PENDAHULUAN
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun dinas kebakaran DKI Jakarta sejak
Januari hingga agustus 2012 telah terjadi 662 kasus kebakaran di ibukota
yang menyebabkan 4.615 Kepala Keluarga (KK) atau 16.513 jiwa
kehilangan tempat tinggal dan menyebabkan sebanyak 31 warga meninggal
dunia, 73 warga dan 12 petugas mengalami luka-luka. (Manulu & Sandur,
2013)
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu
memahami tentang Kebakaran dan Asuhan Keperawatan pada Pasien
Luka Bakar.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat memahami tentang Definisi Kebakaran
b. Dapat memeahmi tentang Penyebab Kebakaran
c. Dapat memahami tentang Klasifikasi Kebakaran
d. Dapat memahami tentang Proses terjadinya Kebakaran
e. Dapat memahami tentang Cara Pencegahan Kebakaran
f. Dapat memahami tentang Penanggulangan Kebakaran
g. Dapat memahami tentang Definisi Luka Bakar
h. Dapat memahami tentang Etiologi Luka Bakar
i. Dapat memahami tentang Klasifikasi Luka Bakar
j. Dapat memahami tentang Patofisiologi Luka Bakar
k. Dapat memahami tentang Proses penyembuhan Luka Bakar
l. Dapat memahami tentang Penatalaksanaan Luka Bakar
m. Dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan
2.1 Kebakaran
A. Definisi Kebakaran
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), kebakaran adalah sebuah
fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan
bereaksi secara kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan
panas, nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida, karbondioksida,
atau produk dan efek lain. Definisi kebakaran menurut Depnaker adalah
suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan.
Sedangkan definisi kebakaran menurut perusahaan asuransi secara
umum adalah sesuatu yang benar-benar terbakar yang seharusnya tidak
terbakar dan dibuktikan dengan adanya nyala api secara nyata, terjadi
secara tidak sengaja, tiba-tiba serta menimbulkan kecelakaan atau
kerugian.
Definisi lain datang dari BNBP (2010), menurut lembaga yang berwenang
terhadap penanggulangan bencana di indonesia tersebut, bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor
alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibtkan tibulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
B. Penyebab Kebakaran
Kebakaran dapat terjadi karena adanya tiga unsur segitiga api yang saling
berhubungan, yaitu adanya bahan bakar, oksigen, dan sumber panas atau
nyala. Tiga hal tersebut disebut juga segitiga api. Segitiga api adalah
elemen-elemen pendukung terjadinya kebakaran adalah panas, bahan
bakar dan oksigen. Namun dengan adanya ketiga elemen tersebut,
kebakaran belum terjadi dan hanya menghasilkan pijar.. Untuk
berlangsungnya suatu pembakaran, diperlukan komponen keempat, yaitu
rantai reaksi kimia (chemical chain reaction). Teori ini dikenal sebagai
Piramida Api atau Tetrahedron. Rantai reaksi kimia adalah peristiwa
dimana ketiga elemen yang ada saling bereaksi secara kimiawi, sehingga
yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala api atau peristiwa
pembakaran.
1) Oksigen
Sumber oksigen adalah dari udara, dimana dibutuhkan paling
sedikit sekitar 15% volume oksigen dalam udara agar terjadi
pembakaran. Udara normal di dalam atmosfir kita mengandung
21% volume oksigen. Ada beberapa bahan bakar yang mempunyai
cukup banyak kandungan oksigen yang dapat mendukung
terjadinya pembakaran.
2) Panas
Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan sehingga
dapat mendukung terjadinya kebakaran. Sumber panas antara lain:
panas matahari, permukaan yang panas, nyala terbuka, gesekan,
reaksi kimia eksotermis, energi listrik, percikan api listrik, api las /
potong, gas yang dikompres.
3) Bahan bakar
Bahan bakar adalah semua benda yang dapat mendukung terjadinya
pembakaran. Ada tiga wujud bahan bakar, yaitu padat, cair dan gas.
