Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan
pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia bertambah
1000 orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada
masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia. Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di
Indonesia jumlah penduduk 147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%) orang yang berusia 50 tahun ke atas,
dan 5,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822,831 (23,06%) orang yang tergolong jompo,
yaitu para lanjut usia yang memerlukan bantuan khusus sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh Negara.
Lansia mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan tersebut akan mempengaruhi seluruh aspek
kehidupan termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap menjaga dan
meningkatkan kualitas hidup lansia, sehingga dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya dan dapat ikut serta
berperan aktif dalam pembangunan UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yaitu Pasal 138 ayat (1) Upaya pemeliharaan
kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis
sesuai dengan martabat kemanusiaan, (2) Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi
kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis.
Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami pertambahan dari tahun ke tahun menurut Agoes et al (2011), yaitu sebagai
berikut:
Tabel. 1.1 Jumlah Penduduk Lansia di Indonesia

Tahun Jumlah Lansia

1971 4,48%

1990 6,56%

2010 9,58%

2020 11,20%

Proses menua menyebabkan para lansia merasakan adanya tanda-tanda proses penuaan pada dirinya dan menimbulkan mereka
mengalami berbagai macam perasaan sedih, cemas, kesepian, mudah tersinggung serta mengalami berbagai perubahan fisik, sosial
dan psikologis. Perubahan sosial pada lansia meliputi perubahan peran (post power syndrome, single woman, dan single parent),
kesendirian, kehampaan, saat lansia lainnya meninggal maka timbul perasaan kapan akan meninggal. Apabila berada di rumah
terus-menerus akan menjadi cepat pelupa. Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok bagi lansia, memerlukan
rekreasi untuk ketenangan batin, lebih religius, dan apabila ditempatkan di panti werdha, lansia merasa dibuang atau diasingkan
(Maryam et al, 2008). Perubahan fisik, sosial dan psikologis dapat mempengaruhi mobilitas dan kontak sosial sehingga
menyebabkan lansia mengalami gangguan kesehatan jiwa diantaranya adalah depresi (Stanley & Beare, 2006).
Semakin lanjut usia, maka kesibukan sosial lansia akan semakin berkurang. Akibatnya, interaksi dengan lingkungan yang dapat
memberikan dampak pada kebahagiaan menjadi berkurang. Sebagian lansia masih mempunyai kemampuan untuk bekerja, tetapi
masih ada sebagian lansia dalam keadaan terlantar. Selain tidak mempunyai bekal hidup dan pekerjaan atau penghasilan mereka
juga tidak mempunyai keluarga. Dalam masyarakat tradisional, biasanya lansia dihargai dan dihormati, sehingga lansia masih
dapat berperan dan berguna bagi masyarakat. Akan tetapi, dalam masyarakat industri ada kecenderungan kurang menghargai
lansia, sehingga para lansia terisolir dari kehidupan masyarakat. Berdasarkan sistem kultural yang berlaku, maka mengharuskan
generasi lansia masih dibutuhkan sebagai pembina agar jati diri budaya dan ciri-ciri khas Indonesia tetap terpelihara
kelestariannya. Oleh karena kondisi lansia yang semakin menurun, maka lansia memerlukan tempat tinggal atau fasilitas
perumahan khusus (Friedman et al, 2010).
Sehingga keluarga mempunyai peran yang penting dalam perawatan pasien lansia. Peran penting tersebut dimiliki keluarga
dikarenakan keluarga paling banyak berhubungan dengan pasien (lansia), keluarga adalah orang yang paling dekat dan paling
mengetahui keadaan pasien, Pasien (lansia) yang dirawat di rumah sakit nantinya akan kembali ke lingkungan keluarga. Salah satu
aspek penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan
atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang
sakit. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan.
Prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarganya. Hal ini tercapai apabila fungsi-fungsi dari keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tiap individu yang ada dalam keluarga dapat tercapai dan terpenuhi.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan keluarga kelolaan pada keluarga dengan lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tentang konsep asuhan keperawatan keluarga
b. Melakukan pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga dengan lansia
c. Mengidentifikasi tentang masalah kesehatan dengan asuhan keperawatan keluarga dengan lansia
d. Melakukan intervensi keperawatan dengan asuhan keperawatan keluarga dengan lansia
e. Melakukan implementasi keperawatan dengan asuhan keperawatan keluarga dengan lansia
f. Melakukan evaluasi keperawatan asuhan keperawatan keluarga dengan lansia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, dimana
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang
hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang saling berinteraksi satu sama lain,
mempunyai peran maisng-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Effendi, 2009).
Keluarga adalah kumpulan individu yang bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah/adopsi dan tinggal di dalam
suatu rumah tangga yang sama (Friedman et al, 2010).
Keluarga adalah kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan dan hubungan sedarah atau hasil adopsi
yang berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial (Mubarak et al, 2011).
2. Struktur Keluarga
Menurut Effendi (2009) struktur keluarga terbagi menjadi 3, antara lain:
a. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilineal, keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur garis keturunan ayah.
2) Matrilineal, keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis keturunan ibu.
b. Dominasi keberadaan tempat tinggal
1) Patrilokal, keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak suami.
2) Matrilokal, keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak suami.
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal, dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2) Matriakal, dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.

