mall ini tidak menutup kemungkinan sebagai tempat
berbelanja wisatawan yang memilki tujuan utama berekreasi di Kota
pekanbaru. Pembagunan mall ini disesuaikan dengan potensi dan tuntutan
perkembangan Kota pekanbaru ke depan.

Proyek pembangunan Living World di Jl. Soekarno Hatta dengan


jumlah lantai 6 lantai dan 2 basement dengan luas bangunan 24.605 M²,
Proyek pembangunan Living World ini dilaksanakan 16 bulan, Pelaksanaan
dilaksanakan secara bertahap, Sesuai dengan waktu yang ada di kalender
proyek mulai dari bulan maret tahun 2016, dalam proyek ini penulis
mengambil pekerjaan yang berkaitan dengan pelat lantai. Pelat lantai adalah
lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan lantai tingkat
pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Pelat lantai
didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.

1.2 Diskripsi Proyek

1. Nama Proyek : Pembangunan Living World Pekanbaru


2. Lokasi Proyek : Jl. Soekarno Hatta, Pekanbaru, Riau
3. Pemilik Proyek : PT. KAWAN LAMA
4. Luas Bangunan : 24.605 M²
5. Jumlah Lantai : 6 Lantai 2 Basement
6. Jumlah Dana : Rp. 225.000.000.000
7. Waktu Pelaksanaan :518 Hari Kalender/1 Tahun 5 Bulan (16 Bulan)
8. Fungsi Gedung : Mall
9. Arsitek : URBAN ARCHITECTS.CO.LTD
10. Pemberi Tugas : PT. KAWAN LAMA

2 Laporan Kerja Praktek (Living World)


11. Konsultan Perencanaan : URBAN ARCHITECTS.CO.LTD
12. Konsultan Pelaksana : PT. TOTAL BANGUN PERSADA TBK
13. Manajemen Kontruksi : PT. TRIMATRA JAYA PERSADA
14. M E : PT. METAKOM INTI PERSADA
15. Konsultan Kontruksi : Ir. Rudy Anwar & Rekan
16. Luas Arsitektur : 88.280 M2
17. Luas Struktur : 95.836 M2
18. Luas Dasar : 14.849 M2

1.3 Tujuan dan Sasaran


1.3.1 Tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek adalah
1. Mengamati secara langsung pelaksanaan pekerjaan pelat lantai.
2. Mengetahui tata cara pelaksanaan pekerjaan pelat lantai.
1.3.2 Sasaran dari pelaksanaan Kerja Praktek adalah
1. Mengetahui proses pelaksanaan pekerjaan di Proyek baik secara
teknis dan non teknis.
2. Menambah ilmu lapangan untuk bekal nantinya bila mendapatkan
pekerjaan pada sebuah proyek pembangunan.

1.4 Lingkup Kerja Praktek


Ruang lingkup kerja praktek yaitu berupa mengetahui pelaksanaan dan
pekerjaan serta metoda yang berhubungan dengan struktur, terutama Pelat
lantai.
Adapun tahapan-tahapan pekerjaan Pelat Lantai (lantai 3) terdiri dari :
1. Tahap persiapan.
2. Tahap bekisting.
3. Tahap pengerjaan.

3 Laporan Kerja Praktek (Living World)


1.5 Metoda Penulisan
Metoda yang di gunakan di kerja praktek di Pembangunan Living World ini
berupa:

1. Metode Observasi (Pengamatan)

Dalam metode ini pengamatan dilakukan secara langsung di lapangan,


meliputi :

a. Teknik pekerjaan yang sedang berlangsung.

b. Pengamatan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan


struktur.

c. Observasi tentang masalah-masalah yang timbul yang sekiranya dapat


menghambat aktivitas kerja dan berusaha mencari pemecahannya.

2. Metode Interview (Wawancara langsung)


Dalam hal ini dilakukan wawancara atau tanya jawab langsung dengan
semua pihak yang terlibat dalam pekerjaan pembangunan Living World.
Wawancara dengan pihak pengawas proyek, kontraktor, mandor, maupun
dengan tukang mengenai hal-hal yang belum diketahui atau menanyakan
berbagai masalah yang di jumpai di lapangan dengan maksud agar
mendapatkan masukan-masukan yang berarti dalam Kerja Praktek ini.

3. Metode Diskriptif (Literatur)


Yaitu metoda yang dilaksanakan dengan mencari data dan informasi yang
akurat sebagai referensi untuk mempertanggung jawabkan dari berbagai
informasi yang diperoleh.

4. Perbandingan
Yaitu metoda yang digunakan untuk membandingkan antara data-data,
informasi serta ilmu-ilmu yang diperoleh dilapangan dan diperkuliahan.

5. Dokumentasi
Yaitu metoda yang digunakan untuk mendokumentasikan jenis pekerjaan
dalam berupa foto.

4 Laporan Kerja Praktek (Living World)


1.6 Sistematik Penulisan
Sistematika penulisan yaitu berupa susunan dalam pembahasan mengenai
permasalahan yang di bahas, adapun sitematikanya berupa :

BAB I : PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang, permasalahan, deskripsi proyek, tujuan
dan sasaran, ruang lingkup kerja praktek, metode penulisan,
sistematik penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM


Membahas tentang jenis informasi dan data berupa teori-teori yang
berkaitan dengan pekerjaan struktur Pelat lantai.

BAB III : TINJAUAN KHUSUS


Membahas Tentang kerja dalam pelaksanaan pekerjaan pelat lantai,
bahan material, dokumentasi serta bahan-bahan di lapangan.

BAB IV : ANALISA
Penguraian tentang pengamatan teori-teori dengan pekerjaan
pelaksanaan di lapangan.

BAB V : PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari kerja praktek.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

5 Laporan Kerja Praktek (Living World)


BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1 Pelat Lantai

2.1.1 Pengertian Plat lantai

Plat lantai adalah bagian dari eleman gedung yang berfungsi


sebagai tempat berpijak. Perencanaan elemen pelat lantai tidak kalah
pentingnya dengan perencanaan balok, kolom, dan pondasi. Plat lantai
yang tidak direncanakan dengan baik bisa menyebabkan lendutan dan
getaran saat ada beban yang bekerja pada pelat tersebut.
Plat atau slab merupakan elemen bidang tipis yang menahan
beban transversal melalui aksi lentur ke masing-masing tumpuan. Plat
lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom
bangunan.

