ABSTRAK
Pemerintah t e l a h melakukan promosi tentang ASI eksklusif. Meskipun demikian, angka ASI eksklusif di wilayah
Puskesmas Nelayan mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir dan hanya 11,82% o r a n g ibu yang
memberikan ASI eksklusif pada tahun 2010 sedangkan target nasional untuk ASI eksklusif adalah 80%. Hal ini
dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti karakteristik ibu, dukungan keluarga dan dukungan layanan kesehatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara karakteristik ibu (usia, pendidikan, pekerjaan,
pengetahuan dan sikap), dukungan keluarga, dukungan layanan kesehatan dengan pola pemberian ASI. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel adalah 79 ibu yang
mempunyai bayi berusia 6–11 bulan di wilayah Puskesmas Nelayan dan dipilih menggunakan teknik simple random
sampling. Pengumpulan data dukungan keluarga dan layanan kesehatan diukur menggunakan acuan Hughes
Breastfeeding Support Scale dan panduan sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui. Analisis data
menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan 5%. Pemberian ASI eksklusif di wilayah Puskesmas
Nelayan adalah 19,0%. Mayoritas ibu berusia 20–35 tahun, berpendidikan SMA, tidak bekerja, mempunyai sikap
negatif terhadap pemberian ASI eksklusif, dukungan keluarga dan dukungan layanan kesehatan termasuk dalam
kategori sedang, tidak mengerti akan pengertian dan manfaat ASI eksklusif serta dampak pemberian makanan
tambahan terlalu dini. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan (p = 0,003), sikap (p = 0,006),
dukungan keluarga (p = 0,002), dukungan layanan kesehatan (p = 0,001) dengan pola pemberian ASI. Untuk
meningkatkan pemberian ASI eksklusif, keluarga dan layanan kesehatan harus memberikan dukungan kepada ibu
menyusui dengan cara memberi pujian, penilaian, informasi dan bantuan.
Kata kunci: ASI eksklusif, karakteristik ibu, dukungan keluarga, dukungan layanan kesehatan
ABSTRACT
The government had been promoting exclusive breastfeeding. In contras, there was reduction number of exclusive
breastfeeding in the last three years at Nelayan Public Health Centre and only 11,82% in 2010 (target was 80%).
It maybe caused by multi factors such as maternal characteristic, family and health care support. The objective of this
research was to analyze the correlation between maternal characteristic, family support and health care support with
the pattern of breast feeding. This research was observational analytic with cross sectional design, which subjects were
79 mothers of 6–11 months baby at Nelayan Public Health Centre’s areas and selected by simple random sampling.
Data about family and health care support were measured by questionnaire that had been modified from Hughes
Breastfeeding Support Scale and ten steps to success breastfeeding then analyzed by chi-square test (α = 5%). The
exclusive breastfeeding was 19.0%, the majority of mothers was 20–35 years old, high school educated, did not
work, maternals knowledge was high, have negative attitude to exclusive breastfeeding, family support and health
care support were categorized moderate. There were correlation between knowledge (p = 0.003), attitude (p = 0.006),
family support (p = 0.002), health care support (p = 0.001) with the pattern of breastfeeding. The family and health
care should be support breastfeed mother by giving praise, valuation, help and information.
Keywords: exclusive breastfeeding, maternal characteristics, family support, health care support
28
Arina dkk., Hubungan Karakteristik Ibu… 29
ASI eksklusif sangat bermanfaat, pemberian ASI tangga namun dalam masalah pemberian ASI
eksklusif di Indonesia sangat rendah, yaitu 32,3% dan perawatan bayi masih sepenuhnya sebagai
(Direktorat Statistik dan Kependudukan, 2007). urusan wanita. Orang tua mempunyai peranan
Kabupaten Gresik, Jawa Timur merupakan dalam pengambilan keputusan dan perawatan bayi
salah satu kabupaten dengan angka cakupan ASI karena dianggap lebih berpengalaman sedangkan
eksklusif di atas angka nasional tahun 2007, pengetahuan keluarga mengenai ASI eksklusif dan
namun mengalami penurunan selama tiga tahun pemberian makan bayi yang tepat masih kurang.
terakhir yaitu 61,65% (2008), 58,82% (2009) dan Berdasarkan uraian faktor yang kemungkinan
59,03% (2010) (Dinkes Gresik, 2010). Puskesmas berkaitan dengan pemberian ASI serta belum
Nelayan adalah salah satu puskesmas di Kabupaten pernah dilakukan penelitian tentang pola
Gresik yang angka cakupan ASI eksklusifnya pemberian ASI di wilayah Puskesmas Nelayan
paling rendah dan mengalami penurunan dalam maka penelitian ini dilakukan. Tujuan penelitian
tiga tahun terakhir yaitu 18,42% (2008), 14,21% adalah menganalisis hubungan antara karakteristik
(2009) dan 11,93% (2010) (Dinkes Gresik, 2010). ibu (usia, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan
Hal ini menunjukkan bahwa semakin jauh dari sikap), dukungan keluarga dan layanan kesehatan
target nasional, yaitu 80% (Depkes RI, 2004). dengan pola pemberian ASI.
