Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Perancangan


Seiring perkembangan dan perubahan zaman, industri kendaraan bermotor ikut
mengalami perkembangan. Perkembangan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan
efisiensi penggunaan bahan bakar minyak menggunakan teknologi injeksi. Sedangkan
dalam produksi dan kemampuan daya beli masyarakat Indonesia terhadap kendaraan
bermotor yang ikut meningkat menyebabkan kebutuhan terhadap bahan bakar minyak
menjadi semakin besar. Namun, hal tersebut belum diikuti dengan perkembangan dan
peningkatan oktan bahan bakar minyak sebagai pendukung dalam perkembangan
kendaraan bermotor tersebut. Untuk meningkatkan nilai oktan bahan bakar umumnya
minyak sebagai bahan baku perlu ditambah dengan suatu zat aktif, zat aktif yang
digunakan adalah metil tert butil ether (MTBE) dan tetra etil lead (TEL). Untuk beberapa
negara berkembang penggunaan TEL telah sangat dibatasi, hal tersebut disebabkan
karena TEL mengandung timbal yang dapat menimbulkan pencemaran udara dan dapat
menimbulakan beberapa penyakit seperti jantung koroner dan hipertensi. Sehingga zat
adiktif yang banyak digunakan adalah MTBE. Selain berfungsi sebagai zat adiktif dalam
pembuatan bahan bakar minyak, MTBE juga berfungsi sebagai anti ketuk dan zat aditif.
Dengan penggunaan MTBE ini sebagai zat adiktif dalam pembuatan bahan bakar minyak
dapat mengurangi polusi udara akibat reaksi pembakarannya terjadi lebih sempurna.
Indonesia merupakan salah satu penghasil gas ala seharusnya telah mampu memenuhi
kebutuhan terhadap zat aditif tersebut. Namun, untuk memenuhi kebutuhan akan zat
adiktif tersebut Indonesia masih harus impor dari beberapa negara seperti Amerika, Korea
Utara, Jerman dan China. Oleh karena itu, untuk mengurangi ketergantungan impor dan
meningkatkan ekspor sebagai sarana meningkatkan pendapatan negara perlu didirikan
pabrik MTBE ini.
MTBE adalah salah satu bahan aditif untuk meningkatkan bilangan oktan pada bahan
bakar kendaraan bermotor. MTBE mulanya dibuat karena adanya hasil sampingan yang
cukup besar dari pabrik etilen. Salah satu hasil sampingan itu adalah isobutilen. Dari
metode pembuatan MTBE, salah satu metode yang dipakai adalah dengan mencampurkan
isobutilen dengna methanol. MTBE mulai diproduksi pada tahun 1973di Ravenna, italia

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
2

oleh perusahaan snamprogetti/anic dengan kapasitas produksi 100.000 metrik ton/tahun.


Angka oktan dari MTBE cukup tinggi yaitu 106-123, sehingga cukup baik dipakai
sebagai bahan pencampuran bahan bakar. Beberapa kandungan dari gas buang pada
kendaraan yang memakai bahan bakar dengan campuran MTBE dapat dikurangi,
misalnya kandungan CO, NoX, SO2 hidrokarbon (HC), dan PNA. Selain itu, mereduksi
pula pemakaian Pb(timbal) tanpa mempengaruhi bilangan oktan, tidak terbentuk
peroksida pada saat pembakaran, stabil pada saat penyimpanan, larut sempurna bersama
bensin dalam berbagai persentase volume. Bila bensin bercampur dengan air, kelarutan
MTBE dalam campuran tidak akan berpengaruh.

Reaksi Pembuatan MTBE, Yaitu :


Persamaan Reaksi: CH2=C(CH3)2 + CH3OH → CH3-O-C(CH3)3

1.1 KAPASITAS

Data impor untuk metil tersier butil eter (MTBE) dari Badan Pusat Statitik (BPS)
yang ditinjau lima tahun terakhir, dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1. Data Impor MTBE
Tahun Impor (kg/Tahun)
2005 8333
2006 2191
2007 849
2008 1024
2009 50944

(BPS, 2005 – 2009)


Dari Tabel 1. terlihat bahwa jumlah impor mengalami penurunan dan peningkatan
(fluktuatif), bahkan pada tahun 2009 jumlah impor MTBE meningkat tajam. Hal ini
mengindikasikan jumlah konsumsi MTBE dalam negeri semakin besar.
Karena data statistik impor kebutuhan MTBE yang fluktuatif, maka tidak bisa
dijadikan dasar untuk menentukan kapasitas pabrik. Oleh karena itu, dibuat dasar
penentuan kapasitas pabrik, seperti terlihat pada tabel dibawah ini.

