Lemak Minyak Fikri
Lemak Minyak Fikri
Pasar Mawar, Bogor. Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan santan awet dapat dilihat pada Gambar
1.
Pembuatan santan diawali dengan mengupas kelapa untuk membuang bagian sabut dan batok. Daging
buah kelapa kemudian dibelah dan direndam dalam air panas bersuhu 80oC. Kelapa yang telah bersih
diblansir pada suhu 80oC selama 10 menit. Blansir bertujuan untuk menginaktivasi enzim lipase dan
menurunkan jumlah mikroba (Waisundara et al. 2007). Kelapa yang telah diblansir kemudian diparut
dengan parutan kelapa. Hasil pemarutan kemudian dipres dan ditampung santannya. Ke dalam ampas
kelapa hasil pengepresan ditambahkan AMDK dengan volume setengah dari bobot kelapa parut sesuai
dengan penelitian Sukasih et al. (2009) dan dipres sekali lagi. Santan yang dihasilkan ditampung dan
dicampurkan dengan santan hasil pengepresan sebelumnya. Kemudian santan dipanaskan hingga
mencapai suhu 72oC untuk meminimalkan resiko pertumbuhan mikroba. Setelah pengepresan selesai,
santan dipanaskan hingga mencapai suhu 80oC untuk ditambahkan stabilizer Carboxymethylcellulose
(CMC) (Khuenpet et al 2016). Tahapan selanjutnya adalah penambahan stabilizer CMC dengan
konsentrasi 0.6% b/b ke dalam santan hasil pengepresan. Setelah ditambahkan dengan CMC, santan
kemudian dihomogenisasi dengan kecepatan 6000rpm selama 30 menit. Pemilihan jenis dan konsentrasi
stabilizer serta kecepatan dan waktu homogenisasi yang digunakan didasarkan pada formula optimum
dari penelitian Iswanto (2009). Setelah homogenisasi selesai, santan kembali dipanaskan hingga
mencapai suhu 72oC untuk diisikan ke dalam pouch secara hot filling. Setelah proses pengisian dan
pengeliman selesai, santan disusun ke dalam keranjang retort dan dimasukkan ke dalam retort. Sampel
diberi pemberat berupa keranjang kosong untuk memastikan seluruh bagian kemasan terendam dalam
air. Air diisikan ke dalam retort hingga kemasan terendam setinggi 5 cm, kemudian retort ditutup dan
proses pemanasan dimulai. Setelah dingin, santan dilap dan dikeringkan, kemudian disusun di dalam
plastic container dan disimpan pada suhu ruang.
Alat yang digunakan dalam pembuatan santan awet dalam kemasan standing pouch adalah pisau,
kapak, baskom, panci, termometer, selang air, boiler, blancher, retort, parutan kelapa, hydrolic presser,
sealer, thermocouple, standing pouch, plastic container, gelas ukur, dan kain saring. Spesifikasi dan foto
peralatan dapat dilihat pada Lampiran 1. Bahan yang digunakan dalam pembuatan santan awet dalam
kemasan standing pouch adalah kelapa varietas Banten, Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), dan
Carboxymethylcellulose (CMC) merek “Kopoe-Kopoe”.
Penyiapan Kelapa
Perlakuan awal meliputi pembuangan sabut, pengupasan batok, pengupasan kulit ari kelapa, dan
pembelahan kelapa. Perlakuan awal bertujuan untuk memperoleh potongan kelapa yang siap untuk
diproses.
1. Siapkan ember untuk menampung kelapa hasil pemotongan dan untuk menampung limbah air kelapa
5. Belah kelapa menjadi empat bagian dengan menggunakan pisau, buang air kelapa ke dalam ember
pembuangan
6. Rendam segera kelapa dalam ember berisi air panas dengan suhu 80oC
Blansir
Blansir dilakukan untuk menginaktivasi kerja enzim lipase penyebab ketengikan dan mengurangi jumlah
mikroba awal. Blansir dilakukan pada suhu 80oC dengan waktu 10 menit. Suhu awal air dibuat lebih
tinggi, yaitu 90oC dengan tujuan untuk mempertahankan suhu air saat dimasukkan potongan kelapa
agar tidak turun dibawah 80oC.
1. Masukkan kelapa yang sudah dipotong ke dalam blancher, pastikan potongan kelapa terendam
seluruhnya dalam air pada blancher
3. Jaga suhu air tetap 80oC selama proses berlangsung dengan mengatur suplai steam ke dalam blancher
Pemarutan
Pemarutan bertujuan untuk memperoleh ukuran yang lebih kecil, sehingga proses ekstraksi santan
dapat berjalan dengan lebih efektif
6. Apabila tempat penampungan kelapa parut sudah penuh, ganti wadah dengan yang baru dan
pindahkan kelapa parut ke tahap pengepresan
Pengepresan
Pengepresan bertujuan untuk mengekstrak santan dari dalam partikel kelapa parut. Ekstraksi dilakukan
dengan menggunakan hydrolic presser dengan penambahan air dengan volume sebanyak setengah
bobot kelapa parut.