Untuk benda padat dan cair dibutuhkan panas pendahuluan untuk
mengubah seluruh atau sebagian darinya, ke bentuk gas agar dapat
mendukung terjadinya pembakaran.
4) Benda Padat
Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa berupa
abu atau arang setelah selesai terbakar. Contohnya: kayu, batu bara,
plastik, gula, lemak, kertas, kulit dan lain-lainnya.
5) Benda Cair
Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis,
turpentine, lacquer, alkohol, olive oil, dan lainnya.
6) Benda Gas
Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon
monoksida, butan, dan lain-lainnya.
C. Klasifikasi Kebakaran
Api merupakan reaksi kimia berantai yang mengaitkan proses kebakaran
(oksidasi) yang sangat cepat. Dibutuhkan 3 elemen untuk memicu api,
yaitu ; adanya bahan bakar, oksigen atau O2, serta panas. Reaksi berantai
api akan terjadi jika ketiga elemen ini hadir dalam kondisi dan proporsi
yang tepat. Berdasarkan bahan yang terbakar, api dibagi menjadi empat
kelas, yaitu :
1) Kebakaran Kelas A
Kebakaran kelas A merupakan kebakaran yang melibatkan bahan-bahan
seperti kayu, kertas, dan pakaian. Api kelas A biasanya lambat dalam
proses penyalaan dan pertumbuhannya, dan karena material yang terbakar
berbentuk solid maka penanganan api ini lebih mudah. Api kelas A akan
meninggalkan abu setelah seluruh material terbakar. Alat/media pemadam
yang tepat untuk memadamkan kebakaran klas ini adalah dengan : pasir,
tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa) dan air .
2) Kebakaran Kelas B
Kebakaran kelas B merupakan kebakaran yang melibatkan cairan dan gas
yang mudah terbakar, seperti minyak, gasoline, propane. Api jenis ini akan
mudah menyala dan menyebar. Pemadaman api kelas B lebih sulit
dibandingkan api kelas A. Api kelas B tidak meninggalkan abu ketika
seluruh material telah terbakar. Alat pemadam yang dapat dipergunakan
pada kebakaran tersebut adalah Tepung pemadam (dry powder), busa
(foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus.
3) Kebakaran Kelas C
Kebakaran kelas C merupakan kebakaran yang melibatkan peralatan listrik
seperti mesin/motor. Didalam kenyataan sirkuit kelistrikan merupakan
penyebab utama dari api kelas C, setelah api menyala biasanya akan
melibatkan bahan lain sebagai bahan bakar api. Katika arus litrik
dimatikan, maka klasifikasi api tidak lagi menjadi kelas C tetapi menjadi
kelas sesuai dengan bahan yang sedang terbakar. Alat Pemadam yang
dipergunakan adalah : Carbondioxyda (CO2), tepung kering (dry
chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air.
4) Kebakaran Kelas D
Kebakaran kelas D merupakan kebakaran yang melibatkan metal yang
mudah terbakar seperti magnesium, titanium, dan zirconium. Api kelas D
sangat sulit dipadamkan dan sangat jarang terjadi. Alat pemadam yang
dipergunakan adalah : pasir halus dan kering, dry powder khusus.
2) Listrik
Jauhkan lampu dari benda apapun yang dapat terbakar seperti
pelindung lampu, kasur, gorden, dan pakaian
Ganti kabel listrik yang rusak dan retak
Gunakan sambungan kabel hanya untuk pengkabelan yang sifatnya
sementara
Pertimbangkan menggunakan sirkuit tambahan yang dibuat oleh
tukang listrik yang mahir
Hubungi tukang listrik yang mahir jika Anda memiliki masalah
dengan fuse atau braker listrik yang turun atau sesuatu yang berbau
terbakar pada alat listrik Anda
3) Merokok.
