Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebakaran dapat diartikan sebagai adanya nyala api yang sulit dikendalikan
pada tempat, situasi dan waktu yang tidak dikehendaki dan sifatnya
merugikan. Api yang menyala di tempat-tempat yang dikehendaki seperti
kompor, furnace di industri dan tempat lain tidak termasuk dalam kategori
kebakaran. Penyebab utama kebakaran adalah human error berupa kesilafan,
kecerobohan dan kesalahan-kesalahan teknis yang dilakukan manusia
berhubungan dnegan bahan-bahan yang dapat memicu timbulnya api
misalnya membuang puntung rokok ditempat yang mudah terbakar. (Manulu
& Sandur, 2013) (Manulu, Mario P & Sandur, Kondrat. Kebakaran Di
Jakarta:Ancaman dan Solusinya. Jakarta: Lestari Kiranatama)

Berdasarkan data National Fire Protection Association (NFPA) tanggapan


terhadap pengalaman Kebakaran Nasional, memperkirakan bahwa
departemen pemadam kebakaran umum di Amerika Serikat yaitu 1,345,500.
Peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 2014 sebesar 3,7%. Dari
kebakaran ini diperkirakan 501.500 adalah kebakaran struktur, Pada 2015,
ada 388.000 kebakaran struktur perumahan, terhitung 77,4 % dari semuanya
kebakaran struktur. Peningkata kebakaran dari 270.500 terjadi di rumah satu
dan dua keluarga, termasuk rumah buatan sekitar 53%. Ada 95.000
kebakaran terjadi di apartemen sekitar 18,9%. Ada juga 113.500 pada non
perumahan sekitar 5,6%. Dari kebakaran 639.500 kebakaran non struktur
seperti kebakaran hutan, kebakaran sampah. Selain kebakaran perumahan,
non perumahan dan diluar ada perkiraan 174.000 kebaaran jalan raya di
tahun 2015. (NFPA, 2015)

Diakhir tahun 2011 sebuah lembaga pemerhati lingkungan mencatat telah


terjadi 16.500 kali kebakaran di 498 daerah kabupaten/kota Indonesia yang
terbesar di DKI Jakarta dengan 890 kali kejadian kebakaran, Surabaya 187
kali kebakaran, medan 163 kali kebakaran, Bandung 133 kali, Tanggerang
160 kali kebakaran. DKI Jakarta sebagai kota terbesar dan terpadat di
Indonesia menempati posisi tertinggi frekuensi terjadinya kebakaran. Diikuti
Surabaya dan medan sebagai kota terbesar keduadan ketiga di Indonesia.
Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 penduduk Jakarta berjumlah
9.607.787 jiwa. Jumlah ini masih lebih besar karena banyak penghuni
jakartayang tidak tercatatsebagai warga resmi atau menetap. Dari data tahun
2011 peristiwa kebakaran dijakarta terjadi sebanyak 890 kalijauh lebih
tinggi dari kotalain yang tidak sampai di angka 200. Untuk tahun 2012
kondisi yang sama masih terulang dan diyakinikondisi demikian juga akan
terulang di tahun 2013 (Manulu & Sandur, 2013).

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun dinas kebakaran DKI Jakarta sejak
Januari hingga agustus 2012 telah terjadi 662 kasus kebakaran di ibukota
yang menyebabkan 4.615 Kepala Keluarga (KK) atau 16.513 jiwa
kehilangan tempat tinggal dan menyebabkan sebanyak 31 warga meninggal
dunia, 73 warga dan 12 petugas mengalami luka-luka. (Manulu & Sandur,
2013)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syafran Arrazy, Elvi Sunarsi


dan Anita Rahmiwati pada tahun 2013 dijelaskan bahwa program
pencegahan dan pengendalian kebakaran dan kewaspadaan bencana dengan
uraian kerja yang jelas. Pelatihan belum dilakukan secara rutin. Sarana
proeksi kebakaran masi mengendalkan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
Proses inspeksi dan pemeliharaan telah dilakukan secara rutin. Upaya
tanggap darurat kebakaran dipersiapkan dengan membuat standar
operasional prosedur (SOP), sitem pelaporan belum dilakukan walu telah
memiliki prosedur dan format laporan. Audit kebakaran sudah dilakukan
secara internal dan tidak rutin.

Peran perawat terhadap bencana kebakaran dengan pencegahan Post


Traumatic Stress Disoreder (PTSD) dengan melakukan intervensi
psikososial. Intervensi ini berupaya untuk mendekatkan psikologi dan
psikiatri ke dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu
memahami tentang Kebakaran dan Asuhan Keperawatan pada Pasien
Luka Bakar.

2. Tujuan Khusus
a. Dapat memahami tentang Definisi Kebakaran
b. Dapat memeahmi tentang Penyebab Kebakaran
c. Dapat memahami tentang Klasifikasi Kebakaran
d. Dapat memahami tentang Proses terjadinya Kebakaran
e. Dapat memahami tentang Cara Pencegahan Kebakaran
f. Dapat memahami tentang Penanggulangan Kebakaran
g. Dapat memahami tentang Definisi Luka Bakar
h. Dapat memahami tentang Etiologi Luka Bakar
i. Dapat memahami tentang Klasifikasi Luka Bakar
j. Dapat memahami tentang Patofisiologi Luka Bakar
k. Dapat memahami tentang Proses penyembuhan Luka Bakar
l. Dapat memahami tentang Penatalaksanaan Luka Bakar
m. Dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan

1.3 Metode Penulisan


Metode penulisan yang kami gunakan yaitu deksriptif dan kajian pustaka
dilakukan dengan mencari literature di buku paduan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebakaran
A. Definisi Kebakaran
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), kebakaran adalah sebuah
fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan
bereaksi secara kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan
panas, nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida, karbondioksida,
atau produk dan efek lain. Definisi kebakaran menurut Depnaker adalah
suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan.
Sedangkan definisi kebakaran menurut perusahaan asuransi secara
umum adalah sesuatu yang benar-benar terbakar yang seharusnya tidak
terbakar dan dibuktikan dengan adanya nyala api secara nyata, terjadi
secara tidak sengaja, tiba-tiba serta menimbulkan kecelakaan atau
kerugian.

Definisi lain datang dari BNBP (2010), menurut lembaga yang berwenang
terhadap penanggulangan bencana di indonesia tersebut, bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor
alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibtkan tibulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N),


kebakaran adalah suatu peristiwa bencana yang berasal dari api yang tidak
dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian materi
(berupa harta benda, bangunan fisik, deposit/asuransi, fasilitas sarana dan
prasarana, dan lain-lain) maupun kerugian non materi (rasa takut, shock,
ketakutan, dan lain-lain) hingga kehilangan nyawa atau cacat tubuh yang
ditimbulkan akibat kebakaran tersebut.

Menurut PERMEN PU No.26/PRT/M/2008 pasal 1, bahaya kebakaran


adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan
derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga
penjalaran api, asap, dan gas yang ditimbulkan.

B. Penyebab Kebakaran
Kebakaran dapat terjadi karena adanya tiga unsur segitiga api yang saling
berhubungan, yaitu adanya bahan bakar, oksigen, dan sumber panas atau
nyala. Tiga hal tersebut disebut juga segitiga api. Segitiga api adalah
elemen-elemen pendukung terjadinya kebakaran adalah panas, bahan
bakar dan oksigen. Namun dengan adanya ketiga elemen tersebut,
kebakaran belum terjadi dan hanya menghasilkan pijar.. Untuk
berlangsungnya suatu pembakaran, diperlukan komponen keempat, yaitu
rantai reaksi kimia (chemical chain reaction). Teori ini dikenal sebagai
Piramida Api atau Tetrahedron. Rantai reaksi kimia adalah peristiwa
dimana ketiga elemen yang ada saling bereaksi secara kimiawi, sehingga
yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala api atau peristiwa
pembakaran.
1) Oksigen
Sumber oksigen adalah dari udara, dimana dibutuhkan paling
sedikit sekitar 15% volume oksigen dalam udara agar terjadi
pembakaran. Udara normal di dalam atmosfir kita mengandung
21% volume oksigen. Ada beberapa bahan bakar yang mempunyai
cukup banyak kandungan oksigen yang dapat mendukung
terjadinya pembakaran.
2) Panas
Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan sehingga
dapat mendukung terjadinya kebakaran. Sumber panas antara lain:
panas matahari, permukaan yang panas, nyala terbuka, gesekan,
reaksi kimia eksotermis, energi listrik, percikan api listrik, api las /
potong, gas yang dikompres.
3) Bahan bakar
Bahan bakar adalah semua benda yang dapat mendukung terjadinya
pembakaran. Ada tiga wujud bahan bakar, yaitu padat, cair dan gas.
Untuk benda padat dan cair dibutuhkan panas pendahuluan untuk
mengubah seluruh atau sebagian darinya, ke bentuk gas agar dapat
mendukung terjadinya pembakaran.
4) Benda Padat
Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa berupa
abu atau arang setelah selesai terbakar. Contohnya: kayu, batu bara,
plastik, gula, lemak, kertas, kulit dan lain-lainnya.
5) Benda Cair
Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis,
turpentine, lacquer, alkohol, olive oil, dan lainnya.
6) Benda Gas
Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon
monoksida, butan, dan lain-lainnya.