Struktur keluarga menurut Mubarak et al, (2011), terbagi menjadi 4, antara lain:
a. Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka dan melibatkan emosi.
b. Struktur Peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan.
c. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol, mempengaruhi orang lain.
d. Struktur Nilai dan Norma
Nilai adalah sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya lingkungan keluarga.
3. Tipe Keluarga
Keluarga memerlukan pelayanan kesehatan dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga berkembang menurut Mubarak et
al (2011), antara lain:
a. Traditional nucklear, keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah dalam ikatan
perkawinan.
b. Extended family, keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman
dan bibi.
c. Reconstituted nuclear, pembentukan dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan
satu rumah dengan anak-anaknya.
d. Middle age/aging couple, suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan mereka karena sekolah, perkawinan. Dyadic nuclear, suami istri yang sudah ber
e. umur dan tidak mempunyai anak, keduanya atau salah satunya bekerja di luar rumah.
f. Single parent, satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian
g. pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal dalam satu rumah.Commuter married, suami istri/ keduanya orang karir dan
terpisah jarak tertentu.
h. Single adult, wanita/pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.
i. Three generation, tiga generasi/lebih tinggal dalam satu rumah.
j. Instutional, anak-anak/orang dewasa tinggal dalam suatu panti.
k. Comunal, satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaan fasilitas.
l. Group marriage, satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu
menikah dengan orang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
m. Ummaried parent and child, ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
n. Cohibing couple, dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.
Tipe keluarga menurut Achjar (2010) terbagi menjadi 2, antara lain yaitu:
1. Keluarga tradisional
a. Keluarga inti, keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
b. Keluarga dengan orang tua tunggal, keluarga yang hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat adanya perceraian,
pisah atau ditinggalkan.
c. Pasangan inti, hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
d. Bujang dewasa yang tinggal sendirian.
e. Pasangan usia pertengahan/lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak yang sudah
kawin/bekerja.
f. Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti/lebih/anggota keluarga yang tidak menikah dan hidup berdekatan
dalam daerah geografis.
2. Keluarga non tradisional
a. Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak, tetapi tidak menikah.
b. Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak.
c. Keluarga gay/lesbian, pasangan yang berjenis kelamin sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
d. Keluarga komuni, rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan memilih pengalaman yang sama.
Tipe keluarga menurut Sudiharto (2007) terbagi menjadi 9, antara lain:
a. Keluarga inti (nucklear family), keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari
suami, istri dan anak-anak, baik karena kelahiran maupun adopsi.
b. Keluarga asal (family of origin), suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar (extended family), keluarga inti ditambah keluarga lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi
paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis.
d. Keluarga berantai (social family), keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan satu keluarga inti.
e. Keluarga berkomposisi (composit family), keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
f. Keluarga duda atau janda, keluarga yang terbentuk karena perceraian atau kematian pasangan yang dicintai.
g. Keluarga kohabitasi (cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga tanpa menikah, bisa memliki anak atau tidak.
h. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat,
dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya.
i. Keluarga tradisional dan non tradisional, dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan.
3. Tugas dan Fungsi Keluarga
Tugas-tugas kesehatan keluarga menurut Mubarak et al (2011), adalah sebagai berikut:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota.
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota
keluarganya.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan.
Fungsi keluarga menurut Mubarak et al (2011) adalah sebagai berikut:
a. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan
gizi keluarga.
b. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga, memberikan perhatian di antara keluarga,
memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga serta memberikan identitas pada keluarga.
c. Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan masing-masing dan meneruskan nilai-nilai budaya.
d. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung
untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang.
e. Fungsi pendidikan, yaitu memfasilitasi anak dengan memberikan pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak
sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Fungsi keluarga menurut Effendi (2009), menyatakan terdiri dari 5 fungsi, antara lain:
a. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan
cinta kasih serta saling menerima dan mendukung yang menjadi sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga.
b. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat keluarga berinteraksi sosial dan
belajar berperan di lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi, adalah untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya
program keluarga berencana, maka fungsi dapat terkontrol.
d. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan dan papan.
e. Fungsi perawatan keluarga, adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan.
4. Keluarga sebagai Suatu Sistem
Sistem menurut Mubarak et al (2011), adalah kumpulan dari beberapa bagian fungsional yang saling berhubungan dan
bergantung satu sama lain dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, ciri-ciri keluarga diantaranya:
a. Keluarga mempunyai subsistem, yaitu terdapat anggota, fungsi, peran, aturan, budaya dan lainnya yang dipertahankan dalam
kehidupan keluarga.
b. Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar subsistem.
c. Merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhi supra sistem.
Keluarga sebagai sistem mempunyai karakteristik dasar yang dapat dikelompokkan sebagai berikut (Mubarak et al, 2011):
a. Keluarga sebagai sistem terbuka, karena dalam keluarga saling berbagi energi dan informasi dengan lingkungannya,
keluarga berinteraksi dengan lingkungan fisik sosial dan budaya, keluarga yang terbuka mau menerima gagasan informasi
dan sumber-sumber baru untuk menyelesaikan masalah, mempunyai kesempatan dan mau menerima lingkungan sekitarnya,
dan sebagai sistem terbuka keluarga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal.
b. Keluarga sebagai sistem tertutup, karena memandang perubahan sebagai sesuatu yang membahayakan, tipe keluarga bersifat
kaku yang menyebabkan kejadian dalam keluarga menjadi konstan dan dapat diprediksi, mempertahankan stabilitas dan
tradisi, sistem yang kurang mempunyai kesempatan, kurang mau menerima atau memberi perhatian kepada lingkungan
sekitarnya.
5. Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada keluarga meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan
antara anggotanya di sepanjang waktu. Siklus perkembangan keluarga merupakan bagian terpenting yang terbagi menjadi
beberapa tahap. Kerangka perkembangan keluarga memberikan pedoman untuk memeriksa serta menganalisa perubahan dan
perkembangan tugas-tugas dasar yang ada dalam keluarga selama siklus kehidupan.
Tahap-tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi pada setiap tahap perkembangan menurut Mubarak et al (2009),
yaitu:
a. Tahap I pasangan baru (berginning family), keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu yaitu suami dan istri
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini yaitu membina hubungan intim dan kepuasan bersama, menetapkan tujuan bersama, membina
hubungan dengan keluarga lain, merencanakan KB dan menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua.
b. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family), keluarga yang menunggu kelahiran dimulai dari
kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan. Tugas perkembangan pada
masa ini yaitu mempersiapkan menjadi orang tua, membagi peran dan tanggung jawab, mengembangkan suasana rumah
yang menyenangkan, mempersiapkan biaya, memfasilitasi role learning anggota keluarga, bertanggung jawab memenuhi
kebutuhan bayi sampai balita dan mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool), tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun
dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari
anak prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi,
beradaptasi dengan anak yang baru lahir, mempertahankan hubungan yang sehat, pembagian waktu untuk individu,
pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
d. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school children), tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua
memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini, keluarga mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu memberikan
perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat belajar, tetap mempertahankan hubungan yang harmonis
dalam perkawinan, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, menyediakan aktivitas untuk anak dan
menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.
e. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers), tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun
dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga
adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi lebih dewasa. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu memberikan kebebasan yang seimbang dengan
tanggung jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya, mempertahankan hubungan
yang intim dengan keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, perubahan sistem peran dan
peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
f. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center families), tahap ini dimulai pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan
dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini diantaranya adalah memperluas
keluarga inti menjadi keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu orang tua suami istri yang sedang
sakit dan memasuki masa tua, mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali
fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga, berperan suami istri, kakek dan nenek serta menciptakan lingkungan rumah
yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya.
g. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families), tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Beberapa pasangan pada fase ini akan merasakan sulit
karena masalah usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah mempertahan kesehatan, mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat
sosial dan waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda generasi tua, keakraban dengan pasangan, memelihara
hubungan dengan anak dan keluarga serta mempersiapkan masa tua atau pensiun dan meningkatkan keakraban pasangan.
h. Tahap VIII keluarga usia lanjut, tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Proses usia lanjut dan pensiun merupakan kenyataan
yang tidak dapat dihindari karena suatu proses stresor yang pasti dialami keluarga. Stresor tersebut adalah berkurangnya
pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi
kesehatan. Mempertahankan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut
umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknya.