Jika Anda merokok, merokoklah di luar rumah atau ruangan
Gunakan asbak rokok yang dalam dan tidak mudah terbakar
Jangan pernah merokok di dalam rumah ketika oksigen digunakan
Simpan korek di dalam lemari terkunci dan jauhkan dari jangkauan
anak
Jangan merokok di tempat tidur atau ketika Anda merasa ngantuk
4) Dapur
Jangan tinggalkan dapur dalam keadaan kompor menyala. Matikan
kompor lalu angkat panci dan wajan. Begitu juga jika
menggunakan oven, keluarkan makanan dan matikan oven
Jauhkan kompor dari barang-barang yang mudah terbakar, seperti
lap, sarung tangan oven, bahkan gorden dapur
F. Penanggulangan Kebakaran
1. Tetap tenang saat menghadapi kebakaran.
2. Jika kebakaran kecil dan masih bisa diatasi, segera padamkan dengan
alat pemadam kebakaran yang ada seperti APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) atau jika tidak memiliki APAR, Anda juga bisa memadamkan
api dengan menggunakan karung goni yang dibasahi air.
3. Jika kebakaran disebabkan oleh korsleting listrik, segera matikan
listrik di rumah.
4. Tutup ruangan lokasi kebakaran agar tidak menjalar ke ruang lain
tetapi jangan dikunci, untuk memudahkan jika akan memadamkan
kobaran api.
5. Jika kebakaran besar, segera keluar rumah dan ajak semua keluarga
meninggalkan rumah segera. Jangan sibukkan diri untuk
mengumpulkan barang di dalam rumah.
6. Hindari menghirup asap yang tebal, misalnya dengan cara merangkak
dan bernafas dengan mendekatkan muka ke lantai, gunakan kain basah
sebagai penutup hidung, hal ini akan membantu untuk bernafas.
7. Jika Anda melalui pintu yang tertutup, periksalah dengan seksama
suhu daun pintu dengan menempelkan belakang telapak tangan .
8. Kemudian periksa handle pintu. Jika terasa panas pindah melalui jalur
lain.
9. Jika perlu lakukan latihan evakuasi jika terjadi kebakaran agar upaya
penyelamatan dapat berjalan lebih cepat.
10. Segera hubungi pemadam kebakaran 113, jika api tidak dapat Anda
kendalikan sendiri.
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi
sel tubuh, semua system dapat terganggu, terutama system kardiovaskuler
(Rahayuningsih, 2012).
Luka bakar bisa merusak kulit yang berfungsi melindugi kita dari kotoran
dan infeksi. Jika permukaan tubuh banyak terbakar, hal ini bisa
mengancam jiwa karena terjadi kerusakan pembuluh darah, ketidak-
seimbangan elektrolit dan suhu tubuh, gangguan pernafasan serta fungsi
saraf (Adibah dan Winasis,2014).
B. Etiologi
1. Luka bakar termal
Luka bakar termal ( panas ) disebabkan karena terpapar dengan api,
cairan panas, atau objek-objek panas lainnya. Penyebab yang paling
sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena terpajan dengan suhu
panas seperti terbakar api secara llangsung atau terkena permukaan
logam yang panas (Fitriana, 2014).
2. Luka bakar kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan karena adanya kontak antara
jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia,
lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan
luasnya injuri karena zat kimia ini. (Rahayuningsih, 2012).
3. Luka bakar elektrik
Luka bakar elektrik disebabkan oleh panas yang digerakkan dari
energy listrik yang dihantarkan melelui tubuh. Berat atau ringannya
luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara
gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh (Rahayuningsih, 2012).
4. Luka bakar radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar zat radioaktif. Tipe injuri
ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada
industry atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada
dunia kedokteran. Terbakar terlalu lama oleh sinar matahari juga
merupakan salah satu tibe luka bakar akibat radiasi (Rahayuningsih,
2012).
D. Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung
atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44
derajat C tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan
berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh
darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas.
Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar
dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi
12protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan
perubahan permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan
masif diintersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan
intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan
menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal
dengan syok (Moenajat, 2001).