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
3

Tabel 1.2. Simulasi Penentuan Kapasitas


Kapasitas Kebutuhan (Kg/Jam) MTBE dihasilkan Diameter Diameter
(Ton/th) (Kg/jam) pipa terbesar pipa terkecil
Metanol Isobutilen
(in) (in)
100000 4792,25 8124,84 12626,2 2,32 0,27
200000 9584,51 16249,69 25252,52 3,29 0,39
300000 14376,77 24374,54 37878,78 4,03 0,48
400000 19169,03 32499,38 50505,05 4,65 0,55
500000 23961,29 40624,23 63131,31 5,20 0,62
600000 28753,55 48749,08 75757,57 5,70 0,68
700000 33545,81 56873,93 88383,83 6,15 0,73
800000 38338,07 64998,77 101010,10 6,58 0,79
900000 43130,33 73123,62 113636,33 6,98 0,83
1000000 47922,59 81248,47 126262,62 7,35 0,88

Berdasarkan Tabel 1.2, maka diusulkan pra rancangan pabrik MTBE dari metanol dan
isobutilen dengan kapasitas 500000 ton/tahun, dengan dasar:

1) Dengan kapasitas tersebut dapat memenuhi kebutuhan MTBE dalam negeri dan
sisanya dapat diekspor sehingga dapat menambah devisa negara.

2) Kebutuhan bahan baku untuk kapasitas tersebut yaitu isobutilen dapat


dipenuhi dari perusahaan BASF-YPC Cina dengan kapasitas produksi isobutilen 50000
ton/tahun dan metanol dipenuhi dari PT. KMI (Kaltim Metanol Industry) dengan
kapasitas produksi metanol 660000 ton/tahun.

3) Dengan kapasitas tersebut, dipakai pipa dengan diameter tebesar 5 in dan diameter
terkecil 0,6 in. Dimana ukuran tersebut sesuai dengan ukuran pipa standar yang terdapat
di pasaran.

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
4

1.2 LOKASI

Pabrik metil tersier butil eter (MTBE) ini direncanakan didirikan di Balikpapan,
Kalimantan Timur. Adapun dasar pertimbangan pemilihan lokasi pendirian pabrik
tersebut adalah:

1. Penyediaan bahan baku


Bahan baku merupakan kebutuhan utama bagi kelangsungan suatu pabrik sehingga
penyediaan bahan baku harus diperhatikan. Lokasi pabrik di daerah Balikpapan,
Kalimantan Timur merupakan jarak yang cukup dekat dengan bahan baku yaitu metanol
yang didapat dari PT. KMI (Kaltim Metanol Industry). Sedangkan untuk bahan baku
isobutilen didapat dari perusahaan BASF-YPC Cina, didistribusikan melalui pelabuhan
Semayang.

2. Pemasaran
Produk metil tersier butil eter banyak dibutuhkan oleh industri bahan bakar yang
ditujukan untuk kebutuhan pasar dalam negeri. Lokasi pabrik di Balikpapan strategis
karena dekat dengan pelabuhan Semayang, bandara Sepinggan, dan kawasan industri
serta pemasaran industri lain yang tersebar di Indonesia. Sehingga mempermudah
pemasaran dalam negeri, dan juga ekspor produk.

3. Sarana transportasi
Transportasi di Balikpapan melalui darat, laut maupun udara cukup lancar, karena telah
tersedia jalan raya yang memadai dan dekat dengan pelabuhan Semayang, juga adanya
bandar udara sehingga memudahkan pendistribusian bahan baku ke pabrik dan produk ke
konsumen.

