Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Multipel sklerosis menjangkiti 2 juta sampai 2,5 juta orang di seluruh dunia Usia
rata-rata terdiagnosis Multipel sklerosis adalah 29 untuk wanita dan 31 untuk pria.
Menurut data yang diberikan oleh National MS Society, diperkirakan 400.000 orang di
Amerika Serikat menderita multipel sklerosis. Perkiraan prevalensi bervariasi antara
58 sampai 95 per 100.000 orang. (YMSI, 2018) Perkiraan prevalensi orang dengan
multipel sklerosis meningkat di Parsis, Sardinian, dan Palestina lebih rentan terhadap
multipel sklerosis daripada penduduk China, Jepang, dan Afrika. Migrasi juga
merupakan salah satu faktor dalam menentukan kerentanan. (YMSI, 2018) Penyakit
ini menyebabkan kerusakan mielin dan juga akson yang mengakibatkan gangguan
transmisi konduksi saraf. (Estiasari, 2014) Penyebabnya tidak diketahui pasti,
diperkirakan munculnya melibatkan kombinasi kerentanan genetik dan pemicu
nongenetic, seperti virus, metabolisme, atau faktor lingkungan, yang menyebabkan
gangguan autoimun pada sistem saraf pusat. (Goldenberg, 2012)
Sebagian besar pasien, penyakit ini awalnya ditandai oleh episode defisit
neurologis reversibel, yang sering diikuti oleh kerusakan neurologis yang progresif
waktu. Dari 250.000 hingga 350.000 pasien di Amerika Serikat MS (multipel
sklerosis), 50% pasien akan membutuhkan bantuan berjalan di dalam 15 tahun
setelah timbulnya penyakit. MS (multipel sklerosis) biasanya tersering pada orang
dewasa pada umur 20 hingga 45 tahun, kadang-kadang, di masa kecil atau akhir usia
dewasa.3 Di Indonesia penyakit ini tergolong jarang jika dibandingkan dengan
penyakit neurologis lainnya. MS (multipel sklerosis) lebih sering menyerang
perempuan dibandingkan laki-laki dengan rasio 2:1. Umumnya penyakit ini diderita
oleh mereka yang berusia 20-50 tahun.2 MS (multipel sklerosis) bersifat progresif dan
dapat mengakibatkan kecacatan. Sekitar 50% penderita MS akan membutuhkan
bantuan untuk berjalan dalam 15 tahun setelah onset penyakit. (Goldenberg, 2012)
Penyebab MS sampai saat ini tidak diketahui. Keterlibatan faktor genetik dan
non-genetik seperti infeksi virus, metabolisme dan faktor lingkungan diduga berperan

1
dalam mencetuskan respons imun yang merusak susunan saraf pusat ini. (Estiasari,
2014) Pola paling umum dari Penyakit relapsing-remitting multiple sclerosis (RRMS)
di mana periode stabilitas (remisi) diikuti oleh episode ketika ada eksaserbasi gejala
(kambuh). Sekitar 85 dari 100 orang dengan multipel sklerosis memiliki RRMS saat
mulai terjadinya gejala. Sekitar dua pertiga orang yang memulai dengan RRMS dapat
mengembangkan sekunder progresif multipel sklerosis: kecacatan bertahap yang terus
kambuh. Sekitar 10 hingga 15 dari 100 orang dengan multipel sklerosis memiliki
gejala primer secara bertahap berkembang progresif dan memburuk dari waktu ke
waktu sejak awal, tanpa pernah mengalami relaps dan remisi. (NICE, 2014)

Anda mungkin juga menyukai