F. Penatalaksanaan
Fitriana (2014) menyebutkan bahwa pada tindakan penatalaksanaan luka
bakar terdapat beberapa prioritas tindakan untuk mengatasi kegawatan
pada klien yaitu sebagai berikut :
1. Menghentikan proses pembakaran
Jika penderita masih dalam keadaan terbakar maka harus segera
dilakukan pemadaman dengan cara menyiram dengan air dalam jumlah
banyak . Menggulingkan penderita pada tanah (Drop and Roll) atau
menggunakan selimut basah untuk menadamkan api.
2. Perawatan luka bakar
Luka bakar harus segera ditutup secepat mungkin untuk memperkecil
kemungkinan kontaminasi bakteri dan mengurangi rasa nyeri dengan
mencegah aliran udara agar tidak mengenai kulit yang terbakar.
B. Diagnosa Keperawatan
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for
planning and documenting patient care mengemukakan beberapa
Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya
kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas
thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan
kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan
pemasukan. Kehilangan perdarahan.
3. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera
inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder
terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer
tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan
traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb,
penekanan respons inflamasi.
5. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan;
pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh
debridemen luka.
6. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi
neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi
aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar
ekstremitas dengan edema.
7. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih
besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme
protein.
8. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan
tahanan.
9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma :
kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit
(parsial/luka bakar dalam).
10. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan
krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung,
kecacatan dan nyeri.
11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi
Tidak mengenal sumber informasi.
C. Rencana Intervensi
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Meningkatkan
ekspansi paru,
memobilisasi dan
Tingkatkan istirahat suara drainase sekret.
tetapi kaji kemampuan
Membantu
untuk bicara dan/atau
mempertahankan jalan
menelan sekret oral secara
nafas bersih, tetapi
periodik.
harus dilakukan
kewaspadaan karena
edema mukosa dan
Selidiki perubahan
inflamasi. Teknik
perilaku/mental contoh
steril menurunkan
gelisah, agitasi, kacau
risiko infeksi.
mental.
Peningkatan
sekret/penurunan
Awasi 24 jam kemampuan untuk
keseimbngan cairan, menelan menunjukkan
perhatikan peningkatan edema
variasi/perubahan. trakeal dan dapat
mengindikasikan
kebutuhan untuk
intubasi.
Meskipun sering
berhubungan dengan
Lakukan program
nyeri, perubahan
kolaborasi meliputi :
kesadaran dapat
Berikan pelembab O2 menunjukkan
melalui cara yang tepat, terjadinya/memburukn
contoh masker wajah ya hipoksia.
O2 memperbaiki
Berikan/bantu fisioterapi hipoksemia/asidosis.
dada/spirometri intensif. Pelembaban
menurunkan
pengeringan saluran
pernafasan dan
menurunkan
viskositas sputum.
Siapkan/bantu intubasi
Data dasar penting
atau trakeostomi sesuai
untuk pengkajian
indikasi.
lanjut status
pernafasan dan
pedoman untuk
pengobatan. PaO2
kurang dari 50, PaCO2
lebih besar dari 50 dan
penurunan pH
menunjukkan inhalasi
asap dan terjadinya
pneumonia/SDPD.
Perubahan
menunjukkan
atelektasis/edema paru
tak dapat terjadi
selama 2 – 3 hari
setelah terbakar
Fisioterapi dada
mengalirkan area
dependen paru,
sementara spirometri
intensif dilakukan
untuk memperbaiki
ekspansi paru,
sehingga
meningkatkan fungsi
pernafasan dan
menurunkan
atelektasis.
Intubasi/dukungan
mekanikal dibutuhkan
bila jalan nafas edema
atau luka bakar
mempengaruhi fungsi
paru/oksegenasi.
Resiko tinggi Pasien dapat Awasi tanda vital, CVP. Memberikan pedoman
kekurangan mendemostrasi Perhatikan kapiler dan untuk penggantian
volume cairan kan status kekuatan nadi perifer. cairan dan mengkaji
berhubungan cairan dan respon kardiovaskuler.
dengan biokimia
Kehilangan membaik. Awasi pengeluaran urine
cairan melalui dan berat jenisnya. Penggantian cairan
Kriteria
rute abnormal. Observasi warna urine dan dititrasi untuk
evaluasi: tak
Peningkatan hemates sesuai indikasi. meyakinkan rata-2
ada
kebutuhan : pengeluaran urine 30-
manifestasi
status dehidrasi, 50 cc/jam pada orang
hypermetaboli resolusi dewasa. Urine
Perkirakan drainase luka
k, ketidak oedema, berwarna merah pada
dan kehilangan yang
cukupan elektrolit kerusakan otot masif
tampak
pemasukan. serum dalam karena adanyadarah
Kehilangan batas normal, dan keluarnya
perdarahan. haluaran urine mioglobin.
di atas 30
Peningkatan
ml/jam. Timbang berat badan
permeabilitas kapiler,
setiap hari
perpindahan protein,
proses inflamasi dan
kehilangan cairan
Ukur lingkar ekstremitas
melalui evaporasi
yang terbakar tiap hari
mempengaruhi
sesuai indikasi
volume sirkulasi dan
pengeluaran urine.
Memungkinkan infus
cairan cepat.
- Kalium
Resusitasi cairan
menggantikan
- Antasida kehilangan
cairan/elektrolit dan
membantu mencegah
komplikasi.
Pantau:
Mengidentifikasi
- Tanda-tanda vital kehilangan
setiap jam selama darah/kerusakan SDM
periode darurat, setiap dan kebutuhan
2 jam selama periode penggantian cairan
akut, dan setiap 4 jam dan elektrolit.
selama periode
rehabilitasi.
- Warna urine. Meningkatkan
- Masukan dan haluaran pengeluaran urine dan
setiap jam selama membersihkan tubulus
periode darurat, setiap dari debris /mencegah
4 jam selama periode nekrosis.
akut, setiap 8 jam
Penggantian lanjut
selama periode
karena kehilangan
rehabilitasi.
urine dalam jumlah
- Hasil-hasil JDL dan
besar
laporan elektrolit.
- Berat badan setiap Menurunkan
hari. keasaman gastrik
- CVP (tekanan vena sedangkan inhibitor
sentral) setiap jam bial histamin menurunkan
diperlukan. produksi asam
- Status umum setiap 8 hidroklorida untuk
jam. menurunkan produksi
asam hidroklorida
untuk menurunkan
Pada penerimaan rumah
iritasi gaster.
sakit, lepaskan semua
pakaian dan perhiasan dari Mengidentifikasi
area luka bakar. penyimpangan
indikasi kemajuan
Mulai terapi IV yang
atau penyimpangan
ditentukan dengan jarum
dari hasil yang
lubang besar (18G), lebih
diharapkan. Periode
disukai melalui kulit yang
telah terluka bakar. Bila darurat (awal 48 jam
pasien menaglami luka pasca luka bakar)
bakar luas dan adalah periode kritis
menunjukkan gejala-gejala yang ditandai oleh
syok hipovolemik, bantu hipovolemia yang
dokter dengan pemasangan mencetuskan individu
kateter vena sentral untuk pada perfusi ginjal dan
pemantauan CVP. jarinagn tak adekuat.
Temuan-temuan ini
mennadakan
hipovolemia dan
perlunya peningkatan
cairan. Pada lka bakar
luas, perpindahan
cairan dari ruang
intravaskular ke ruang
interstitial
menimbukan
hipovolemi.
Temuan-temuan
guaiak positif
ennandakan adanya
perdarahan GI.
Perdarahan GI
menandakan adaya
stres ulkus
(Curling’s).
Mencegah perdarahan
GI. Luka bakar luas
mencetuskan pasien
pada ulkus stres yang
disebabkan
peningkatan sekresi
hormon-hormon
adrenal dan asam HCl
oleh lambung.