4. Penyediaan tenaga kerja


Penyediaan tenaga kerja yang berkualitas (terampil dan terdidik) untuk pengoperasian
alat-alat industri harus dipertimbangkan. Untuk tenaga kerja yang berkualitas dipenuhi
dari alumni perguruan tinggi seluruh Indonesia dan luar negeri bila diperlukan, sedangkan
yang kurang terdidik dapat dipenuhi dari penduduk daerah sekitar serta transmigran.
Sehingga dapat mengurangi pengangguran.

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
5

5. Penyediaan utilitas
Di Balikpapan dekat dengan beberapa perusahaan (kawasan industri) yang lengkap
dengan unit-unit utilitas, sehingga penyediaan air dan steam dapat terpenuhi. Demikian
juga kebutuhan listrik tidak akan mengalami kesulitan karena memperoleh suplai dari
PLN.

6. Penyediaan bahan bakar dan energi


Di Balikpapan terdapat kawasan industri, di mana terdapat beberapa perusahaan/industri
besar sehingga penyediaan bahan bakar dapat terpenuhi.

7. Iklim
Keadaan iklim dan cuaca di Balikpapan umumnya baik.

8. Undang-Undang dan peraturan


Faktor perundang-undangan setempat tidak menjadi persoalan karena letak pabrik ini
berada dekat dengan kawasan industri dan beberapa pabrik besar sehingga telah mendapat
izin dari pemerintah daerah dan masyarakat sekitar dapat menerima dengan baik.

1.1. Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan pembuatan pembuatan methyl tert-buthyl eter (MTBE) adalah


supaya dapat menjadi dasar perancangan yang cukup akurat jika nantinya rancangan akan
digunakan dan direalisasikan.

1.2. Ruang Lingkup Perancangan

Adapun ruang lingkup pra-rancangan pabrik ini sebagai berikut:


 Memilih/menentukan proses pembuatan MTBE
 Menentukan laju alir, lokasi pabrik, spesifikasi bahan baku dan produk.
 Mendeskripsikan proses pembuatan MTBE terpilih
 Menghitung neraca massa dan energi
 Menentukan dasar perancangan alat, tata letak pabrik serta membuat asumsi dan
justifikasi

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
6

 Membuat dasar perancangan, sistem pengendalian, pemodelan dan simulasi


 Membuat kesimpulan eksekutif yang mencakup perhitungan ekonomi teknik di
dalamnya

1.3. Prospek Ekonomi

Suatu industri kimia harus memiliki tingkat kelayakan yang baik, hal tersebut di
nilai berdasarkan dari besarnya nilai BEP dan SDP dari industri yang logis. Tidak
mungkin suatu industri kimia memiliki nilai BEP yang terlalu besar, karna hal tersebut
menunjukkan bahwa kembalinya modal yang di investasikan terlalu cepat kembali.
Namun untuk nilai BEP yang terlalu rendah menyebabkan kembalinya modal kepada
investor terlalu lama, sehingga nilai BEP yang terlalu rendah tidak banyak dipilih oleh
para investor. Sehingga untuk menentukan kelayakan suatu industri kimia perlu dilakukan
perhitungan terhadap analisa ekonomi industri tersebut. Dari analisa ekonomi yang telah
dilakukan, dapat diketahui hubungan antara besarnya kapasitas terhadap besarnya nilai
SDP dan BEP dari industri MTBE ini memiliki potensi ekonomi yang sangat baik dalam
pendiriannya. Hal tersebut ditunjukkan dengan besar nilai BEP dan SDP yang
ditunjukkan oleh grafik analisa ekonomi berikut ini.

