BAB I Control Temprtur 2
BAB I Control Temprtur 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Tujuan Percobaan
1. Untuk mempelajari system pengendalian suhu.
2. Untuk melihat pengaruh mode control terhadap system pengendalian.
1.2Dasar Teori
1.2.1 Definisi
Sistem proses adalah rangkaian operasi yang menangani konversi material
dan/atau energy sehingga material dan/atau energy itu berada dalam “keadaan” yang
di inginkan. Keadaan itu dapat berupa besaran fisika atau kimia, seperti : suhu,
tekanan, laju alir, level dan sebagainya. Pada penjelasan ini, pengertian sistem proses
sudah mencakup bahan dan alur proses serta peralatannya.
Pengendalian proses adalah usaha untuk mencapai tujuan proses agar berjalan
sesuai dengan apa yang di inginkan. Namun, apakah pengendalian proses itu
diperlukan? jawabannya bias “ya” atau “tidak”. Proses tidak perlu dikendalikan jika
memang tujuan proses tercapai tanpa unsur pengendalian. Contoh sederhana adalah
mempertahankan suhu air pada 100 oC. Tanpa dikendalikan pun, air yang mendidih
suhunya tetap 100 oC pada tekanan 1 atm. Sebaliknya, proses perlu dikendalikan jika
untuk mencapai tujuan, perlu pengawasan terus-menerus. Contohnya yaitu
mempertahankan suhu air pada suhu 40 oC dalam udara bersuhu kamar dan tekanan
normal.
Tiga hal yang menjadi alasan penting mengapa proses perlu dikendalikan
yaitu :
Keamanan Operasi
Beberapa sistem proses di pabrik memiliki kondisi operasi yang
berbahaya.Untuk mencegah kecelakaan karena kondisi maksimum terlampaui
di perlukan pengendalian terhadap variabel yang menjadi potensi bahaya.
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 1
Control Temperature
Kondisi Operasi
Pada operasi atau reaksi tertentu di perlukan kondisi tertentu pula.
Pengendalian di perlukan agar proses beroperasi secara optimal.
Faktor Ekonomi
Pabrik didirikan untuk menghasilkan uang. Sehingga produk akhir harus
sesuai dengan permintaan pasar. Prinsipnya, bukan kualitas produk terbaik
yang diharapkan, tetapi kualitas yang dapat diterima pasar dengan biaya
operasional rendah sehingga menghasilkan untung yang sebesar-besarnya.
Kualitas sangat bagus tetapi memerlukan biaya operasional yang tinggi,
sehingga harga jual menjadi mahal dan tidak laku di pasar sudah tentu tidak
diharapkan. Atas dasar itu peranan pengendalian proses adalah membuat
kondisi operasi agar menghasilkan produk yang sesuai permintaan pasar.
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 2
Control Temperature
pengendali. Sedangkan nilai yang di inginkan dan dijadikan acuan atau referensi
variabel proses disebut nilai acuan (set point value, SV). Selain ketiga jenis variabel
tersebut masih terdapat variabel lain yaitu gangguan (disturbance) baik yang terukur
(measured disturbance) maupun tidak terukur (unmeasured disturbance) dan variabel
keluaran tak terkendali (uncontrolled output variabel).
Variabel gangguan adlah variabel masukan yang mampu mempengaruhi nilai
variabel proses tetapi tidak digunakan untuk mengendalikan. Variabel keluaran tak
terkendali adalah variabel keluaran yang tidak di kendalikan secara langsung.
Gangguan Terukur
Variabel terkendali
SISTEM
Variabel termanipulasi :
- Laju refluks
- Laju kalor ke pendidih ulang
- Laju distilat
- Laju produk bawah
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 3
Control Temperature
Variabel terkendali :
- Komposisi distilat
- Komposisi produk bawah
- Tinggi permukaan akumulator refluks
- Tinggi permukaan kolom bawah
- Tekanan kolom
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 4
Control Temperature
P1
P2
Q1
P3
Keran
Q2
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 5
Control Temperature
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 6
Control Temperature
a) Unit pengukuran. Bagian ini bertugas mengubah nilai variabel proses yang
berupa besaran fidik atau kimia seprti laju alir, tekanan, suhu, pH,
konsentrasi, dan sebagainya menjadi sinyal standar. Bentuk sinyal standar
yang populer di bidang pengendalian proses adalah berupa sinyal pneumatik
(tekanan udara) dan sinyal listrik. Unit pengukuran terdiri atas dua bagian
besar yaitu sensor dan transmiter.
Sensor yaitu elemen perasa yang langsung “bersentuhan” dengan
variabel proses.
Transmiter yaitu bagian yang berfungsi mengubah sinyal yang dari
sensor (gerakan mekanik, perubahan hambatan, perubahan tegangan atau
arus) menjadi sinyal standar.