B. Konsep Lansia
1. Teori Proses Penuaan
Teori yang berkaitan dengan proses penuaan menurut Maryam et al (2008):
a. Teori biologis, meliputi teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori stres, teori radikal bebas dan teori silang.
b. Teori genetik dan mutasi menjelaskan bahwa menua adalah akibat dari perubahan biokimia yang diproses oleh molekul-
molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
c. Immunology slow theory, menjelaskan bahwa sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
d. Teori stres, menjelaskan bahwa menua terjadi sebagai akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh untuk
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan aktivitas dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah.
e. Teori radikal bebas, menjelaskan bahwa radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein yang menyebabkan sel-sel tidak dapat
melakukan regenerasi.
f. Teori rantai silang, menjelaskan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisistas dan hilangnya fungsi sel.
g. Teori psikologi, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan bertambahnya usia. Perubahan psikologis yang terjadi
dapat dihubungkan dengan mental dan keadaan fungsional yang egektif. Adanya penurunan dari intelektualitas yang
meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan para lansia sulit untuk
memahami dan berinteraksi. Dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik maka menyebabkan pula pada penurunan
kemampuan untuk menerima, memproses dan merespons stimulus sehingga seringkali muncul aksi/reaksi yang berbeda dari
stimulus yang ada.
h. Teori sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, antara lain:
a. Teori interaksi sosial, menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat. Interaksi antara pribadi dan kelompok adalah upaya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dan menekan
kerugian hingga sedikit mungkin. Kekuasaan akan timbul apabila seseorang mendapatkan keuntungan lebih besar
dibandingkan dengan pribadi atau kelompok lainnya.
b. Teori penarikan diri, menjelaskan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seorang lansia secara perlahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Pada pria, kehilangan peran hidup
terutama terjadi pada masa pensiun. Sedangkan wanita terjadi pada masa ketika peran dalam keluarga berkurang.
c. Teori aktivitas, menjelaskan bahwa penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasaan
dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas
yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi di sisi lain dapat dikembangkan.
d. Teori berkesinambungan, menjelaskan bahwa pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya
kelak pada saat dia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku dan harapan seseorang ternyata tidak
berubah meskipun ia telah menjadi lansia.
e. Teori perkembangan, menjelaskan bahwa pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia pada saat muda
hingga dewasa. Dengan demikian, ada delapan fase kehidupan yaitu lansia yang menerima apa adanya, lansia yang takut
mati, lansia yang merasakan hidup penuh arti, lansia yang menyesali diri, lansia yang bertanggung jawab dengan
merasakan kesetiaan, lansia yang kehidupannya berhasil, lansia yang merasa terlambat untuk memperbaiki diri dan lansia
yang perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan.
f. Teori spiritual, James Fowler menyatakan tujuh tahap perkembangan kepercayaan. Fowler juga meyakini bahwa
kepercayaan adalah suatu kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan seseorang. Fowler meyakini bahwa perkembangan
kepercayaan antara orang dan lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-nilai dan pengetahuan. Fowler
juga berpendapat bahwa perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap aplikasi dari prinsip cinta dan keadilan.
2. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Lansia adalah tahap akhir perkembangan daur
kehidupan manusia (Maryam et al. 2008).
Lansia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa
dihindari oleh siapapun. Usia tua adalah periode penutup oleh rentang hidup seseorang, yaitu periode terdahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat (Arita Muwarni, 2011).

