Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori dan Konsep Terkait

1. Nyeri

a. Pengertian Nyeri

Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau

yang berpotensial untuk menimbulkan kerusakan jaringan. Nyeri

didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan

eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Menurut

International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah

pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat

terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan

kondisi terjadinya kerusakan(Tamsuri, 2008).

Sendi adalah pertemuan antara dua tulang atau lebih, sendi

memberikan adanya segmentasi pada rangka manusia dan memberikan

kemungkinan variasi pergerakan diantara segmen-segmen serta

kemungkinan variasi pertumbuhan (Brunner & Sudarth, 2010).

Nyeri sendi adalah suatu akibat yang diberikan tubuh karena

pengapuran atau akibat penyakit lain.

8
9

b. Etiologi

Penyebab utama penyakit nyeri sendi masih belum diketahui secara

pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan,

hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus

terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus.

Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab nyeri

sendi yaitu:

a. Mekanisme imunitas.

Penderita nyeri sendi mempunyai auto anti body di dalam

serumnya yang di kenal sebagai faktor rematoid anti bodynya

adalah suatu faktor antigama globulin (IgM) yang bereaksi

terhadap perubahan IgG titer yang lebih besar 1:100, Biasanaya

di kaitkan dengan vaskulitis dan prognosis yang buruk.

b. Faktor metabolik.

Faktor metabolik dalam tubuh erat hubungannya dengan proses

autoimun.

c. Faktor genetik dan faktor pemicu lingkungan.

Penyakit nyeri sendi terdapat kaitannya dengan pertanda genetik.

Juga dengan masalah lingkungan, Persoalan perumahan dan

penataan yang buruk dan lembab juga memicu pennyebab nyeri

sendi.

1) Faktor usia.

Degenerasi dari organ tubuh menyebabkan usia lanjut rentan


10

terhadap penyakit baik yang bersifat akut maupun kronik

(Brunner & Sudarth, 2010).

c. Patofisiologi

Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologis persendian

diartrodial atau sinovial merupakan kunci untuk memahami patofisiologi

penyakit nyeri sendi. Fungsi persendian sinovial adalah gerakan. Setiap

sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing

orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang

dapat digerakkan. Pada sendi sinovial yang normal. Kartilago artikuler

membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang

licin serta ulet untuk gerakan. Membran sinovial melapisi dinding dalam

kapsula fibrosa dan mensekresikan cairan kedalam ruang antara-

tulang(Tamsuri, 2008).

Cairan sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock

absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara

bebas dalam arah yang tepat. Sendi merupakan bagian tubuh yang sering

terkena inflamasi dan degenerasi yang terlihat pada penyakit

nyeri sendi. Meskipun memiliki keaneka ragaman mulai dari kelainan

yang terbatas pada satu sendi hingga kelainan multi sistem yang sistemik,

semua penyakit reumatik meliputi inflamasi dan degenerasi dalam

derajat tertentu yang biasa terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada

persendian yang mengalami pembengkakan. Pada penyakit reumatik

inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang


11

merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus

(proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon

imun(Brunner & Sudarth, 2010).

Sebaliknya pada penyakit nyeri sendi degeneratif dapat terjadi

proses inflamasi yang sekunder.pembengkakan ini biasanya lebih ringan

serta menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih besar

kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit yang lanjut. Pembengkakan

dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan yang

bebas dari karilago artikuler yang mengalami degenerasi kendati faktor-

faktor imunologi dapat pula terlibat (Brunner & Sudarth, 2010).

d. Manifestasi Klinis

Ada banyak sekali sebab mengapa persendian sakit, nyeri sendi

dapat merupakan gejala tunggal atau menjadi bagian banyak gejala lain

yang dialami. Manifestasi nyeri sendi dapat bervariasi, seperti kelembutan

atau tidak nyaman ketika di sentuh, pembengkakan, peradangan,

kekakuan, atau pembatasan gerakan.