Ketebalan plat lantai ditentukan oleh :


a. Besar lendutan yang diinginkan.
b. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.
c. Bahan konstruksi dari pelat lantai.

2.1.2 Fungsi Plat Lantai


Adapun beberapa fungsi dari plat lantai yaitu:
a. Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas.
b. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas.
c. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang.
d. Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah.
e. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.

6 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Berdasarkan aksi strukturalnya plat lantai dibedakan menjadi 4 :

1. Plat kaku : merupakan plat tipis yang memiliki ketegaran lentur


(flexural rigidity), dan memikul beban dengan aksi dua dimensi,
terutama dengan momen dalam ( lentur dan puntir) dan gaya
geser transversal, yang umumnya sama dengan balok.
2. Membran : merupakan plat tipis tanpa ketegaran lentur dan
memikul beban lateral dengan gaya geser aksial dan gaya geser
terpusat. Aksi pemikul beban ini dapat didekati dengan jaringan
kabel yang tegang karena ketebalannya yang sangat tipis
membuat daya tahan momennya dapat diabaikan.
3. Plat flexibel : merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan
memikul beban luar dengan gabungan aksi momen dalam, gaya
geser transversal dan gaya geser terpusat, serta gaya aksial
Struktur ini sering dipakai dalam industri ruang angkasa karena
perbandingan berat dengan bebannya menguntungkan.
4. Plat tebal : merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya
menyerupai kondisi kontinu tiga dimensi.

2.1.3 Macam-Macam Metode Struktur Pelat Lantai

1. Metode konvensional
Seluruh struktur pelat lantai dikerjakan ditempat, bekisting
menggunakan plywood dengan perancah scaffolding. ini merupakan
cara lama yang paling banyak digunakan namun membutuhkan
waktu lama serta biaya tinggi, kondisi ini kemudian menyebabkan
banyak pekerja proyek berlomba-lomba melakukan inovasi untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik sekaligus biaya termurah.

7 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Gambar 2.1. Metode Struktur Plat Lantai Konvensional
Sumber : http:///www.1.bpblogspot.com

2. Metode half slab


Disebut half slab karena separuh struktur pelat lantai
dikerjakan dengan sistem precast, bagian tersebut bisa dibuat di
pabrik lalu dikirim ke lokasi proyek untuk dipasang, selanjutnya
dilakukan pemasangan besi tulangan bagian atas lalu dilakukan
pengecoran separuh pelat ditempat, kelebihanya yaitu adanya
pengurangan waktu serta biaya pekerjaan bekisting. Namun tidak
semua bagian plat gedung bisa dibuat dengan sistem half slab,
contohnya area pelat kantilever bagian pinggir biasanya tetap
dipasang dengan sistem konvensional, area toilet juga sebaiknya
dibuat secara konvensional untuk menghindari kebocoran.

Gambar 2.2. Metode Struktur Plat Lantai Half Slab


Sumber : http://www.ilmusipil.com

8 Laporan Kerja Praktek (Living World)


3. Metode Full precast
Bisa dibilang bahwa ini merupakan sistem paling cepat,
namun yang perlu diperhatikan jika menggunakan metode ini
adalah segi kekuatan alat angkat, misalnya kuat angkat ujung tower
crane harus lebih besar dari total berat beton precast, dari segi
waktu pengerjaan akan lebih cepat karena pengerjaan beton precast
dapat dilakukan di pabrik sejak dini lalu tinggal dikirim ke lokasi
proyek untuk dipasang.

Gambar 2.3. Metode Struktur Plat Lantai Full Precast

Sumber : http://www.ilmusipil.com
4. Metode Bondek
Tulangan bawah dihilangkan dan fungsinya digantikan oleh
plat bondek, dengan begini diharapkan ada penghematan besi
tulangan dan bekisting dibawahnya. tulangan atas bisa dibuat dalam
bentuk batangan atau diganti dengan besi wiremesh agar lebih cepat
dalam pemasangan.

9 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Gambar 2.4. Metode Struktur Plat Lantai Bondex

Sumber : http://www.ilmusipil.com

2.1.4 Tumpuan Plat Lantai


Untuk merencanakan plat beton bertulang, yang di pertimbangkan
bukan hanya pembebanan, tetapi juga jenis perletakan dan penghubung
di tempat tumpuan, kekakuan hubungan antar plat dan tumpuan akan
menentukan besar momen lentur yang terjadi pada plat lantai.

Untuk bangunan gedung, umumnya plat tersebut ditunggu oleh


balok-balok secara monolit, yaitu plat dan balok di cor bersamaan,
sehingga menjadi satu kesatuan, kemungkinan lainnya yaitu plat
didukung oleh dinding-dinding bangunan, atau oleh balok-balok baja
dengan system komposit, atau bahkan didukung oleh kolom secara
lansung tanpa balok yang dikenal dengan pelat cendawan.

Gambar 2.5.Macam-Macam Tumpuan Pelat Lantai


Sumber : http://dwysetyasipil.blogspot.com

2.1.5 Bahan Pekerjaan Plat Lantai.

a. Besi Tulangan
Besi beton diproduksi secara umum terdiri dari 2 jenis:

1. Besi beton permukaan polos (round bar), Permukaan besi polos.


Tidak bersirip, biasa disingkat BJTP

10 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Gambar 2.7. Besi polos (round bar)
Sumber :http/Google.com/ Struktur Pelat Lantai.

2. Besi beton ulir (deformed bar)


Permukaan besi memiliki sirip melintang untuk meningkatkan
daya lekat besi tulangan dengan beton, biasa disingkat BJTD

Gambar 2.8. Besi ulir (deformed bar)


Sumber :http/Google.com/ Struktur Pelat Lantai.

2.1.6 Beton

a. Pengertian Beton

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat


kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang
membentuk massa padat. . Dalam pengertian umum beton berarti
campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian

11 Laporan Kerja Praktek (Living World)


diikat semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen,
agregat dan air, maupun perbandingan pencampurannya.

Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari


kombinasi agregat dan pengikat semen. Bentuk yang paling umum dari
beton adalah beton semen porland, yang terdiri dari agregat mineral
(krikil dan pasir), semen dan air. Beberapa kualitas mutu beton : K100,
K150, K200, K250, K300, K350, K400.

Contoh yang dimaksud K100 yaitu : bentangan 1 cm² mampu


menahan 100 kg dengan satuan kg/cm². begitupun dengan mutu beton
yang lainnya. Mutu beton digunakan tergantung besaran volume
gedung, semakin besar volume bangunan yang di cor akan semakin
besar juga mutu beto yang digunakan,

Didalam praktek, beton biasanya dipasang bersama-sama dengan


batang baja sehingga di sebut beton bertulang. Pada saat ini sebagian
besar bangunan di buat dari beton bertulang, di samping kayu dan baja.

Beton mempunyai kelebihan dan kekurangan dari pada baja atau kayu,
antara lain :

a. Harga relative murah dari pada baja

b. Tahan lama karena tidak busuk atau berkarat

c. Akan tetapi, beton yang tampaknya mudah dibuat bila tidak di


kerjakan atau di rencanakan dengan teliti akan menghasilkan
bahan yang kurang baik, atau kurang kuat.

b. Keuntungan dari beton :

a. Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat


tahan terhadap pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi
lingkungan.

12 Laporan Kerja Praktek (Living World)


b. Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk
dan ukuran sesuai keinginan.
c. Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu
memikul beban yang berat.
d. Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama
yang retak maupun diisikan ke dalam retakan beton dalam proses
perbaikan. Selain itu dapat pula dipompakan ke tempat yang
posisinya sulit.
e. Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus
dan tahan kebakaran.
f. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu
dapat dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam
dapat merusak beton.

2.1.7 Jenis-Jenis Beton


1. Beton Siklop
Beton jenis ini sama dengan beton normal biasa ,
perbedaannya ialah pada beton ini digunakan ukuran agregat yang
relative besar-besar. Beton ini digunakan pada pembuatan
bendungan, pangkal jembatan, dan sebagainnya.ukuran agregat
kasar dapat sampai 20 cm,namun proporsi agregat yang lebih besar
dari biasanya ini sebaiknya tidak lebih dari 20 persendari agregat
seluruhnya.

13 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Gambar 2.9 Beton Siklop
Sumber : http://www.google/beton siklop.com

2. Beton Ringan
Beton ringan adalah beton yang dibuat dengan beban mati dan
kemampuan penghantaran panas yang lebih kecil dengan berat jenis
kurang dari 1800 kg/m3. Beton jenis ini sama dengan beton biasa
perbedaannya hanya agregat kasarnya diganti dengan agregat
ringan. Selain itu dapat pula dengan beton biasa yang diberi bahan
tambah yang mampu membentuk gelembung udara waktu
pengadukan beton berlangsung. Beton semacam ini mempunyai
banyak pori sehingga berat jenisnya lebih rendah daripada beton
biasa.

Gambar 2.10 Beton Ringan


Sumber : http/system beton ringan.blogspot.com

3. Beton non pasir


Beton jenis ini dibuat tanpa pasir , jadi hanya air,semen, dan
kerikil saja.karena tanpa pasir maka rongga rongga kerikil tidak
terisi. Sehingga beton berongga dan berat jenisnya lebih rendah
daripada beton biasa. Selain itu Karena tanpa pasir maka tidak
dibutuhkan pasta-pasta untuk menyelimuti butir-butir pasir
sehingga kebutuhan semen relative lebih sedikit.

14 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Gambar 2.11 Beton non Pasir
Sumber :http/Dwikusuma com
4. Beton hampa
Seperti yang telah diketahui bahwa kira-kira separuh air yang
dicampurkan saja yang bereaksi dengan semen,adapun separuh
sisanya digunakan untuk mengencerkan adukan.

beton jenis ini diaduk dan dituang serta dipadatkan


sebagaimana beton biasa,namun setelah beton tercetak padat
kemudian air sisa reaksi disedot dengan cara khusus. Seperti cara
vakum. Dengan demikian air yang tertinggal hanya air yang
digunakan untuk reaksi dengan semen,sehingga beton yang
diperoleh sangat kuat.

5. Beton bertulang
Beton biasa sangat lemah dengan gaya tarik, namun sangat
kuat dengan gaya tekan, batang baja dapat dimasukkan pada bagian
beton yang tertarik untuk membantu beton. Beton yang dimasuki
batang baja pada bagian tariknya ini disebut beton bertulang.

Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan


jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang di
syaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan

15 Laporan Kerja Praktek (Living World)


berdasarkan asumsi bahwa kedua bahan tersebut bekerja sama
dalam memikul gaya-gaya. (SNI 03- 2847 – 2002, Pasal 3.13 ).

Gambar 2.12 Beton Bertulang


Sumber :http/Elisa.UGM.ac.id.com

6. Beton prategang
Jenis beton ini sama dengan beton bertulang, perbedaannya
adalah batangnya baja yang dimasukkan ke dalam beton
ditegangkan dahulu. batang baja ini tetap mempunyai tegangan
sampai beton yang dituang mengeras.bagian balok beton ini
walaupun menahan lenturan tidak akanterjadi retak.

Gambar 2.13 Beton Prategang


Sumber :http/Elisa.UGM.ac.id.com
7. Beton pracetak

16 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Beton biasa dicetak /dituang di tempat.namun dapat pula
dicetak di tempat lain. Fungsinya di cetak di tempat lain agar
memperoleh mutu yang lebih baik.selain itu dipakai jika tempat
pembuatan beton sangat terbatas.sehingga sulit menyediakan tempat
percetakan/perawatan betonnya.

Gambar 2.14 Beton Pracetak


Sumber :http/Energitodai.com
8. Beton massa
Beton yang dituang dalam volume besar yaitu perbandingan
antara volume dan permukaannya besar. Bila dimensinya lebih
besar dari 60 cm. Pondasi besar, pilar, bendungan. Harus
diperhatikan perbedaan temperatur.

