Anda di halaman 1dari 26

Control Temperature

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Tujuan Percobaan
1. Untuk mempelajari system pengendalian suhu.
2. Untuk melihat pengaruh mode control terhadap system pengendalian.

1.2Dasar Teori
1.2.1 Definisi
Sistem proses adalah rangkaian operasi yang menangani konversi material
dan/atau energy sehingga material dan/atau energy itu berada dalam “keadaan” yang
di inginkan. Keadaan itu dapat berupa besaran fisika atau kimia, seperti : suhu,
tekanan, laju alir, level dan sebagainya. Pada penjelasan ini, pengertian sistem proses
sudah mencakup bahan dan alur proses serta peralatannya.
Pengendalian proses adalah usaha untuk mencapai tujuan proses agar berjalan
sesuai dengan apa yang di inginkan. Namun, apakah pengendalian proses itu
diperlukan? jawabannya bias “ya” atau “tidak”. Proses tidak perlu dikendalikan jika
memang tujuan proses tercapai tanpa unsur pengendalian. Contoh sederhana adalah
mempertahankan suhu air pada 100 oC. Tanpa dikendalikan pun, air yang mendidih
suhunya tetap 100 oC pada tekanan 1 atm. Sebaliknya, proses perlu dikendalikan jika
untuk mencapai tujuan, perlu pengawasan terus-menerus. Contohnya yaitu
mempertahankan suhu air pada suhu 40 oC dalam udara bersuhu kamar dan tekanan
normal.
Tiga hal yang menjadi alasan penting mengapa proses perlu dikendalikan
yaitu :
 Keamanan Operasi
Beberapa sistem proses di pabrik memiliki kondisi operasi yang
berbahaya.Untuk mencegah kecelakaan karena kondisi maksimum terlampaui
di perlukan pengendalian terhadap variabel yang menjadi potensi bahaya.

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 1
Control Temperature

 Kondisi Operasi
Pada operasi atau reaksi tertentu di perlukan kondisi tertentu pula.
Pengendalian di perlukan agar proses beroperasi secara optimal.
 Faktor Ekonomi
Pabrik didirikan untuk menghasilkan uang. Sehingga produk akhir harus
sesuai dengan permintaan pasar. Prinsipnya, bukan kualitas produk terbaik
yang diharapkan, tetapi kualitas yang dapat diterima pasar dengan biaya
operasional rendah sehingga menghasilkan untung yang sebesar-besarnya.
Kualitas sangat bagus tetapi memerlukan biaya operasional yang tinggi,
sehingga harga jual menjadi mahal dan tidak laku di pasar sudah tentu tidak
diharapkan. Atas dasar itu peranan pengendalian proses adalah membuat
kondisi operasi agar menghasilkan produk yang sesuai permintaan pasar.

1.2.2 Sistem Pengendalian


1.2.2.1 Definisi
Pengendalian proses adalah bagian dari pengendalian automatik yang di
terapkan di bidang teknologi proses untuk menjaga kondisi proses agar sesuai yang
di inginkan. Seluruh komponen yang terlibat dalam pengendalian proses disebut
“sistem pengendalian atau sistem kontrol.

1.2.2.2 Jenis Variabel


Jenis variabel yang mendapatkan perhatian penting dalam bidang
pengendalian proses adalah variabel proses ( process variabel, PV) atau disebut juga
variabel terkendali ( cotrolled variabel). Variabel proses adalah besaran fisika atau
kimia yang menunjukan keadaan proses.variabel ini bersifat dinamik. Artinya, nilai
variabel dapat berubah spontan atau oleh sebab lain baik yang diketahui atau tidak.
Diantara banyak macam variabel proses, terdapat empat macam variabel dasar, yaitu
: suhu (T), tekanan (P), laju alir (F), dan tinggi permukaan cairan (L).
Dalam teknik pengendalian proses, titik berat permasalahan adalah menjaga
agar nilai variabel proses tetap atau berubah mengikuti alur (trayektori) tertentu.
Variabel yang digunakan untuk melakukan koreksi atau mengendalikan variabel
proses disebut variabel termanipulasi (manipulated variabel, MV) atau variabel