Gambar 1. Grafik Analisa Ekonomi

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
7

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
8

BAB II
DESKRIPSI PROSES

2.1. Proses Pembuatan MTBE

Pembuatan MTBE dapat dilakukan dengan beberapa proses yang berbeda namun
dengan bahan baku yang sama. Di sini akan ditinjau beberapa alur proses untuk
menghasilkan MTBE. Proses yang dilakukan adalah:
1) Proses dilakukan pada fase cair, suhu operasi 50°C dan tekanan 5 atm. Alat- alat yang
digunakan yaitu 1 buah reaktor fixed bed, 1 buah menara distilasi. Katalis yang digunakan
yaitu acidic ion-exchanged resin. Prosesnya adalah isobutilen, kemudian masuk ke
reaktor pada suhu operasi 50°C. Hasil dari reaktor dimasukkan ke menara distilasi 1 (MD
1) dan dilanjutkan ke menara distilasi 2 (MD 2). MTBE yang dihasilkan 99% berat.
Konversi yang dihasilkan lebih dari 90%. (Adnan M. Jarallah dkk, 2009)

2) Proses dilakukan pada fase cair, dan katalisnya menggunakan asam padatan. Alat-alat
yang digunakan yaitu 2 buah reaktor fixed bed, 1 buah menara distilasi, ekstraktor
metanol, dan kolom metanol. Prosesnya adalah umpan segar metanol dan isobutilen
dimasukkan ke dalam reaktor I pada suhu operasi 90°C untuk memproduksi eter. Hasil
dari reaktor I dimasukkan ke reaktor II pada suhu operasi 50°C untuk menaikkan
konversi. Hasil dari reaktor II masuk ke menara distilasi dimana hasil bawah adalah
MTBE dan hasil atas adalah metanol. Kemudian masuk ke ekstraktor metanol, dan
diperoleh rafinat C4 hidrokarbon, dan ekstraknya adalah metanol. Metanol ini kemudian
dimasukkan ke kolom metanol, sebagai hasil atas adalah metanol dan sebagian air yang
masuk kembali ke ekstraktor metanol. Konversi yang dihasilkan 90%. Untuk proses yang
kedua alat yang digunakan lebih kompleks. (Gruse, 1960).

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
9

2.2. Proses yang Terpilih

Pemilihan proses mengacu pada segi teknik dan ekonomi yang menguntungkan. Untuk
segi ekonomi dapat ditinjau dari perhitungan potensial ekonomi untuk proses tersebut.
Potensial ekonomi dari kedua proses di atas dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini.
Tabel 1.4. Harga Bahan Baku dan Produk
Material BM (kg/kgmol ) Harga ( $/kg )

CH2=C(CH3)2 32,04 0,395

CH3OH 56,08 0,7275

CH3-O-C(CH3)3 88,12 1,080

(Badan Pusat Statistik Impor, 2011)

Persamaan Reaksi: CH2=C(CH3)2 + CH3OH → CH3-O-C(CH3)3

Untuk Proses 1:

EP = (BM x Harga produk) – (BM x Harga bahan baku)

= (88,12 x 1,08) – [(56,08 x 0,7275) + (32,04 x 0,395)]

= 95,1696 – (40,7982 + 12,6558)

= 95,1696 –53,454

=$ 41,7156/kgmol

Untuk proses yang kedua, hasil potensial ekonomi sama ($ 41,7156/kgmol) karena bahan
baku yang digunakan sama dengan proses pertama. Dengan demikian hasil perhitungan
potensial ekonomi ini tidak bisa dijadikan perbandingan untuk memilih satu di antara
kedua proses di atas karena memiliki hasil potensial ekonomi yang sama.

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
10

Tabel 1.5. Dasar Pemilihan Proses

No Kriteria Proses 1 Proses 2

1 Alat yang digunakan 1 reaktor, 2 menara 2 reaktor seri, 1 menara


distilasi *** distilasi ekstraktor metanol
Kolom metanol **

2 Hasil Konversi>90% Konversi 90% **


Selektivitas reaksi 99%
***

3 Kondisi operasi Suhu operasi T = 50°C, Reaktor 1 (T = 90°C)


P = 5 atm *** Reaktor 2 (T = 50°C) **

4 Katalis Polisulfonat Resin ** Asam padatan **

Jumlah bintang (*) 11 8

Keterangan: *** = baik

** = cukup

Dari hasil penilaian pada Tabel 1.5, terlihat proses 1 memiliki tanda *(bintang) lebih
banyak daripada proses yang kedua. Hal ini menunjukkan bahwa proses pertama lebih
baik daripada proses kedua. Dengan demikian proses pertama yang akan dipilih untuk
perancangan pabrik MTBE.