Gambar 2.15. Beton Massa


Sumber :http/semenpadang.co.id

9. Ferosemen

17 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Fero semen adalah perkembangan dari beton bertulang.
perbedaannya adalah jika pada beton bertulang adonan mortarnya
terdiri dari semen, pasir dan krikil, tetapi pada fero semen hanya
terdapat semen dan pasir saja.Suatu bahan gabungan yang diperoleh
dengan cara memberikan mortar semen suatu tulangan yang berupa
suatu anyaman kawat baja.

Gambar 2.16. Fero Semen


Sumber :http/imagebali.net
10. Beton serat
Beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain
yang berupa serat. Serat berupa batang25 sd 500mm,panjang 25-
100mm.serat asbatos,tumbuh2an , serat plastic, kawat baja.

Gambar 2.17 Beton Serat


Sumber :http/imagebali.net

11. Beton Readymix

18 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Readymix adalah beton cair (yang juga disebut batu buatan)
yang terbuat dari berbagai material alam pilihan, diantaranya :
semen, pasir, split, dan additive. Readymix diolah dan diproduksi
secara massal di batching plant oleh tenaga - tenaga supervisi ahli
dibidangnya sesuai dengan standar Nasional dan Internasional.
Readymix ini disediakan bagi konsumen yang memerlukan beton
cor untuk pelat rumah tinggal, ruko, gudang, jembatan, jalan / rigid,
dan lain-lain. Adapun campuran beton K – 350 (kemampuan suatu
beton dapat menahan beban sebesar 350 kg dengan satuan kg/cm2).

Gambar 2.18 Beton Readymix


Sumber :http/mitra-mixer.blogspot.com

2.1.8 Semen
Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti bahan
perekat. Secara sederhana, Definisi semen adalah bahan perekat atau
lem, yang bisa merekatkan bahan – bahan material lain seperti batu bata
dan batu koral hingga bisa membentuk sebuah bangunan. Sedangkan
dalam pengertian secara umum semen diartikan sebagai bahan perekat
yang memiliki sifat mampu mengikat bahan – bahan padat menjadi satu
kesatuan yang kompak dan kuat.

19 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Gambar 2.19 Semen
Sumber : http/google.com

2.1.9 Jenis-jenis Semen dan Fungsinya


1. Semen abu-abu (Portland)

Semen abu-abu Adalah semen bubuk berwarna abu-abu kebiruan,


yang dibentuk dari batu kapur berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam
tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan
sebagai perekat untuk memplester.

Gambar 2.20. Semen Abu-Abu (Portlant)

20 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Sumber : http/sales3roda.Blogspot.com

2. Semen putih

Semen putih adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian, seperti sebagai pengisi. Semen
jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.

Gambar 2.21. Semen Putih

Sumber :http/sales3roda.Blogspot.com

3. Semen sumur minyak


Semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam
proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di
lepas pantai.

21 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Gambar 2.22. Semen Sumur Minyak

Sumber :http://www.Sementigaroda.com

2.1.10 Air
Fungsi dari air disini antara lain adalah sebagai bahan
pencampurdan pengaduk antara semen dan agregat.Air dapat diminum
biasanya dapat pula dipakai untuk bahan campuran beton. Air yang
mengandung banyak minyak, asam, alkali, garam, dan bahan bahan
organis sebaiknya jangan digunakan untuk campuran beton, karena
dapat mengurangi kekuatan betonnya.

Dalam pemakaian air untuk beton itu sebaiknya air memenuhi syarat
sebagai berikut:

a. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2


gram/liter.
b. Tidak mengandung garam-garamm yang dapat merusak beton (asam,
zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
c. Tidak mengandungf klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

Air memiliki beberapa pengaruh terhadap kekuatan beton antara lain :

22 Laporan Kerja Praktek (Living World)


a. Air merupakan media pencampuran pada pembuatan pasta.
b. Kekuatan dari pasta pengerasan semen ditentukan oleh
perbandingan berat antara air dan faktor semen .
c. Kandungan air yang tinggi menghalangi proses pengikatan, dan
kandungan air yang rendah reaksi tidak selesai. Kandungan air
yang tinggi dapat mengakibatkan.

2.1.11 Batuan

Bahan yang dipakai untuk campuran beton tidak boleh yang


mengandung zat-zat perusak secara fisik maupun secara kimia, selain itu
juga harus bersih tidak berselaput, kuat, padat, dan tidak mudah berubah
bentuk oleh pengaruh cuaca.

Bentuk butiran batu dapat bulat,bersudut atau campuran. Bentuk


butira yang bulat dan campuran yang bersudut mempunyai rongga
berturut-turut sekitar 35%, 37% dan 41%. Bentuk butiran bulat tidak
mempunyai ikatan antara butir (interlocing) yang baik, sebagaimana
yang di miliki oleh butiran yang bersudut baik, karena kekuatannya
rendah.

Butiran yang permukaannya kasar termasuk yang baik karena


mempunyai lekatan yang baik dengan pasta semennya. Begitu pula
butiran yang permukaannya halus tetapi berlubang lubang juga
mempunyai lekatan baik dengan pasta semennya.

Gradasi butiran (variasi besar butiran) berpengaruh terhadap jumlah


volume rongga di antara butir-butir. Bila besar butir-butir hampir sama,
yaitu seragam, maka besar rongga antar butir akan banyak. Sebaliknya
bila besar butir bervariasi maka akan terdapat rongga yang sedikit. Pada
prinsip, tujuan gradiasi batuan iyalah agar butiran yang kecil mengisi
rongga-rongga diantara butiran-butiran yang lebih besar.

23 Laporan Kerja Praktek (Living World)


2.1.12 Pengukur Bahan
1. Semen Portland
Semen portland biasanya diukur menurut beratnya, akan tetapi
dapat juga berdasarkan volumenya atau berdasarkan jumlah kantong.
Satu kantong yang beratnya 40kg, dengan volume 32 liter.
2. Pasir
Dilapangan umumnya untuk pekerjaan besar pasir diukur
jumlahnya dengan timbangan atau dengan volume. Disini perlu
diperhitungkan adanya kandungan air diantara hitungan perencanaan
dan jumlah pasir yang sungguh-sungguh dipakai. Karena kandungan
air di antara pasir dapat mengurangi berat satuan pasir.