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 2
Control Temperature

pengendali. Sedangkan nilai yang di inginkan dan dijadikan acuan atau referensi
variabel proses disebut nilai acuan (set point value, SV). Selain ketiga jenis variabel
tersebut masih terdapat variabel lain yaitu gangguan (disturbance) baik yang terukur
(measured disturbance) maupun tidak terukur (unmeasured disturbance) dan variabel
keluaran tak terkendali (uncontrolled output variabel).
Variabel gangguan adlah variabel masukan yang mampu mempengaruhi nilai
variabel proses tetapi tidak digunakan untuk mengendalikan. Variabel keluaran tak
terkendali adalah variabel keluaran yang tidak di kendalikan secara langsung.

Gangguan Terukur
Variabel terkendali

SISTEM

Gangguan tak Terukur PROSES

Variabel tak terkendali


Variabel termanipulasi

Gambar 1.1 jenis variabel dalam sistem proses

Sebagai contoh, proses distilasi fraksionasi dalam kolom piring memiliki


jenis variabel sebagai berikut :

Gangguan terukur : laju alir umpan

Gangguan tak terukur : komposisi umpan

Variabel termanipulasi :

- Laju refluks
- Laju kalor ke pendidih ulang
- Laju distilat
- Laju produk bawah

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 3
Control Temperature

- Laju air pendingin

Variabel terkendali :

- Komposisi distilat
- Komposisi produk bawah
- Tinggi permukaan akumulator refluks
- Tinggi permukaan kolom bawah
- Tekanan kolom

Variabel tak terkendali : suhu tiap piring sepanjang kolom

1.2.2.3 Jenis Pengendalian


a. Sistem Pengendalian Simpal Terbuka dan Tertutup
Berdasar atas ada atau tidak adanya umpan balik, sistem pengendalian
dibedakan atas sistem pengendalian simpal terbuka (open-loop control
sistem) dan sistem pengendalian simpal tertutup (closed-loop control sistem).
Sistem pengendalian simpal terbuka bekerja tanpa membandingkan
variabel proses yang dihasilkan dengan nilai acuan yang diinginkan. Sistem
ini semata-mata bekerja atas dasar masukan yang telah dikalibrasi. Sebagai
contoh sederhana adalah keran air yang terkalibrasi. Dengan memandang
keran sebagai suatu sistem, maka bukaan keran (atau sudut putaran keran)
adalah sebagai masukan dan laju alir air sebagai keluaran sistem. Berdasr
hukum dinamika fluida, laju alir air tergantung pada beda tekanan yang
melintas pada keran. Missal pada posisi keran x1 dengan beda tekanan P2 air
mengalir pada laju Q2 (gambar 1.2). jika oleh suatu sebab tertentu tiba-tiba
beda tekanan berubah menjadi P1, maka pada posisi keran tetap x1 akan
menghasilkan laju alir Q1. Dengan demikian sistem pengendalian simpal
terbuka tidak dapat mengatasi perubahan beban atau gangguan yang terjadi.
Meskipun dari uraian diatas, sistem simpal terbuka merupakan sistem
yang buruk karena tidak mampu mengatasi gangguan, tetapi memiliki
keuntungan sebagai berikut :

 Lebih murah dan sederhana disbanding sistem simpal tertutup.

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 4
Control Temperature

 Jika sistem mampu mencapai kestabilan sendiri, maka akan tetap


stabil.

Untuk mengatasi kekurangan sistem simpal terbuka, seorang operator


pabrik akan mengatur kembali besarnya gangguan agar diperoleh sasaran
yang diinginkan. Tetapi dengan tindakan operator ini berarti telah membuat
sistem simpal tertutup.