Pada umumnya kebakaran terjadi secara tidak terduga, namun dapat di


kontrol atau dicegah dengan melepaskan satu dari tiga unsur segitiga api
tersebut. Selain itu, kebakaran juga dapat disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya :

1. Kebakaran karena sifat kelalaian manusia, seperti : kurangnya


pengertianpengetahuan penanggulangan bahaya kebakaran; kurang hati
menggunakan alat danbahan yang dapat menimbulkan api; kurangnya
kesadaran pribadi atau tidak disiplin.
2. Kebakaran karena peristiwa alam, terutama berkenaan dengan cuaca,
sinar matahari,letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan
topan.
3. Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang bahan
kimia di manabahan bereaksi dengan udara, air dan juga dengan
bahan-bahan lainnya yang mudahmeledak atau terbakar.
4. Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu, misalnya
sabotase, mencarikeuntungan ganti rugi klaim asuransi, hilangkan jejak
kejahatan, tujuan taktispertempuran dengan jalan bumi hangus.

C. Klasifikasi Kebakaran
Api merupakan reaksi kimia berantai yang mengaitkan proses kebakaran
(oksidasi) yang sangat cepat. Dibutuhkan 3 elemen untuk memicu api,
yaitu ; adanya bahan bakar, oksigen atau O2, serta panas. Reaksi berantai
api akan terjadi jika ketiga elemen ini hadir dalam kondisi dan proporsi
yang tepat. Berdasarkan bahan yang terbakar, api dibagi menjadi empat
kelas, yaitu :
1) Kebakaran Kelas A
Kebakaran kelas A merupakan kebakaran yang melibatkan bahan-bahan
seperti kayu, kertas, dan pakaian. Api kelas A biasanya lambat dalam
proses penyalaan dan pertumbuhannya, dan karena material yang terbakar
berbentuk solid maka penanganan api ini lebih mudah. Api kelas A akan
meninggalkan abu setelah seluruh material terbakar. Alat/media pemadam
yang tepat untuk memadamkan kebakaran klas ini adalah dengan : pasir,
tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa) dan air .

2) Kebakaran Kelas B
Kebakaran kelas B merupakan kebakaran yang melibatkan cairan dan gas
yang mudah terbakar, seperti minyak, gasoline, propane. Api jenis ini akan
mudah menyala dan menyebar. Pemadaman api kelas B lebih sulit
dibandingkan api kelas A. Api kelas B tidak meninggalkan abu ketika
seluruh material telah terbakar. Alat pemadam yang dapat dipergunakan
pada kebakaran tersebut adalah Tepung pemadam (dry powder), busa
(foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus.

3) Kebakaran Kelas C
Kebakaran kelas C merupakan kebakaran yang melibatkan peralatan listrik
seperti mesin/motor. Didalam kenyataan sirkuit kelistrikan merupakan
penyebab utama dari api kelas C, setelah api menyala biasanya akan
melibatkan bahan lain sebagai bahan bakar api. Katika arus litrik
dimatikan, maka klasifikasi api tidak lagi menjadi kelas C tetapi menjadi
kelas sesuai dengan bahan yang sedang terbakar. Alat Pemadam yang
dipergunakan adalah : Carbondioxyda (CO2), tepung kering (dry
chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air.

4) Kebakaran Kelas D
Kebakaran kelas D merupakan kebakaran yang melibatkan metal yang
mudah terbakar seperti magnesium, titanium, dan zirconium. Api kelas D
sangat sulit dipadamkan dan sangat jarang terjadi. Alat pemadam yang
dipergunakan adalah : pasir halus dan kering, dry powder khusus.

D. Proses Terjadinya Kebakaran


Proses perkembangan api dalam kejadian kebakaran terjadi melalui
beberapa tahap (mantra, 2005) yaitu :
1) Tahap Penyalaan/Peletusan
Tahap ini ditandai oleh munculnya api dalam ruangan yang disebabkan
adanya energy panas yang menganai material dalam ruangan.
2) Tahap Pertumbuhan
Pada tahap ini api mulai berkembang sebagai fungsi dari bahan bakar.
Tahap ini merupakan tahap yang paling tepat untuk melakukan
evakuasi dan tahap dimana sensor encegahan kebakaran atau alat
pemadam mulai bekerja.
3) Tahap Flashover
Tahap ini merupakan masa trasisi antara tahap pertumbuhan dengan
tahap pembakaran penuh, dengan suhu antara 300 sampai 600 derajat
celcius.
4) Tahap Pembakaran Penuh
Pada tahap ini, energy panas yang dilepaskan adalah yang paling besar.
Seluruh material dalam ruangan terbakar sehingga temperature dalam
ruang adalah sebesar 1200 derajat celcius.
5) Tahap Surut
Tahap ini ditandai dengan material terbakar yang mulai habis dan
temperature mulai menurun.

E. Cara Pencegahan Kebakaran


Bagi Anda yang tinggal di apartemen, rumah susun, maupun rumah
pribadi, pasti memiliki kekhawatiran jika peristiwa kebakaran dialami oleh
Anda, karena Anda akan kehilangan tempat tinggal beserta seluruh harta
benda serta dokumen-dokumen berharga. Perhatikan cara mencegah
kebakaran berikut ini. Cara mencegah kebakaran:
1) Alarm Asap atau Smoke Alarms
 Pasang alarm asap di setiap ruang, terutama ruangan dapur, ruang
tidur, dan di tiap lantai. Untuk perlindungan terbaik, Anda bisa
mempararelkan semua alarm asap di dalam rumah, jadi ketika satu
alarm menyala maka alarm lain juga ikut menyala
 Lakukan pengecekan alarm asap paling sedikit sebulan sekali
dengan menggunakan tombol pengetesan. Ganti alarm asap setiap
10 tahun
 Pastikan setiap orang dapat mendengar bunyi alarm. Alarm asap
yang dapat bersuara lebih efektif untuk anak yang sedang tidur
 Buat rencana evakuasi kebakaran rumah. Miliki paling sedikit 2
jalan keluar di tiap ruangan, jika memungkinkan, dan di luar
tempat pertemuan. Praktekkan rencana tersebut dua kali setahun
 Ketika alarm asap berbunyi, segera keluar rumah dan selalu tetap
berada di luar.

2) Listrik
 Jauhkan lampu dari benda apapun yang dapat terbakar seperti
pelindung lampu, kasur, gorden, dan pakaian
 Ganti kabel listrik yang rusak dan retak
 Gunakan sambungan kabel hanya untuk pengkabelan yang sifatnya
sementara
 Pertimbangkan menggunakan sirkuit tambahan yang dibuat oleh
tukang listrik yang mahir
 Hubungi tukang listrik yang mahir jika Anda memiliki masalah
dengan fuse atau braker listrik yang turun atau sesuatu yang berbau
terbakar pada alat listrik Anda

3) Merokok.
 Jika Anda merokok, merokoklah di luar rumah atau ruangan
 Gunakan asbak rokok yang dalam dan tidak mudah terbakar
 Jangan pernah merokok di dalam rumah ketika oksigen digunakan
 Simpan korek di dalam lemari terkunci dan jauhkan dari jangkauan
anak
 Jangan merokok di tempat tidur atau ketika Anda merasa ngantuk

4) Dapur
 Jangan tinggalkan dapur dalam keadaan kompor menyala. Matikan
kompor lalu angkat panci dan wajan. Begitu juga jika
menggunakan oven, keluarkan makanan dan matikan oven
 Jauhkan kompor dari barang-barang yang mudah terbakar, seperti
lap, sarung tangan oven, bahkan gorden dapur