3. Karakteriksik Lansia
Lanjut usia menurut Nugroho (2008) adalah sebagai berikut:
a. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly), antara 60-74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old), antara 75-90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun.
Lansia memiliki karakteristik menurut Maryam et al (2008), sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta
dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
4. Tipe Lansia
Beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan
ekonominya. Tipe lansia menurut Maryam et al (2008). tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana
b. Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
c. Tipe mandiri
d. Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.
e. Tipe tidak puas
f. Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik dan banyak menuntut.
g. Tipe pasrah
h. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
i. Tipe bingung
j. Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
5. Tugas Perkembangan Lansia
Tugas perkembangan lansia menurut Maryam et al (2008), apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya
melakukan kegiatan sehari-hari dengan orang disekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa
lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanam dan lain-lain. Tugas
perkembangan lansia adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.
PENGKAJIAN GERONTIK

1. Identifikasi Masalah Emosional Klien


a. Psikososial : pasien dapat bersosialisasi dengan tetangga dan
pelanggan di warungnya, sikap pasien ramah terhadap orang lain.
b. Identifikasi Masalah Emosional :
Pertayaan Tahap 1
1) Apakah pasien mengalami sukar tidur ? tidak
2) Apakah pasien sering merasa gelisah ? tidak
3) Apakah pasien sering murung atau menangis sendiri ? tidak
4) Apakah pasien sering was-was atau khawatir ? tidak

Masalah emosional negatif (-)


c. Spiritual
Pasien mengatakan beragama Islam, pasien mengatakan sering berdoa dan
beribadah lima waktu di rumah kadang di musholla.
2. Pengkajian Fungsional Klien
Pengkajian Lanjut Usia (Lansia) Pada Ny.E
a. KATZ Indeks
1) Mandiri dalam makan
2) Mandiri dalam kontinensia (BAB/BAK)
3) Mandiri menggunakan pakaian
4) Mandiri pergi ke toilet
5) Mandiri mandi
6) Mandiri dalam berpindah
Kesimpulan pasien termasuk katagori (A)
b. BARTHEL INDEKS
DENGAN
NO KRITERIA MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN
1 Makan Frekuensi: 3 x
Jumlah : 1 porsi kadang-
5 10
kadang tidak habis
Jenis : nasi, lauk/tahu
2 Minum Frekuensi: 4 gelas/hr
5 10 Jumlah : 1000 cc
Jenis : air putih
3 Berpindah dari kursi roda ke
5 15
tempat tidur atau sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, -
0 5
menyisir rambut, gosok gigi)
5 Keluar masuk toilet (mencuci
5
pakaian, menyikat tubuh, 10
menyiram)
6 Mandi Frekuensi: 2x ( pagi,
5 15
sore)
7 Jalan di permukaan datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) Frekuensi:2-3x/mgg
5 Konsistensi : lembek dan
10
warna kuning
11 Kontrol blendder (BAK) Frekuensi: 4 – 5 x / hari
5
10 Warna : kuning jernih
12 Olah raga / latihan Frekuensi: semaunya
5 10 Jenis : latihan gerak
sendi
13 Rekreasi / pemanfaatan waktu Frekuensi: tiap saat
luang 5 10 Jenis : ngobrol dengan
teman sekamar

Total Score : 130


Jadi Barthel indeks pasien termasuk katagori :
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 60-125 : Ketergantungan sebagian
c. 55 : Ketergantungan total
3. Pengkajian Status Mental Gerontik
a. Short Partable Mental Status Quisioner (SPSMQ)
BENAR SALAH NO PERTANYAAN
√ 1 Tanggal berapa hari ini ?
 2 Hari apa sekarang ?
 3 Apa nama tempat ini ?
 4 Di mana alamat anda ?
 5 Berapa umur anda ?
 6 Kapan anda lahir ? ( minnimal tahun lahir )
 7 Siapa presiden / kepala panti / lurah / kuwu
sekarang ?
 8 Siapa presiden / kepala panti /lurah / kuwu
sebelumnya ?
 9 Sebutkan nama ibu anda ?
 10 Kurangi 3 dari 20 terus menerus secara menurun
 = 10 =0

Total Score : 0
Score Total : 0
Interpretasi hasil
1. Salah 0-3 Fungsi Intelektual Utuh
2. Salah 4-5 Kerusakan intelektual ringan
3. Salah 6-8 Kerusakan intelektual sedang
4. Salah 9-10 Kerusakan intelektual berat

b. MMSE ( Mini Mental Status Exam)


NO ASPEK NILAI NILAI
KRITERIA
KOGNITIF MAKS PASIEN
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
 Tahun √
 Musim (kemarau) √
 Tanggal √
 Hari √
 Bulan √
Orientasi 5 5 Di mana sekarang kita berada ?
 Negara Indonesia √
 Propinsi Kalimantan Selatan√
 Kota Marabahan √
 Kelurahan Puntik Dalam √
 RT 03 RW 05 √
Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan
masing-masing obyek. Kemudian
tanyakan pada pasien ketiga obyek tadi.
( Untuk disebutkan )
 Obyek (Gelas)
 Obyek (jam)
 Obyek (pulpen)

3 Perhatian 5 5 Minta pasien untuk memulai dari angka


dan 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
Kalkulasi kali / tingkat.
 93 √
 86 √
 79 √
 72 √
 65 √

4 Mengingat 3 3 Minta pasien untuk mengulangi ketiga


obyek pada no. 2 ( registrasi ) tadi. Bila
benar 1 point untuk masing-masing
obyek.
5 Bahasa 9 2 Tunjukkan pada pasien suatu benda dan
tanyakan namanya pada pasien.
 gelas
 lemari
1 Minta pasien untuk mengulang kata-kata
berikut
“tak ada jika, dan, atau, tetapi”. Bila
benar nilai 1 point.
 Pernyataan benar 2 buah : tak ada ,
3 tetapi. √
Minta pasien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah :
“Ambil kertas di tangan anda, lipat dua
dan taruh di lantai”.
 Ambil kertas di tangan anda 
 Lipat dua 
1  Taruh di lantai 
Perintahkan pada pasien untuk hal
berikut ( bila aktivitas sesuai perintah
nilai 1 point )
 “Tutup mata anda “
2 Perintahkan pada pasien untuk menulis
satu kalimat dan menyalin gambar.
 Tulis satu kalimat
 Menyalin gambar
TOTAL NILAI 30
Interpretasi Hasil
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
<17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