Menurut Notoatmodjo (2003), rendahnya
cakupan pemberian ASI eksklusif kemungkinan METODE
dipengaruhi oleh perilaku kesehatan yang
menurut teori Green ditentukan oleh tiga faktor, Penelitian ini merupakan penelitian
yaitu predisposisi, pendukung dan pendorong. observasional analitik dengan desain penelitian
Faktor predisposisi yaitu umur, pendidikan, cross-sectional yang dilakukan di wilayah kerja
pengetahuan, sikap dan pekerjaan ibu serta sosial Puskesmas Nelayan Kabupaten Gresik yaitu
budaya (Notoatmodjo, 2003). Sebagian wanita di Kelurahan Karangturi, Kelurahan Tlogopojok,
wilayah Puskesmas Nelayan ini hanya mengenyam Kelurahan Lumpur dan Kelurahan Sukodono.
pendidikan menengah serta ikut bekerja untuk Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai
membantu perekonomian keluarga. Faktor bayi berusia 6–11 bulan yang tinggal di wilayah
pendukung yaitu dukungan layanan kesehatan kerja Puskesmas Nelayan pada saat penelitian
dan pendapatan (Notoatmodjo, 2003). Dukungan dilakukan. Sampel adalah sebagian populasi
layanan kesehatan mempunyai pengaruh terhadap yang tercatat di posyandu dan bersedia menjadi
perilaku ibu dalam pemberian ASI (Declerq responden, diambil menggunakan teknik simple
et al., 2009; Zulfayeni, 2004). Puskesmas Nelayan random sampling. Besar sampel adalah 79 orang
telah menyediakan fasilitas ruang bersalin dan ibu.
melaksanakan upaya peningkatan pemberian Data sampling frame didapatkan dari kohort
ASI eksklusif berupa penyuluhan, program bayi di puskesmas dan data di masing-masing
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan rawat gabung kelurahan. Variabel terikat penelitian adalah pola
namun puskesmas belum mempunyai Standart pemberian ASI sedangkan variabel bebasnya
Operating Procedure (SOP) terkait manajemen adalah karakteristik ibu (usia, pendidikan,
laktasi. Praktik bidan swasta di wilayah ini masih pekerjaan, pengetahuan dan sikap), dukungan
memberikan sampel susu formula pada bayi meski keluarga ibu, dan dukungan layanan kesehatan.
sudah menerapkan program Inisiasi Menyusu Dini Pengumpulan data dilakukan dengan cara
(IMD). wawancara menggunakan kuesioner yang disusun
Faktor pendorong yaitu dukungan keluarga, berdasarkan Hughes Breastfeeding Support
perilaku masyarakat dan kelompok referensi Scale dan panduan sepuluh langkah menuju
(Notoatmodjo, 2003). Keluarga mempunyai keberhasilan menyusui. Data yang telah diperoleh
pengaruh atas keputusan ibu dalam memberikan dihitung mean dan standar deviasinya kemudian
ASI (Widodo dkk, 2003). Di wilayah ini, suami diklasifikasikan menjadi beberapa kategori. Untuk
merupakan pemegang keputusan dalam rumah sikap dikategorikan menjadi: (1) positif (≥ mean);
30 Media Gizi Indonesia, Vol. 9, No. 1 Januari–Juni 2013: hlm. 28–35
(2) negatif (< mean). Pengetahuan dikategorikan Tabel 1. Distribusi Pola Pemberian ASI di Wilayah
menjadi: (1) rendah (< 60% jawaban benar); Puskesmas Nelayan
Tabel 2. Distribusi Tabulasi Silang dan Uji Statistik Karakteristik Ibu, Dukungan Keluarga dan Layanan Kesehatan dengan Pola
Pemberian ASI
pada bayi < 6 bulan berupa susu formula (81,3%). layanan kesehatan (74,6%) dan keluarga (72,2%)
Dari 79 responden hanya 15 orang (19,0%) yang yang diterima ibu mayoritas terkategori sedang.
memberikan ASI eksklusif. Dari Tabel 3 diketahui bahwa dukungan yang
Tabel 2 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil diterima ibu mayoritas berupa informasi mengenai
uji statistik terdapat hubungan antara pengetahuan cara menyusui, meningkatkan produksi ASI dan
(p = 0,003), sikap (p = 0,006), dukungan keluarga merawat diri agar tetap menarik; bantuan
(p = 0,002), dukungan layanan kesehatan (p = menjaga dan merawat bayi, memecahkan
0,001) dengan pola pemberian ASI. Tabel 2 juga masalah menyusui, memahami tangisan bayi;
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu berusia menunjukkan cara menggendong dan merawat
20 –35 tahun (86,1%), berpendidikan SMA bayi; serta mendengarkan keluhan ibu tentang
(46,8%), tidak bekerja (73,4%), berpengetahuan bayi, memuji dan memperhatikan kondisi ibu.
tinggi dan bersikap negatif. Pengetahuan yang Dari Tabel 4 diketahui bahwa dukungan
tidak dipahami ibu adalah pengert ian ASI yang t idak diterima ibu adalah penjelasan
eksklusif, manfaatnya bagi ibu dan dampak mengenai manfaat IMD dan pemberian kolostrum
pemberian makanan tambahan dini. Mayoritas (53,2%), cara tetap menyusui meski ibu dan
ibu bersikap tidak setuju untuk memberikan ASI bayi terpisah (64,6%), memahami tangisan bayi
saja hingga usia 6 bulan dan tidak memberikan (59,5%) serta tidak memberikan susu formula pada
susu formula pada bayi < 6 bulan. Dukungan bayi (64,6%). Dukungan layanan kesehatan ini,
mayoritas diperoleh dari bidan praktik swasta.
Item Dukungan Selalu (%) Sering (%) Jarang (%) Tidak (%)
Memberi tahu cara menyusui dan meningkatkan jumlah ASI 16,5 58,2 17,7 7,6
Memberi tahu cara merawat diri agar tetap menarik 17,7 53,2 19,0 10,1
Menyarankan tidak memberikan tambahan 7,6 13,9 7,6 70,9
makanan/minuman pada bayi sebelum usia 6 bulan
Membantu membelanjakan beberapa kebutuhan 16,5 22,8 24,1 36,7
Mengantar ke manapun ingin pergi 34,2 22,8 24,1 19,0
Membantu merawat bayi 15,2 41,8 19,0 24,1
Membantu membersihkan rumah 10,1 43,0 13,9 32,9
Membantu menyiapkan makanan 10,1 35,4 10,1 44,3
Membantu memahami tangisan bayi 12,7 59,5 20,3 7,6
Memberi uang tambahan untuk keperluan bayi 60,8 25,3 8,9 5,1
Menjaga bayi ketika pergi/bekerja 54,4 24,1 8,9 12,7
Menunjukkan cara menggendong bayi 6,3 63,3 10,1 20,3
Menunjukkan cara merawat bayi 5,1 68,4 8,9 17,7
Membantu memecahkan masalah menyusui 13,9 74,7 8,9 2,5
Membantu memecahkan masalah kondisi bayi 20,3 69,6 7,6 2,5
Mendengarkan keluhan tentang kondisi bayi 19,0 65,8 10,1 5,1
Memuji ibu adalah ibu yang baik 10,1 40,5 30,4 19,0
Memuji karena menyusui bayi 12,7 43,0 22,8 21,5
Memperhatikan kondisi 32,9 59,5 6,3 1,3
Membuat merasa tetap menarik 16,5 69,5 29,1 15,2
32 Media Gizi Indonesia, Vol. 9, No. 1 Januari–Juni 2013: hlm. 28–35
untuk berpikir, bersikap dan bertindak sehingga pemberian makanan tambahan terlalu dini masih
dapat menyikapi permasalahan dengan tenang banyak yang tidak mengerti. Pengetahuan tersebut
(Hurlock, 2004) namun berdasarkan hasil uji merupakan hal dasar sehingga memungkinkan ibu
statistik, tidak terdapat hubungan yang bermakna tetap memberikan makanan tambahan pada bayi
antara usia dengan pola pemberian ASI. Hal ini <6 bulan. Sikap ibu mayoritas negatif terhadap
mungkin disebabkan adanya faktor lain seperti pemberian ASI secara eksklusif (51,9%) yaitu
informasi yang diterima ibu serta gaya hidup yang tidak setuju untuk tidak menambahkan susu
ada di masyarakat (Roesli, 2000). formula pada bayi usia <6 bulan dan tetap
Pendidikan ibu mayoritas adalah SMA. memberikan ASI saja sampai bayi berusia