2. Siapkan wadah penampung kelapa parut, kain saring, wadah penampung santan, dan plat pengepres
6. Masukkan kelapa parut ke dalam wadah penampung pada bagian atas kain saring
8. Setelah terisi penuh, tutupi kelapa parut dengan bagian ujung kain saring
10. Pres kelapa parut dengan tekanan maksimal alat (3000 kgf)
11. Pindahkan santan yang dihasilkan ke wadah penampung untuk dipanaskan hingga mencapai suhu
72oC dan dijaga tetap. Sesekali santan diaduk dengan sendok pengaduk teflon agar santan tidak pecah
12. Setelah mesin pengepres berhenti, buka plat pengepres dan kain saring
15. Tutup kembali dengan kain saring dan pasang plat pengepres
17. Tampung santan yang dihasilkan dan campurkan dengan santan hasil pengepresan tahap pertama,
panaskan hingga mencapai suhu 80oC, kemudian dilanjutkan ke tahap penambahan CMC
Penambahan CMC pada santan cair bertujuan untuk menstabilkan emulsi. Penambahan CMC dilakukan
pada suhu 80oC dengan jumlah 0.6% dari bobot santan cair. Penambahan CMC harus dilakukan secara
perlahan agar CMC tidak menggumpal. Penanganan CMC harus dalam keadaan kering untuk
menghindari terbentuknya gumpalan. Homogenisasi bertujuan untuk melarutkan CMC dalam santan.
Homogenisasi dilakukan dengan kecepatan 6000 rpm selama 30 menit.
1. Hitung bobot total santan cair yang dihasilkan dari pengepresan tahap pertama dan kedua
3. Panaskan santan hingga mencapai suhu 80oC sambil terus diaduk secara perlahan dengan sendok
pengaduk teflon
4. Siram homogenizer dengan air panas pada bagian yang akan kontak dengan produk
7. Setelah semua CMC ditambahkan, turunkan kecepatan menjadi 6000 rpm, dan diproses selama 30
menit
8. Apabila proses homogenisasi telah selesai, pindahkan santan ke blancher untuk dipanaskan kembali
Pengisian
Pengisian santan cair ke dalam pouch dilakukan dengan metode hot filling, dengan tujuan untuk
mengusir udara dalam produk, sehingga tercipta kondisi yang vakum. Kemasan pouch yang digunakan
adalah kemasan jenis standing pouch dengan ukuran 14x20 cm. Dalam proses pengisian, hindari
basahnya dinding kemasan oleh santan, karena dapat menyebabkan seal tidak dapat menempel dengan
sempurna.
1. Panaskan santan hingga mencapai suhu 72oC, sesekali aduk santan denganmenggunakan pengaduk
teflon
2. Ambil santan dengan menggunakan wadah gelas ukur plastik 1L, tuangkan kedalam gelas ukur 100mL
3. Buka lebar kemasan pouch dengan menarik kedua ujung atas kemasan dengan kedua tangan,
kemudian isikan santan tanpa membasahi dinding kemasan
Sealing
Tahapan sealing bertujuan untuk mengelim kemasan agar tertutup rapat sehingga produk tidak tumpah
dan udara tidak masuk ke dalam produk. Proses sealing dilakukan dengan menggunakan alat impulse
sealer.
1. Set impulse sealer pada skala 7
2. Letakkan santan pada elemen pemanas dengan jarak 2 cm dari ujung atas kemasan
3. Tekan penuh handel sealer hingga lampu indikator menyala dan kemudian padam
5. Tunggu 3 hitungan
8. Susun kemasan yang telah di-seal pada keranjang retort dengan posisi berdiri.
Pemanasan
Pemanasan bertujuan untuk mengurangi jumlah mikroba pembusuk pada produk sehingga umur simpan
produk bertambah. Pemanasan santan dilakukan menggunakan retort pada suhu setting 110oC selama
30 menit.
4. Tutup pintu retort dengan rapat dengan memutar pengunci hingga kencang
7. Buka keran venting, pasang selang ke keran venting untuk menyalurkan buangan steam
9. Biarkan proses venting berlangsung hingga steam jenuh keluar melalui keran venting
12. Pencatatan waktu proses dimulai saat lampu indikator heater padam
14. Setelah waktu proses tercapai, alirkan air deras melalui keran venting. Atur agar aliran air memasuki
retort sesegera mungkin sebelum udara dari dalam retort keluar melalui keran venting
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah buret, erlenmeyer, erlenmeyer flux, gelas ukur 50
mL; 500 mL; dan 100 mL, separator funnel 250 mL, hotplate stirrer, magnetic stirrer, labu leher tiga,
kondensor, minichiller, pipet tetes, ruang asam (v-Fume Hood), neraca balance, termometer, waterbath,
membrane vaccuum pump, corong gelas, corong butcher, statif dan klem, dan gelas beaker. Bahan-
bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak kelapa, minyak jelantah, metanol 96%, etanol
teknis 95%, H2SO4, akuades, KOH-Etanol 0,1085N, KOH, KOH Alkoholik, chloroform, Asam Asetat
Glasial, KI, Asam Periodat, indikator pati, Asam Tiosulfat 0,01004N, kertas saring, indikator phpt,
indicator pH, dan aluminium foil.