3. Krikil
Dilapangan biasanya kerikil diukur sesuai dengan cara
pengukuran pasir, disini kandungan air tidak berpengaruh terhadap
volume krikil sehingga lebih mudah, akan tetapi perlu dicatat bahwa
bila butir-butir krikil yang diukur besar-besar muka berat satuanya
lebih besar.
4. Air
Pada umumnya air diukur dengan volume. Jumlah air yang
dipakai ditetaapkan berdasarkan persentase terhadap berat semen dan
harus juga memperhhitungkan pula jumlah air yang telah ada
didalam pasir maupun krikil.

2.1.13 Pengadukan Beton


Proses pencampuran antara bahan-bahan dasar beton, yaitu; semen,
pasir, kerikil, air.Setelah didapatkan komposisi yang direncanakan untuk
kuat tekan tertentu, maka proses selanjutnya adalah pencampuran di
lapangan. Komposisinya disesuaikan dengan kapasitas alat aduk. Secara
umum pengadukan dilakukan sampai didapatkan suatu sifat yang plastis

24 Laporan Kerja Praktek (Living World)


dalam campuran beton segar. Indikasinya adalah warna adukan merata,
kelecakan yang cukup, dan tampak homogen.

Cara pengadukan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :


1. Pengadukan Menggunakan Manual
a. Pasir dengan semen dicampur (dalam keadaan kering) dengan
komposisi tertentu, diatas tempat yang datar dan kedap air.
b. Pencampuran dilakukan sampai didapatkan warna yang
homogen.
c. Tambahkan kerikil, kemudian lakukan pencampuran lagi.
d. Alat Bantu yang digunakan dapat berupa sekop, cangkul,
ataupun alat gali lainnya.
e. Buat lubang di tengah adukan, tambahkan kira-kira 75% dari
kebutuhan air.
f. Aduk hingga rata dan tambahkan sedikit-demi sedikit air yang
tersisa.
2. Pengadukan dengan Mesin
Untuk pekerjaan – pekerjaan besar yang menggunakan beton
dalam jumlah banyak, pengadukan dengan mesin dapat lebih murah
dan memuaskan. Beton yang dibuat dengan mesin dapat lebih
homogeny dan dapat dilakukan dengan faktor air semen yang lebih
sedikit daripada bila diaduk dengan tangan.

2.1.14 Pemadatan Adukan Beton


Pemadatan dilakukan segera setelah beton dituang. Kebutuhan
akan alat pemadat disesuaikan dengan kapasitas pengecoran dan
tingkat kesulitan pengerjaan. Pemadatan dilakukan sebelum terjadinya
initial setting time pada beton.

Dalam praktik di lapangan, pengindikasian initial setting


dilakukan dengan cara menusuk beton tersebut dengan tongkat tanpa

25 Laporan Kerja Praktek (Living World)


kekuatan. Jika masih dapat ditusuk sedalam 10 cm, berarti setting time
belum tercapai.

Pada pengerjaan beton dengan kapasitas kecil, alat pemadat


dapat berupa kayu atau besi tulangan. Untuk pengecoran dengan
kapasitas lebih besar dari 10 m³, alat pemadat mesin harus digunakan.
Alat pemadat ini lebih dikenal dengan nama vibrator atau alat getar.
Pemadatan dilakukan dengan penggetaran. Campuran beton akan
mengalir dan memadat karena rongga-rongga akan terisi dengan butir-
butir yang lebih halus.

Alat getar ini dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Alat getar internal (internal vibrator), yaitu alat getar yang


berupa tongkat dan digerakan dengan mesin. Untuk
menggunakannya, tongkat dimasukkan ke dalam beton pada
waktu tertentu, tanpa harus menyebabkan bleeding.
b. Alat getar cetakan (external vibrator or form vibrator), yaitu alat
getar yang mengetarkan form work sehingga betonnya bergetar
dan memadat.

Beberapa pedoman umum dalam proses pemadatan adalah :

a. Pada jarak yang berdekatan /pendek, pemadatan dengan alat


getar dilaksanakan dalam waktu yang pendek.
b. Pemadatan dilaksanakan secara vertikal dan jatuh dengan
beratnya sendiri.
c. Tidak menyebabkan terjadinya bleeding.
d. Pemadatan merata.
e. Tidak terjadi kontak antara alat getar dengan bekisting.
f. Alat getar tidak berfungsi untuk mengalirkan, mengangkut atau
memindahkan beton.

26 Laporan Kerja Praktek (Living World)


2.1.15 Pekerjaan Akhir (Finishing)
Pekerjaan finishing dimaksudkan untuk memadatkan sebuah
permukaan beton yang rata dan mulus. Pekerjaan ini biasanya
dilakukan pada saat beton belum mencapai final setting, karena pada
masa ini beton masih dapat dibentuk. Alat yang digunakan biasanya
ruskam, jidar dan alat-alat perata lainnya.

2.1.16 Percobaan Slam


Percobaan slam (slump test) ialah satu cara mengukur tingkat
kecelakaan aduka beton yaitu keenceran/kepadatan adukan yang
berguna dalam pengerjaan beton.

Percobaan ini menggunakan peralatan sebagai berikut :


a. Corong baja yang berbentuk kunus berlubang pada kedua
ujung. Bagian bawah berdiameter 20 cm, adapun bagian atas
berdiameter 10 cm dengan tinggi 30 cm.
b. Tongkat baja dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm.
Bagian ujung baja dibulatkan.

Mula mula corong baja ditaruh ditempat yang rata dan tidak
menghisap air, dengan diameter yang besar berada dibawah dan
diameter yang kecil berada diatas. Adukan beton dimasukan didalam
corong tersebut dan corong dipegang erat erat agar tidak bergerak.
Jumlah adukan dimasukkan sebanyak 1/3 volume corong. Setelah
adukan masuk kedalam corong lalu adukan ditusuk-tusuk sebanyak 25
kali dengan tongkat baja.

Kemudian adukan kedua yang kira-kira volumenya sama dengan


yang pertama tadi dimasukan, dan ditusuk-tusuk, penusukan jangan
sampai menusuk lapisan pertama, bila lapisan kedua telah ditusuk, lalu
adukan ketiga dimasukan dan ditusuk. Bila adukan ketiga telah selesai

27 Laporan Kerja Praktek (Living World)


ditusuk, lalu permukaan adukan beton diratakan sama dengan
permukaan corong. Setelah itu tunggu selama 60 detik, kemudian tarik
corong keatas,ukurlah penurunan permukaan atas adukan beton setelah
corong ditarik. Besar penurunan adukan beton tersebut disebut nilai
slump.