e. Penatalaksanaan

Sendi yang meradang di istirahatkan selama eksaserbasi, periode-

periode istirahat setiap hari, kompres panas dan dingin bergantian,

aspirin, obat anti-inflamasi nonsteroid lainnya, atau steroid sistemik,

pembedahan untuk mengeluarkan membran sinovium (Corwin, 2009).

f. Tingkat Nyeri

Kualitas nyeri dapat dinilai sederhana yang meminta pasien


12

menjelaskan nyeri dengan kata-kata mereka sendiri (misalnya tumpul,

berdenyut, seperti terbakar). Evaluasi ini juga dapat didekati dengan

menggunakan penelitian yang lebih formal, seperti kuesioner nyeri

MC bill, yang merupakan salah satu alat yang digunakan untuk

menilai nyeri. Kuesioner ini mengukur dimensi fisiologik dan

psikologik nyeri yang dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama

klien menandai lokasi nyeri disebuah gambar tubuh manusia. Pada

bagian kedua klien memilih 20 kata yang menjelaskan kualitas

sensorik, afektif, evaluatif, dan kualitas lain dari nyeri. Pada bagian

ketiga klien memilih kata seperti singkat, berirama atau menetap

untuk menetap untuk menjalaskan pola nyeri. Pada bagian keempat

klien menentukan tingkatan nyeri pada suatu skala 0 sampai 5 (Price,

Sylvia A dan Wilson, Lorrain M, 2008).

Alat bantu lain yang digunakan untuk menilai intensitas atau

keparahan nyeri klien:

a) Face Pain Rating Scale


13

b) Skala intensitas nyeri deskriptif

c) Skala Identitas nyeri Numerik

d) Skala Analog Visual

e) Skala Nyeri Menurut Bourbanis

Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
mengikuti perintah dengan baik.
14

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat


mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi.
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memukul.

Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan

atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk

mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun,

makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke

waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.

Pengukuran skala nyeri menggunakan Face Pain Rating Scale yaitu

terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk

“tidak ada nyeri” hingga wajah yang menangis untuk “nyeri berat”( Wong

dan Baker. 2013).

Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri

yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal atau VDS (Verbal

Descriptor Scale) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai

lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di

sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai

“nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut

dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri trbaru yang ia rasakan.

Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan

dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini
15

memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan

nyeri. Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien

menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif

digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi

terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka

direkomendasikan patokan 10 cm (Andarmoyo, Sulistyo.Suharti. 2013).

Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel

subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas

nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap

ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi

keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri

yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada

rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka. Skala nyeri

harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak

mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien

dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih

akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat

keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan kondisi klien. Perawat

dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk

atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan

(Prasetyo, S. N. 2010).
16

Tingkat nyeri persalinan dapat dibagi sebagai berikut (Prasetyo, S.

N. 2010):

(a) Nyeri ringan

Jika pasien menunjuk pada rentang skala 1-3 yaitu pasien masih bisa

beraktifitas atau melakukan kegiatan dan aktifitas pasien masih jarang

terpengaruhi.

(b) Nyeri sedang

Jika pasien menunjuk pada rentang skala 4-6 yang masih bisa

beraktivitas atau melakukan kegiatan tapi aktifitas ibu sudah terganggu.

(c) Nyeri berat

Jika pasien menunjuk pada rentang skala 7-10 yaitu ibu tidak dapat

melakukan kegiatan atau aktifitas apapun dan kadang-kadang disertai

keluhan vegetatif seperti nyeri dikepala, kelelahan dan lain-lain.

2. Low Back Pain

a. Pengetian Low Back Pain

LBP (low back pain/nyeri punggung bawah) adalah suatu gejala

dan bukan suatu diagnosis, dimana pada beberapa kasus gejalanya sesuai

dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang tinggi, namun di

sebagian besar kasus, diagnosis tidak pasti dan berlangsung lama.

Dengan demikian maka LBP yang timbulnya sementara dan hilang

timbul adalah sesuatu yang dianggap biasa. Namun bila LBP terjadi

mendadak dan berat maka akan membutuhkan pengobatan, walaupun


17

pada sebagian besar kasus akan sembuh dengan sendirinya. LBP yang

rekuren membutuhkan lebih banyak perhatian, karena harus merubah

pula cara hidup penderita dan bahkan juga perubahan pekerjaan.

Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung

bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau

keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat

bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering

disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP yang

lebih dari 6 bulan disebut kronik. (Sadeli & Tjahjono, 2001)

Nyeri punggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:

1) Nyeri punggang local

Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah

dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari

bagian-bagian dibawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus

vertebra, sendi dan ligamen.

2) Iritasi pada radiks

Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan

pada dermatom yang bersangkutan pada salah satu sisi badan.

Kadang-kadang dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan

fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang

pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.


18

3) Nyeri rujukan somatic

Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih

dalam pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di

bagian-bagian dalam dapat dirasakan di bagian lebih superfisial.

4) Nyeri rujukan viserosomatis

Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau

dalam ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.

5) Nyeri karena iskemia

Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio

intermitens yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau

menjalar ke paha. Dapat disebabkan oleh penyumbatan pada

percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis.

6) Nyeri psikogen

Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf

dan dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.

(Rumawas, 1996)

Nyeri punggung bawah berdasarkan sumber :

1) Nyeri punggung bawah Spondilogenik

Nyeri yang disebabkan karena kelainan vertebrata, sndi, dan

jaringan lunaknya. Antara lain spondilosis, osteoma, osteoporosis,

dan nyeri punggung miofasial

2) Nyeri punggung bawah Viserogenik


19

Nyeri yang disebabkan karena kelainan pada organ dalam, misalnya

kelainan ginjal, kelainan ginekologik, dan tumor retroperitoneal

3) Nyeri punggung bawah Vaskulogenik

Nyeri yang disebabkan karena kelainan pembuluh darah, misalnya

anerisma, dan gangguan peredaran darah.

4) Nyeri punggung bawah Psikogenik

Nyeri yang disebabkan karena gangguan psikis seperti neurosis,

ansietas, dan depresi. Nyeri ini tidak menghasilkan definisi yang

jelas, juga tidak menimbulkan gangguan anatomi dari akar saraf atau

saraf tepi. Nyeri ini superficial tetapi dapat juga dirasakan pada

bagian dalam secara nyata atau tidak nyata, radikuler maupun non

radikuler, berat atau ringan. Lama keluhan tidak mempunyai pola

yang jelas, dapat dirasakan sebentar ataupun bertahun– tahun.

b. Insiden

LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-

negara industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah

mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya

bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalen cerata-rata 30%. Di AS

nyeri ini merupakan penyebab yang urutan paling sering dari pembatasan

aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan ke 2 untuk alasan

paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke 5 alasan perawatan di

rumah sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan

operasi. (Anderson, 1999)


20

Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada,

namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65

tahun pernah menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2%

dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke

beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%(Sadeli &

Tjahjono, 2001)

c. Etiologi

Penyebab LBP dapat dibagi menjadi:

1) Diskogenik

Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus

pulposus yang merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini

bisa dalam bentuk suatu protrusio atau prolaps dari nukleus

pulposus dan keduanya dapat menyebabkan kompresi pada radiks.

Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal atau servikal dan jarang

sekali pada daerah torakal. Nukleus terdiri dari megamolekul

proteoglikan yang dapat menyerap air sampai sekitar 250% dari

beratnya. Sampai dekade ke tiga, gel dari nukleus pulposus hanya

mengandung 90% air, dan akan menyusut terus sampai dekade

ke empat menjadi kira-kira 65%.

Nutrisi dari anulus fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air

dan molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya

bagian luar dari anulus yang menerima suplai darah dari ruang
21

epidural. Pada trauma yang berulang menyebabkan robekan serat-

serat anulus baik secara melingkar maupun radial. Beberapa robekan

anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yang

menyebabkan berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan

robekan secara melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus

berpindah keluar dari anulus lingkaran ke ruang epidural dan

menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf.(Wheeler,2004)

2) Non-diskogenik

Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada

serabut sensorik saraf perifer, yang membentuk n. iskiadikus dan

bisa disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses toksik atau

imunologis, yang mengiritasi n. iskiadikus dalam perjalanannya dari

pleksus lumbosakralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi pelvis

sampai sepanjang jalannya niskiadikus (neuritis n. iskiadikus).

d. Penatalaksanaan dan Pencegahan Low Back Pain

Biasanya Low Back Pain hilang secara spontan. Kekambuhan

sering terjadi karena aktivitas yang disertai pembebanan tertentu.