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 7
Control Temperature
Akuator adalah penggerak elemen kendali akhir. Bagian ini dapat berupa
motor listrik, solenoida, atau membran pneumatik. Sedangkan elemen kendali
akhir biasanya berupa katup kendali (control valve) atau elemen pemanas.
Sebagai ilustrasi diambil contoh pemanasan air dalam alat penukar panas
(lihat gambar 1.3). Suhu air keluar (T) bergantung pada laju alir (F), suhu airmasuk
(T0), laju alir kukus (S), dan suhu kukus (Ts). Jika diandaikan suhu air masuk dan
suhu air keluar bergantung pada laju alir kukus dan laju alir air.
Pada proses ini diinginkan agar air keluar memiliki suhu yang tetap meskipun
terjadi perubahan laju alir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatur laju alir
kukus sedemikian rupa sehingga suhu air keluar selalu tetap. Dengan demikian dapat
ditentukan nama-nama variabel pada proses ini, yaitu :
Keterangan:
Kukus
F : Laju Alir
S : Laju alir kukus (steam)
Ts, S
T0 : Suhu Air Masuk
Ts : Suhu kukus
T : Suhu Air Keluar
Gambar 1.3 Diagram Alir proses pemanasan air
Air
To, F
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 8
Control Temperature
Dari sistem sebagaimana gambaar 1.3 akan dibuat sistem pengendalian automatik
agar suhu keluarsealu tetap. Untuk melaksanakanya perlu ditambahka unit
pengukuran, Unit pengendali dan Unit kendali akhir gambar 2.4
Keterangan
Air
To, F
Sistem Pengendalian pada gamabar 1.4 bekerja sebagai berikut. Suhu air
keluar dideteksi oleh sensor dan dikirim oleh bagian transmiternay (TT) ke unit
pengendal suhu (TC). Di dalam unit pengendali, Suhu air keluar dibandingkan
dengan nilai acuan yang diharapkan. Bila suhu air lebih tinggi dari suhu yang
didinginkan, maka unit pengendali akan mengirim sinyakl kendali akhir untuk
mengecilka aliran kukus. sebalikny jika suhu air lebih rendah, katup kendali dibuka
lebh besar agar aliran kukus membesar
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 9
Control Temperature
darii mekanisme tersebut adalah aksi naik naik ( increase-increasae) atau disebut juga
aksi langsung (direct action). Artinya jika PV naik, menyebabkan MV jua naik.
Penggambaran suatu sistem atau kaomponen dari sistem dapat berbentuk blok
( kotak) yang dilengkapi dengam sinyal masuk dan keluar. Sinyal tersebut dapat
berupa arus listrik, Tegagan, alliran,cairan tekanan cairan, pH kecepatan, posisi, dsb.
Sinyal yang perlu digambarkan hanyalah sinyal masuk dan keluar yang secara
langsung berperan dalam sistem. Sedangkan sumber energi atau massa yang masuk
biasanya tidak digambarkan
Sebagai contoh, keran air yang dipakai mengalirkan air ke tangki. Cadangan
air sebagai sumber massa. Sinyal masukan adlah sudut putar kran ( posisi bukaan
kran) Sinyal keluar adalah laju alir. Disini yang perlu digambarkan adalah sudut
putar ( posis bukaan kran) dan laju alir. Sedangkan cadangan air tidak perlu
digunakan (gambar 1.6)
Sudut
Laju
Keran
Putar
Alir
Masukan Keluaran
Sistem
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 10
Control Temperature
Alir Putar
Tekanan Aliran
Transmiter
Penukar Panas
Suhu Pemanas
Tekanan
Gangguan (F)
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 11
Control Temperature
Keterangan
+ m: variabel termanipulasi (MV)
M+ C
Sistem w : variabel gangguan
c : variabel proses
r + m + C
Gc Gv Gp
-
y H
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 12
Control Temperature
r + GC U + + GP y
r
SISTEM PENGENDALIAN y
w
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 13
Control Temperature
Keempat tanggapan diatas dibuat dengan memberi masukan berupa step function
(fungsi undak) yaitu dengan perubahan mendadak dari satu nilai masukkan konstan
ke nilai masukan konstan yang lain. Besarnya perubahan tersebut biasanya paling
besar 10 %.
Tanggapan tanpa osilasi bersifat lambat namun stabil. Sedangkan tanggapan
osilasi teredam mengalami sedikit gelombang di awal perubahan, dan selanjutnya
amplitudo mengecil dan akhirnya hilang. Tanggapan ini cukup cepat meskipun
sedikit terjadi ketidakstabilan. Pada tanggapan dengan osilasi kontinyu, variabel
proses secara terus menerus bergelombang dengan amplitudo dan frekuensi yang
tetap. Terakhir, tanggapan tak stabil, memiliki amplitudo membesar. Kondisi
demikian sangat berbahaya karena dapat merusak sistem keseluruhan.