Nilai slump yang diperoleh merupakan ukuran keenceran


adukan. Semakin besar nilai slump berarti makin encer adukan. Pada
pekerjaan beton biasa umumnya nilai slump antara 75 mm dan 100
mm dan pada pekerjaan beton yang pemadatannya menggunakan alat
getar nilai slump dapat sampai 50 mm (dapat lebih kental).

2.1.17 Sifat Beton


Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka
pengetahuan tentang sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton
yang telah mengeras perlu diketahui. Sifat-sifat tersebut antara lain :
a. Kuat Hancur
Beton dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000
lb/in2), atau lebih tergantung pada perbandingan air-semen
serta tingkat pemadatannya.
b. Durability (Keawetan)
Merupakan kemampuan beton untuk bertahan seperti kondisi
yang direncanakan tanpa terjadi korosi dalam jangka waktu
yang direncanakan. Dalam hal ini perlu pembatasan nilai faktor
air semen maksimum maupun pembatasan dosis semen
minimum yang digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan.
c. Kuat Tarik

28 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada
waktu umurnya masih muda, dan berkisar seper-sepuluh
sesudahnya.
d. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat
tekan beton dengan regangan beton biasanya ditentukan pada
25-50% dari kuat tekan betonangkak (Creep)Merupakan salah
satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus-
menerus menurut waktu dibawah beban yang dipikul.
e. Susut (Shrinkage)
Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan
dengnan pembebanan.
f. Kelecakan (Workability)
Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang
ditentukan oleh kemudahan dalam pencampuran,
pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan finishing. Atau
workability adalah besarnya kerja yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kompaksi penuh.

2.1.18 Kekuatan Beton


Pengukuran kuat tekan beton dilakukan dengan membuat benda
uji berupa kubus beton dengan ukuran 150 mm atau silinder beton
dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Kedua benda uji ini
kemudian ditekankan dengan mesin tekan sampai pecah. Beban tekan
maksimum yang memecahkan itu dibagi dengan luas penampang
kubus atau luas penampang silinder diperoleh nilai kuat tekan. Nilai
diperoleh bahwa kuat tekan beton dengan benda uji silinder
menghasilkan kuat tekan sekitar 84% dari pada dengan benda uji
kubus.

Kuat tekan beton setelah mengeras tergantung pada :

29 Laporan Kerja Praktek (Living World)


a. Faktor air semen
b. Umur beton
c. Jenis semen
d. Gradasi batuan
e. Bentuk batuan
f. Ukuran maksimum batuan cara pengerjaan (pencampuran,
pengangkutan, pemadatan dan perawatan).

2.1.19 Selimut Beton


Tebal minimum penutup beton yang disyaratkan SK SNI-t-15-
1991-03 Di tunjukan pada tabel berikut:

Tabel 2.23 Tebal minimum penutup beton pada tulangan terluar


Sumber : http/google.com/pelat

2.1.20 Bahan Kimia Pembantu


Bahan kimia pembantu (ehemical admixture), ialah bahan kimia
yang dicampurkan pada adukan beton dengan tujuan agar dihasilkan
adukan beton segar atau beton yang lebih baik, misalkan adukan beton
yang lebih encer sehingga lebih mudah dikerjakan, lebih cepat
mengeras dan sebagainya.

Berdasarkan ACI (American Concrete Institute), bahan tambah


adalah material selain air, agregat dan semen hidrolik yang

30 Laporan Kerja Praktek (Living World)


dicampurkan dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau
selama pengadukan berlangsung.

Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau


mortar tidak mengubah komposisi yang besar dari bahan lainnya,
karena penggunaan bahan tambah ini cenderung merupakan pengganti
atau susbtitusi dari dalam campuran beton itu sendiri. Karena
tujuannya memperbaiki atau mengubah sifat dan karakteristik tertentu
dari beton atau mortar yang akan dihasilkan, maka kecenderungan
perubahan komposisi dalam berat-volume tidak terasa secara langsung
dibandingkan dengan komposisi awal beton tanpa bahan tambah.

Gambar 2.24. Bahan tambahan adukan semen


Sumber : http/semenpadang.co.id

Penggunaan bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus


memperhatikan standar yang berlaku seperti SNI (Standar Nasional
Indonesia), ASTM (American Society for Testing and Materials) atau
ACI (American Concrete Institute) dan yang paling utama
memperhatikan petunjuk dalam manual produk dagang.

Bahan kimia pembantu dapat dibedakan menjadi 5 jenis:


a. Bahan pembantu untuk mengurangi jumlah air yang dipakai,
dengan pemakaian bahan ini memperoleh adukan dengan
faktorair semen lebih rendah pada nilai slump yang sama.

31 Laporan Kerja Praktek (Living World)


b. Bahn pembantu untuk memperlambat proses pengikatan dan
pengerasan beton.
c. Bahan pembantu untuk mempercepat proses ikatan dan
pergeseran beton.
d. Bahan pembantu untuk berfungsi ganda yaitu untuk
mengurangi air dan memperlambat proses pengiktan dan
pengerasan beton.
e. Bahan pembantu berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air
dan mempercepat dan pergeseran beton.

Sebelum bahan pembantu dipakai sebaiknya dibuktikan lebih dahulu


dengan percobaan laporan laboratorium untuk memastikan
manfaatnya.

2.2 Alat Pekerjaan Plat Lantai

2.2.1 Tower Crane (TC)

Tower Crane merupakan Sebuah alat berat bangunan yang


digunakan untuk mengangkat benda/material yang umumya tidak dapat
diangkat oleh manusia, secara vertikal ataupun horisontal ke tempat
yang tinggi dengan ruang gerak yang terbatas. Tower Crane banyak
digunakan untuk pembangunan gedung bertingkat misalnya: Hotel,
Apartement, Mall, Hipermarket, Dll.

Pembangunan menggunakan alat ini sangat mempersingkat waktu


pengerjaan dalam sebuah proyek pembangunan, karena material dapat
terangkat ke lokasi pemasangan dengan lebih mudah dan cepat.