Penderita yang sering mengalami kekambuhan harus diteliti untuk

menyingkirkan kelainan neurologik yang mungkin tidak jelas

sumbernya. Berbagai telaah yang dilakukan untuk melihat perjalanan

penyakit menunjukkan bahwa proporsi pasien yang masih menderita

Low Back Pain selama 12 bulan adalah sebesar 62% (kisaran 42 % -


22

75 %), agak bertentangan dengan pendapat umum bahwa 90% gejala

Low Back Pain akan hilang dalam 1 bulan. (Manek, 2005)

Penanganan terbaik terhadap penderita LBP adalah dengan

menghilangkan penyebabnya (kausal) walaupun tentu saja pasien pasti

lebih memilih untuk menghilangkan rasa sakitnya terlebih dahulu

(simptomatis). Jadi perlu digunakan kombinasi antara pengobatan

kausal dan simptomatis.

Secara kausal, penyebab nyeri akan diatasi sesuai kasus

penyebabnya. Misalnya untuk penderita yang kekurangan vitamin

saraf akan diberikan vitamin tambahan. Para perokok dan pecandu

alkohol yang menderita LBP akan disarankan untuk mengurangi

konsumsinya.

Pengobatan simptomatik dilakukan dengan menggunakan obat

untuk menghilangkan gejala-gejala seperti nyeri, pegal, atau

kesemutan. Pada kasus LBP karena tegang otot dapat

dipergunakan Tizanidine yang berfungsi untuk mengendorkan

kontraksi otot (muscle relaxan). Untuk pengobatan simptomatis

lainnya kadang-kadang memerlukan campuran antara obat-obat

analgesik, anti inflamasi, NSAID, obat penenang, dan lain-lain. (Deyo,

2001)

Apabila dengan pengobatan biasa tidak berhasil, mungkin

diperlukan tindakan fisioterapi dengan alat-alat khusus maupun

dengan traksi (penarikan tulang belakang). Tindakan operasi


23

mungkin diperlukan apabila pengobatan dengan fisioterapi ini tidak

berhasil misalnya pada kasus HNP atau pada pengapuran yang berat.

(Murtagh, 2003)

Jadi, penatalaksanaan LBP ini memang cukup kompleks. Di

samping berobat pada spesialis penyakit saraf (neurolog), mungkin

juga diperlukan berobat ke spesialis penyakit dalam (internist), bedah

saraf, bedah orthopedic bahkan mungkin perlu konsultasi pada

psikiater atau psikolog. Dalam beberapa kasus, masih banyak kasus

dokter menyarankan istirahat total untuk penyembuhan kasus low back

pain, padahal penelitian baru menyatakan bahwa aktivitas yang kurang

tidak akan mengurangi gejala low back pain. (Zanni, 2003)

Beragamnya penyebab LBP menuntut penatalaksanaan yang

bervariasi pula. Meski demikian, pada dasarnya dikenal dua tahapan

terapi LBP yaitu:

1) Terapi Konservatif, yang meliputi rehat baring,

medikamentosa dan fisioterapi.

2) Terapi Operatif

Kedua tahapan ini memiliki kesamaan tujuan yaitu rehabilitasi.