4. Pengkajian Keseimbangan (Tinetti, 1998)


Komponen
Gerakan yang
Utama dalam Kriteria Nilai
Diobservasi
Bergerak
Perubahan Bagun dari Tidak bangun dari tempat duduk dengan 0
posisi atau kursi (mata satu kali gerakan, tetapi mendorong
gerakan terbuka) tubuhnya keatas dengan tangan atau
keseimbangan bergerak kedepan kursi terlebih dahulu,
tidak stabil pada saat berdiri pertama
kali
Duduk ke kursi Menjatuhkan ke kursi, tidak duduk 0
(mata terbuka) ditengah kursi
Bangun dari Tidak bangun dari tempat tidur dengan 0
tempat tidur sekali gerakan, akan tetapi lansia
(mata tertutup) mendorong tubuhnya ke atas dengan
tangan atau bergerak ke bagian depan
kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada
saat berdiri pertama kali.
Duduk ke kursi Menjatuhkan ke kursi, tidak duduk 0
(mata tertutup) ditengah kursi
Menahan Pemeriksa mendorong strenum 0
dorongan pada perlahan-lahan sebayak 3 kali). Klien
sternum (mata mengerakan kaki, memengang objek
terbuka) untuk dukungan, kaki tidak menyentuh
sisi-sisinya
Menahan Pemeriksa mendorong strenum 1
dorongan pada perlahan-lahan sebayak 3 kali). Klien
sternum (mata mengerakan kaki, memengang objek
tertutup) untuk dukungan, kaki tidak menyentuh
1sisi-sisinya
Perputaran Mengerakan kaki, mengenggam obyak 0
leher untuk dukungan, kaki tidak menyentuh
sisi-sisinya, keluahan vertigo, pusing
atau keadaan tidak stabil
Gerakan Tidak mampu untuk mengapai sesuatu 0
menggapai dengan bahu fleksi sepenuhnya
sesuatu sementara berdiri pada ujung-ujung jari
kaki, tidak stabil, memegang sesuatu
untuk dukungan
Membungkuk Tidak mampu membungkuk untuk 0
mengambil obyek-obyek kecil dari
lantai, memegang obyek untuk bisa
berdiri lagi, memerlukan usaha-usaha
multifel untuk bangun

Gaya berjalan Minta klien Ragu-ragu, tersandung, memegang 0


atau gerak untuk berjalan obyek untuk dukungan
ketempat yang
ditentukan
Ketinggian Kaki tidak naik dari lantai secara 0
langkah kaki konsisten (menggeser atau menyeret
(mengangkat kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi
kaki saat ( >5 cm)
melangkah)
Kontinuitas Setelah langkah-langkah awal, langkah 0
langkah kaki menjadi tidak konsisten, memulai
(diobservasi mengangkat satu kaki sementara kaki
dari samping yang lain menyentuh lantai
klien)
Kesimetrisan Tidak berjalan dalam garis lurus, 0
langkah bergelombang dari sisi ke sisi
(diobservasi
dari samping
klien)
Penyimpangan Tidak berjalan dalam garis lurus, 0
jalur pada saat bergelombang dari sisi ke sisi
berjalan
(diobservasi
dari belakang
klien)
Berbalik Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan 0
sempoyongan, bergoyang; memegang
obyek untuk dukungan.
Total score 1

Interpretasi hasil :
0-5 : Resiko jatuh rendah
6 - 10 : Resiko jatuh sedang
11 - 15 : Resiko jatuh tinggi
Pengkajian Gerontik Pada Ny.E
1. Identifikasi masalah emosional klien
a. Psikososial : pasien dapat bersosialisasi dengan tetangga dan
pelanggan di warungnya, sikap pasien ramah terhadap orang lain.
b. Identifikasi Masalah Emosional :
Pertayaan Tahap 1:
o Apakah pasien mengalami sukar tidur ? tidak
o Apakah pasien sering merasa gelisah ? tidak
o Apakah pasien sering murung atau menangis sendiri ?
tidak
o Apakah pasien sering was-was atau khawatir ? tidak

Masalah emosional negatif (-)


c. Spiritual
Pasien mengatakan beragama Islam, pasien mengatakan sering berdoa dan
beribadah lima waktu di mesjid.
2. Pengkajian fungsional klien
a. KATZ Indeks :
o Mandiri dalam makan
o Mandiri dalam kontinensia (BAB/BAK)
o Mandiri menggunakan pakaian
o Mandiri pergi ke toilet
o Mandiri mandi
o Mandiri dalam berpindah
Kesimpulan pasien termasuk katagori ( A )
b. BARTHEL Indeks
DENGAN MANDI
NO KRITERIA KETERANGAN
BANTUAN RI
1 Makan Frekuensi: 3 x
Jumlah : 1 porsi
kadang-kadang
5 10
tidak habis
Jenis : nasi,
lauk/tahu
2 Minum Frekuensi: 4
gelas/hr
5 10
Jumlah : 1000 cc
Jenis : air putih
3 Berpindah dari kursi roda ke
5 15
tempat tidur atau sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, -
0 5
menyisir rambut, gosok gigi)
5 Keluar masuk toilet (mencuci
5
pakaian, menyikat tubuh, 10
menyiram)
6 Mandi Frekuensi: 2x
5 15
(pagi, sore)
7 Jalan di permukaan datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 Frekuensi:2-3x/mgg
10 Konsistensi :
lembek dan warna
kuning
11 Kontrol blendder (BAK) Frekuensi: 4 – 5 x /
hari
5
10 Warna : kuning
jernih
12 Olah raga / latihan Frekuensi:
semaunya
5 10
Jenis : latihan gerak
sendi
13 Rekreasi / pemanfaatan waktu Frekuensi: tiap saat
luang Jenis : ngobrol
5 10
dengan teman
sekamar