F. Penanggulangan Kebakaran
1. Tetap tenang saat menghadapi kebakaran.
2. Jika kebakaran kecil dan masih bisa diatasi, segera padamkan dengan
alat pemadam kebakaran yang ada seperti APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) atau jika tidak memiliki APAR, Anda juga bisa memadamkan
api dengan menggunakan karung goni yang dibasahi air.
3. Jika kebakaran disebabkan oleh korsleting listrik, segera matikan
listrik di rumah.
4. Tutup ruangan lokasi kebakaran agar tidak menjalar ke ruang lain
tetapi jangan dikunci, untuk memudahkan jika akan memadamkan
kobaran api.
5. Jika kebakaran besar, segera keluar rumah dan ajak semua keluarga
meninggalkan rumah segera. Jangan sibukkan diri untuk
mengumpulkan barang di dalam rumah.
6. Hindari menghirup asap yang tebal, misalnya dengan cara merangkak
dan bernafas dengan mendekatkan muka ke lantai, gunakan kain basah
sebagai penutup hidung, hal ini akan membantu untuk bernafas.
7. Jika Anda melalui pintu yang tertutup, periksalah dengan seksama
suhu daun pintu dengan menempelkan belakang telapak tangan .
8. Kemudian periksa handle pintu. Jika terasa panas pindah melalui jalur
lain.
9. Jika perlu lakukan latihan evakuasi jika terjadi kebakaran agar upaya
penyelamatan dapat berjalan lebih cepat.
10. Segera hubungi pemadam kebakaran 113, jika api tidak dapat Anda
kendalikan sendiri.

2.2 Luka Bakar


A. Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat terpapar
langsung dengan sumber panas (thermal), kimia, elektrik, dan radiasi.
Luka bakar merupakan luka yang disebabkan oleh trauma panas yang
memberikan gejala, tergantung luas, dalam, dan lokasi lukanya. (Andara &
Yessie, 2013).

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi
sel tubuh, semua system dapat terganggu, terutama system kardiovaskuler
(Rahayuningsih, 2012).

Luka bakar bisa merusak kulit yang berfungsi melindugi kita dari kotoran
dan infeksi. Jika permukaan tubuh banyak terbakar, hal ini bisa
mengancam jiwa karena terjadi kerusakan pembuluh darah, ketidak-
seimbangan elektrolit dan suhu tubuh, gangguan pernafasan serta fungsi
saraf (Adibah dan Winasis,2014).

B. Etiologi
1. Luka bakar termal
Luka bakar termal ( panas ) disebabkan karena terpapar dengan api,
cairan panas, atau objek-objek panas lainnya. Penyebab yang paling
sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena terpajan dengan suhu
panas seperti terbakar api secara llangsung atau terkena permukaan
logam yang panas (Fitriana, 2014).
2. Luka bakar kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan karena adanya kontak antara
jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia,
lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan
luasnya injuri karena zat kimia ini. (Rahayuningsih, 2012).
3. Luka bakar elektrik
Luka bakar elektrik disebabkan oleh panas yang digerakkan dari
energy listrik yang dihantarkan melelui tubuh. Berat atau ringannya
luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara
gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh (Rahayuningsih, 2012).
4. Luka bakar radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar zat radioaktif. Tipe injuri
ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada
industry atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada
dunia kedokteran. Terbakar terlalu lama oleh sinar matahari juga
merupakan salah satu tibe luka bakar akibat radiasi (Rahayuningsih,
2012).

C. Klasifikasi Luka Bakar

1. Luka bakar derajat pertama


Luka bakar derajat ini hanya terbatas di epidermis, kulit kering dan
kemerahan. Luka bakar akibat terjemur matahari merupakan
contoh dari tipe ini. Pada awalnya terasa nyeri dan kemudian gatal
akibat stimulasi reseptor sensoris. Biasanya luka ini akan sembuh
spontan tanpa meninggalkan jaringan parut dalam waktu 5_10 hari.
Biasanya tidak timbul komplikasi.

2. Luka bakar derajat kedua


Luka meluas ke epidermis dan kedalam lapisan epidermis tetapi
masih ada elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal,
kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan folikel rambut. Dengan
adanya sel epitel yang sehat ini, luka dapat sembuh sendiri
dalam10-14 hari. Oleh karena kerusakan epitel dan ujung saraf di
dermis, luka derajat ini tampak lebih cucat dan lebih nyeri
dibandingkan dengan luka bakar superfisial, karena adanya iritasi
di ujung saraf sensorik. Juga timbul bullae berisi cairan eksudat
yang keluar dari pembuluh darah karena permeabiliitas dindingnya
meninggi.

3. Luka bakar kedua dalam


Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Pada luka
bakar jenis ini penyembuhannya memerlukan waktu lebih dari satu
bulan. Pembersihan (debridement) secara bedah untuk membuang
jaringan yang mati. Pada luka bakar derajat ini selalu terjadi
pembentukan jaringan parut.

Pada fase penyembuhan, kekeringan dan gatal biasa terajdi


dikarenakan adanya peningkatan vaskularisasi kelenjar sebasea,
sekresi berkurang dan keringat juga berkurang.

4. Luka bakar derajat tiga


Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit dan
mengenai seluruh epidermis. Lapisan ini menganung kelenjar
keringat dan akar folikel rambut. Luka akan tampak berwarna
putih, merah, coklat atau hitam. Daerah yang terbakar tidak terassa
nyeri dan luka bakar jenis ini mungkin memerlukan waktu
berbulan-bulan untuk sembuh.

D. Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung
atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44
derajat C tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan
berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh
darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas.
Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar
dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi
12protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan
perubahan permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan
masif diintersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan
intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan
menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal
dengan syok (Moenajat, 2001).

Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh


kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ
multisistem yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan
peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan
(H2O, elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik
dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus
menerus dapat mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang
mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah
terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan gangguan
sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ penting
seperti : otak,kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi
yang dapat mengakibatkan kegagalan organ multi system.

E. Proses penyembuhan luka


Krisanty (2009) mengatakan bahwa proses penyembuhan luka bakar
terdiri dari 3 fase, diantaranya :
1. Fase inflamasi
Fase terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka bakar. Pada fase
ini terjadi perubahan vascular dan proliferase seluler. Daerah luka
mengalami agresi trombosit dan mengeluarkan serotonin serta mulai
timbul epitalisassi.
2. Fase fibi oblastik
Fase yang dimulai pada hari ke 4 sampai 20 pasca luka bakar. Pada
fase ini timbul abrobast yang membentuk kolagen yang tampak secara
klinis sebagai jaringan granulasi yang berwarna kemerahan.
3. Fase maturase
Proses pematangan kolagen dan terjadi penurunan aktivitas seluler dan
vaskuler. Hasil ini belangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari satu
tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda inflamasi dan
untuk akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat,
tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.

F. Penatalaksanaan
Fitriana (2014) menyebutkan bahwa pada tindakan penatalaksanaan luka
bakar terdapat beberapa prioritas tindakan untuk mengatasi kegawatan
pada klien yaitu sebagai berikut :
1. Menghentikan proses pembakaran
Jika penderita masih dalam keadaan terbakar maka harus segera
dilakukan pemadaman dengan cara menyiram dengan air dalam jumlah
banyak . Menggulingkan penderita pada tanah (Drop and Roll) atau
menggunakan selimut basah untuk menadamkan api.
2. Perawatan luka bakar
Luka bakar harus segera ditutup secepat mungkin untuk memperkecil
kemungkinan kontaminasi bakteri dan mengurangi rasa nyeri dengan
mencegah aliran udara agar tidak mengenai kulit yang terbakar.

Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan


dari perawatan luka bakar adalah agar luka dapat segera sembuh dan
rasa sakit dapat menurun. Setelah luka dibersihkan dan di debridement,
luka langsung ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi,
yang pertama adalah untuk melindungi luka dari kerusakan epitel dan
meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Yang kedua
adalah untuk mencega evaporasi agar pasien tidak mengalami
hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin
agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit.
Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat keparahan luka bakar
menurut (Holmes & Heimbach, 2005) antara lain sebagai berikut:
a) Luka bakar derajat 1, merupakan luka ringan dengan sedikit
hilangnya pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut,
cukup dengan pemberian salep antibiotic unuk mengurangi rasa
sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu diberikan NSAID
(Ibuprofen, Acentaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan
pembengkakan.
b) Luka bakar derajat II (superfisial), perlu perawatan luka setiap
harinya, perawatan luka pada derajat ini dapat diberikan salep
antibiotic, kemudian dibalut dengan perban katun.
c) Luka derajat II ( dalam) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi
awal dan cangkok kulit.

Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut


yang dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat
mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi atau
menimbulkan cacat ekstetik yang buruk hingga diperlukan juga ahli
ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan diri.
2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. AKTIFITAS/ISTRIRAHAT:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang
gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan
tonus.
2. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT):
hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas
yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan
nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan
oedema jaringan (semua luka bakar).
3. Integritas ego:
 Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan,
kecacatan.
 Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal,
menarik diri, marah.
4. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat;
warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah
kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
5. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
6. Neurosensori:
 Gejala: area batas; kesemutan.
 Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan
refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas;
aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik);
ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera
listrik pada aliran saraf).
7. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama
secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara
dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua
sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat
kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat
tiga tidak nyeri.
8. Pernafasan:
 Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi).
 Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi
cedera inhalasi.
 Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka
bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii
(obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema
laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor
(oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
9. Keamanan:
 Tanda: Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin
tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses
trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak
terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung
sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
 Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam
sehubungan dengan variase intensitas panas yang dihasilkan
bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan
mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema
lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
 Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit
samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut
tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara
perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72
jam setelah cedera.
 Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih
sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat
meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar
dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka
bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya
fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi
otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).

10. Pemeriksaan diagnostik:


a. LED: mengkaji hemokonsentrasi.
b. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan
biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium
terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena
peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
c. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji
fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
d. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
e. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan
penuh luas.
f. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar masif.
h. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera
inhalasi asap.

B. Diagnosa Keperawatan
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for
planning and documenting patient care mengemukakan beberapa
Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya
kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas
thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan
kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan
pemasukan. Kehilangan perdarahan.
3. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera
inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder
terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer
tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan
traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb,
penekanan respons inflamasi.
5. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan;
pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh
debridemen luka.
6. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi
neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi
aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar
ekstremitas dengan edema.
7. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih
besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme
protein.
8. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan
tahanan.
9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma :
kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit
(parsial/luka bakar dalam).
10. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan
krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung,
kecacatan dan nyeri.
11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi
Tidak mengenal sumber informasi.

C. Rencana Intervensi

Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil

Resiko Bersihan jalan Kaji refleks Dugaan cedera


bersihan jalan nafas tetap gangguan/menelan; inhalasi
nafas tidak efektif. perhatikan pengaliran air
efektif liur, ketidakmampuan
Kriteria Hasil :
berhubungan menelan, serak, batuk
Bunyi nafas
dengan mengi.
vesikuler, RR Takipnea, penggunaan
obstruksi
dalam batas Awasi frekuensi, irama, otot bantu, sianosis
trakheobronkh
normal, bebas kedalaman pernafasan ; dan perubahan sputum
ial; oedema
dispnoe/cyanos perhatikan adanya menunjukkan terjadi
mukosa;
is. pucat/sianosis dan sputum distress
kompressi
mengandung karbon atau pernafasan/edema
jalan nafas .
paru dan kebutuhan
merah muda. intervensi medik.

Auskultasi paru, Obstruksi jalan


perhatikan stridor, nafas/distres
mengi/gemericik, pernafasan dapat
penurunan bunyi nafas, terjadi sangat cepat
batuk rejan. atau lambat contoh
sampai 48 jam setelah
terbakar.
Perhatikan adanya pucat
atau warna buah ceri
merah pada kulit yang Dugaan adanya
cidera hipoksemia atau
karbon monoksida.
Tinggikan kepala tempat
tidur. Hindari penggunaan Meningkatkan
bantal di bawah kepala, ekspansi paru
sesuai indikasi optimal/fungsi
pernafasan.
Bilakepala/leher
terbakar, bantal dapat
menghambat
Dorong batuk/latihan nafas
pernafasan,
dalam dan perubahan
menyebabkan nekrosis
posisi sering.
pada kartilago telinga
Hisapan (bila perlu) pada yang terbakar dan
perawatan ekstrem, meningkatkan
pertahankan teknik steril. konstriktur leher.

Meningkatkan
ekspansi paru,
memobilisasi dan
Tingkatkan istirahat suara drainase sekret.
tetapi kaji kemampuan
Membantu
untuk bicara dan/atau
mempertahankan jalan
menelan sekret oral secara
nafas bersih, tetapi
periodik.
harus dilakukan
kewaspadaan karena
edema mukosa dan
Selidiki perubahan
inflamasi. Teknik
perilaku/mental contoh
steril menurunkan
gelisah, agitasi, kacau
risiko infeksi.
mental.
Peningkatan
sekret/penurunan
Awasi 24 jam kemampuan untuk
keseimbngan cairan, menelan menunjukkan
perhatikan peningkatan edema
variasi/perubahan. trakeal dan dapat
mengindikasikan
kebutuhan untuk
intubasi.

Meskipun sering
berhubungan dengan
Lakukan program
nyeri, perubahan
kolaborasi meliputi :
kesadaran dapat
Berikan pelembab O2 menunjukkan
melalui cara yang tepat, terjadinya/memburukn
contoh masker wajah ya hipoksia.

Awasi/gambaran seri GDA Perpindahan cairan


atau kelebihan
penggantian cairan
meningkatkan risiko
edema paru. Catatan :
Cedera inhalasi
meningkatkan
Kaji ulang seri rontgen kebutuhan cairan
sebanyak 35% atau
lebih karena edema.

O2 memperbaiki
Berikan/bantu fisioterapi hipoksemia/asidosis.
dada/spirometri intensif. Pelembaban
menurunkan
pengeringan saluran
pernafasan dan
menurunkan
viskositas sputum.
Siapkan/bantu intubasi
Data dasar penting
atau trakeostomi sesuai
untuk pengkajian
indikasi.
lanjut status
pernafasan dan
pedoman untuk
pengobatan. PaO2
kurang dari 50, PaCO2
lebih besar dari 50 dan
penurunan pH
menunjukkan inhalasi
asap dan terjadinya
pneumonia/SDPD.

Perubahan
menunjukkan
atelektasis/edema paru
tak dapat terjadi
selama 2 – 3 hari
setelah terbakar

Fisioterapi dada
mengalirkan area
dependen paru,
sementara spirometri
intensif dilakukan
untuk memperbaiki
ekspansi paru,
sehingga
meningkatkan fungsi
pernafasan dan
menurunkan
atelektasis.

Intubasi/dukungan
mekanikal dibutuhkan
bila jalan nafas edema
atau luka bakar
mempengaruhi fungsi
paru/oksegenasi.

Resiko tinggi Pasien dapat Awasi tanda vital, CVP. Memberikan pedoman
kekurangan mendemostrasi Perhatikan kapiler dan untuk penggantian
volume cairan kan status kekuatan nadi perifer. cairan dan mengkaji
berhubungan cairan dan respon kardiovaskuler.
dengan biokimia
Kehilangan membaik. Awasi pengeluaran urine
cairan melalui dan berat jenisnya. Penggantian cairan
Kriteria
rute abnormal. Observasi warna urine dan dititrasi untuk
evaluasi: tak
Peningkatan hemates sesuai indikasi. meyakinkan rata-2
ada
kebutuhan : pengeluaran urine 30-
manifestasi
status dehidrasi, 50 cc/jam pada orang
hypermetaboli resolusi dewasa. Urine
Perkirakan drainase luka
k, ketidak oedema, berwarna merah pada
dan kehilangan yang
cukupan elektrolit kerusakan otot masif
tampak
pemasukan. serum dalam karena adanyadarah
Kehilangan batas normal, dan keluarnya
perdarahan. haluaran urine mioglobin.
di atas 30
Peningkatan
ml/jam. Timbang berat badan
permeabilitas kapiler,
setiap hari
perpindahan protein,
proses inflamasi dan
kehilangan cairan
Ukur lingkar ekstremitas
melalui evaporasi
yang terbakar tiap hari
mempengaruhi
sesuai indikasi
volume sirkulasi dan
pengeluaran urine.

Selidiki perubahan mental Penggantian cairan


tergantung pada berat
badan pertama dan
perubahan selanjutnya

Observasi distensi Memperkirakan


abdomen,hematomesis,fec luasnya
es hitam. oedema/perpindahan
cairan yang
Hemates drainase NG dan
mempengaruhi
feces secara periodik.
volume sirkulasi dan
Lakukan program pengeluaran urine.
kolaborasi meliputi :
Penyimpangan pada
Pasang / pertahankan tingkat kesadaran
kateter urine dapat
mengindikasikan
ketidak adequatnya
Pasang/ pertahankan
volume
ukuran kateter IV.
sirkulasi/penurunan
Berikan penggantian perfusi serebral
cairan IV yang dihitung,
Stres (Curling) ulcus
elektrolit, plasma,
terjadi pada setengah
albumin.
dari semua pasien
yang luka bakar
berat(dapat terjadi
Awasi hasil pemeriksaan
pada awal minggu
laboratorium ( Hb,
pertama).
elektrolit, natrium ).