Berbeda dengan sistem simpal terbuka, pada sistem pengendalian simpal


tertutup terdapattindakan membandingkan nilai variabel proses dengan nilai
acuan yang diinginkan. Perbedaan itu digunakan untuk melakukan koreksi
sedemikian rupa sehingga nilai variabel proses sama atau dekat dengan nilai
acuan. Dengan demikian terdapat mekanisme umpan balik. Sehingga sistem
pengendalian simpal tertutup lebih di kenal dengan sistem pengendalian
umpan balik.

P1
P2
Q1
P3
Keran
Q2

Keran air terkalibrasi


x
Q3 Q
X1

Gambar 1.2 Sistem Pengendalian Simpal Terbuka.

Meskipun sistem simpal tertutup mampu mengatasi gangguan atau


perubahan beban, tetapi memiliki kelemahan sebagai berikut :

 Lebih mahal dan kompleks disbanding sistem simpal terbuka.


 Dapat membuat sistem tidak stabil, meskipun sebenarnya tanpa
umoan balik sistem dapat mencapai kestabilan sendiri.

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 5
Control Temperature

b. Sistem Pengaturan dan Pengendalian


Berdasarkan nilai acuan, sistem pengendalian umpan balik dibedakan atas
dua jenis, yaitu : sistem pengendalian dengan nilai acuan tetap (di bidang
elektro sering disebut sistem pengaturan) dan sistem pengendalian dengan
nilai acuan berubah (di bidang mekanik sering disebut sistem pengendalian ,
sistem servo, atau tracking). Tujuan utama sistem pengaturan adalah
mempertahankan agar nilai variabel proses tetap pada nilai yang diinginkan.
Sedangkan pada sistem pengendalian, tujuan utamanya adalah
mempertahankan agar nilai variabel proses selalu mengikuti perubahan nilai
acuan.
Di bidang teknologi proses termasuk teknik kimia, meskipun hampir
semuanya bekerja dengan titik acuan tetap, tetapi lebih populer dengan istilah
sistem pengendalian dan bukan sistem pengaturan. Hal ini disebakan karena
istilah pengendalian lebih mencerminkan kondisi dinamik.

1.2.3 Sistem Pengendalian Umpan Balik

Prinsip mekanisme kerja sistem pengendalian umpan balik adalah mengukur


variabel proses dan kemudian melakukan koreksi bila nilainya tidak sesuai dengan
yang diinginkan. Ciri utama pengendalian umpan balik adalah adanya umpan balik
negatif. Artinya, jika nilai variabel proses berubah, terdapat umpan balik melakukan
tindakan untuk memperkecil perubahan itu.

1.2.3.1 Langkah Pengendalian

Selengkapnya, langkah pengendalian umpan balik adalah sebagai berikut

a) Mengukur. Tahap pertama dari langkah pengendalian adalah mengukur atau


mengamati nilai variabel proses.
b) Membandingkan. Hasil pengukuran atau pengamatan variabel proses (nilai
terukur) dibandingkan dengan nilai acuan (set point)
c) Mengevaluasi. Perbedaan antara nilai terukr dan nilai acuan dievaluasi untuk
menentukan langkah atau cara melakukan koreksi atas perbedaan itu.

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 6
Control Temperature

d) Mengoreksi. Tahap ini bertugas melakukan koreksi variabel proses, agar


perbedaan antara nilai terukur dan nilai acuan tidak ada atau sekecil mungkin.

1.2.3.2 Instrumentasi Proses

Pelaksaan keempat langkah tersebut memerlukan intrumentasi berikut.

a) Unit pengukuran. Bagian ini bertugas mengubah nilai variabel proses yang
berupa besaran fidik atau kimia seprti laju alir, tekanan, suhu, pH,
konsentrasi, dan sebagainya menjadi sinyal standar. Bentuk sinyal standar
yang populer di bidang pengendalian proses adalah berupa sinyal pneumatik
(tekanan udara) dan sinyal listrik. Unit pengukuran terdiri atas dua bagian
besar yaitu sensor dan transmiter.
 Sensor yaitu elemen perasa yang langsung “bersentuhan” dengan
variabel proses.
 Transmiter yaitu bagian yang berfungsi mengubah sinyal yang dari
sensor (gerakan mekanik, perubahan hambatan, perubahan tegangan atau
arus) menjadi sinyal standar.