Total Score : 130


Jadi Barthel indeks pasien termasuk katagori :
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 60-125 : Ketergantungan sebagian
c. 55 : Ketergantungan total
3. Pengkajian Status Mental Gerontik
a. Short Partable Mental Status Quisioner (SPSMQ)
BENAR SALAH NO PERTANYAAN
√ 1 Tanggal berapa hari ini ?
 2 Hari apa sekarang ?
 3 Apa nama tempat ini ?
 4 Di mana alamat anda ?
 5 Berapa umur anda ?
 6 Kapan anda lahir ? ( minnimal tahun lahir )
 7 Siapa presiden / kepala panti / lurah / kuwu
sekarang ?
 8 Siapa presiden / kepala panti /lurah / kuwu
sebelumnya ?
 9 Sebutkan nama ibu anda ?
 10 Kurangi 3 dari 20 terus menerus secara menurun
 = 10 =0

Total Score : 0
Score Total :
Interpretasi hasil
a. Salah 0-3 Fungsi Intelektual Utuh
b. Salah 4-5 Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10 Kerusakan intelektual berat

b. MMSE ( Mini Mental Status Exam)


NO ASPEK NILA NILAI
KOGNITIF I PASIE
KRITERIA
MAK N
S
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
 Tahun √
 Musim (kemarau) √
 Tanggal √
 Hari √
 Bulan √
Orientasi 5 5 Di mana sekarang kita berada ?
 Negara Indonesia √
 Propinsi Kalimantan Selatan √
 Kota Marabahan√
 Kelurahan Puntik Dalam √
 RT 03 RW 05 √
Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh pemeriksa)
1 detik untuk mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tanyakan pada pasien
ketiga obyek tadi. ( Untuk disebutkan )
 Obyek (Gelas)
 Obyek (jam)
 Obyek (pulpen)
3 Perhatian 5 5 Minta pasien untuk memulai dari angka
dan 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali /
Kalkulasi tingkat.
 93 √
 86 √
 79 √
 72 √
 65 √
4 Mengingat 3 3 Minta pasien untuk mengulangi ketiga
obyek pada no. 2 ( registrasi ) tadi. Bila
benar 1 point untuk masing-masing
obyek.
5 Bahasa 9 2 Tunjukkan pada pasien suatu benda dan
tanyakan namanya pada pasien.
 gelas
 lemari
1 Minta pasien untuk mengulang kata-kata
berikut
“tak ada jika, dan, atau, tetapi”. Bila benar
nilai 1 point.
 Pernyataan benar 2 buah : tak
3 ada , tetapi. √
Minta pasien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah :
“Ambil kertas di tangan anda, lipat dua
dan taruh di lantai”.
 Ambil kertas di tangan
anda 
1  Lipat dua 
 Taruh di lantai 
Perintahkan pada pasien untuk hal berikut
(bila aktivitas sesuai perintah nilai 1
point)
2  “Tutup mata anda “
Perintahkan pada pasien untuk menulis
satu kalimat dan menyalin gambar.
 Tulis satu kalimat
 Menyalin gambar
TOTAL NILAI 30
Interpretasi Hasil
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
<17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

4. Pengkajian Keseimbangan (Tinetti, 1998)


Komponen
Gerakan yang
Utama dalam Kriteria Nilai
Diobservasi
Bergerak
Perubahan Bagun dari Tidak bangun dari tempat duduk dengan 0
posisi atau kursi (mata satu kali gerakan, tetapi mendorong
gerakan terbuka) tubuhnya keatas dengan tangan atau
keseimbangan bergerak kedepan kursi terlebih dahulu,
tidak stabil pada saat berdiri pertama
kali
Duduk ke kursi Menjatuhkan ke kursi, tidak duduk 0
(mata terbuka) ditengah kursi
Bangun dari Tidak bangun dari tempat tidur dengan 0
tempat tidur sekali gerakan, akan tetapi lansia
(mata tertutup) mendorong tubuhnya ke atas dengan
tangan atau bergerak ke bagian depan
kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada
saat berdiri pertama kali.
Duduk ke kursi Menjatuhkan ke kursi, tidak duduk 0
(mata tertutup) ditengah kursi
Menahan Pemeriksa mendorong strenum 0
dorongan pada perlahan-lahan sebayak 3 kali). Klien
sternum (mata mengerakan kaki, memengang objek
terbuka) untuk dukungan, kaki tidak menyentuh
sisi-sisinya
Menahan Pemeriksa mendorong strenum 1
dorongan pada perlahan-lahan sebayak 3 kali). Klien
sternum (mata mengerakan kaki, memengang objek
tertutup) untuk dukungan, kaki tidak menyentuh
1sisi-sisinya
Perputaran Mengerakan kaki, mengenggam obyak 0
leher untuk dukungan, kaki tidak menyentuh
sisi-sisinya, keluahan vertigo, pusing
atau keadaan tidak stabil
Gerakan Tidak mampu untuk mengapai sesuatu 0
menggapai dengan bahu fleksi sepenuhnya
sesuatu sementara berdiri pada ujung-ujung jari
kaki, tidak stabil, memegang sesuatu
untuk dukungan
Membungkuk Tidak mampu membungkuk untuk 0
mengambil obyek-obyek kecil dari
lantai, memegang obyek untuk bisa
berdiri lagi, memerlukan usaha-usaha
multifel untuk bangun