Dari keempat kemungkinan tadi, yang paling dihindari, bahkan sama sekali
tidak boleh terjadi adalah tanggapan tidak stabil dengan amplitudo membesar.
Sedangkan tanggapan osilasi kontinyu dalam beberapa hal masih bisa diterima,
meskipun cukup berbahaya.
Sekedar perhatian untuk praktisi industri, meskipun variabel proses secara
terus menerus terlihat berayun seperti mengalami osilasi kontinyu, tetapi belum tentu
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 14
Control Temperature
benar-benar terjadi osilasi dalam sistem pengendalian. Boleh jadi kondisi demikian
memang sifat variabel itu sendiri, misalnya aliran gas atau turbulensi fluida.
Tujuan ideal
Mempertahankan nilai variabel proses “sama” dengan nilai acuan.
Tujuan Praktis
Mempertahankan nilai variabel proses “di sekitar” nilai acuan dalam batas-
batas yang ditetapkan.
Tujuan pengendalian erat berkaitan dengan kualitas pengendalianyang didasarkan
atas bentuk tanggapan variabel proses. Setelah terjadi perubahan nilai acuan
(setpoint) atau beban diharapkan,
penyimpangan maksimum dari nilai acuan sekecil mungkin,
waktu yang diperlukan oleh variabel proses mencapai kondisi mantap sekecil
mungkin.
perbedaan nilai acuan dan variabel proses setelah tunak sekecil mungkin.
Atau dapat dinyatakan dengan istilah umum, sebagai berikut.
Minimum overshoot
Minimum settling time
Minimum offset
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 15
Control Temperature
Tanggapan cepat,
hasilnya stabil, dan tidak ada penyimpangan dengan nilai acuan.
Beban
Variabel
Settling time
proses
Offset
Maximum error
(overshoot)
Gambar 1.15 Tanggapan sistem pengendalian simpal tertutup pada perubahan beban
Evaluasi kinerja sistem pengendalian memerlukan dua hal, yaitu jenis tes dan
kriteria yang tepat. Jenis tes yang paling sering dipakai adalah dengan cara
mengubah nilai acuan atau beban secara mendadak (step response test). Dari hasil tes
selanjutnya dihitung apakah memenuhi kriteria atau tidak. kriteria yang paling
umum di industry adalah :
redaman seperempat amplitudo (quarter amplitude decay ratio)
nilai maksimum dari integral galat absolut (integral absolute error, IAE)
redaman kritik (critical damping)
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 16
Control Temperature
Kriteria redaman kritik. Kriteria ini jika overshoot di atas nilai acuan tidak
diperkenankan. Kondisi redaman kritik merupakan batas osilasi teredam. Tanggapan
pada redaman kritik adalah paling cepat dan tanpa overshoot.
Kriteria nilai maksimum dari integral galat absolut. Kriteria integral galat
absolut menunjukkan luas total galat.
y
Gambar 1.16 Kriteria integral galat absolut (IAE = luas daerah yang
diarsir)
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 17
Control Temperature
BAB II
METODOLOGI
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 18
Control Temperature
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 19
Control Temperature
BAB III
PEMBAHASAN
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh data dimana untuk mode
control integral, nilai integral time yang menghasilkan data dengan offset terkecil
yaitu 15% dimana offset yang dihasilkan sebesar 8.7 dan untuk nilai derivative yang
menghasilkan data dengan offset terkecil yaitu 5% dimana offset yang dihasilkan
yaitu 8.6.
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 20
Control Temperature
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 21
Control Temperature
DAFTAR PUSTAKA
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 22
Control Temperature
LAMPIRAN
62.0
60.0
Temperature
58.0
56.0 Series1
54.0
52.0
00:00 07:12 14:24 21:36 28:48 36:00
waktu (detik)
60.0
59.0
58.0
Series1
57.0
56.0
55.0
54.0
53.0
00:00 07:12 14:24 21:36 28:48 36:00
waktu (detik)
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 23
Control Temperature
60.0
59.0
58.0
57.0 Series1
56.0
55.0
54.0
53.0
00:00 07:12 14:24 21:36 28:48 36:00
Waktu (detik)
Derivative Time 5%
65.0
60.0
Temperature
55.0
50.0 Series1
45.0
40.0
00:00 07:12 14:24 21:36 28:48 36:00
Waktu (detik(
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 24
Control Temperature
Derivative 15%
63.0
62.0
61.0
60.0
Temperature
59.0
58.0
57.0 Series1
56.0
55.0
54.0
53.0
00:00 07:12 14:24 21:36 28:48 36:00
Waktu (detik)
62.0
Temperature
60.0
58.0
Series1
56.0
54.0
52.0
00:00 07:12 14:24 21:36 28:48 36:00
Waktu (detik)
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 25
Control Temperature
Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 26