Dalam bidang pengendalian proses istilah transmiter lebih populer


dibandingkan dengan transducer. Meskipun keduanya berfungsi serupa, tetapi
transmitter mempunyai makna pengirim sinyal pengukuran ke unit
pengendali yang biasanya terletak jauh dari tempat pengukuran. Ini lebih
sesuai dengan keadaan sebenarnya di pabrik.

b) Unit pengendali. Bagian ini bertugas membandingkan, mengevaluasi, dan


mengirimkn sinyal ke unit kendali akhir. Evaluasi yang dilakukan berupa
operasi matematika seperti, penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian, integrasi dan diferensiasi. Hasil evaluasi berupa sinyal kendali
akhir. Sinyal kendali berupa sinyal standar yang serupa dengan sinyal
pengukuran.
c) Unit kebdali akhir. Bagian ini bertugas menerjemahkan sinyal kendali
menjadi aksi atau tindakan koreksi melalui pengaturan variabel termanipulasi.
Unit ini tedirir atas dua bagian besar, yaitu akuator dan elemen kendali akhir.

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 7
Control Temperature

Akuator adalah penggerak elemen kendali akhir. Bagian ini dapat berupa
motor listrik, solenoida, atau membran pneumatik. Sedangkan elemen kendali
akhir biasanya berupa katup kendali (control valve) atau elemen pemanas.

1.2.3.3 Mekanisme Pengendalian Umpan Balik

Sebagai ilustrasi diambil contoh pemanasan air dalam alat penukar panas
(lihat gambar 1.3). Suhu air keluar (T) bergantung pada laju alir (F), suhu airmasuk
(T0), laju alir kukus (S), dan suhu kukus (Ts). Jika diandaikan suhu air masuk dan
suhu air keluar bergantung pada laju alir kukus dan laju alir air.

Pada proses ini diinginkan agar air keluar memiliki suhu yang tetap meskipun
terjadi perubahan laju alir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatur laju alir
kukus sedemikian rupa sehingga suhu air keluar selalu tetap. Dengan demikian dapat
ditentukan nama-nama variabel pada proses ini, yaitu :

 Variabel prose (PV) : Suhu air keluar


 Variabel Termanipulasi (MV) : Laju alir kukus (s)
 Variabel Gangguan : Laju alir ( F) : Laju Alir (F)

Keterangan:
Kukus
F : Laju Alir
S : Laju alir kukus (steam)
Ts, S
T0 : Suhu Air Masuk
Ts : Suhu kukus
T : Suhu Air Keluar
Gambar 1.3 Diagram Alir proses pemanasan air

Air

To, F

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 8
Control Temperature

Dari sistem sebagaimana gambaar 1.3 akan dibuat sistem pengendalian automatik
agar suhu keluarsealu tetap. Untuk melaksanakanya perlu ditambahka unit
pengukuran, Unit pengendali dan Unit kendali akhir gambar 2.4

Keterangan

TT = Unit Pengukuran Suhu

Kukus TC = Unit Pengendali Suhu

Ts, S CV = Unit kendali akhir

Air

To, F

Gambar 1.4 Diagram instrumentasi sistem Pngendalian Proses pemanasan


air

Sistem Pengendalian pada gamabar 1.4 bekerja sebagai berikut. Suhu air
keluar dideteksi oleh sensor dan dikirim oleh bagian transmiternay (TT) ke unit
pengendal suhu (TC). Di dalam unit pengendali, Suhu air keluar dibandingkan
dengan nilai acuan yang diharapkan. Bila suhu air lebih tinggi dari suhu yang
didinginkan, maka unit pengendali akan mengirim sinyakl kendali akhir untuk
mengecilka aliran kukus. sebalikny jika suhu air lebih rendah, katup kendali dibuka
lebh besar agar aliran kukus membesar