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
11

BAB III

PROSES PRODUKS

3.1. Laju Produksi

Kapasitas laju produksi merupakan faktor yang penting dalam perencanaan pembangunan
sebuah industri kimia. Sehingga untuk penentuan kapasitas produksi pabrik MTBE ini
ditinjau dari 2 hal yaitu kebutuhan akan produk di Indonesia dan kapasitas produksi
pabrik yang telah berdiri.Karna impor terhadap produk ini terjadi secara tidak linier,
maka penentuan kapasitas produksi
ditentukan berdasakan kapasitas industri MTBE yang telah ada. Tabel di bawah ini
menunjukkan data kapasitas dari beberapa industri MTBE yang telah ada di dunia.

Berdasarkan data tersebut maka di pilih kapasitas produksi sebesar 550.000 ton/ tahun.

3.2. Spesifikasi Bahan

a. Bahan Baku

Methyl Tert-Buthyl Eter dengan bahan baku Metanol dan Isobutilena merupakan
reaksi esterifikasi. Reaksi berlangsung dengan cair – cair dengan katalis padat. Oleh
karena itu reactor yang dipilih adalah reactor fixed bed.

1. Metanol
Rumus Kimia : CH3OH
Fase : Cair
Kemurnian : 99,8%

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
12

Berat Molekul : 32 gram/gmol


Suhu didih normal : 337,8 K
Suhu kritis : 513,0 K
Tekanan kritis : 80,9 bar
Panas pembentukan : -48,08 kkal/gmol
Kapasitas panas, Cp : 5,052 + 1,69.10-2 T + 6,18.10-6 T 2 – 6,81.10-9 T 3
kal/gmol K
Konduktivitas cair : 3,225.10-1 – 4,785.10-4 T + 1,168.10-7 T 2 W/mK
Konduktivitas gas : -7,797.10-3 + 4,167.10-5 T + 1,214.10-7 T 2 W/mK
Rapat massa : 0,793 kg/liter (pada T= 20◦C)
Hazard : Cairan dan uapnya mudah terbakar. Sangat berbahaya
jika terhirup oleh hidung atau terkena kulit. Dapat
menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan saluran
pernapasan.Dapat menyebabkan sistem saraf terganggu.
Explosion Limit Lower : Lower ( 6% vol), Upper (31% vol)
2. Isobutilen
Rumus kimia : CH2=C(CH3)2
Fase : Cair
Kemurnian : 99%
Berat Molekul : 56 gram/gmol
Suhu didih normal : 266,2 K
Suhu kritis : 417,9 K
Tekanan kritis : 40 bar
Panas pembentukan : -4,04 kkal/gmol
Kapasitas panas, Cp : 3,834 + 6,70.10-2 T – 2,61.10-5 T 2 + 2,17.10-9 T 3
kal/gmol K
Konduktivitas cair : 2,325.10-1 – 5,204.10-4 T + 2,609.10-7 T 2 W/mK
Konduktivitas gas : -2,776.10-3 – 2,806.10-6 T + 2,525.10-7 T 2 T 3
W/mK
Rapat massa : 0,594 kg/liter (20◦ C)
Hazard : dapat menyebabkan iritasi, dan mudah terbakar.
Konsentrasi yang tinggi pada fase gas dapat

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
13

menyebabkan lingkungan kekurangan oksigen. Jika


terhirup dapat menimbulkan gejala seperti kepala pusing,
telinga berdengung, perasaan mengantuk. Flammable
Limit (di udara dalam % volume):
 Lower Explosion Limit (LEL): 1,8
 Upper (UEL): 9,6%