Pengobatan nyeri punggung sangat tergantung penyebabnya. Lain

penyebab, lain pula pengobatannya. Terdapat beragam tindakan untuk

nyeri punggung, dari yang paling sederhana yaitu istirahat (bedrest),

misalnya untuk kasus otot tertarik atau ligamen sprain, sampai

penanganan yang sangat canggih, seperti mengganti bantal tulang


24

belakang. Jika dengan bedrest tidak juga sembuh, maka harus

ditingkatkan dengan pemeriksaan sinar X atau dengan MRI (magnetic

resonance imaging). Setelah itu, bisa dilakukan fisioterapi, pengobatan

dengan suntikan, muscle exercise, hingga operasi. Masih ada lagi

teknik pengobatan lain, misalnya melalui pembedahan dengan

endoskopi (spinal surgery), metode pasang pen, sampai penggantian

bantalan tulang. (Murtagh, 2003)

Mengatasi Low Back Pain juga tidak cukup dengan obat atau

fisioterapi. Hal itu hanya mengurangi nyeri, tetapi tidak

menyelesaikan masalah. Penderita harus menjalani pemeriksaan

untuk mengetahui sumber masalahnya. Penyembuhan bisa melalui

pembedahan atau latihan mengubah kebiasaan yang menyebabkan

nyeri. Latihan itu menggunakan alat-alat pelatihan medis untuk

melatih otot-otot utama yang berperan dalam menstabilkan serta

mengokohkan tulang punggung. (Sunarto, 2005)

Perlu dicatat juga bahwa penyembuhan sebagaimana ditegaskan

oleh nabi Ibrahim as ini bukan berarti upaya manusia untuk meraih

kesembuhan tidak diperlukan lagi. Sekian banyak hadist nabi

Muhammad SAW yang memerintahkan untuk berobat. Ucapan nabi

Ibrahim as itu hanya bermaksud menyatakan bahwa sebab dari segala

sebab adalah Allah SWT. (Shihab, 2002).


25

Berikut akan diuraikan cara pencegahan terjadinya Low Back

Pain dan cara mengurangi nyeri apabila LBP telah terjadi menurut

Kaufmann (2000) dan Nettina (2000).

Latihan Punggung Setiap Hari

1) Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras.

Tekukan satu lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan

beberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain.

Lakukanlah beberapa kali.

2) Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu

luruskanlah ke lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu

tekanlah punggung ke lantai, tahanlah beberapa detik kemudian

relaks. Ulangi beberapa kali.

3) Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada

flat di lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di

tangan dan mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai.

Lakukan beberapa kali.

Berhati-Hatilah Saat Mengangkat

1) Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan

diangkat sebelum mengangkatnya.

2) Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda

yang lebih rendah

3) Peganglah benda dekat perut dan dada

4) Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda


26

5) Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda

Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri

1) Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama

2) Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja,

pastikan bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat

Bantu (seperti ganjalan/bantalan kaki) jika memang

diperlukan.

3) Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah

satu kaki pada bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah

sejenak dan mengubah posis i secara periodic.

4) Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk

dengan baik tidak teregang.

5) Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga

pada saat duduk dikursi

Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat

1) Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian

yang nyaman dan sepatu berhak rendah

2) Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak

mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.

3) Tidurlah di kasur yang nyaman.

4) Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau

terjadi trauma.
27

3. Lumbal Corset

Elastic Lumbal Corset. Elastic Lumbal Corset merupakan alat

pelindung diri akibat kerja yang mencegah terjadinya cidera pada jaringan

otot saat melakukan aktifitas. Elastic Lumbal Corset sendiri terbuat dari

bahan elastis dan berpori sehingga tidak panas saat dipakai, dan diberi

support atau penyangga pada bagian belakang berupa plat almunium

pada kedua sisi vertebra dengan panjang 30-40 cm. Untuk ukuran

Corset lumbal bervariasi, ada ukuran S dengan lingkar perut 75-90 cm,

ukuran M dengan lingkar perut 90-105 cm, ukuran L dengan lingkar perut

105-115 cm (Ichwandari,2007).

Desain Elastic Lumbal Corset Lumbal corset terbuat dari bahan

elastis dengan lebar pada bagran posterior 25 cm, dan panjang

disesuaikan dengan ukuran lingkar perut. Pada bagian posterior

diperkuat dengan 4 buah bar metal yang berfungsi sebagai support bagian

posterior lumbal.
28

Anak panah yang berada disamping dari arah lateral ke medial

berarti elastic lumbal corset total kontak dengan pasien, sehingga

penekanan merata keseluruh bagian. Pada anak panah yang berada

dianterior menunjukkan terdapat perekat yang akan menekan abdominal

sehingga vertebrae bisa tetap vertikal seta menopang vertebrae saat

melakukan pergerakan serta melawah gaya yang ada di bagian

posterior.