Sebelum dilakukan proses pretreatment dan pengolahan biodiesel terlebih dahulu akan dilakukan
proses analisis terhadap bahan baku penelitian. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui
karakteristik dari minyak goreng bekas dan minyak kelapa yang akan diolah, karena setiap minyak
jelantah dan minyak kelapa memiliki karakteristik yang berbeda-beda akibatnya akan berpengaruh pada
proses pretreatment bahan baku tersebut. Parameter analisis yang dimaksud adalah angka asam, angka
penyabunan, kadar air, dan kandungan FAME yang terdapat dalam bahan baku.
Proses Pretreatment
Minyak kelapa dan minyak jelantah dicampurkan berdasarkan perbandingan %-v/v dalam 200 mL,
dengan perbandingan minyak jelantah dan minyak kelapa adalah sebagai berikut: 100:0; 75:25; 50:50;
25:75 dan 0:100. Kemudian campuran minyak diaduk hingga homogen. Setelah itu, dilakukan proses
perhitungan kadar %FFA dengan cara campuran minyak diambil 3 g kemudian ditambahkan dengan
etanol teknis 95% yang sudah distandarisasikan dengan volume 50 mL. Kemudian ditambahkan indikator
phpt sebanyak 5 tetes dan dititrasi dengan larutan KOHEtanol 0,1085N sebagai titran untuk menentukan
kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam mixed minyak dengan perubahan warna dari bening ke
pink. Dilakukan perhitungan %FFAPalmatic dan %FFA- Oleic karena %FFA, tujuan perhitungan dari kedua
kandungan minyak tersebut agar dapat menentukan kandungan FAME di dalam biodiesel. Penambahan
indikator phpt bertujuan untuk menentukan bahwa sampel bersifat asam atau basa, jika bersifat asam
sampel menjadi bening, sedangkan basa menjadi merah muda (Minry, 2011).
Proses Esterifikasi
Proses esterifikasi dilakukan dengan mencampurkan minyak kelapa, minyak jelantah dan metanol
dengan menggunakan katalis asam (H2SO4). Adapun perbandingan volume campuran minyak kelapa
dan minyak jelantah sebanyak 200 mL dari perbandingan variasi mixed minyak, sedangkan jumlah katalis
yang digunakan 0,5% dari volume campuran minyak kelapa dan minyak jelantah 200 mL dengan variasi
penambahan metanol 38% untuk mixed minyak jelantah dan kelapa 100MJ:0MK dan 30% untuk
75MJ:2MK. Kemudian mixed minyak dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang berisi magnetic strirrer
dan dicampurkan dengan campuran metanol dan H2SO4 dan dilakukan pemanasan pada suhu 650C dan
pengadukan 400 rpm dengan waktu 90 menit untuk perbandingan minyak jelantah dan minyak kelapa
100MJ:0MK dan 60 menit untuk mixed minyak 75MJ:25MK dan kondisi operasi dijaga agar tidak
melebihi suhu 650C. Setelah itu, dilakukan proses dekantasi dengan separator funnel selama 60 menit
dan langsung diambil sampel sebanyak 3 g untuk mengetahui %FFA yang baru. Setelah 60 menit, minyak
dipisahkan dengan gliserol yang dihasilkan dan volume fase atas dan tengah (phospholipid) dicatat. Hal
yang sama juga dilakukan pada komposisi mixed minyak 50MJ:50MK dan 25MJ:75MK dengan komposisi
metanol 18 mL dan 29 mL.
Proses Transesterifikasi
Pada proses trasesterifikasi dilakukan pada sebuah labu leher tiga pada suhu 650C dengan perputaran
400 rpm. Awalnya, campuran minyak yang ada di bagian atas separator funnel dimasukkan ke dalam
labu leher tiga. Adapun pada proses transesterfikasi ini dilakukan dengan katalis basa KOH yang
ditimbang 0,9% dari 200mL dan variasi metanol 20 mL; 21 mL; 25 mL, dan 19 mL. Campuran KOH
dengan metanol di masukkan ke dalam labu leher tiga dan di reaksikan selama 60 menit untuk
100MJ:0MK dan 75MJ:25MK; 70 menit untuk 50MJ:50MK; dan 50 menit untuk 25MJ:75MK dan
MJ:100MK. Kemudian didekantasi selama 15 menit untuk memisahkan metil ester dengan gliserol dan
volume fase bawah (gliserol) dicatat.
Proses Pemurnian
Proses pemurnian pada penelitian ini