Berikan obat sesuai idikasi


: Observasi ketat fungsi
ginjal dan mencegah
- Diuretika contohnya
stasis atau refleks
Manitol (Osmitrol)
urine.

Memungkinkan infus
cairan cepat.
- Kalium
Resusitasi cairan
menggantikan
- Antasida kehilangan
cairan/elektrolit dan
membantu mencegah
komplikasi.
Pantau:
Mengidentifikasi
- Tanda-tanda vital kehilangan
setiap jam selama darah/kerusakan SDM
periode darurat, setiap dan kebutuhan
2 jam selama periode penggantian cairan
akut, dan setiap 4 jam dan elektrolit.
selama periode
rehabilitasi.
- Warna urine. Meningkatkan
- Masukan dan haluaran pengeluaran urine dan
setiap jam selama membersihkan tubulus
periode darurat, setiap dari debris /mencegah
4 jam selama periode nekrosis.
akut, setiap 8 jam
Penggantian lanjut
selama periode
karena kehilangan
rehabilitasi.
urine dalam jumlah
- Hasil-hasil JDL dan
besar
laporan elektrolit.
- Berat badan setiap Menurunkan
hari. keasaman gastrik
- CVP (tekanan vena sedangkan inhibitor
sentral) setiap jam bial histamin menurunkan
diperlukan. produksi asam
- Status umum setiap 8 hidroklorida untuk
jam. menurunkan produksi
asam hidroklorida
untuk menurunkan
Pada penerimaan rumah
iritasi gaster.
sakit, lepaskan semua
pakaian dan perhiasan dari Mengidentifikasi
area luka bakar. penyimpangan
indikasi kemajuan
Mulai terapi IV yang
atau penyimpangan
ditentukan dengan jarum
dari hasil yang
lubang besar (18G), lebih
diharapkan. Periode
disukai melalui kulit yang
telah terluka bakar. Bila darurat (awal 48 jam
pasien menaglami luka pasca luka bakar)
bakar luas dan adalah periode kritis
menunjukkan gejala-gejala yang ditandai oleh
syok hipovolemik, bantu hipovolemia yang
dokter dengan pemasangan mencetuskan individu
kateter vena sentral untuk pada perfusi ginjal dan
pemantauan CVP. jarinagn tak adekuat.

Beritahu dokter bila:


haluaran urine < 30
ml/jam, haus, takikardia,
CVP < 6 mmHg,
bikarbonat serum di bawah
rentang normal, gelisah,
TD di bawah rentang
normal, urine gelap atau
encer gelap.

Konsultasi doketr bila


manifestasi kelebihan
cairan terjadi.
Inspeksi adekuat dari
luka bakar.

Tes guaiak muntahan


warna kopi atau feses ter
Penggantian cairan
hitam. Laporkan temuan-
cepat penting untuk
temuan positif.
mencegah gagal
ginjal. Kehilangan
cairan bermakna
Berikan antasida yag terjadi melalui
diresepkan atau antagonis jarinagn yang terbakar
reseptor histamin seperti dengan luka bakar
simetidin luas. Pengukuran
tekanan vena sentral
memberikan data
tentang status volume
cairan intravaskular.

Temuan-temuan ini
mennadakan
hipovolemia dan
perlunya peningkatan
cairan. Pada lka bakar
luas, perpindahan
cairan dari ruang
intravaskular ke ruang
interstitial
menimbukan
hipovolemi.

Pasien rentan pada


kelebihan beban
volume intravaskular
selama periode
pemulihan bila
perpindahan cairan
dari kompartemen
interstitial pada
kompartemen
intravaskuler.

Temuan-temuan
guaiak positif
ennandakan adanya
perdarahan GI.
Perdarahan GI
menandakan adaya
stres ulkus
(Curling’s).

Mencegah perdarahan
GI. Luka bakar luas
mencetuskan pasien
pada ulkus stres yang
disebabkan
peningkatan sekresi
hormon-hormon
adrenal dan asam HCl
oleh lambung.

Resiko Pasien dapat Pantau laporan GDA dan Mengidentifikasi


kerusakan mendemonstra kadar karbon monoksida kemajuan dan
pertukaran gas sikan serum. penyimpangan dari
berhubungan oksigenasi hasil yang diharapkan.
dengan cedera adekuat. Inhalasi asap dapat
inhalasi asap merusak alveoli,
Kriteroia
atau sindrom mempengaruhi
evaluasi: RR Beriakan suplemen
kompartemen pertukaran gas pada
12-24 x/mnt, oksigen pada tingkat yang
torakal membran kapiler
ditentukan. Pasang atau
sekunder warna kulit bantu dengan selang alveoli.
terhadap luka normal, GDA endotrakeal dan temaptkan
Suplemen oksigen
bakar dalam renatng pasien pada ventilator
meningkatkan jumlah
sirkumfisial normal, bunyi mekanis sesuai pesanan
oksigen yang tersedia
dari dada atau nafas bersih, bila terjadi insufisiensi
untuk jaringan.
leher. tak ada pernafasan (dibuktikan
Ventilasi mekanik
kesulitan dnegna hipoksia,
diperlukan untuk
bernafas. hiperkapnia, rales,
pernafasan dukungan
takipnea dan perubahan
sampai pasie dapat
sensorium).
dilakukan secara
Anjurkan pernafasan mandiri.
dalam dengan penggunaan
spirometri insentif setiap 2
jam selama tirah baring.

Pertahankan posisi semi Pernafasan dalam


fowler, bila hipotensi tak mengembangkan
ada. alveoli, menurunkan
resiko atelektasis.

Untuk luka bakar sekitar


torakal, beritahu dokter Memudahkan ventilasi
bila terjadi dispnea disertai dengan menurunkan
dengan takipnea. Siapkan tekanan abdomen
pasien untuk pembedahan terhadap diafragma.
eskarotomi sesuai pesanan.

Luka bakar sekitar


torakal dapat
membatasi ekspansi
adda. Mengupas kulit
(eskarotomi)
memungkinkan
ekspansi dada.

Resiko tinggi Pasien bebas Pantau:


infeksi dari infeksi.
- Penampilan luka Mengidentifikasi
berhubungan
Kriteria bakar (area luka indikasi-indikasi
dengan
evaluasi: tak bakar, sisi donor dan kemajuan atau
Pertahanan
ada demam, status balutan di atas penyimapngan dari
primer tidak
pembentukan sisi tandur bial tandur hasil yang diharapkan.
adekuat;
jaringan kulit dilakukan) setiap
kerusakan
granulasi baik. 8 jam.
perlinduingan
- Suhu setiap 4 jam.
kulit; jaringan
- Jumlah makanan yang
traumatik.
dikonsumsi setiap kali
Pertahanan
makan.
sekunder tidak
Bersihkan area luka bakar
adekuat;
setiap hari dan lepaskan
penurunan Hb,
jarinagn nekrotik Pembersihan dan
penekanan
(debridemen) sesuai pelepasan jaringan
respons
pesanan. Berikan mandi nekrotik
inflamasi
kolam sesuai pesanan, meningkatkan
implementasikan pembentukan
perawatan yang ditentukan granulasi.
untuk sisi donor, yang
dapat ditutup dengan
balutan vaseline atau op
site.