Pendidikan ini cukup tinggi dan merupakan 6 bulan. Sikap negatif ini yang memungkinkan
bekal yang menentukan cara berpikir ibu dan ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Hal
penerimaan terhadap infor masi (Nursalam, ini dikarenakan sikap merupakan kecenderungan
2001). Berdasarkan hasil uji statistik, tidak subyek merespons suka atau tidak suka terhadap
terdapat hubungan yang ber mak na antara suatu obyek dan perilaku seseorang (Notoatmodjo,
pendidikan dengan pola pemberian ASI. Hal ini 2003). Dukungan keluarga diperlukan untuk
mu ng k i n disebabkan adanya pergeseran budaya ketenangan, ketenteraman dan kenyamanan ibu
(modernisasi) yang menganggap bahwa menyusui menyusui yang dapat meningkatkan produksi
adalah hal yang kuno dan memberikan susu hormon oksitosin sehingga produksi ASI akan
formula dianggap lebih bergengsi (Depkes RI, lancar (Insel et al., 2010). Nasihat dari orang
2001). Selain itu, mungkin juga disebabkan oleh yang berpengalaman akan membantu keberhasilan
informasi atau perilaku dari petugas kesehatan me nyusu i ( Nu rsa la m, 2001). Du k u nga n
yang salah yaitu memperbolehkan pemberian susu dapat berupa mengatasi kesulitan menyusui,
formula pada bayi yang berusia <6 bulan. meningkatkan pengetahuan tentang ASI, memberi
Mayor it as peker jaan ibu adalah tidak perhatian, mengerjakan pekerjaan yang biasa
bekerja. Ibu yang t idak bekerja mempunyai dikerjakan ibu, memberi kesempatan ibu untuk
kesempatan yang lebih banyak untuk menyusui istirahat serta tidak memberi kritik pada ibu
bayi dibanding ibu yang bekerja (Roesli, 2000). (Kementerian PP RI., 2010).
Meskipun demikian, sebenar nya ibu yang Sebagian ibu masih tinggal bersama atau
bekerja pun masih tetap bisa memberikan ASI berdekatan dengan orang tua, mertua atau
eksklusif dengan cara memberikan ASI perah saudara. Hal ini memungkinkan keluarga untuk
saat ibu di tempat kerja (Roesli, 2000; Depkes memberikan dukungan pada ibu. Dukungan
RI, 2001). Namun berdasarkan hasil uji statistik, keluarga yang diterima ibu berupa informasi,
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penilaian terhadap ibu, bantuan mengerjakan
pekerjaan ibu dengan pola pemberian ASI. Hal ini pekerjaan sehari-hari dan merawat bayi serta
kemungkinan juga disebabkan adanya pergeseran memuji dan memperhatikan kondisi ibu. Namun
budaya (modernisasi) yang menganggap bahwa dukungan yang diberikan t idak sepenuhnya
menyusui adalah hal yang kuno dan memberikan mendukung ibu untuk memberi ASI eksklusif.
susu formula dianggap lebih bergengsi (Depkes Hal ini terlihat dari pernyataan 70,9% o r a n g
RI, 2001). Faktor pengetahuan, sikap, dukungan ibu bahwa keluarga menyarankan memberikan
keluarga dan layanan kesehatan mempunyai makanan tambahan sebelum bayi berusia 6 bulan.
hubu nga n ya ng ber mak na denga n pola Hal ini perlu diperhatikan karena saran dari
pemberian ASI di wilayah Puskesmas Nelayan. keluarga akan lebih didengarkan karena dianggap
Me nu r ut Notoatmodjo ( 2003), pengetahuan berpengalaman ( Depkes RI, 2001; Widodo dkk,
merupakan bagian yang sangat penting dan hal 2003).
dasar dalam terbentuknya perilaku seseorang. Dukungan dari layanan kesehatan sangat
Pengetahuan ibu sebagian besar terkategori penting dalam pencapaian keberhasilan menyusui
tinggi. Namun pengetahuan mengenai pengertian (Zulfayeni, 2004; Declerq et al., 2009). Bentuk
ASI eksklusif, manfaatnya bagi ibu dan dampak dukungan adalah dengan menerapkan sepuluh
34 Media Gizi Indonesia, Vol. 9, No. 1 Januari–Juni 2013: hlm. 28–35