Mekanisme pengendalian yang mengakibatkan variabel termanipulasi (MV)


naik karena variabel proses(PV) turunatau sebaliknya disebut aksi naik turun
(increase deecrease) atau disebut juga aksi berlawanan (reverse action). Kebalikan

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 9
Control Temperature

darii mekanisme tersebut adalah aksi naik naik ( increase-increasae) atau disebut juga
aksi langsung (direct action). Artinya jika PV naik, menyebabkan MV jua naik.

1.2.4 Diagram Blok

Penggambaran suatu sistem atau kaomponen dari sistem dapat berbentuk blok
( kotak) yang dilengkapi dengam sinyal masuk dan keluar. Sinyal tersebut dapat
berupa arus listrik, Tegagan, alliran,cairan tekanan cairan, pH kecepatan, posisi, dsb.
Sinyal yang perlu digambarkan hanyalah sinyal masuk dan keluar yang secara
langsung berperan dalam sistem. Sedangkan sumber energi atau massa yang masuk
biasanya tidak digambarkan

Sebagai contoh, keran air yang dipakai mengalirkan air ke tangki. Cadangan
air sebagai sumber massa. Sinyal masukan adlah sudut putar kran ( posisi bukaan
kran) Sinyal keluar adalah laju alir. Disini yang perlu digambarkan adalah sudut
putar ( posis bukaan kran) dan laju alir. Sedangkan cadangan air tidak perlu
digunakan (gambar 1.6)

Sudut
Laju
Keran
Putar
Alir

Gambar 1.6 Diagram blok pengaturan laju air dengan keran

Gambaran umum blok sistem adalah sebagai berikut.

Masukan Keluaran
Sistem

Ganbar 1.7 Diagram blok system

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 10
Control Temperature

Berikut ini disajikan contoh diagram blok sistem

Suhu Tinggi Suhu


Termometer
Termokopel
Tegangan Raksa Raksa

Alir Putar

Tekanan Aliran
Transmiter
Penukar Panas
Suhu Pemanas
Tekanan

Gambar 1.8 Beberapa diagram blok satuan


Alir

1.2.5 Diagram Blok System Pengendalian

Dengan meninjau alat penukar panas (dari contoh paragraph sebelumnya)


sebagai suatu system maka dapat dibuat diagram bloknya sebagai berikut

Gangguan (F)

Variabel Variabel proses (T)


Sistem Proses
Termanipulasi
Pemaasan Air
Tegangan

Gambar 1.9 Diagram blok sistem pemanasan air

Diagram blok umum system di proses ditunjukan gambar (1.10) dalam


diagram inin masukan system terdiri dari variable termanipulasi (m) dan gangguan
(w). Tanda bulatan menjadi titik temu keduanyaadalah symbol penjumlahan.

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 11
Control Temperature

Keterangan
+ m: variabel termanipulasi (MV)
M+ C
Sistem w : variabel gangguan
c : variabel proses

Gambar 1.10 Diagram blok sistem proses

Diagram blok lengkap sistem pengendalian proses pemanasan dapat digambarkan


sebagai berikut :

r + m + C
Gc Gv Gp

-
y H

Gambar 1.11 Diagram blok lengkap sistem pengendalian proses pemanasan


air. Keterangan gambar :
r : nilai acuan atau set point value (SV) c : variabel proses (PV)
e : sinyal galat (error) dengan e = r – y Gc : Pengendali
y : sinyal pengukuran Gv : katup pengendali
u : sinyal kendali H : transmiter
m : variabel termanipulasi (MV)
w : variabel gangguan

Untuk keperluan praktis sering diagram tersebut disederhanakan dengan


meniadakan blok katup kendali dan transmiter. Hal ini disebabkan karena sinyal
kendali (u) pada dasarnya merepresentasikan nilai variabel termanipulasi. Sedangkan