Gaya berjalan Minta klien Ragu-ragu, tersandung, memegang 0


atau gerak untuk berjalan obyek untuk dukungan
ketempat yang
ditentukan
Ketinggian Kaki tidak naik dari lantai secara 0
langkah kaki konsisten (menggeser atau menyeret
(mengangkat kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi
kaki saat ( >5 cm)
melangkah)
Kontinuitas Setelah langkah-langkah awal, langkah 0
langkah kaki menjadi tidak konsisten, memulai
(diobservasi mengangkat satu kaki sementara kaki
dari samping yang lain menyentuh lantai
klien)
Kesimetrisan Tidak berjalan dalam garis lurus, 0
langkah bergelombang dari sisi ke sisi
(diobservasi
dari samping
klien)
Penyimpangan Tidak berjalan dalam garis lurus, 0
jalur pada saat bergelombang dari sisi ke sisi
berjalan
(diobservasi
dari belakang
klien)
Berbalik Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan 0
sempoyongan, bergoyang; memegang
obyek untuk dukungan.
Total score 1
Interpretasi hasil :
0-5 : Resiko jatuh rendah
6 - 10 : Resiko jatuh sedang
11 - 15 : Resiko jatuh tinggi
5. Harapan Keluarga
Keluarga mengatakan bahwa keluarga berharap dengan adanya tenaga
kesehatan, keluarga dapat dibantu dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dan memperbaiki kondisi anggota keluarga yang sakit
ANALISA
III
PEMBAHASAN

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional, dimana individu mempunyai peran masing-
masing yang merupakan bagian dari keluarga. Lansia adalah suatu kejadian yang
pasti akan dialami oleh semua orang yang dikarunai usia panjang, Dalam kelolaan
kasus keperawatan keluarga pada lansia dengan keluarga miskin.
Dengan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. E terdapat kesenjangan-
kesenjangan yang ditemukan antara teori dengan kenyataan pada studi kasus
dilapangan. Pada pembahasan masalah ini yang merupakan kesenjangan antara
teori dan pelaksanaan praktek secara langsung, serta faktor pendukung dan
penghambat kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
Tn. E. dalam upaya yang dilakukan untuk mengatasi faktor penghambat. Antara
lain adalah sebagai berikut :
A. Pengkajian
Pengkajian bertujuan untuk mengumpulkan data tentang keluarga agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah kesehatan dan keperawatan
baik fisik, mental, sosial dan lingkungan, dengan melakukan pengkajian
kelolaan kasus keperawatan keluarga pada lansia dengan keluarga miskin
menggunakan beberapa teknik diantaranya wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Semua data yang berhubungan
dengan masalah kesehatan dan keperawatan secara individu atau keseluruhan
di dalam anggota keluarga pada keluarga Tn. E, baik secara fisik, mental,
sosial dan lingkungan. Pada tahap pengkajian, keluarga Tn. E. Data yang
ditemukan baik secara subjektif dan objektif yang dapat dikumpulkan harus
harus berdasarkan dengan keterangan dari seluruh anggota keluarga
kemudian dilakukan pengumpulan, dalam asuhan keperawatan keluarga
kelolaan pada keluarga Tn. E mendapatkan hambatan yaitu tidak dapat
mengumpulkan data kesehatan secara lengkap, terutama untuk data
penunjang yaitu laboratorium, diagnostik. Upaya yang dilakukan dengan
memanfaatkan data seadanya untuk mendukung tahap pengkajian. Setelah
mendapatkan data yang diperoleh kemudian secara teori menganalisa dan
mengelompokan data menjadi masalah kesehatan dan masalah keperawatan.
Berdasarkan masalah kesehatan yang diderita keluarga Tn. E. Adalah
menggunakan dengan data subjektif yang ditemukan bahwa Tn. E sering
mengatakan keluhan tentang nyeri dan pegal pada sendi-sendi di seluruh
tubuh dengan keluhan sering merasa kaku di persendian kaki saat pagi dan
sore hari, sedangkan data objektifnya yang ditemukan tampak adanya
pembengkakan dibagian kaki kanan Tn. E. Sedangkan pada Ny. E ditemukan
data bahwa : Anggota Keluarga Tn. E, mengatakan Ny.E memiliki riwayat
hipertensi sering merasa pusing saat dikaji ditemukan tekanan darah: 174/84 mmHg
Sehingga dapat ditegakkan untuk diagnosis keperawatan keluarga pada Tn.
E dan Ny. E adalah sebagai berikut:
1. Risiko komplikasi pada Tn.E dan Ny.E berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota anggota keluarga yang sakit
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri pada Tn.E dan Ny.E b.d ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami reumatik.

B. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul,
dianalisa dan bila masalah sudah teridentifikasi, kemudian dirumuskan
masalah keperawatan. Rencana keperawatan disusun dengan melibatkan
keluarga secara optimal agar dalam pelaksanaannya terjalin suatu kerjasama
yang saling membantu dalam proses pencapaian tujuan keperawatan dalam
memenuhi kebutuhan keluarga.
Pada tahap perencanaan ditemukan hambatan yaitu kurangnya kerjasama
dalam membuat perencanaan kegiatan keperawatan keluarga Ny.J. sulit
dilaksanakan, karena keluarga ini kurang menyadari adanya masalah yang
dirasakan, juga keterbatasan dana yang dimiliki keluarga.
Upaya penanganan untuk mengatasi hambatan itu penulis menyusun rencana
kegiatan yang meliputi penjelasan-penjelasan dan penyuluhan serta
demonstrasi yang ada sangkut pautnya dengan masalah kesehatan dan
keperawatan yang ada dalam dalam keluarga Tn. E agar perencanaan dapat
terwujud maka perlu melakukan kontrak waktu terlebih dahulu untuk
menentukan waktu yang tepat untuk membuat perencanaan bersama-sama
dengan keluarga Tn. E.

C. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang
bertujuan untuk mengadakan perubahan perilaku yang mencerminkan hidup
sehat, mempertahankan perilaku yang baik agar lebih baik, dan mencegah
adanya keadaan sakit dan memulihkan keadaan yang tidak sehat menjadi
sehat. Dalam tahap pelaksanaan ini perlu dilakukan tindakan keperawatan
yang meliputi : memberikan penyuluhan mengenai rheumatik dan hipertensi
(arti, tanda dan gejala, akibat, faktor dan cara perawatannya),
mendemonstrasikan teknik dan cara perawatannya, mendemonstrasikan cara
pembuatan menu diet rendah garam, mengajarkan teknik dan cara merawat
klien dengan gangguan rasa nyaman nyeri yang diakibatkan oleh rheumatik.
Tujuan dari penyuluhan adalah agar pengetahuan keluarga meningkat
sehingga keluarga mengerti, menyadari dan berkemauan serta berkemampuan
melaksanakan atau mampu menolong diri sendiri dalam masalah
kesehatannya, sehingga dapat memperhatikan perilaku sehat dimasa yang
akan datang. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan perlu menyadari
adanya hambatan yaitu faktor kurangnya pengetahuan keluarga dalam
mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarganya dan kurangnya
kemampuan keluarga dalam menyerap materi yang disampaikan saat
dilakukan penyuluhan, dari faktor keterampilan (psikomotor), keluarga
lambat dalam mengikuti setiap demonstrasi yang diberikan penulis, adapun
upaya untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan memberikan
penyuluhan sejelas mungkin dan memperhatikan kemampuan keluarga untuk
menerima materi yang disampaikan dan mengikutsertakan terus keluarga
dalam melakukan demonstrasi dengan tujuan agar keluarga lebih terampil
secara psikomotor, dan selalu memberikan motivasi pada keluarga dengan
tujuan agar keluarga terdorong untuk melakukan setiap rangkaian
pelaksanaan yang telah ditetapkan.

D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai
sejauh mana tujuan perawatan telah tercapai. Secara teori yang bisa dinilai
dalam tahap evaluasi adalah aspek afektif, kognitif dan psikomotor yaitu
keluarga meningkat pengetahuannya mengenai masalah yang muncul, adanya
kemauan keluarga untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah
yang muncul, dan adanya peningkatan keterampilan dalam mengatasi
masalah yang muncul.
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada keluarga pada Tn. E yang telah
dilakukan dari tanggal 20 Juli - 8 Agustus 2013, sebagian sudah memenuhi
harapan yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum yang
bisa dievaluasi pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada keluargaTn. E.
Adapun tindakan keluarga yang masih perlu dievaluasi yaitu mengenai
perawatan rheumatik yang dilakukan oleh Tn. E karena keterbatasan waktu
yang dimiliki dalam melakukan pengelolaan untuk masalah pada Tn. E, yang
masih perlu dievaluasi, perlu adanya merujuk kepelayanan kesehatan
Puskesmas terkait untuk melanjutkan pembinaan pada keluarga Tn. E. Adalah
sebagai berikut: Pengetahuan keluarga dalam mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang muncul. Dalam pelaksanan tidak berjalan
dengan lancar dengan adanya hambatan tersebut.
Evaluasi Pada tahap evaluasi diperoleh adanya peningkatan pengetahuan
dan keterampilan pada keluarga Tn. E tentang masalah pada Ny. E. Keluarga
dapat mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah gangguan
tersebut. Keluarga dapat memberikan perawatan pada Ny.E. yang mengalami
gangguan kekambuhan hipertensi supaya dapat memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang ada.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Pada lanjut
usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi. Kemunduran yang terjadi pada lansia
tidak hanya dari segi fisik saja tetapi juga pada kognitifnya sehingga akan
sering timbul berbagai masalah mulai dari immobility (imobilisasi), instability
(instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment
(gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing
(gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), Inanition
(malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga immune deficiency
(menurunnya kekebalan tubuh).
Untuk mengatasi permasalah-permasalan tersebut, perawat harus
mengadakan pendekatan dalam perawatan pasien dengan lansia di rumah baik
melalui pendekatan fisik, psikososial maupun spiritual sehingga masalah-
masalah yang dialami pasien bisa terselesaikan. Perawatan lansia di rumah
diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup lansia sehingga mereka tetap
merasa bahagia dan dapat menjalani kehidupan masa tuanya dengan lebih
baik.
B. SARAN
1. Keluarga
Keluarga diharapkan selalu memberikan perhatian yang penuh kepada
lansia sehingga lansia tidak merasa terkucilkan di rumah. Serta perlu
diperhatikan dalam upaya baik pada keluarga dan masyarakat diharapkan
ikut berpartisipasi dalam perawatan lansia di rumah.
2. Perawat
Perawatan lansia di rumah sebaiknya di lakukan secara holistic meliputi:
(biologi, psikologi, social, spiritual), selain itu upaya dalam perawatan
lansia sebaiknya berupaya untuk memandirikan lansia sesuai dengan
kemampuannya.
3. Puskesmas
Kepada perawat homecare agar memberikan asuhan keperawatan secara
holistik dan menyeluruh. Serta perawat dari pihak puskemas mengadakan
kegiatan promosi kesehatan dengan berbagai kegiatan-kegiatan
penyuluhan berkaitan dengan masalah kesehatan yang muncul di Desa
Puntik Dalam Kabupeten Marabahan.
DAFTAR PUSTAKA

Bandiah, S. (2009) Lanjut Usia dan Keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Matteson, M.A. and Mc. Connel, E.S. (1998). Gerontological Nursing: Concept
and Practice. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Miller, C.A. (1995). Nursing Care of Older Adults: Theory and Practice.
Philadelphia: J.B. Lippincott.

Mooney, Ruth A. and Green Way, M.N. (1993). Gerontologic. Washington:


Delmar Publisher.

Roach, S. (2001). Introductory Gerontological Nursing. Philadelphia: Lippincott.

Setiawati, Santun.2008. Penuntun Praktis : Asuhan Keperawatan Keluarga, Ed.2.


Jakarta:Trans Info Media.2.

Sri, Setyowati.2008. Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan Aplikasi Kasus


Cet. 2.Jogjakarta : Mitra Cendikia3.

Suprajitno.2004. Asuhan Keperawatan Keluarga Cet.1.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai