Anda di halaman 1dari 16

PARADIGMA PENYULUHAN KEHUTANAN

KATA PENGANTAR
Sejalan dengan pergeseran pembangunan kehutanan dan pelaksanaan otonomi daerah, maka telah
dilakukan reorientasi paradigma penyuluhan kehutanan, yang semula merupakan proses alih teknologi
dan informasi menjadi penyuluhan kehutanan yang merupakan proses pemberdayaan masyarakat
berbasis pembangunan kehutanan.
Buku “ Paradigma Penyuluhan Kehutanan “ ini memuat secara garis besar informasi singkat tentang
visi, misi aturan-aturan serta informasi penyuluhan kehutanan yang dapat digunakan oleh para pelaku
penyuluhan kehutanan baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat
Dengan adanya buku ini diharapkan dapat memberi informasi kepada para pelaku penyuluhan
kehutanan dalam melaksanakan tugasnya.
Kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam penyusunan buku ini diucapkan terima kasih.
KEPALA PUSAT,
ttd.
Ir. NUR HIDAYAT
NIP : 080035369

I . PARADIGMA, VISI dan MISI


A. PARADIGMA
Sejalan dengan pergeseran pembangunan kehutanan dan pelaksanaan otonomi daerah, maka
telah dilakukan reorientasi paradigma penyuluhan kehutanan, yang semula merupakan proses
alih teknologi dan informasi menjadi penyuluhan kehutanan yang merupakan proses
pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan produktifitas
kearah kemandirian, maka strategi yang digunakan adalah dengan penguatan kelembagaan
masyarakat melalui pendampingan. Dengan demikian akan tumbuh dan berkembang kelompok
kelompok usaha produktif di masyarakat, juga munculnya penyuluh kehutanan swadaya
masyarakat sebagai mitra kerja penyuluh serta adanya kesepahaman/komitmen masyarakat
sebagai pelaku dan pendukung pembangunan hutan dan kehutanan
BAGAN :
B. VISI
o Terwujudnya Masyarakat Mandiri Berbasis Pembangunan Kehutanan.
Masyarakat Mandiri Berbasis Pembangunan Kehutanan mengandung arti bahwa
masyarakat telah memiliki kelembagaan yang kuat, kemampuan yang tinggi,
kemandirian secara ekonomi, lingkungan dan sosial dengan berbasis kepada sumber
daya hutan dan lahan serta lingkungan yang lestari Selain itu memahami fungsi dan
manfaatnya sebagai penyangga kehidupan sehingga berpartisipasi aktif dalam
pelestarian sumber daya hutan dan pengelolaan DAS.
C. MISI
1. Memantapkan dan mengembangkan kelembagaan penyuluhan kehutanan
2. Memberdayakan masyarakat berbasis pembangunan kehutanan
3. Mengembangkan jaringan kerja dan kemitraan penyuluhan kehutanan
II. TUJUAN, SASARAN DAN STRUKTUR PENYULUHAN
A. TUJUAN PENYULUHAN
Didalam Undang Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, disebutkan bahwa
penyuluhan kehutanan bertujuan untuk meningkatkan pengrtahuan dan ketrampilan serta
mengubah sikap dan perilaku masyarakat agar mau dan mampu mendukung pembangunan
kehutanan atas dasar iman dan taqwa serta sadar akan pentingnya sumberdaya hutan bagi
kehidupan.
Penyelenggaraan penyuluhan kehutanan dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat. Pemerintah mendorong dan menciptakan kondisi yang mendukung
terselenggaranya kegiatan penyuluhan kehutanan.
B. SASARAN PENYULUHAN
1. Sasaran Institusi
a. Pemerintah,
Untuk mencari kesepahaman dan kesepahaman
 Pemerintah Pusat meliputi Departemen/lembaga terkait kehutanan
 Pemerintah daerah Propinsi meliputi dinas yang terkait dengan
pembangunan kehutanan
 Pemerintah daerah Kabupaten/Kota meliputi dinas-dinas yang terkait
dengan pembangunan kehutanan
b. Dunia Usaha
Dalam rangka memotivasi untuk mengembangkan pemberdayaan ekonomi
masyarakat.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kehutanan; Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)
seperti Pemegang HPH/HTI; Koperasi dan Swasta yang terkait dengan usaha
kehutanan
c. Masyarakat
Dalam upaya meningkatkan kapasitas dan produktifitas, serta kemandirian
masyarakat sehingga terbentuk Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri (KMPM)
dan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM)
2. Sasaran Lokasi
 Di dalam dan di luar kawasan hutan, yang terkait dengan pembangunan
kehutanan.
 Di dalam kawasan hutan mencakup fungsi lindung, fungsi produksi dan fungsi
konservasi.
 Di luar kawasan hutan mencakup wilayah-wilayah DAS yang perlu direhabilitasi
dan dikonservasi.
3. Sasaran Kegiatan
Kegiatan pembangunan kehutanan, meliputi : pengelolaan hutan alam, hutan
tanaman, social forestry, hutan kemasyarakatan, hutan desa/adat, hutan rakyat, hutan
kota, hutan pantai, aneka usaha kehutanan, perbenihan, pengelolan Taman Nasional,
konservasi sumber daya hutan, rehabilitasi lahan dan pengelolaan DAS.
C. STRUKTUR PENYULUHAN
Penyuluhan Kehutanan merupakan kebutuhan disetiap wilayah administrasi yang
menyelenggarakan program pembangunan kehutanan, sehingga kelembagaannya harus
terstruktur mulai ditingkat pusat sampai ke daerah. Penyuluhan kehutanan dibutuhkan tidak
hanya pada wilayah yang hutannya rusak, lahannya kritis dan terjadi konflik masyarakat saja.
Tetapi dibutuhkan pula pada wilayah yang hutannya masih utuh dan lahannya masih produktif,
sebagai upaya agar masyrakat mengetahui dan menyadari tentang pentingnya pelestarian
fungsi dan manfaat hutan dan lahan. Penyuluhan Kehutanan tidak hanya diwilayah pedesaan,
tetapi juga diperkotaan karena terkait dengan program pembangunan kehutanan antara lain
pengembangan Hutan Kota, penghijauan pemukiman/pabrik, sumur resapan air, pelestarian
flora/fauna langka yang harus dilindungi.
Struktur Kelembagaan Penyuluhan Kehutanan sebagai berikut :
1. Pemerintah Pusat
Dilakukan oleh Departemen Kehutanan c/q Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan yang
didukung oleh Penyuluh Kehutanan Ahli
2. Pemerintah Propinsi
Dilakukan oleh Dinas Kehutanan atau Dinas yang menangani bidang kehutanan dengan
didukung oleh Penyuluh Kehutanan Ahli
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
Dilakukan oleh Dinas Kehutanan atau Institusi yang menangani bidang kehutanan
dengan didukung oleh Kehutanan Ahli dan oleh Penyuluh Kehutanan Trampil
4. Pemerintah Kecamatan
Dilakukan oleh Cabang Dinas Kehutanan atau Cabang Dinas/Unit Kerja yang menangani
bidang kehutanan dan didukung oleh Penyuluh Kehutanan Trampil
5. Pemerintah Desa
Dilakukan oleh Sentra Penyuluhan Kabupaten yang dibentuk oleh PKSM dan KMPM
serta tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Kelompok Usaha Produktif Kehutanan menjadi
unit percontohan penyuluhan kehutanan.
III. BANGUNAN PENYULUHAN
A. FONDASI (Prinsip Dasar Penyuluhan)
1. Pemberdayaan Masyarakat.
Dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas, produktifitas dan kemandirian melalui
penguatan kelembagaan dan pendampingan sehingga terbentuk komitmen yang kuat
berupa Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri (KMPM) dan Penyuluh Kehutanan
Swadaya Masyarakat (PKSM)
2. Partisipatif
Dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan kehutanan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasinya melibatkan masyarakat sasaran sebagai pemeran utama
secara aktif. Mengutamakan pengembangan masyarakat berdasarkan dialog atau
musyawarah yang demokratis
3. Lokal Spesifik .
Menggali potensi wilayah setempat dengan cara mengidentifikasi masyarakatnya,
sumber daya alam dan lingkungannya, serta kelembagaan pendukungnya.
4. Pelestarian Fungsi dan Manfaat.
Fungsi dan manfaat hutan dan lahan harus dikembangkan agar dapat mendukung
kepentingan ekonomi, social, lingkungan, budaya dan agama sebagai penyangga
kehidupan. Penyuluhan kehutanan harus dapat memberikan manfaat kepada
masyarakat yang berbasis hutan dan lahan
5. Penguatan Jender
Didalam kegiatan penyuluhan kehutanan harus diciptakan kesetaraan antara laki-laki
dan perempuan, untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya agar mampu berperan
dan berpartisipasi dalam pembangunan kehutanan dan menikmati hasilnya.
Penyetaraan jender dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi
suatu aktifitas/ program pembangunan kehutanan
B. TIANG/ PILAR (Program)
1. Pemantapan Kelembagaan Penyuluhan Kehutanan
Tujuan : Memantapkan kelembagaan penyuluhan kehutanan di tingkat pusat,
propinsi, kabupaten/kota.
2. Pengembangan SDM Penyuluhan Kehutanan
Tujuan : Menyiapkan tenaga penyuluh kehutanan yang memenuhi kuantitas, kualitas,
dan profesionalisme serta memantapkan pembinaan karier penyuluh kehutanan.
3. Pengembangan Sistem, Metode dan Materi Penyuluhan Kehutanan.
Tujuan : Mengembangkan sistem , metode, dan materi penyuluhan kehutanan sesuai
dengan perkembangan teknologi, tuntutan pembangunan kehutanan dan kondisi
spesifik lokal.
4. Optimalisasi Sarana, Prasarana dan Alat Bantu Penyuluhan Kehutanan.
Tujuan : Memperlancar pelaksanaan kegiatan penyuluhan kehutanan sesuai dengan
kebutuhan.
5. Pemberdayaan Masyarakat Sasaran.
Tujuan : Meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat sebagai penggerak
utama dalam pembangunan kehutanan dan ekonomi kerakyatan.
6. Pengembangan Jaringan Kerja dan Kemitraan.
Tujuan : Mendorong berkembangnya jaringan kerja dan kemitraan lintas sector,
Dunia Usaha dan Masyarakat.
C. LANTAI (Peraturan Perundangan)
o Basis kepastian karier
1. Keputusan Menpan No: 130/KEP/M. PAN/12/2002 tanggal 3 Desember 2002
tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan dan Angka Kreditnya.
Keputusan MENPAN tersebut mengatur tentang :
a. Kedudukan dan tugas pokok penyuluh kehutanan
Tugas pokok penyuluh kehutanan adalah menyiapkan, melaksanakan,
mengembangkan, memantau dan mengevaluasi serta melaporkan
kegiatan penyuluhan
b. Unsur dan sub unsur kegiatan Penyuluh Kehutanan, yang meliputi :
Pendidikan; Persiapan Penyuluhan Kehutanan; Pelaksanaan penyuluhan
Kehutanan; Pemantauan, Evaluasi dan pelaporan Penyuluhan
Kehutanan; Pengembangan Penyuluhan Kehutanan; Pengembangan
Profesi; Penunjang Penyuluhan Kehutanan
c. Jenjang Jabatan dan Pangkat
Kategori Jabatan Penyuluh Kehutanan terdiri dari Penyuluh Kehutanan
Terampil(PKT) dan Penyuluh Kehutanan Ahli (PKA)
 Penyuluh Kehutanan Ahli adalah penyuluh kehutanan yang
berlatar belakang minimal Diploma IV/ Strata 1 jurusan yang
terkait dengan penyuluhan kehutanan
 Penyuluh Kehutanan Trampil adalah penyuluh kehutanan yang
berlatar belakang minimal Diploma II sampai dengan Diploma
III, jurusan yang terkait dengan penyuluhan kehutanan
Jenjang jabatan Penyuluh Kehutanan Ahli :
 Penyuluh Kehutanan Pertama : Pangkat Penata Muda (Gol.
III/a) sampai dengan Penata Muda Tk. I (Gol. III/b)
 Penyuluh Kehutanan Muda: Pangkat Penata (Gol. III/c) sampai
dengan Penata Tk. I (Gol. III/d)
 Penyuluh Kehutanan Madya: Pangkat Pembina (Gol. IV/a)
sampai dengan Pembina Utama Muda (Gol. IV/c)
Jenjang jabatan Penyuluh Kehutanan Trampil :
 Penyuluh Kehutanan Pelaksana : Pangkat Pengatur Muda Tk. I
(Gol. II/ b) sampai dengan Pengatur (Gol. II/d)
 Penyuluh Kehutanan Pelaksana Lanjutan: Pangkat Penata Muda
(Gol. III/a) sampai dengan Penata Muda Tk. I (Gol. III/b)
 Penyuluh Kehutanan Penyelia: Pangkat Penata (Gol. III/c)
sampai dengan Penata Tk. I (III/d)
d. Rincian Kegiatan dan Unsur yang Dinilai Dalam Pemberian Angka Kredit

 Unsur Utama terdiri dari : Pendidikan (formal, diklat);


Persiapan Penyuluhan Kehutanan; Pelaksanaan Penyuluhan
Kehutanan; Pemantauan, pengendalian, evaluasi dan
pelaporan; Pengembangan Penyuluhan Kehutanan;
Pengembangan profesi.
 Unsur Penunjang terdiri dari : Mengajar/Melatih dib bidang
penyuluhan kehutanan; Menterjemahkan/menyadur buku dan
bahan-bahan lain dibidang penyuluhan kehutanan; Mengikuti
seminar/lokakarya; Menjadi anggota tim penilai jabatan
penyuluh kehutanan; Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya;
Menjadi anggota organisasi profesi di bidang penyuluhan
kehutanan; Memperoleh piagam kehormatan
e. Penilaian dan Penetapan Angka Kredit
Untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi diperlukan angka kredit
komulatif sebagai berikut : 80 % berasal dari Unsur Utama dan 20 %
berasal dari Unsure Penunjang
f. Pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan dalam dan
dari jabatan
g. Syarat Pengangkatan dalam Jabatan Penyuluh Kehutanan
h. Pembebasan Sementara, Pengangkatan Kembali dan Pemberhentian
dari Jabatan
2. Surat Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor 35 tahun
2003, tanggal 12 Agustus 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Penyuluh Kehutanan dan Angka Kreditnya.
Keputusan Kepala BKN tersebut mengatur tentang :
a. Usul dan penetapan angka kredit
b. Tim Penilai Angka Kredit
c. Kenaikan Jabatan dan Pangkat
d. Pengangkatan kembali dalam jabatan
e. Perpindahan Jabatan
3. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 272/Kpts-II/2003 tanggal 12 Agustus
2003 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan dan
Angka Kreditnya,.
Petunjuk teknis ini mengatur hal-hal yang berkenaan dengan pengelolaan
administrasi kepegawaian dan rincian kegiatan teknis di bidang penyuluhan
kehutanan. Tujuannya adalah untuk mempermudah dan menyeragamkan
pemahaman pelaksanaan penyuluhan kehutanan, sehingga dapat memperlancar
tugas tugas Penyuluh Kehutanan, pengelola kepegawaian, tim penilai, pejabat
penetap angka kredit dan pejabat yang berkepentingan dalam melaksanakan
tugas masing-masing.
o Basis kesejahteraan
1. Kepres No: 20 Tahun 2003, tanggal 8 April 2003 tentang Tunjangan Jabatan
Fungsional Penyuluh Kehutanan.
Besarnya tunjangan setiap bulan mulai bulan Januari 2003, sebagai berikut:
a. Penyuluh Kehutanan Ahli :
 Penyuluh Kehutanan Madya : Rp. 400.000,-
 Penyuluh Kehutanan Muda : Rp. 300.000,-
 Penyuluh Kehutanan Pratama : Rp. 200.000,-
b. Penyuluh Kehutanan Trampil :
 Penyuluh Kehutanan Penyelia : Rp. 240.000,-
 Penyuluh Kehutanan Pelaksana Lanjutan : Rp. 175.000,-
 Penyuluh Kehutanan Pelaksana : Rp. 130.000,-
2. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara, Nomor 16 tahun 2003 tanggal 19
Mei 2003, tentang Tata Cara Permintaan, Pemberian dan Penghentian
Tunjangan Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan.
Keputusan BKN ini mengatur tentang :
Tata cara permintaan dan pemberian tunjangan meliputi :
 Penetapan pemberian tunjangan jabatan:
Harus ditetapkan dengan Surat Keputusan pejabat yang berwenang dan
dapat didelegasikan, serta harus dicantumkan besarnya tunjangan.
 Pegawai Negeri Sipil yang berhak mendapatkan tunjangan, adalah PNS
yang telah diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam jabatan
fungsional Penyuluh Kehutanan
 Prosedur
Pejabat Pembuat Daftar Gaji mengajukan usul permintaan pembayaran
tunjangan bersamaan dengan permintaan gaji
 Pembayaran tunjangan
Dibayarkan terhitung mulai tanggal 1 (satu) bulan berikutnya setelah
yang bersangkutan melaksanakan tugas
Setiap permulaan tahun anggaran pejabat yang berwenang membuat
surat pernyataan masih menduduki jabatan bagi pejabat fungsional
 Penghentian pembayaran tunjangan jabatan
Pembayaran tunjangan Penyuluh Kehutanan dihentikan terhitung mulai
bulan berikutnya apabila yang bersangkutan :
 Dibebaskan sementara dari jabatan fungsional Penyuluh
Kehutanan
 Diberhentikan dan atau berhenti sebagai PNS
 Dijatuhi hukuman disiplin
3. Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor SE-151/A/2003 tanggal 11
Agustus 2003, tentang Tata Cara Permintaan, Pemberian dan Penghentian
Tunjangan Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan
 Basis operasional
1. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No: 8206/Kpts-II/2002
tanggal 9 September 2002 tentang Kriteria dan Standar
Penyuluhan Kehutanan, yang menjadi acuan Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Dunia
Usaha, dan Kelompok Masyarakat dalam menyelenggarakan
penyuluhan kehutanan. Kriteria dan Standar tersebut meliputi:

a. Kelembagaan Penyuluhan Kehutanan : Organisasi;


Penyuluh Kehutanan; Tim Penilai Angka Kredit;
Kebijakan/aturan; Lembaga Penyuluhan Non
Pemerintah.
b. Perencanaan Penyuluhan : Rencana Jangka Menengah;
Rencana Tahunan; Programa Penyuluhan kehutanan;
Rencana Kerja Penyuluh.
c. Pelaksanaan Penyuluhan Kehutanan : Komunikasi dan
Informasi Penyuluhan berkembang; Pemberdayaan
Masyarakat; Pemberdayaan Dunia Usaha.
d. Pengendalian Penyuluhan Kehutanan : Monitoring
Penyuluhan Kehutanan; Evaluasi Penyuluhan
Kehutanan.
D. DINDING (Kegiatan Pokok)
0. Kegiatan Pokok Program Pemantapan Kelembagaan Penyuluhan Kehutanan :
a. Penyempurnaan data dasar penyuluhan kehutanan
b. Penyusunan rencana penyuluhan kehutanan
c. Penyiapan dan penyempurnaan peraturan penyuluhan kehutanan
d. Pembentukan Tim Penilai Angka Kredit Penyuluh Kehutanan
e. Pengumpulan Angka Kredit Penyuluh Kehutanan
f. Penyusunan dan sosialisasi peraturan perundangan Penyuluhan Kehutanan
g. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pengendalian penyuluhan kehutanan
h. Pengembangan Forum Komunikasi Penyuluhan Kehutanan
1. Kegiatan Pokok Program Pengembangan SDM Penyuluhan Kehutanan
. Pengembangan system rekruitmen penyuluh kehutanan
a. Pendidikan dan pelatihan calon penyuluh kehutanan
b. Pendidikan penyetaraan penyuluh kehutanan
c. Pendidikan lanjutan penyuluh kehutanan (D4/S1/S2/S3)
d. Pelatihan penyuluh kehutanan
e. Penyegaran penyuluh kehutanan
f. Temu karya penyuluh kehutanan
2. Kegiatan Pokok Program Pengembangan Sistem, Metode dan Materi Penyuluhan
Kehutanan :
. Pengembangan metode penyuluhan kehutanan
a. Pengembangan materi penyuluhan kehutanan
b. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen (SIM) penyuluhan kehutanan
c. Pengembangan system penyuluhan terintegrasi
d. Penyebarluasan materi penyuluhan kehutanan
3. Kegiatan Pokok Program : Optimalisasi Sarana, Prasarana dan Alat Bantu Penyuluhan
Kehutanan :
. Inventarisasi dan evaluasi sarana, prasarana dan alat Bantu penyuluhan
kehutanan
a. Pengadaan sarana, prasarana dan alat Bantu penyuluhan kehutanan
b. Pengelolaan sarana, prasarana dan alat bantu penyuluhan kehutanan
c. Pengembangan model penyuluhan kehutanan
d. Pengelolaan eks lokasi PPKAN
e. Pendayagunaan unit percontohan UPT Dephut
4. Kegiatan Pokok Program Pemberdayaan Masyarakat Sasaran.
. Gerakan Penghijauan dan Konservasi Alam (GPKA)
a. Pengembangan Gerakan Bakti Penghijauan Pemuda (GBPP)
b. Kampanye kebijakan kehutanan
c. Pengembangan Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri ( KUP, KSPKH, KPA,
KKA, KPSA, dll)
d. Pemberdayaan KPSA; KTH; KKA; KPA; KSPKH; Pramuka, Karang Taruna
e. Pengembangan pendidikan lingkungan
f. Pelatihan/pendampingan masyarakat sasaran
g. Pengembangan Himpunan Pelestari Hutan Andalan (HPHA)
h. Temu karya Himpunan Pelestari Hutan Andalan
i. Pengembangan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM)
5. Kegiatan Pokok Program Pengembangan Jaringan Kerja dan Kemitraan :
. Fasilitasi dialog penyuluhan kehutanan lintas sektor
a. Pengembangan kerjasama dengan unit kerja lingkup Departemen Kehutanan
dan instansi terkait
b. Pengembangan kerjasama dengan LSM
c. Kerjasama Luar Negeri
d. Penyelenggaraan temu usaha
e. Penyelenggaraan pameran
E. ATAP ( Keberhasilan)
0. TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA KMPM
KMPM adalah kelompok masyarakat yang telah memiliki kelembagaan yang kuat dan
kemandirian social ekonomi dan berbasis kepada sumberdaya hutan dan lahan,
sehingga masyarakat tersebut menjadi produktif dalam pengelolaan dan pelestarian
sumberdaya hutan dan lahan. Tolok ukur utama dari tumbuh dan berkembangnya
KMPM ini adalah berapa banyak kelompok masyarakat yang tumbuh menjadi kelompok
masyarakat mandiri (KMPM) dan sejauh mana pengaruh keberadaan kelompok tersebut
terhadap produktifitas dan kemandirian masyarakat disekitarnya.
1. TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA PKSM
PKSM adalah Anggota masyarakat yang secara mandiri mau dan mampu melaksanakan
penyuluhan kehutanan. Tolok ukur kunci bagi keberhasilan pengembangan PKSM dapat
dilihat dari sisi kuantitas PKSM yaitu berapa banyak PKSM yang melaksanakan kegiatan
penyuluhan. Sisi lainnya adalah kualitas kegiatan PKSM tersebut yang meliputi jenis
kegiatan yang dilaksanakan, frekuensi atau intensitas kegiatan penyuluhan, serta
sejauh mana pengaruh kehadiran PKSM terhadap masyarakat. Di tingkat lapangan PKSM
adalah teman belajar masyarakat yang berasal dari masyarakat. Salah satu media
penumbuh-kembangan PKSM tersebut adalah melalui berbagai KMPM.
2. FORUM-FORUM KESEPAKATAN
Terbentuknya forum kesepahaman dan kesepakatan masyarakat, sebagai wadah KMPM
dan PKSM dalam suatu wilayah Desa/Kecamatan/Kabupaten/Propinsi/Nasional. Forum
ini menjadi wadah bagi masyarakat untuk membangun kesepahaman dan kesepakatan
masyarakat yang dilakukan secara partisipatif. Dimana berbagai kelompok masyarakat
dan kepentingan yang diwakilinya memiliki kesempatan yang sama untuk diakomodasi
dalam berbagai kesepakatan yang dihasilkan oleh masyarakat. Penyetaraan jender
dalam membangun kesepahaman dan kesepakatan masyarakat tidak dapat diabaikan
IV. SUMBERDAYA MANUSIA (SDM) PENYULUHAN
A. PENYULUH KEHUTANAN
Penyuluh Kehutanan termasuk dalam rumpun ilmu hayat. Berkedudukan sebagai pelaksana
teknis fungsional penyuluhan kehutanan pada instansi pemerintah baik pusat maupun daerah.
Penyuluh Kehutanan adalah jabatan karir yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.

1. Penyuluh Kehutanan Ahli (PKA)


Penyuluh Kehutanan tingkat ahli, adalah jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan yang
dalam pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan,
metodologi dan teknis analisis tertentu.
2. Penyuluh Kehutanan Trampil
Penyuluh Kehutanan tingkat trampil adalah jabatan fungsional Penyuluh Kehutanan
yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mempergunakan prosedur dan teknik kerja
tertentu
B. PENYULUH DUNIA USAHA
Peranan Dunia Usaha adalah mengembangkan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Untuk
itu diperlukan pengembangan usaha dan pemasaran. Dalam rangka pengembangan usaha dan
pemasaran diperlukan petugas – petugas Badan Usaha yang berfungsi sebagai penyuluh di
lapangan untuk memotivasi dan memfasilitasi masyarakat.
C. PENYULUH SWADAYA MASYARAKAT
1. Kelompok Masyarakat Produktif dan Mandiri (KMPM)
Penyuluhan merupakan sebuah proses pemberdayaan masyarakat yang tidak dapat
dilakukan oleh penyuluh saja tetapi harus dilakukan secara bersama antara penyuluh
dengan masyarakat. Masyarakat dapat berperan dalam kegiatan penyuluhan melalui
sebuah kelembagaan yang dibentuk oleh masyarakat yang dapat mendorong
peningkatan produktifitas dan kemandirian masyarakat. Produktifitas dan kemandirian
masyarakat melalui lembaga ini didorong melalui berbagai aktifitas produktif yang
mereka lakukan.
2. Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM)
Sementara itu pada tingkat individu melalui berbagai kelompok tersebut (KMPM)
diharapkan tumbuhnya anggota-anggota masyarakat yang bisa menjalankan fungsi-
fungsi penyuluhan dan mampu memberi pengaruh positif terhadap masyarakat
disekitarnya. Individu-individu ditingkat kelompok dapat berperan sebagai pengurus
kelompok atau
D. KOMPETENSI PENYULUH KEHUTANAN
Penyuluh Kehutanan minimal harus mengetahui dan memahami 4(empat) hal yaitu : teknologi
penyuluhan, teknologi pemberdayaan masyarakat, substansi kehutanan dan system
sylvoagribisnis
1. TEKNOLOGI PENYULUHAN KEHUTANAN
Berbagai aspek teknis yang erat hubungannya dengan pengelolaan penyampaian pesan
dan mengolah respon dari sasaran penyuluhan, sangat terkait dengan metode dan
materi penyuluhan, komunikasi, teknik fasilitasi. Disamping itu perlu mengembangkan
system penyuluhan terpadu.
a. MENGEMBANGKAN SISTEM
Penyuluhan kehutanan menuntut adanya partisipasi semua pihak baik
pemerintah, dunia usaha maupun tokoh masyarakat kearah pemberdayaan
masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dikembangkan sistim kerja
sama yang saling menguntungkan agar semua pihak berkepentingan
memperoleh manfaat dari kerja sama tersebut. Dengan demikian kegiatan
penyuluhan kehutanan merupakan sub system dari system pembangunan
kehutanan maupun pembangunan sektor lain yang terintegrasi.
b. MENGEMBANGKAN METODE
Dalam upaya meningkatkan kapasitas masyarakat agar dapat diberdayakan
dalam pembangunan kehutanan diperlukan metode untuk melaksanakan
aktivitas penyuluhan kehutanan. Metode yang digunakan dalam kegiatan
penyuluhan kehutanan dapat dilaksanakan dengan pendekatan perorangan,
kelompok, dan massal. Metode-metode tersebut terus dikembangkan sesuai
situasi dan kondisi masyarakatnya karena adanya perbedaan pada lokasi-lokasi
sasaran penyuluhan.
c. MENGEMBANGKAN MATERI
Bahan-bahan penyuluhan sangat diperlukan untuk memotivasi dan
memberdayakan masyarakat agar menjadi pelaku pembangunan kehutanan.
Bahan-bahan penyuluhan tersebut dapat berupa pesan dan informasi yang
ingin disampaikan kepada masyarakat sasaran dalam berbagai bentuk informasi
yang dapat disebarluaskan melalui media cetak dan media elektronik.
d. MENGEMBANGKAN ALAT BANTU
Alat Bantu penyuluhan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
aktivitas penyuluh yang berupa antara lain unit percontohan, demplot dan
sarana lainnya.
Sentra-sentra informasi baik yang dimiliki oleh unit-unit kerja penerangan
maupun sarana penyebarluasan informasi yang dimiliki oleh lembaga sosial dan
lembaga keagamaan dapat diefektifkan untuk melengkapi alat bantu
penyebarluasan pesan dan informasi.
2. TEKNOLOGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Dalam upaya pemberdayaan perlu dipahami tentang pembentukan dan penguatan
kelembagaan ; teknik pendampingan; pembangunan jaringan kerja dan kemitraan.
a. STRATEGI
Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya upaya untuk meningkatkan kapasitas,
produktivitas dan kapabilitas atau kemampuan masyarakat yang akhirnya
masyarakat tersebut dapat memotivasi masyarakat lainnya untuk meniru dan
mungkin bergabung dalam usaha-usaha yang produktif dan mandiri. Untuk
mewujudkan hal tersebut diperlukan pembentukan dan penguatan
kelembagaan disertai pendampingan yang dinamis ke arah kemandirian
masyarakat tersebut.
b. PENGEMBANGAN KAPASITAS
Merupakan upaya-upaya agar kelompok sasaran dapat meningkatkan
pengetahuan, wawasan, ketrampilan, kelola usaha, kemandirian, dan percaya
diri melalui pelatihan, temu usaha, karya wisata, studi lapang dan pertemuan-
pertemuan informal yang dilakukan dikalangan masyarakat.
c. PENGEMBANGAN PRODUKTIFITAS
Hasil dari pengembangan kapasitas akan diamalkan dalam berbagai aktifitas
atau kegiatan oleh masyarakat dalam rangka memunculkan produk-produk
masyarakat yang selalu berkembang, sejalan dengan kapasitas yang dimiliki
oleh masyarakat tersebut.
d. PENGEMBANGAN KAPABILITAS
Pada masyarakat dapat terjadi beberapa kelompok masyarakat melakukan
aktifitas yang sama, namun belum tentu hasilnya sama walaupun mereka
memperoleh fasilitas yang sama. Perbedaan ini timbul karena adanya
perbedaan kemampuan dimasing-masing kelompok untuk menghasilkan
produksi dan kualitas yang tinggi, sehingga diperlukan pengembangan daya
saing antar kelompok tersebut.
e. PENINGKATAN MOBILITAS
Kelompok masyarakat yang telah melalui proses peningkatan kapasitas,
produktifitas dan kapabilitas, akan berusaha untuk mengembangkan usahanya
karena telah dirasakan ada manfaat dan keuntungan yang diperoleh.
Kelompok yang telah berhasil akan mempengaruhi dan memotivasi masyarakat
sekitarnya untuk meniru dan mengikuti usahanya, dan selanjutnya bergabung
menjadi kelompok usaha bersama. Kelompok yang berhasil ini akan
membangun akses berupa informasi, pemasaran, teknologi, dan juga
membangun asetnya berupa modal, sarana produksi, tenaga terampil
3. PEMAHAMAN SUBSTANSI KEHUTANAN
Menguasai pengetahuan tentang substansi kehutanan , seperti issue issue kehutanan;
kebijakan kehutanan; teknologi pembangunan kehutanan; kontribusi kehutanan.
a. ISU-ISU
Keberadaan sumberdaya hutan tidak terlepas dari berbagai isu-isu internasional
yang antara lain tertuang dalam berbagai komitmen-komitmen internasional
seperti KTT Rio, Protokol Kyoto, CITES, dll. Keterkaitan isu-isu dalam
pengelolaan sumberdaya hutan menunjukkan bahwa seluruh elemen
masyarakat mencermati, memahami dan menginginkan keberpihakan aktivitas-
aktivitas tersebut bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian
hutan. Dengan demikian, pengurangan atau minimalisasi rangkaian kegiatan
yang tidak berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan harus dihindari.
Adapun upaya yang dapat ditempuh dalam mengurangi ekses negatif dari
pembangunan kehutanan adalah dengan melaksanakan berbagai komitmen
internasional tersebut yang tentunya disesuaikan dengan konteks pembangunan
kehutanan Indonesia.
b. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
Pelaksanaan pembangunan kehutanan dilakukan melalui berbagai kebijakan
yang telah dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, yang antara lain dapat
dilihat dari 5 (lima) kebijakan prioritas Departemen Kehutanan yaitu :
1. Pemberantasan illegal logging
2. Penanggulangan kebakaran hutan
3. Restrukturisasi sektor kehutanan
4. Rehabilitasi dan Konservasi sumberdaya hutan
5. Memperkuat pelaksanaan otonomi daerah
Benang merah dari kelima kebijakan prioritas tersebut adalah Social Forestry
untuk mendukung kelestarian dan keberlanjutan fungsi-fungsi sumberdaya
hutan, seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah. Realisasi kebijakan
rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan diwujudkan dalam Gerakan
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL).
c. TEKNOLOGI
Keberhasilan pembangunan kehutanan antara lain juga ditentukan oleh sejauh
mana penguasan terhadap teknologi pembangunan kehutanan yang meliputi
teknologi pengelolaan, budidaya, pengolahan hasil dan konservasi serta
perlindungan sumberdaya hutan. Para penyuluh tidak harus secara
langsung menguasai berbagai teknologi tersebut, tetapi para penyuluh harus
mampu menjadi penghubung antara masyarakat dengan berbagai sumber
teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
d. KONTRIBUSI
Pembangunan sektor kehutanan sedikit banyak telah ikut memberi kontribusi
yang nyata dalam keseluruhan proses pembangunan. Kontribusi ini dihasilkan
melalui produksi berbagai hasil hutan dan berbagai jasa yang dihasilkan oleh
sumberdaya hutan, antara lain untuk sektor pertanian, perindustrian,
pariwisata dsb. Keberlanjutan kontribusi sektor kehutanan akan terjaga bila
keberlanjutan sumberdaya hutan tersebut juga terjaga.
4. SYSTEM SYLVO AGRIBISNIS
Memahami pengetahuan tentang system agrosilvobisnis, seperti pengetahuan tentang
sarana produksi;budidaya; pasca panen; pemasaran; lembaga pendukung.
Sylvo agribisnis merupakan sebuah system usaha yang menggabungkan usaha pertanian
yang bersifat jangka pendek dan usaha kehutanan yang berjangka panjang dengan
mengintegrasikan proses penyediaan sarana produksi, proses produksi, pengolahan hasil
dan aspek pemasaran atau pengembangan usaha, tanpa mengabaikan lembaga
pendukungnya.
a. PENYEDIAAN SARANA PRODUKSI
Penyediaan sarana produksi merupakan proses awal dari seluruh rangkaian
pengembangan usaha, penyediaan sarana produksi seperti air, bibit, dan pupuk
serta pestisida yang tepat serta berkualitas akan sangat menentukan sejauh
mana tingkat produktifitas dan kualitas kegiatan usaha yang dilakukan
masyarakat.
b. PRODUKSI/BUDIDAYA
Proses produksi/budidaya merupakan langkah lanjutan dari penyiapan sarana
produksi, dimana pelaksanaan kegiatan produksi dilakukan diareal milik
masyarakat atau areal lainnya yang dilaksanakan oleh masyarakat bekerjasama
dengan pihak-pihak lainnya seperti BUMN dan swasta. Keberhasilan proses
produksi tergantung pada sejauh mana penguasaan masyarakat terhadap
teknologi yang tepat mampu mendorong produktifitas dan peningkatan
kualitas, yang dapat diperoleh oleh masyarakat secara mudah dan murah.