32 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Gambar 2.25. Tower Crane
Sumber : http://www.shs-sokka.com/2014/01/pengertian-tower-crane

2.2.2 Mobile Concrete Pump


Concrete pump truck adalah truk yang dilengkapi dengan pompa
dan lengan (boom) untuk memompa campuran beton ready mix ke
tempat-tempat yang sulit dijangkau. Untuk pengecoran lantai yang lebih
tinggi dari panjang lengan concrete pump truck dapat dilakukan dengan
cara disambung dengan pipa secara vertikal sehingga mencapai
ketinggian yang diinginkan, pipa dan lengan ini dapat dipasang
kombinasi vertikal dan horisontal atau miring. Sehingga pemompaan
merupakan cara yang fleksibel pada lokasi yang sulit untuk
memindahkan campuran beton ke sembarang tempat pada bidang
pengecoran. Resiko segregasi sangat kecil dan merupakan cara yang
paling cepat dibandingkan dengan pembawaan material beton dengan
cara lainnya. Dalam penggunaan alat ini perlu diperhatikan nilai slump
dari campuran beton yang akan dipompa. Sebab jika nilai slump terlalu
kecil maka kerja pompa akan menjadi berat.

33 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Gambar 2.26. Concrete pump
Sumber : http://www.ilmusipil.com/concrete-pump-truck

2.2.3 Bar Bender Listrik (Pembengkok Tulangan)


Bar Bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan
baja tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan
perencanaan.Cara kerja alat ini adalah baja yang akan dibengkokkan
dimasukkan di antara poros tekan dan poros pembengkok kemudian
diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok yang diinginkan dan
panjang pembengkokkannya. Ujung tulangan pada poros pembengkok
dipegang dengan kunci pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga
roda pembengkok akan berputar sesuai dengan sudut dan
pembengkokkan yang diinginkan.

Bar bender dapat mengatur sudut pembengkokan tulangan dengan


mudah dan rapi.Pada penggunaanya harus diperhatikan keadaan sekitar
karena banyaknya aktifitas para pekerja lain yang sering melewati area
pembengkokan besi atau bar bender, hal ini dikarenakan penempatan
lokasi yang di dekatkan dengan generator set. Karena pernah terjadi
kecelakaan kerja pada saat tulangan besi di bengkokkan dan disaat itu
pula terdapat pekerja lain yang melintasi area tersebut.

Bar Bender ada dua macam :

34 Laporan Kerja Praktek (Living World)


a. Bar Bender Listrik, adalah Bar Bender yang digerakkan dengan
tenaga listrik untuk membengkokkan baja tulangan, yang
digunakan untuk membengkokkan seluruh baja tulangan utama.

Gambar 2.27. Bar Bender Listrik (Pembengkok Besi)


Sumber :http/Google.com/ Bar bender

b. Bar Bender Manual, adalah Bar Bender yang dioperasikan secara


manual oleh pekerja untuk membengkokkan baja tulangan
tambahan di lokasi pemasangan tulangan apabila besi tulangan
tidak dapat dipasang karena ukurannya tidak tepat.

Gambar 2.28. Bar Bender Manual (Pembengkok Besi)


Sumber :http/Google.com/ Bar Bender

2.2.4 Bar Cutter


Untuk mendapatkan baja tulangan dengan ukuran yang sesuai
dengan gambar, maka baja tulangan yang tersedia perlu dipotong,

35 Laporan Kerja Praktek (Living World)


dengan alat Bar Cutter.Keuntungan dari bar cutter listrik dibandingkan
bar cutter manual adalah bar cutter listrik dapat memotong besi tulangan
dengan diameter besar dan dengan mutu baja cukup tinggi, disamping
itu juga dapat mempersingkat waktu pengerjaan.Cara kerja dari alat ini
yaitu baja yang akan dipotong dimasukkan ke dalam gigi bar cutter,
kemudian pedal pengendali dipijak, dan dalam hitungan detik baja
tulangan akan terpotong. Pemotongan untuk baja tulangan yang
mempunyai diameter besar dilakukan satu persatu. Sedangkan untuk
baja yang diameternya lebih kecil, pemotongan dapat dilakukan
beberapa buah sekaligus sesuai dengan kapasitas dari alat.

Bar Cutter ada dua macam :

a. Bar Cutter Listrik, adalah Bar Cutter yang digerakkan dengan


tenaga listrik untuk memotong baja tulangan, yang digunakan
untuk memotong seluruh baja tulangan utama.

Gambar 2.29 Bar Cutter listrik (Pemotong Besi)


Sumber :http/Google.com/ Bar Cutter

b. Bar Cutter Manual, adalah Bar Cutter yang dioperasikan secara


manual oleh pekerja untuk memotong baja tulangan tambahan di
lokasi pemasangan tulangan.

36 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Gambar 2.30. Bar Cutter Manual (Pemotong Besi)
Sumber :http/Google.com/ Bar Cutter

2.2.5 Theodolite
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak.
Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di
dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon
(detik).

Gambar 2.31. Theodolite


Sumber : http://www.google/theodolite.com

2.2.6 Gerinda Listrik

Adalah mesin pemotong yang berfungsi untuk memotong benda


keras seperti besi dan baja

37 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Gambar 2.32. Gerinda Listrik
Sumber : http://www.indonetwork.co.id

2.2.7 Bor Listrik

Bor listrik digunakan untuk melubangi Sesutu yang akan


dipasangngi penyambung seperti paku, baut dan lain-lain.

Gambar 2.33. Bor Listrik


Sumber : http://www.alatbengkel.net

2.2.8 Hand Rivet

Alat ini digunakan intuk pemasangan paku keling/rivet,


pemasangan paku keling. alat ini di seuiakan dengan bentuk sesuai
dengan paku keling/rivet.

38 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Gambar 2.34. Hand Rivet
Sumber : http://www.alatbengkel.net

2.2.6 Scaffolding

Perancah (scaffolding) atau steger merupakan konstruksi


pembantu pada pekerjaan bangunan gedung. Scaffolding dibuat apabila
pekerjaan bangunan gedung sudah mencapai ketinggian 2 meter dan
tidak dapat dijangkau oleh pekerja.