Kain nilon/membran
silikon mengandung
Tinggikan area graft bila kolagen porcine
mungkin/tepat. peptida yang melekat
Pertahankan posisi yang pada permukaan luka
diinginkan dan imobilisasi sampai lepasnya atau
area bila diindikasikan. mengelupas secara
spontan kulit
repitelisasi.
Pertahankan balutan diatas
Menurunkan
area graft baru dan/atau
pembengkakan
sisi donor sesuai indikasi.
/membatasi resiko
pemisahan graft.
Gerakan jaringan
Cuci sisi dengan sabun
ringan, cuci, dan minyaki dibawah graft dapat
dengan krim, beberapa mengubah posisi yang
waktu dalam sehari, mempengaruhi
setelah balutan dilepas dan penyembuhan
penyembuhan selesai. optimal.
3.1 Kasus
Jakarta, 13-08-2018. Dikawasan padat penduduk terjadi kebakaran
diakibatkan hubungan pendek arus listrik, Mengakibatkan rumah salah satu
keluarga. hangus terbakar. Tn X umur 55 Tahun korban kebakaran mengalami
luka bakar hebat sebanyak 49,5% pada bagian kedua kaki, tangan kanan, dan
sebagian muka, luka bakar merah kehitaman. Pasien tampak kesadarannya
menurun, sesak akibat kurang oksigen, suara nafas wheezing, nafas tidak
teratur, jenis pernafasan dada, akral hangat, CRT 2 < detik, kulit pasien
kering, dan tugor kulit tidak elastis, pupil isokor 3mm, tampak kulit pasien
luka bakar terbuka, pasien tampak syok akibat kejadian. Skala nyeri 8, TD
140/90, Suhu 37,5˚C, Nadi 110 x/menit, RR 28x/menit. pasien tidak memiliki
riwayat penyakit lain. Keluarga pasien mengatakan semoga pasien lekas
sembuh.
Lain-lain :
…………….....................
...
........................................
...................
Lain-lain:
………............................
....
Lain-lain:
…………........
B. TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. X
No. RM : 200031100
Tanggal : 13 Agustus 2018
kepala15-30o pemeriksaan
- Kolaborasi; nervus
Memberikan servikal
indikasi: pemeriksaan
kognitif
- Mengkaji S : pasien
karakteristik mengatakan sakit
nyeri dengan ditangan, dan paha
PQRST. kanannya
- Mengajarkan O:
teknik - PQRST :
relaksasi. P : luka bakar
- Membatasi Q : panas
aktivitas S : tidak
yang terkaji
meningkatka T : terus-
n intensitas menerus
nyeri - Tangan dan
- Mengobserva kaki pasien
si tanda- terpasang
tanda adanya bidai
sindrom A : masalah
komparteme kerusakan mobilitas
n (nyeri lokal fisik belum teratasi
daerah P : - Lakukan
cedera, perawatan luka bakar
pucat,
penurunan
mobilitas,
penurunan
tekanan nadi,
nyeri
bertambah
saat
digerakkan,
perubahan
sensori / baal
&
kesemutan)
- Melakukan
pembalutan
- Melakukan
pembidaian
- Kolaborasi :
Analgetik
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Berdasarkan kasus, klien Tn.X 55 tahun yang mengalami luka bakar hebat
(49,5% ) pada bagian kedua kaki, tangan kanan, dan sebagian muka, dan
berisiko terjadi gangguan pertukaran gas. Hal tersebut sesuai dengan sumber
literature (Abdul, 2017) yang menunjukkan bahwa risiko pertukaran gas
dapat terjadi.
4.2 Intervensi
Berdasarkan kasus luka bakar pada diagnosa gangguan pertukaran gas
tindakan pertama yang diberikan yaitu memberikan posisi nyaman pada
pasien (fowler / semi fowler) untuk pertahanan Airway. Sedangkan di
jelaskan pada sumber literature (Abdul, 2017) tindakan ini untuk
memudahkan ventilasi dengan menurunkan tekanan abdomen terhadap
diafragma.
Berdasarkan kasus luka bakar pada diagnosa pola napas tidak efektif,
tindakan mengobservasi frekuensi, irama, kedalaman pernapasan.
Mengobservasi tanda-tanda distres pernapasan: penggunaan otot bantu,
retraksi interkosta, napas cuping hidung.
Berdasarkan kasus luka bakar pada diagnosa Defisit Volume Cairan. Tindakan
yang dilakukan yaitu mengkaji nadi: frekuensi, irama dan kekuatan, menilai
akral, mengukur TD, mengidentifikasi sumber perdarahan.
4.3 Evaluasi
Berdasarkan hasil evaluasi dari diagnosa risiko pertukaran gas, pasien
mengatakan nyaman, tidak sesat dan terlihat pernapasan teratur. Maka
masalah teratasi, dan intervensi dihentikan. Berdasarkan hasil evaluasi dari
diagnosa pola napas tidak efektif , Pasien mengatakan tidak sesak. RR
24x/menit, Tekanan Darah 130/80 mmHg, Pasien terlihat mengggunakan
pernapasan perut. Maka masalah teratasi, dan intervensi dihentikan.
Berdasarkan hasil evaluasi dari diagnosa Defisit Volume Cairan Pada saat
dievaluasi Pasien mengatakan tidak merasakan kebas di ekstremitas distal,
nadi, irama, kekuatan otot dan akral normal. Maka masalah teratasi, dan
intervensi dihentikan. Berdasarkan hasil evaluasi dari diagnosa intoleransi
aktivitas Pada saat dievaluasi pasien mengatakan merasa lelah dan
mengantuk, kesadaran Tn.X somnolen. Maka masalah belum teratasi,
intervensi dilanjutkan dengan Lakukan pemeriksaan nervus cranial dan
nervus servikal, Lakukan pemeriksaan kognitif. Berdasarkan hasil evaluasi
dari diagnosa nyeri Pada saat dievaluasi pasien mengatakan sakit ditangan,
dan paha kanannya. Maka masalah belum teratasi, maka intervensi
dilanjutkan dengan melakukan perawatan luka.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), kebakaran adalah sebuah
fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan
bereaksi secara kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan
panas, nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida, karbondioksida,
atau produk dan efek lain. Diakhir tahun 2011 sebuah lembaga pemerhati
lingkungan mencatat telah terjadi 16.500 kali kebakaran di 498 daerah
kabupaten/kota Indonesia yang terbesar di DKI Jakarta dengan 890 kali
kejadian kebakaran, Surabaya 187 kali kebakaran, medan 163 kali
kebakaran, Bandung 133 kali, Tanggerang 160 kali kebakaran. Adapun
penyebab kebakaran terdiri dari tiga unsur segitiga api yang saling
berhubungan, yaitu adanya bahan bakar, oksigen, dan sumber panas atau
nyala. Klasifikasi kebakaran dibagi menjadi 4 yaitu kebakaran kelas A,
kebakaran kelas B, kebakaran kelas C dan kebakaran kelas D.
5.2 Saran
Kebakaran merupakan sebuah bencana yang sering terjadi di Indonesia dan
banyak kasus luka bakar yang terjadi. Maka bagi perawat yang menangani
klien dengan luka bakar harus memperhatikan prinsip steril . Perawat
diharapkan dapat memberikan ketenangan kepada klien dengan luka bakar
untuk menjalani hidupnya secara maksimal dan tanpa rasa takut, penyesalan
maupun depresi. Klien mulai ingin mendekatkan diri dengan keluarga, kerabat
dan teman-teman. Klien juga mulai ingin mendekatkan diri dengan Tuhannya
untuk mendapatkan ketenangan batin dalam menghadapi penyakitnya. Maka
disinilah perawat dapat sangat berperan dengan membantu memfasilitasi
keinginan klien.