Lepaskan krim lama dari


luka sebelum pemberian
krim Gunakan Antimikroba topikal
baru.
sarung tangan steril dan membantu mencegah
infeksi. Mengikuti
beriakn krim antibiotika prinsip aseptik
topikal yang diresepkan melindungi pasien
pada area luka bakar dari infeksi. Kulit
dengan ujung jari. Berikan yang gundul menjadi
krim secara menyeluruh di media yang baik untuk
atas luka. kultur pertumbuhan
baketri.
Beritahu dokter bila
demam drainase purulen
atau bau busuk dari area
Temuan-temuan ini
luka bakar, sisi donor atau
mennadakan infeksi.
balutan sisi tandur.
Kultur membantu
Dapatkan kultur luka dan
mengidentifikasi
berikan antibiotika IV
patogen penyebab
sesuai ketentuan.
sehingga terapi
antibiotika yang tepat
dapat diresepkan.
Tempatkan pasien pada
Karena balutan siis
ruangan khusus dan
tandur hanya diganti
lakukan kewaspadaan
setiap 5-10 hari, sisi
untuk luka bakar luas yang
ini memberiakn media
mengenai area luas tubuh.
kultur untuk
Gunakan linen tempat
pertumbuhan bakteri.
tidur steril, handuk dan
skort untuk pasien. Kulit adalah lapisan
Gunakan skort steril, pertama tubuh untuk
sarung tangan dan penutup pertahanan terhadap
kepala dengan masker bila infeksi. Teknik steril
memberikan perawatan dan tindakan
pada pasien. Tempatkan perawatan
radio atau televisis pada perlindungan
ruangan pasien untuk lainmelindungi pasien
menghilangkan kebosanan. terhadap infeksi.
Kurangnya berbagai
Bila riwayat imunisasi tak
rangsang ekstrenal
adekuat, berikan globulin
dan kebebasan
imun tetanus manusia
bergerak mencetuskan
(hyper-tet) sesuai pesanan.
pasien pada
Mulai rujukan pada ahli kebosanan.
diet, beriakn protein
tinggi, diet tinggi kalori.
Berikan suplemen nutrisi
seperti ensure atau sustacal
Melindungi terhadap
dengan atau antara makan
tetanus.
bila masukan makanan
kurang dari 50%.
Anjurkan NPT atau
makanan enteral bial
pasien tak dapat makan per Ahli diet adalah
oral. spesialis nutrisi yang
dapat mengevaluasi
paling baik status
nutrisi pasien dan
merencanakan diet
untuk emmenuhi
kebuuthan nutrisi
penderita. Nutrisi
adekuat memabntu
penyembuhan luka
dan memenuhi
kebutuhan energi.

Nyeri Pasien dapat Berikan anlgesik narkotik Analgesik narkotik


berhubungan mendemonstra yang diresepkan prn dan diperlukan utnuk
dengan sikan hilang sedikitnya 30 menit memblok jaras nyeri
Kerusakan dari sebelum prosedur dengan nyeri berat.
kulit/jaringan; ketidaknyaman perawatan luka. Evaluasi Absorpsi obat IM
pembentukan an. keefektifannya. Anjurkan buruk pada pasien
edema. analgesik IV bila luka dengan luka bakar
Kriteria
Manipulasi bakar luas. luas yang disebabkan
evaluasi:
jaringan cidera oleh perpindahan
menyangkal
contoh interstitial berkenaan
nyeri,
debridemen Pertahankan pintu kamar dnegan peningkatan
melaporkan
luka. tertutup, tingkatkan suhu permeabilitas kapiler.
perasaan
ruangan dan berikan
nyaman, Panas dan air hilang
selimut ekstra untuk
ekspresi wajah melalui jaringan luka
memberikan kehangatan.
dan postur bakar, menyebabkan
tubuh rileks. hipoetrmia. Tindakan
eksternal ini
Berikan ayunan di atas
membantu menghemat
temapt tidur bila
kehilangan panas.
diperlukan.
Menururnkan neyri
dengan
mempertahankan berat
badan jauh dari linen
Bantu dengan pengubahan
temapat tidur terhadap
posisi setiap 2 jam bila
luka dan menuurnkan
diperlukan. Dapatkan
pemajanan ujung saraf
bantuan tambahan sesuai
pada aliran udara.
kebutuhan, khususnya bila
pasien tak dapat Menghilangkan
membantu membalikkan tekanan pada tonjolan
badan sendiri. tulang dependen.
Dukungan adekuat
pada luka bakar
selama gerakan
membantu
meinimalkan
ketidaknyamanan.

Resiko tinggi Pasien Untuk luka bakar yang Mengidentifikasi


kerusakan menunjukkan mengitari ekstermitas atau indikasi-indikasi
perfusi sirkulasi tetap luka bakar listrik, pantau kemajuan atau
jaringan, adekuat. status neurovaskular dari penyimpangan dari
perubahan/disf ekstermitas setaip 2 jam. hasil yang diharapkan.
Kriteria
ungsi
evaluasi: Pertahankan ekstermitas
neurovaskuler
warna kulit bengkak ditinggikan.
perifer Meningkatkan aliran
normal,
berhubungan balik vena dan
menyangkal
dengan menurunkan
kebas dan Beritahu dokter dengan
Penurunan/inte pembengkakan.
kesemutan, segera bila terjadi nadi
rupsi aliran
nadi perifer berkurang, pengisian
darah
dapat diraba. kapiler buruk, atau
arterial/vena, Temuan-temuan ini
penurunan sensasi.
contoh luka menandakan
Siapkan untuk
bakar seputar keruskana sirkualsi
pembedahan eskarotomi
ekstremitas distal. Dokter dapat
sesuai pesanan.
dengan edema. mengkaji tekanan
jaringan untuk
emnentukan
kebutuhan terhadap
intervensi bedah.
Eskarotomi (mengikis
pada eskar) atau
fasiotomi mungkin
diperlukan untuk
memperbaiki sirkulasi
adekuat.
Kerusakan Memumjukkan Kaji/catat ukuran, warna, Memberikan
integritas kulit regenerasi kedalaman luka, informasi dasar
b/d kerusakan jaringan perhatikan jaringan tentang kebutuhan
permukaan nekrotik dan kondisi penanaman kulit dan
Kriteria hasil:
kulit sekunder sekitar luka. kemungkinan
Mencapai
destruksi petunjuk tentang
penyembuhan
lapisan kulit. sirkulasi pada aera
tepat waktu
Lakukan perawatan luka graft.
pada area luka
bakar yang tepat dan
bakar.
tindakan kontrol infeksi.
Menyiapkan jaringan
untuk penanaman dan
Pertahankan penutupan menurunkan resiko
luka sesuai indikasi. infeksi/kegagalan
kulit.

Kain nilon/membran
silikon mengandung
Tinggikan area graft bila kolagen porcine
mungkin/tepat. peptida yang melekat
Pertahankan posisi yang pada permukaan luka
diinginkan dan imobilisasi sampai lepasnya atau
area bila diindikasikan. mengelupas secara
spontan kulit
repitelisasi.
Pertahankan balutan diatas
Menurunkan
area graft baru dan/atau
pembengkakan
sisi donor sesuai indikasi.
/membatasi resiko
pemisahan graft.
Gerakan jaringan
Cuci sisi dengan sabun
ringan, cuci, dan minyaki dibawah graft dapat
dengan krim, beberapa mengubah posisi yang
waktu dalam sehari, mempengaruhi
setelah balutan dilepas dan penyembuhan
penyembuhan selesai. optimal.

Lakukan program Area mungkin ditutupi


kolaborasi : oleh bahan dengan
permukaan tembus
- Siapkan / bantu prosedur
pandang tak reaktif.
bedah/balutan biologis.

Kulit graft baru dan


sisi donor yang
sembuh memerlukan
perawatan khusus
untuk
mempertahankan
kelenturan.

Graft kulit diambil


dari kulit orang itu
sendiri/orang lain
untuk penutupan
sementara pada luka
bakar luas sampai
kulit orang itu siap
ditanam.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus
Jakarta, 13-08-2018. Dikawasan padat penduduk terjadi kebakaran
diakibatkan hubungan pendek arus listrik, Mengakibatkan rumah salah satu
keluarga. hangus terbakar. Tn X umur 55 Tahun korban kebakaran mengalami
luka bakar hebat sebanyak 49,5% pada bagian kedua kaki, tangan kanan, dan
sebagian muka, luka bakar merah kehitaman. Pasien tampak kesadarannya
menurun, sesak akibat kurang oksigen, suara nafas wheezing, nafas tidak
teratur, jenis pernafasan dada, akral hangat, CRT 2 < detik, kulit pasien
kering, dan tugor kulit tidak elastis, pupil isokor 3mm, tampak kulit pasien
luka bakar terbuka, pasien tampak syok akibat kejadian. Skala nyeri 8, TD
140/90, Suhu 37,5˚C, Nadi 110 x/menit, RR 28x/menit. pasien tidak memiliki
riwayat penyakit lain. Keluarga pasien mengatakan semoga pasien lekas
sembuh.

A. FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


Nama pasien : Tn. X Umur : 55 Jenis Kelamin : Laki-
Tahun laki
No. RM : 200031100
Nama keluarga :
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan
Alamat rumah : Jl. Ciracas
Telp :-
Diagnosa Medis : Combustio
Datang tanggal: 13 Agustus 2018 Pukul 10.00
Kendaraan : Ambulance
Keluhan utama :
Pasien mengalami luka bakar hebat
sebanyak 49,5% pada bagian kedua
kaki, tangan kanan, dan sebagian
muka. Pada saat masuk RS pasien
tampak kesadarannya menurun,
luka bakar merah kehitaman,
tampak kulit pasien luka bakar
terbuka. TD 140/90, Suhu 37,5˚C,
Nadi 110 x/menit, RR 28 x/menit.
Riwayat Penyakit :
Pasien tidak ada riwayat penyakit
apapun.