Perancah (scaffolding) adalah suatu struktur sementara yang


digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi
atau perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya. Biasanya
perancah berbentuk suatu sistem modular dari pipa atau tabung logam,
meskipun juga dapat menggunakan bahan-bahan lain.

Di beberapa negara Asia seperti RRC dan Indonesia, bambu masih


digunakan sebagai perancah.

39 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Gambar 2.35. Scaffolding
Sumber :http/Google.com/ Scaffolding

Spesifikasi ukuran scaffolding :

40 Laporan Kerja Praktek (Living World)


2.2.7 Concrete Vibrator
Concrete vibrator adalah alat yang berfungsi untuk menggetarkan
beton pada saat pengecoran agar beton dapat mengisi seluruh ruangan
dan tidak terdapat rongga-rongga udara diantara beton yang dapat
membuat beton keropos. Concrete vibrator digerakkan oleh mesin
listrik dan mempunyai lengan sepanjang beberapa meter untuk dapat
menggetarkan beton di tempat yang agak jauh.Alat ini digunakan
sebagai pemadat pada saat pengecoran yang sedang berlangsung, baik
pada kolom,pelat lantai,shear wall,core wal maupun balok dengan cara
menggetarkannya. Hal ini untuk menghindari adanya gelembung-
gelembung udara yang terjadi pada saat pengecoran yang dapat
menyebabkan pengeroposan pada beton sehingga mengurangi kekuatan
struktur beton itu sendiri. Terutama untuk volume pengecoran yang
besar, alat ini sangat penting. Penggunaannya tidak boleh miring dan
terlalu lama pada satu tempat saja serta tidak boleh mengenai tulangan
yang akan menyebabkan bergesernya letak tulangan.

41 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Gambar 2.36. Vibrator
Sumber : http://www.google.com

2.2.8 Concretebucket
Concretebucket adalah tempat pengangkutan beton dari truck
mixer concrete sampai ke tempat pengecoran. Setelah dilakukan
pengetesan slump dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan,
maka beton dari truck mixer concrete dituangkan kedalam
Concretebucket, kemudian pengangkutan dilakukan dengan bantuan
tower crane. Dalam pengerjaannya dibutuhkan satu orang sebagai
operator concrete bucket yang bertugas untuk membuka atau mengunci
agar cor-an beton tidak tumpah pada saat dibawa ke area pengecoran
dengan tower crane.

Concretebucket yang digunakan pada proyek ini mempunyai


kapasitas sebesar 0,8 m3 dan berat concretebucket adalah 300 kg. Pada
proyek ini, pengecoran dengan concretebucket hanya untuk pengecoran
pelat lantai, shear wall dan balok

42 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Gambar 2.37. Concrete Bucket
Sumber : http://www.google.com

2.2.9 Bekisting
Bekisting atau formwork adalah suatu konstruksi pembantu yang
bersifat sementara yang merupakan cetakan / mal ( beserta
pelengkapnya pada bagian samping dan bawah dari suatu konstruksi
beton yang dikehendaki. Bekisting adalah cetakan sementara yang
digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk
sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Acuan (bekisting) adalah suatu
sarana pembantu struktur beton untuk pencetak beton sesuai dengan
ukuran, bentuk, rupa ataupun posisi yang direncanakan. Karena bersifat
sementara, bekisting akan dilepas atau dibongkar setelah beton
mencapai kekuatan yang cukup.

Jenis-jenis bekisting :
1. Bekisting Konvensional ( Plywood )
Plywood ( Multiplek) digunakan sebagai bahan bekisting
karena akan menghasilkan permukaan beton yang halus.

43 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Umumnya polywood yang digunakan adalah kayu lapis dengan
permukaan yang dilapisi laminated plastik dengan ketebalan 16-22
mm.

Gambar 2.38. Plywood (multiplek)


Sumber :http/Google.com/ Struktur Plat Lantai

2. Bekisting Knock Down


Dengan berbagai kekurangan metode bekisting konvensional
tersebut maka direncanakanlah sistem bekisting knock down yang
terbuat dari pelat baja dan besi hollow. Untuk 1 unit bekisting
knock down ini memang biayanya jauh lebih mahal jika
dibandingkan dengan bekisting kayu, namun bekisting ini lebih
awet dan tahan lama, sehingga dapat digunakan seterusnya sampai
pekerjaan selesai, jadi jika ditotal sampai selesai pelaksanaan,
bekisting knock down ini menjadi jauh lebih murah.

44 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Gambar 2.39. Bekisting Knock Down
Sumber : http://knowledgecenter.ptpp.co.id

3. Bekisting Panel baja


Panel baja adalah sistem bekisting terbaru, Sistem decking
baja dengan struktur profil “W” ini lebih hemat biaya dan
memberikan keleluasaan dalam merancang desain berkat
ketepatan ukuran dan mudah pemasangannya serta aman. Sistem
yang baru ini menggantikan sistem decking LYSAGHT
BONDEK. Sistem ini selain digunakan di struktur baja, dapat
juga digunakan di struktur beton. Pekerjaan pengecoran pelat
lantai relatif lebih cepat karena tidak perlu menunggu beton
mengering lebih lama dan tidak ada pekerjaan bongkar
bekisting/cetakan beton.

Kelebihan lain Panel baja, dibandingkan dengan produk decking


profil “W” sejenis adalah:

1. Terbuat dari baja High-Tensile G550 yang akan


meningkatkan bentang bebas dan kekuatan profil Panel
baja, itu sendiri.
2. Tinggi embossment 3 milimeter yang dapat meningkatkan
kuat rekat (bonding strength) antara beton dan panel baja,
setelah beton mongering
3. Lebar efektif bentang 960mm yang sesuai dengan ukuran
jarak balok dan kolom umum di Indonesia
4. Didesain dengan program berbasis Windows,
MEGAFLOOR, yang akan mempermudah proses desain
5. Panel baja menggunakan G550 metallic coating dalam
upaya memenuhi standar industri yang paling maksimal
untuk sistem decking baja.

45 Laporan Kerja Praktek (Living World)


Gambar 2.40. Bekisting panel baja
Sumber : http/Google.com/ Struktur Plat Lantai

46 Laporan Kerja Praktek (Living World)

Anda mungkin juga menyukai