Penyuluh sebagai fasilitator tidak harus menguasai teknologi tersebut tetapi
mampu menjadi simpul informasi atau mediator bagi masyarakat untuk dapat
mengakses berbagai teknologi tersebut.
c. PENGOLAHAN HASIL/PASCA PANEN
Proses pengolahan hasil atau kegiatan pasca panen merupakan proses
peningkatan nilai tambah dari produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat
baik itu hasil hutan atau hasil pertanian. Proses pengolahan ini meliputi
diversifikasi produk, peningkatan kualitas produk, dan pengemasan. Dan proses
pengolahan hasil untuk meningkatkan nilai tambah ini kembali membutuhkan
berbagai teknologi pasca panen yang mampu mendorong peningkatan nilai
tambah produk yang dihasilkan oleh masyarakat. Penyuluh sebagai
pendamping masyarakat kembali berperan sebagai simpul informasi atau
penghubung antara masyarakat dengan sumber-sumber teknologi.
d. PEMASARAN
Proses budidaya dan pengolahaan hasil yang berhasil tidak akan berlanjut tanpa
diiringi upaya pemasaran hasil, yang pada akhirnya akan berujung pada
berhentinya kegiatan usaha. Oleh karena itu para penyuluh perlu memahami
bagaimana proses mengembangkan kemampuan memasarkan hasil usaha dan
penguasaan terhadap informasi pasar, yang dapat digunakan oleh masyarakat
dalam pemasaran hasil usahanya.
e. LEMBAGA PENDUKUNG
Pengembangan sylvoagribisnis tidak dapat dilakukan hanya oleh institusi
kehutanan tetapi harus dilakukan secara terpadu oleh lembaga-lembaga
lainnya. Lembaga-lembaga pendukung tersebut dapat memainkan peran dalam
penyediaan sarana produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan pengembangan
teknologi. Lembaga pendukung lainnya yang harus memainkan peran sentral
adalah lembaga keuangan yang dapat mendukung pengembangan usaha
masyarakat melalui berbagai skema permodalan yang murah dan mudah
diperoleh masyarakat. Dukungan infrastruktur, penelitian dan pengembangan,
pendidikan dan latihan serta berbagai kebijakan pemerintah akan target
mempengaruhi terkait tidaknya sylvoagribisnis ini.
E. LANGKAH KERJA
Beberapa langkah penyuluhan khususnya dalam berkomunikasi dengan masyarakat melalui
pendekatan perorangan, kelompok atau massal
1. Membangun kesepahaman intern
Dimunculkan kesepahaman didalam kelompok sejenis dan unit kerja
2. Membangun kesepahaman ekstern
Diupayakan terjadi proses sosialisasi dengan stakeholders.
3. Mendapatkan Pengakuan
Timbulnya keinginan untuk saling bekerjasama
4. Mendapatkan Kepercayaan
Melaksanakan aktifitas kerjasama sesuai kesepakatan.
5. Menguatkan Tanggungjawab
Dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan dan menjalin kerjasama yang
berkelanjutan.
F. NILAI-NILAI YANG DIKEMBANGKAN
Beberapa nilai-nilai yang dikembangkan dalam penyuluhan
1. Kesepahaman
Mengarah pada kesepakatan untuk menetapkan kepentingan bersama.
2. Kebersamaan
Upaya melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama.
3. Keterbukaan
Mengemukakan kemampuan dan potensi yang dimiliki masing- masing
4. Saling Pengertian
Memposisikan diri sesuai peran dan kedudukan untuk menghindari konflik yang mungkin
terjadi
V. ISTILAH-ISTILAH PENYULUHAN KEHUTANAN
1. Penyuluhan Kehutanan , adalah proses pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan
pengetahuan dan sikap perilaku masyarakat sehingga menjadi tahu, mau dan mampu
melakukan usaha kehutanan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya serta
mempunyai kepedulian dan berpartisipasi aktif dalam pelestarian hutan dan lingkungan.
2. Pemberdayaan masyarakat, adalah suatu proses pengembangan potensi dan kemampuan
sehingga tumbuh kapasitas untuk memecahkan masalah masalah yang dihadapi.
3. Pendampingan, adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
yang peduli terhadap masyarakat yang sedang menghadapi masalah dan berusaha mengatasinya

4. Kelembagaan, adalah suatu wadah/tempat berkumpulnya masyarakat yang mempunyai visi,


arah yang sama untuk mencapai tujuan tertentu
5. Partisipatif , adalah pelibatan secara aktif masyarakat sasaran dalam suatu kegiatan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi
6. Kesepahaman, adalah pemahaman yang sama terhadap sesuatu yang mengarah pada
kesepakatan
7. Fasilitasi, adalah kegiatan yang bersifat pemberian perhatian/ fasilitas untuk mencapai tujuan
tertentu
8. Fasilitator, adalah seseorang yang memandu, mendukung dan mendampingi masyarakat dalam
suatu kegiatan
9. Kapabilitas, adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu
10. Kerjasama, adalah kegiatan yang dilakukan bersama-sama antara dua atau lebih dari lembaga
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama
11. Kemitraan, adalah bentuk usaha bersama dimana masing-masing mempunyai hak, kewajiban
dan tanggungjawab yang jelas, berdasarkan kesepakatan bersama

Anda mungkin juga menyukai