Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan membentuk lembaga yang
independen yang khusus menangani korupsi. Kita sudah memiliki Lembaga yang
secara khusus dibentuk untuk memberantas korupsi. Lembaga tersebut adalah Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Indonesia Corruption Watch (ICW), dan Kejaksaan.
tetapi kita juga perlu memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari tingkat
kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan. Pengadilan adalah
jantungnya penegakan hukum yang harus bersikap imparsial (tidak memihak), jujur
dan adil. Permasalahan yang sering muncul terkait adanya beberapa instansi
penyelidik/penyidik tindak pidana korupsi yakni Kepolisian, Kejaksaan dan KPK
adalah adanya tumpang tindih dalam pelaksanaan penyelidikan/penyidikan, masih
adanya arogansi dan sikap saling curiga antar instansi penyidik, adanya persepsi yang
berbeda terhadap beberapa ketentuan peraturan perundangan, adanya perbedaan
kewenangan yang diberikan oleh undang-undang, adanya perlakuan berbeda oleh
negara terkait kesejahteraan penyidik dan lain-lain, untuk itu diperlukan adanya
sinergitas dan juga masalah tugas dan fungsi penuntutan tindak pidana korupsi. Secara
praktis pengendalian penuntutan yang dilakukan oleh dua lembaga yang berbeda akan
memunculkan disparitas tuntutan pidana karena tidak adanya pedoman tuntutan
pidana yang jelas. Hal ini menimbulkan adanya dualisme pengendalian penuntutan,
yaitu penuntutan oleh Penuntut Umum yang dikendalikan oleh KPK dan penuntutan
oleh Penuntut Umum yang berada di bawah kendali Kejaksaan.
Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat publik
untuk melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum
maupun sesudah menjabat. Dengan demikian masyarakat dapat memantau tingkat
kewajaran peningkatan jumlah kekayaan yang dimiliki khususnya apabila ada
peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai menjabat seperti yang tertera dalam
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana yang diubah dengan Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2001 yang berisi mengenai peran serta masyarakat dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.Untuk memperkecil potensi korupsi pada
kontrak pekerjaan maupun penggadaan barang baik pada sektor daerah, pemerintahan
maupun militer bisa dengan cara menggadakan pelelangan secara terbuka maupun
penawaran secara terbuka dengan memberikan otoritas pada masyarakat untuk
memantau dan memonitori hasil dari pelelangan tersebut.Untuk korupsi yang biasa
terjadi pada sistem perekrutan pegawai negri dan anggota militer dapat dengan
Sebuah sistem yang transparan dan akuntabel dalam hal perekruitan pegawai negeri
dan anggota militer.
3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
Masih banyak masyarakat yang kurang mengetahui informasi tentang korupsi oleh
karena itu Salah satu upaya memberantas korupsi adalah memberi hak pada
masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi (access to information).
Sebuah sistem harus dibangun di mana kepada masyarakat (termasuk media)
diberikan hak meminta segala informasi yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah
yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak dan Isu mengenai public awareness
atau kesadaran serta kepedulian publik terhadap bahaya korupsi dan isu
pemberdayaan masyarakat adalah salah satu bagian yang sangat penting dari upaya
memberantas korupsi. Salah satu cara untuk meningkatkan public awareness adalah
dengan melakukan kampanye tentang bahaya korupsi. Sosialisasi serta diseminasi di
ruang publik mengenai apa itu korupsi, dampak korupsi dan bagaimana memerangi
korupsi harus diintensifkan. Kampanye tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan media massa (baik cetak maupun tertulis), melakukan seminar dan
diskusi. Spanduk dan poster yang berisi ajakan untuk menolak segala bentuk korupsi
‘harus’ dipasang di kantor-kantor pemerintahan sebagai media kampanye tentang
bahaya korupsi
Djaja, Ermansjah. 2008. Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta: Sinar Grafika
Surachmin dan Suhandi Cahaya. 2011. Strategi dan Teknik Korupsi Mengetahui untuk
Mencegah. Jakarta : Sinar Grafik