Pengkajian Keperawatan Masalah/ Diagnosa Tindakan Keperawatan


Keperawatan

A. Airway Aktual  Membersihkan jalan


 Risiko napas
 Bebas
Gangguan Memasang collar
 Tidak bebas :
pertukaran gas neck
 Pangkal lidah jatuh
 Melakukan
 Sputum
pengisapan/suction
 Darah
 Melakukan head tilt -
 Spasme
chin lift
 Benda Asing
 Melakukan jaw
Suara napas:
thrust
Normal
 Memasang
 Stridor
oro/naso
 Tidak ada suara napas
faringeal airway
Lain-lain : Whezing
 Melakukan Heimlick
Manuveur
 Memberikan
posisi nyaman
fowler / semi
fowler
 Mengajarkan teknik
batuk efektif

Lain-lain :
…………….....................
...
........................................
...................

B. Breathing Aktual  Mengobservasi


 Risiko frekuensi, irama,
1. Pola napas:
Pola napas tidak kedalaman
 Apnea
efektif pernapasan
 Sesak
 Mengobservasi
 Bradipnea
tanda-tanda distres
 Takipnea
pernapasan:
 Orthopnea
penggunaan otot
2. Frekuensi napas: 28 x/mnt
bantu, retraksi
3. Bunyi napas:
interkosta, napas
Vesikuler
cuping hidung
 Whezing
 Memberikan
 Stridor
posisi semi
 Ronchi
fowler jika tidak
4. Irama napas
ada kontra
Teratur
indikasi
 Tidak teratur
 Melakukan
5. Tanda distres pernapasan
fisioterapi dada
 Penggunaan otot bantu
jika tidak ada
 Retraksi dada/interkosta
kontra indikasi
 Cuping hidung
 Kolaborasi:
6. Jenis pernapasan: o Memberi
 Pernapasan dada oksigen 3
Pernapasan perut ltr/mnt via
7. Lain-lain………… .........................
..............
o Pemeriksaan
AGD

Lain-lain:
………............................
....

C. Circulation  Aktual  Mengkaji nadi:


 Risiko frekuensi, irama
1. Akral:
Defisit Volume dan kekuatan
 Hangat
Cairan  Menilai akral
 Dingin
 Mengukur TD
2. Pucat :
 Memberikan
 Ya
cairan peroral
 Tidak
 Memonitor
3. Sianosis :
perubahan turgor,
Ya
membran mukosa
 Tidak
dan capillary
4. Pengisian Kapiler :
refill time
 < 2 detik
 Mengidentifikasi
 > 2 detik
sumber
5. Nadi:
perdarahan
a. Frekuensi :110 x/mnt
Memberikan
b. Irama:
penekanan langsung
Reguller
pada sumber
 Irreguler
perdarahan
c. Kekuatan:  Memberi posisi
Kuat syok (tungkai
 Lemah lebih tinggi dari
6. TD: 140/90 mmHg jantung)
7. Kelembaban kulit :  Memasang
Lembab kateter/kondom urin
 Kering  Memonitor intake –
8. Turgor: output cairan
Normal
 Kurang
Kolaborasi:
 Memasang infus IV,
Lain-lain…….................. cairan
..........., sebanyak
................. cc
 Tranfusi darah
...................... cc
Lain-lain :
.........................……......

D. Disability  Aktual  Mengobserva


si perubahan
1. Tingkat kesadaran :
 Risiko tingkat
Somnolen
Intoleransi aktifitas kesadaran
2. Nilai GCS
 Mengkaji
E: 4 M : 1 V: 5 = 10
pupil: isokor,
3. Pupil
diameter dan
 Isokor
repon cahaya
 Anisokor Respon
 Mengukur
Cahaya : + Diameter :
kekuatan otot
 1 mm  2 mm
 Mengkaji
 3 mm  4 mm
karakteristik
4. Ekstremitas
nyeri
Sensorik  Ya
 Meninggikan
 Tidak kepala15-30o
Motorik  Ya
jika tidak ada
 Tidak
kontraindikasi
5. Kekuatan otot :
 Kolaborasi;
5555 0000
- Memberik
0000 0000
an terapi
sesuai
indikasi

E. Exposure  Nyeri  Mengkaji


karakteristik
1. Adanya trauma pada daerah :
nyeri dengan
Kedua kaki, tangan kanan,
PQRST.
dan sebagian muka
 Mengajarkan
2. Adanya jejas/luka pada
teknik
daerah:
relaksasi.
3. Ukuran luka: 10-30 cm
 Membatasi
4. Kedalaman luka:
aktivitas yang
..............................................
meningkatkan
5. Lain-lain :
intensitas
Warna luka merah
nyeri
kehitaman.
 Mengobserva
si tanda-tanda
adanya
sindrom
kompartemen
(nyeri lokal
daerah cedera,
pucat,
penurunan
mobilitas,
penurunan
tekanan nadi,
nyeri
bertambah
saat
digerakkan,
perubahan
sensori / baal
& kesemutan)
 Melakukan
pembalutan
 Melakukan
pembidaian
 Kolaborasi :
o Analgetik

Lain-lain:
…………........
B. TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. X
No. RM : 200031100
Tanggal : 13 Agustus 2018

Jam Tindakan Keperawatan Par Jam Evaluasi Para


af Keperawatan f
10.00 Memberikan 10.02 S: Pasien
posisi nyaman mengatakan nyaman
O:
- Pasien
terlihat
tidak sesak
- Pasien
terlihat
nyaman
- Nafas
pasien
terlihat
lebih teratur
A : masalah
gangguan pertukaran
gas
P : hentikan
intervensi
10.02 - Mengobservasi 10.10 S : Pasien
frekuensi, irama, mengatakan tidak
kedalaman sesak
pernapasan O:
- Mengobservasi - Respirasi rate
tanda-tanda distres : 24x/menit
pernapasan: - Tekanan
penggunaan otot Darah :
bantu, retraksi 130/80
interkosta, napas mmHg
cuping hidung - Pasien
terlihat
mengggunak
an
pernapasan
perut
A : masalah resiko
pola nafas teratasi
P : - Lakukan
rontgen dada
- Mengkaji nadi: S : Pasien
frekuensi, irama mengatakan tidak
dan kekuatan merasakan kebas di
- Menilai akral ekstremitas distal
- Mengukur TD O:
- Mengidentifikasi - Nadi 90
sumber x/menit
perdarahan - Irama nadi
regular
- Kekuatan
nadi kuat
- Akral pasien
teraba hangat
A : masalah resiko
perfusi jaringan
teratasi
P : hentikan
intervensi
- Mengobserva S : pasien
si perubahan mengatakan merasa
tingkat lelah dan mengantuk
kesadaran O:
- Mengkaji - Kesadaran
pupil: isokor, pasien
diameter dan somnolen
repon cahaya - GCS:
- Mengukur E4M1V5
kekuatan otot A : masalah perfusi
- Mengkaji jaringan serebral
karakteristik belum teratasi
nyeri P:
- Meninggikan - Lakukan

kepala15-30o pemeriksaan

jika tidak ada nervus

kontraindikasi cranial dan

- Kolaborasi; nervus

Memberikan servikal

terapi sesuai - Lakukan

indikasi: pemeriksaan
kognitif
- Mengkaji S : pasien
karakteristik mengatakan sakit
nyeri dengan ditangan, dan paha
PQRST. kanannya
- Mengajarkan O:
teknik - PQRST :
relaksasi. P : luka bakar
- Membatasi Q : panas
aktivitas S : tidak
yang terkaji
meningkatka T : terus-
n intensitas menerus
nyeri - Tangan dan
- Mengobserva kaki pasien
si tanda- terpasang
tanda adanya bidai
sindrom A : masalah
komparteme kerusakan mobilitas
n (nyeri lokal fisik belum teratasi
daerah P : - Lakukan
cedera, perawatan luka bakar
pucat,
penurunan
mobilitas,
penurunan
tekanan nadi,
nyeri
bertambah
saat
digerakkan,
perubahan
sensori / baal
&
kesemutan)
- Melakukan
pembalutan
- Melakukan
pembidaian
- Kolaborasi :
Analgetik
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Berdasarkan kasus, klien Tn.X 55 tahun yang mengalami luka bakar hebat
(49,5% ) pada bagian kedua kaki, tangan kanan, dan sebagian muka, dan
berisiko terjadi gangguan pertukaran gas. Hal tersebut sesuai dengan sumber
literature (Abdul, 2017) yang menunjukkan bahwa risiko pertukaran gas
dapat terjadi.