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 12
Control Temperature

sinyal pengukuran (y), merepresentasikan nilai variabel proses. Sehingga dalam


diagram blok sistem pengendalian pada gambar berikut, sinyal kendali (u) sebagai
variabel termanipulasi (MV). W

r + GC U + + GP y

Gambar 2.12 Diagram blok singkat sistem pengendalian

1.2.6 Tanggapan Transien Sistem Tertutup

Sistem pengendalian dapat lebih disederhanakan, yaitu dengan memandang


sistem sebagai satu blok dengan dua masukkan (r dan w) dan satu keluaran (y).

r
SISTEM PENGENDALIAN y
w

Gambar 1.13 penyederhanaan sistem pengendalian sebagai satu blok.

Jika kedalam sistem pengendalian terjadi perubahan nilai acuan, idealnya,


nilai variabel proses tepat mengikuti nilai acuan baru. Tetapi kondisi demikian
biasanya tidak terjadi.
Nilai variabel proses akan mengalami beberapa kemungkinan perubahan, yaitu :

 Tanpa osilasi (overdamped)


 Osilasi teredam (underdamped)
 Osilasi kontinyu (sustained oscillation)
 Tidak stabil (amplitudo membesar)

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 13
Control Temperature

Keempat tanggapan diatas dibuat dengan memberi masukan berupa step function
(fungsi undak) yaitu dengan perubahan mendadak dari satu nilai masukkan konstan
ke nilai masukan konstan yang lain. Besarnya perubahan tersebut biasanya paling
besar 10 %.
Tanggapan tanpa osilasi bersifat lambat namun stabil. Sedangkan tanggapan
osilasi teredam mengalami sedikit gelombang di awal perubahan, dan selanjutnya
amplitudo mengecil dan akhirnya hilang. Tanggapan ini cukup cepat meskipun
sedikit terjadi ketidakstabilan. Pada tanggapan dengan osilasi kontinyu, variabel
proses secara terus menerus bergelombang dengan amplitudo dan frekuensi yang
tetap. Terakhir, tanggapan tak stabil, memiliki amplitudo membesar. Kondisi
demikian sangat berbahaya karena dapat merusak sistem keseluruhan.

Tanggapan teredam (ζ >1) Tanggapan osilasi teredam (0< ζ<


1)
y y

Osilasi kontinyu (ζ = 0) Tak stabil (ζ > 0)


y y

Gambar 1.14 Tanggapan sistem pengendalian simpal tertutup

pada perubahan nilai acuan.

Dari keempat kemungkinan tadi, yang paling dihindari, bahkan sama sekali
tidak boleh terjadi adalah tanggapan tidak stabil dengan amplitudo membesar.
Sedangkan tanggapan osilasi kontinyu dalam beberapa hal masih bisa diterima,
meskipun cukup berbahaya.
Sekedar perhatian untuk praktisi industri, meskipun variabel proses secara
terus menerus terlihat berayun seperti mengalami osilasi kontinyu, tetapi belum tentu

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 14
Control Temperature

benar-benar terjadi osilasi dalam sistem pengendalian. Boleh jadi kondisi demikian
memang sifat variabel itu sendiri, misalnya aliran gas atau turbulensi fluida.

1.2.7 Tujuan Pengendalian


1.2.7.1 Hakikat utama
Hakikat utama tujuan pengendalian proses adalah mempertahankan nilai
variabel proses agar sesuai dengan kebutuhan operasi .Makna dari pernyataan ini
adalah, satu atau beberapa nilai variabel proses mungkin perlu dikorbankan semata-
mata untuk mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu kebutuhan operasi keseluruhan
agar berjalan sesuai yang diinginkan.