Dalam penggunaan lumbal corset harus diposisikan secara benar

yaitu mengikuti lingkar abdominal sehingga dengan adanya

penopang/penekanan di sekitar lumbal akan mengurangi area pembebanan

pada corpus lumbal serta adanya penekanan hidrostatis yang berperan

membantu memberikan posisi yang stabil sehingga akan mengurangi rasa

nyeri pada area lumbal.

B. Penelitian Terkait

1. Penelitian Cica Tri. Pengaruh penggunaan elastic lumbal corset terhadap

penurunan derajat nyeri pinggang pada buruh tani. Nyeri pinggang

merupakan rasa nyeri yang terjadi di daerah punggung bagian bawah dan

dapat menjalar ke kaki terutama bagian belakang dan samping luar.

Pemberian elastic lumbal corset adalah salah satu cara untuk mengatasi

keluhan nyeri pinggang yang sering dialami buruh tani. Subyek penelitian

berjumlah 20 buruh tani di desa Tinawas Nogosari Boyolali. One group

pre and post test design. Seluruh subyek diberikan perlakuan yang sama.
29

Analisa statistik dengan menggunakan uji hipotesis non parametrik karena

subjek < 30 yaitu menggunakan uji wilcoxon. Seluruh subyek dipakaikan

elastic lumbal corset. Hasil uji beda nilai VAS menggunakan uji wilcoxon,

pada pre dan post tes diperoleh hasil p = 0,000 (<0,05). Terdapat pengaruh

pemakaian elastic lumbal corset terhadap penurunan derajat nyeri pada

buruh tani di desa Tinawas Nogosari Boyolali.

C. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini sebagai berikut :


Skema 2.2. Skema Kerangka teori

Penggunaan Lumbal Penurunan nyeri LBP


Korset

Sumber : Zanni, 2003

Anda mungkin juga menyukai

  • Isos Acak N Koping
    Isos Acak N Koping
    Dokumen8 halaman
    Isos Acak N Koping
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen5 halaman
    Bab Iv
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Rencana Asuhan Keperawatan
    Rencana Asuhan Keperawatan
    Dokumen7 halaman
    Rencana Asuhan Keperawatan
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • LPSP Isolasi Sosialb
    LPSP Isolasi Sosialb
    Dokumen26 halaman
    LPSP Isolasi Sosialb
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen9 halaman
    Bab Iv
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Form Konsul
    Form Konsul
    Dokumen2 halaman
    Form Konsul
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen5 halaman
    Bab Iv
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Isos Acak N Koping
    Isos Acak N Koping
    Dokumen8 halaman
    Isos Acak N Koping
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen5 halaman
    Bab Iv
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen37 halaman
    Bab I
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab I Skripsi
    Bab I Skripsi
    Dokumen9 halaman
    Bab I Skripsi
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Instrumen Penelitian
    Instrumen Penelitian
    Dokumen4 halaman
    Instrumen Penelitian
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen1 halaman
    Bab 1
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab I Skripsi
    Bab I Skripsi
    Dokumen9 halaman
    Bab I Skripsi
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Judul
    Judul
    Dokumen1 halaman
    Judul
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab II Skripsi
    Bab II Skripsi
    Dokumen27 halaman
    Bab II Skripsi
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab II Skripsi
    Bab II Skripsi
    Dokumen2 halaman
    Bab II Skripsi
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab II Skripsi
    Bab II Skripsi
    Dokumen27 halaman
    Bab II Skripsi
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen9 halaman
    Bab Iv
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen5 halaman
    Bab Iv
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Satu
    Bab Satu
    Dokumen3 halaman
    Bab Satu
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen10 halaman
    Bab Iv
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen9 halaman
    Bab Ii
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Nafi Un Nugroho
    Belum ada peringkat