Berdasarkan kasus, pasien mengalami gangguan breathing yaitu sesak napas,


bunyi napas wheezing, irama napas tidak teratur, Penggunaan otot bantu, dan
jenis pernapasan dada maka pola napas pasien tidak efektif. Sedangkan pada
sumber literature (Abdul, 2017) bersihan jalan napas tidak efektif dan tanda
pada pasien luka bakar ini dapat menimbulkan serak, batuk mengi, partikel
karbon dalam sputum.

Berdasarkan kasus, pasien mengalami gangguan circulation yaitu pada nadi


irregular dan teraba lemah, kulit kering, dan turgor kulit kurang, karena sesuai
dengan sumber literature (Abdul, 2017) bahwa tanda cedera luka bakar lebih
dari 20% APTT): hipotensi (syok), penurunan nadi perifer distal pada
ekstremitas yang cedera, vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi.
Maka pada kasus luka bakar ini dapat diangkat diagnosa Defisit Volume
Cairan.

Berdasarkan kasus, pasien mengalami Disability yaitu didapatkan nilai GCS


pasien 10 karena E: 4 menunjukkan spontan atau membuka mata dengan
sendirinya tanpa rangsangan, M : 1 menunjukkan motorik pasien tidak
merespon, dan V: 5 menunjukkan orientasi pasien baik, dan pasien dapat
berbicara dengan jelas, maka di dapatkan nilai GCS = 10. Sedangkan pada
sumber literature (Abdul, 2017) Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan
rentang gerak pada area yang sakit, dan dapat mengalami gangguan massa
otot. Maka pada kasus luka bakar ini dapat diangkat diagnosa Intoleransi
Aktivitas.

Berdasarkan kasus, pasien mengalami eksposure yaitu adanya trauma pada


daerah kedua kaki, tangan kanan, dan sebagian muka, adanya luka dan warna
merah kehitaman. Maka dapat diangkat diagnosa nyeri pada Tn.X,
sedangkan pada sumber literature (Abdul, 2017) luka bakar derajat pertama
secara eksteren sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan perubahan
suhu, luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri, sementara
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan
ujung saraf.

4.2 Intervensi
Berdasarkan kasus luka bakar pada diagnosa gangguan pertukaran gas
tindakan pertama yang diberikan yaitu memberikan posisi nyaman pada
pasien (fowler / semi fowler) untuk pertahanan Airway. Sedangkan di
jelaskan pada sumber literature (Abdul, 2017) tindakan ini untuk
memudahkan ventilasi dengan menurunkan tekanan abdomen terhadap
diafragma.

Berdasarkan kasus luka bakar pada diagnosa pola napas tidak efektif,
tindakan mengobservasi frekuensi, irama, kedalaman pernapasan.
Mengobservasi tanda-tanda distres pernapasan: penggunaan otot bantu,
retraksi interkosta, napas cuping hidung.

Berdasarkan kasus luka bakar pada diagnosa Defisit Volume Cairan. Tindakan
yang dilakukan yaitu mengkaji nadi: frekuensi, irama dan kekuatan, menilai
akral, mengukur TD, mengidentifikasi sumber perdarahan.

Berdasarkan kasus luka bakar pada diagnosa Intoleransi Aktivitas. Maka


tindakan yang diberikan yaitu mengkaji perubahan tingkat kesadaran pasien,
dan mengkur kekuatan otot pasien dll.
Berdasarkan kasus luka bakar pada diagnosa nyeri tindakan yang dilakukan
yaitu mengkaji tingkat nyeri dengan PQRST, mengajarkan teknik relaksasi
untuk membantu pasien mengurangi rasa nyeri, membatasi aktivitas pasien,
mengkaji tanda-tanda vital serta memberikan kolaborasi analgetik untuk
mengurangi nyeri pada luka.

4.3 Evaluasi
Berdasarkan hasil evaluasi dari diagnosa risiko pertukaran gas, pasien
mengatakan nyaman, tidak sesat dan terlihat pernapasan teratur. Maka
masalah teratasi, dan intervensi dihentikan. Berdasarkan hasil evaluasi dari
diagnosa pola napas tidak efektif , Pasien mengatakan tidak sesak. RR
24x/menit, Tekanan Darah 130/80 mmHg, Pasien terlihat mengggunakan
pernapasan perut. Maka masalah teratasi, dan intervensi dihentikan.
Berdasarkan hasil evaluasi dari diagnosa Defisit Volume Cairan Pada saat
dievaluasi Pasien mengatakan tidak merasakan kebas di ekstremitas distal,
nadi, irama, kekuatan otot dan akral normal. Maka masalah teratasi, dan
intervensi dihentikan. Berdasarkan hasil evaluasi dari diagnosa intoleransi
aktivitas Pada saat dievaluasi pasien mengatakan merasa lelah dan
mengantuk, kesadaran Tn.X somnolen. Maka masalah belum teratasi,
intervensi dilanjutkan dengan Lakukan pemeriksaan nervus cranial dan
nervus servikal, Lakukan pemeriksaan kognitif. Berdasarkan hasil evaluasi
dari diagnosa nyeri Pada saat dievaluasi pasien mengatakan sakit ditangan,
dan paha kanannya. Maka masalah belum teratasi, maka intervensi
dilanjutkan dengan melakukan perawatan luka.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), kebakaran adalah sebuah
fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan
bereaksi secara kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan
panas, nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida, karbondioksida,
atau produk dan efek lain. Diakhir tahun 2011 sebuah lembaga pemerhati
lingkungan mencatat telah terjadi 16.500 kali kebakaran di 498 daerah
kabupaten/kota Indonesia yang terbesar di DKI Jakarta dengan 890 kali
kejadian kebakaran, Surabaya 187 kali kebakaran, medan 163 kali
kebakaran, Bandung 133 kali, Tanggerang 160 kali kebakaran. Adapun
penyebab kebakaran terdiri dari tiga unsur segitiga api yang saling
berhubungan, yaitu adanya bahan bakar, oksigen, dan sumber panas atau
nyala. Klasifikasi kebakaran dibagi menjadi 4 yaitu kebakaran kelas A,
kebakaran kelas B, kebakaran kelas C dan kebakaran kelas D.

Kebakaran dapat menyebabkan kematian bahkan menyebabkan luka bakar


bagi manusia. Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit
akibat terpapar langsung dengan sumber panas (thermal), kimia, elektrik,
dan radiasi. Luka bakar merupakan luka yang disebabkan oleh trauma
panas yang memberikan gejala, tergantung luas, dalam, dan lokasi
lukanya. (Andara & Yessie, 2013). Adapun klasifikasi luka bakar di bagi
menjadi 4 yaitu luka bakar derajat pertama, luka bakar derajat kedua, luka
bakar derajat kedua dalam, dan luka bakar derajat ketiga. Luka bakar juga
dapat dilakukan penyebuhan yaitu dengan beberapa fase yaitu fase
inflamasi, Fase fibi oblastik, fase maturase.

Pada kasus kelompok mengambil diagnosa berupa risiko pertukaran gas,


bersihan jalan nafas tidak efektif, deficit volume cairan, intoleransi
aktivitas, serta gangguan rasa nyaman nyeri karena sesuai dengan hasil
data pengkajian. Intervensi yang diberikan sesuai dengan diagnosa yang
pasien alami.

5.2 Saran
Kebakaran merupakan sebuah bencana yang sering terjadi di Indonesia dan
banyak kasus luka bakar yang terjadi. Maka bagi perawat yang menangani
klien dengan luka bakar harus memperhatikan prinsip steril . Perawat
diharapkan dapat memberikan ketenangan kepada klien dengan luka bakar
untuk menjalani hidupnya secara maksimal dan tanpa rasa takut, penyesalan
maupun depresi. Klien mulai ingin mendekatkan diri dengan keluarga, kerabat
dan teman-teman. Klien juga mulai ingin mendekatkan diri dengan Tuhannya
untuk mendapatkan ketenangan batin dalam menghadapi penyakitnya. Maka
disinilah perawat dapat sangat berperan dengan membantu memfasilitasi
keinginan klien.

Anda mungkin juga menyukai