1.2.7.2 Tujuan ideal dan praktis

 Tujuan ideal
Mempertahankan nilai variabel proses “sama” dengan nilai acuan.
 Tujuan Praktis
Mempertahankan nilai variabel proses “di sekitar” nilai acuan dalam batas-
batas yang ditetapkan.
Tujuan pengendalian erat berkaitan dengan kualitas pengendalianyang didasarkan
atas bentuk tanggapan variabel proses. Setelah terjadi perubahan nilai acuan
(setpoint) atau beban diharapkan,
 penyimpangan maksimum dari nilai acuan sekecil mungkin,
 waktu yang diperlukan oleh variabel proses mencapai kondisi mantap sekecil
mungkin.
 perbedaan nilai acuan dan variabel proses setelah tunak sekecil mungkin.
Atau dapat dinyatakan dengan istilah umum, sebagai berikut.
 Minimum overshoot
 Minimum settling time
 Minimum offset

Dengan kata lain kualitas pengendalian yang diharapkan adalah,

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 15
Control Temperature

 Tanggapan cepat,
 hasilnya stabil, dan tidak ada penyimpangan dengan nilai acuan.

Beban

Variabel
Settling time
proses
Offset

Maximum error
(overshoot)

Gambar 1.15 Tanggapan sistem pengendalian simpal tertutup pada perubahan beban

1.2. 8 Kriteria Kualitas Pengendalian

Evaluasi kinerja sistem pengendalian memerlukan dua hal, yaitu jenis tes dan
kriteria yang tepat. Jenis tes yang paling sering dipakai adalah dengan cara
mengubah nilai acuan atau beban secara mendadak (step response test). Dari hasil tes
selanjutnya dihitung apakah memenuhi kriteria atau tidak. kriteria yang paling
umum di industry adalah :
 redaman seperempat amplitudo (quarter amplitude decay ratio)
 nilai maksimum dari integral galat absolut (integral absolute error, IAE)
 redaman kritik (critical damping)

Kriteria redaman seperempat amplitudo. kriteria ini merupakan kriteria populer


di kalangan praktisi dan teoritisi, sebab mampu mengakomodasikan ketiga kualitas
pengendalian sebagaimana tersebut pada butir (1.8). Maksud kriteria redaman
seperempat amplitude adalah, amplitudo puncak berikutnya memiliki nilai
seperempat dari puncak amplitude sebelumnya. Atau decay ratio 0,25.

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 16
Control Temperature

Kriteria redaman kritik. Kriteria ini jika overshoot di atas nilai acuan tidak
diperkenankan. Kondisi redaman kritik merupakan batas osilasi teredam. Tanggapan
pada redaman kritik adalah paling cepat dan tanpa overshoot.

Kriteria nilai maksimum dari integral galat absolut. Kriteria integral galat
absolut menunjukkan luas total galat.
y

Gambar 1.16 Kriteria integral galat absolut (IAE = luas daerah yang
diarsir)

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 17
Control Temperature

BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan
1. Armfield PCT 41 control temperature
2.1.2 Bahan yang digunakan
1. Air
2.2 Prosedur Kerja
1. Menyalakan power PCT 41 lalu menyalakan PC
2. Mengklik start lalu memilih Basic Process Control Unit kemudian memilih
PCT 41 Process Control Apparatus kemudian pilih section 5
3. Mengklik menu sampel kemudian memilih configure lalu pilih automatic
dengan interval sampel 10 detik secara kontinyue.
4. Mengisi tangki dengan air sampai level yang diinginkan dengan mengatur
PSV sebesar 100%
5. Memilih control lalu melakukan pengaturan sebagai berikut :
Mode : automatic
Automatic operation : set point : 45oC
Propotional band : 50%
Integral time : 25%
Derivative time : 0%
Kemudian mengklik apply lalu OK
6. Mengklil icon GO pada toolbar untuk menjalankan proses
7. Setelah proses berjalan selama 30 menit, mengklik icon stop pada toolbar
lalu menyimpan data yang telah diperoleh.
8. Mengulangi langkah 5 – 7 dengan mengganti nilai integral time menjadi 15
% dan 10 %.

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 18
Control Temperature

9. Melakukan pengaturan kembali dengan memilih control kemudian


merubah nilai integral time menjadi 15% dan derivative time menjadi 5%
kemudian apply dan OK
10. Menjalankan proses dengan mengklik icon GO pada toolbar.
11. Setelah proses berjalan selama 30 menit mengklik icon STOP pada toolbar
kemudian menyimpan data yang telah diperoleh.
12. Mengulangi langkah 9-11 dengan mengganti nilai derivative time menjadi
10% dan 15 %.
13. Setelah pengambilan data selesai, mematikan program dengan mengklik
COLSE (X) kemudian memilih start lalu shutdown.
14. Mematikan alat PCT 41.

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 19
Control Temperature

BAB III

PEMBAHASAN

Praktikum ‘Control Temperature’ ini memiliki tujuan yaitu untuk


mempelajari system pengendalian suhu dan untuk melihat pengaruh mode control
terhadap system pengendalian.

Praktikum yang dilakukan ada 2 yaitu control temperature dengan mode


control integral dan control temperature dengan mode control derivative (PID).
Berdasarkan teori yang ada, mode pengontrolan integral memiliki karakteristik
respon lambat dan offset kecil sedangkan mode pengontrolan derivative memiliki
karakteristik respon cepat dan offset kecil namun peka terhadap gangguan.

Praktikum dilakukan 2 kali dimana setiap mode control dilakukan sebanyak 3


kali. Untuk mode control integral, besar nilai integral yaitu 15%, 20% dan 25%
dengan set point 45oC. sedangkan untuk mode derivative, nilai derivative yang
digunakan yaitu 5%, 10% dan 20% dengan set point yang sama.

Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh data dimana untuk mode
control integral, nilai integral time yang menghasilkan data dengan offset terkecil
yaitu 15% dimana offset yang dihasilkan sebesar 8.7 dan untuk nilai derivative yang
menghasilkan data dengan offset terkecil yaitu 5% dimana offset yang dihasilkan
yaitu 8.6.

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 20
Control Temperature

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu :

1. Untuk mode pengontrolen Integral diperoleh nilai integral time yang


offsetnya terkecil yaitu 15%
2. Untuk mode pengontrolan Derivetive diperoleh nilai derivative time yang
offsetnya terkecil yaitu 5%

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 21
Control Temperature

DAFTAR PUSTAKA

Tim Laboratorium. 2010. Petunjuk Praktikum Instrumentasi dan Control. Samarinda


: POLNES

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 22
Control Temperature

LAMPIRAN

Integral Time 15%


64.0

62.0

60.0
Temperature

58.0

56.0 Series1

54.0

52.0
00:00 07:12 14:24 21:36 28:48 36:00

waktu (detik)

Integral Time 20%


64.0
63.0
62.0
61.0
Temperature)

60.0
59.0
58.0
Series1
57.0
56.0
55.0
54.0
53.0
00:00 07:12 14:24 21:36 28:48 36:00
waktu (detik)

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 23
Control Temperature

Integral Time 20%


64.0
63.0
62.0
61.0
Temperature

60.0
59.0
58.0
57.0 Series1
56.0
55.0
54.0
53.0
00:00 07:12 14:24 21:36 28:48 36:00
Waktu (detik)

Derivative Time 5%
65.0

60.0
Temperature

55.0

50.0 Series1

45.0

40.0
00:00 07:12 14:24 21:36 28:48 36:00
Waktu (detik(

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 24
Control Temperature

Derivative 15%
63.0
62.0
61.0
60.0
Temperature

59.0
58.0
57.0 Series1

56.0
55.0
54.0
53.0
00:00 07:12 14:24 21:36 28:48 36:00
Waktu (detik)

Derivative Time 20%


64.0

62.0
Temperature

60.0

58.0
Series1
56.0

54.0

52.0
00:00 07:12 14:24 21:36 28:48 36:00
Waktu (detik)

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 25
Control Temperature

Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda 26

Anda mungkin juga menyukai