3.3. Spesifikasi Produk

1. MTBE

Rumus kimia : CH3OC(CH3)3


Fase : Cair
Kemurnian : 99%
Berat Molekul : 88 gram/gmol
Suhu didih normal : 328 K
Suhu kritis : 223,25° C
Tekanan kritis : 30,52 atm
Panas pembentukan : -72,30 kkal/gmol
Kapasitas panas, Cp : -2,265 + 1,36.10-1 T – 8,32.10-5 T 2 + 2,06.10-8 T 3
kal/gmol K
Konduktivitas cair : 2,325.10-1 – 5,204.10-4 T + 2,609.10-7 T 2 W/mK
Konduktivitas gas :-2,776.10-3 – 2,806.10-6 T + 2,525.10-7 T 2 T 3 W/mK
Rapat massa : 0,594 kg/liter (20° C)
Hazard : dapat menyebabkan sedikit iritasi pada mata dan kulit.
Uapnya jika terhirup dapat mengiritasi mata dan saluran
pernapasan, jumlah uapnya yang berlebih dapat
menyebabkan pusing, mual dan akhirnya menyebabkan
kehilangan kesadaran. Jika masuk melalui mulut dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan Flammable
Limit (di udara dalam % volume) :
a. Lower Explosion Limit (LEL): 1,5 % volume
b. Upper(UEL): 8,5 % volume

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
14

2. Uraian Proses
Pabrik metil tersier butil eter dirancang dengan kapasitas 500.000 ton/tahun.
Bahan baku yang digunakan adalah metanol (CH3OH) dan isobutilen
(CH2=C(CH3)2). Lokasi pabrik akan didirikan di Balikpapan, Kalimantan
Timur. Bahan baku metanol diperoleh dari PT. KMI (Kaltim Metanol
Industry), Kalimantan Timur. Sedangkan isobutilen diperoleh dari BASF-
YPC Cina Proses pembuatan metil tersier butil eter dari metanol dan
isobutilen dengan kapasitas 500.000 ton/tahun, reaktor yang digunakan adalah
reaktor fixed bed multitube. Dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap Penyiapan Bahan Baku

a. Metanol
Bahan baku pertama yang digunakan adalah metanol dengan
kemurnian 99,8 %, disimpan dalam fase cair di Tangki-01 (T-01) pada suhu
30oC dan tekanan 1 atm dengan kapasitas tangki untuk 2 minggu operasi.
Selanjutnya dari Tangki-01 (T-01), Pompa-03 (P-03) mengalirkan Metanol
dari Tangki-01 (T-01) menuju ke Reaktor (R). Cairan metanol tersebut,
sebelum masuk Reaktor (R) terlebih dahulu dipanaskan pada Heater-01 (HE-
01), dengan tujuan memanaskan

2. Tahap Reaksi

Tahap reaksi terjadi dalam Reaktor Fixed Bed Multitube, reaksi


berlangsung pada suhu 60oC dan tekanan 11 atm. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut:

CH3OH + CH2=C(CH3)2 CH3OC(CH3)3 ΔH298 = -20592,87 kal/gmol

= -20,6 kkal/gmol

Reaksi berlangsung secara eksotermis, non-isotermal non-adiabatis. Pada reaksi


eksotermis sebaiknya reaktor dioperasikan pada suhu rendah. Pada reaktor yang

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
15

bekerja secara non isotermal akan terjadi kenaikan suhu reaksi, yang
menyebabkan konversi semakin berkurang. Sehingga pada reaksi tersebut,
konversi optimum yang bisa dicapai adalah 70%.

Reaksi berlangsung dengan bantuan katalis Polysulfonat resin, yang


ditempatkan dalam tube yang disusun secara square pitch. Hasil reaksi berupa
campuran cairan keluar pada bagian atas reaktor dengan suhu 67,68 oC dan
tekanan 10,57 atm.

3. Pemisahan dan Pemurnian Produk


Campuran cairan hasil reaksi tersebut dialirkan menuju Menara Distilasi
(MD-01), yang terlebih dahulu dilewatkan Heater-03 (HE-03), dengan tujuan
memanaskan cairan hasil dari Reaktor (R) dari suhu 67,68oC menjadi
124,38oC dengan pemanas steam jenuh pada suhu 165oC. Selanjutnya dari
Heater-03 (HE-03) ini, campuran cairan ini dialirkan menuju Menara Distilasi
(MD-01) dengan kondisi operasi umpan masuk (MD-01) pada suhu 124,38oC
dan tekanan 10,57 atm, dengan tujuan memisahkan isobutilen sebagai produk
atas untuk direcycle ke dalam reaktor. Hasil atas Menara Distilasi-01 (MD-
01) yang berupa uap isobutilen dengan temperatur 70˚C dan tekanan 10,11
atm, diembunkan dalam kondensor-01 (CD-01). Hasil embunan ditampung
dalam tangki akumulator-01 (AC-01). Kemudian hasil embunan tersebut
sebagian dikembalikan sebagai refluks di Menara Distilasi-01 (MD-01).
Selanjutnya Pompa-05 (P-05) mengalirkan sebagian cairan isobutilen hasil
atas (MD-01) dari tangki akumulator-01 (AC-01) menuju umpan Reaktor (R).
Hasil bawah Menara Distilasi-01 (MD-01) dengan temperatur 138,2oC dan
tekanan 11,13 atm diuapkan pada reboiler (RB-01) dengan tujuan
menguapkan sebagian hasil bawah Menara Distilasi (MD-01) menjadi suhu
142,62oC dengan pemanas steam jenuh. Sebagian uap jenuh yang keluar dari
reboiler (RB-01) dikembalikan ke dasar Menara Distilasi (MD-01),

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
16

3. Tata Letak Alat dan Pabrik

a. Tata letak Alat

Tata letak alat-alat proses diusahakan sesuai dengan urutan kerja dan
fungsi alat-alat proses, seperti letak tangki bahan baku dan tangki produk, tidak
diletakkan berdekatan agar distribusi mudah pada waktu pengisian bahan atau
pengambilan produk. Penyusunan peralatan proses alat satu dengan alat yang
lainnnya seperti reaktor, menara distilasi, membran separator, harus saling
berurutan sesuai dengan urutan kerja dan fungsinya, untuk alat seperti heat
exchanger, pompa dan akumulator juga diletakkan pada masing-masing areanya,
selain itu juga harus mempertimbangkan factor kemudahan dalam pengecekan
alat serta keselamatan kerja. Tetapi perlu diperhatikan juga kondisi operasi dari
masing-masing alat. Pengaturan alat control dilakukan di dalam ruang kendali
(control room). Untuk ruangan kantor dan lainnya didirikan di area yang
berdekatan dengan lokasi proses agar semua kegiatan pabrik dapat terkontrol
dengan cepat.

b. Tata Letak Pabrik

Tata letak pabrik adalah tempat kedudukan dari bagian-bagian pabrik


yang meliputi tempat karyawan bekerja, tempat peralatan dan tempat menyimpan
bahan. Tata letak pabrik yang tepat sangat penting untuk mendapatkan efisiensi,
keselamatan dan kelancaran para pekerja serta keselamatan dan kelancaran
proses. Tata letak pabrik ditampilkan pada gambar di bawah.

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
17

Gambar 3.1 Tata Ruang Pabrik Pembuatan MTBE

a. Faktor Keselamatan

Kesehatan dan keselamatan dalam menjalankan proses produksi merupakan hal yang
penting untuk menjaga keberlangsungan bisnis. Potensi – potensi bahaya yang bisa
saja datang dari bahan baku dan produk perlu diperhatikan. Menurut National Fire
Protection Association (NFTA) bahan baku metanol tidak terlalu berbahaya (slightly
harzardeous) (Gambar 3.2). Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) (Anon.,
2013) adapun potensi – potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan baku
metanol adalah sebagai berikut:

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
18

1. Merusak hati:
Senyawa Methanol yang masuk ke dalam tubuh akan berubah menjadi seperti formalin
yang dapat merusak hati dalam waktu beberapa jam. Methanol terlebih dahulu menjadi
zat asam yang berbahaya ketika tertelan.

2. Keracunan
Seseorang yang mengkonsumsi Methanol akan merasa mual dan sakit kepala layaknya
seseorang yang sedang keracunan. Tentu saja, karena Methanol memang merupakan
senyawa yang beracun, konsumen yang mengkonsumsinya akan langsung keracunan.

3. Kejang – kejang
Setelah keracunan, konsumen tersebut juga bisa langsung kejang – kejang akibat
tubuhnya yang menolak racun dari Methanol masuk. Kejang – kejang bisa terjadi lama
hingga lebih dari empat jam.

4. Kerusakan syaraf
Bahaya lainnya adalah terjadjnya kerusakan syaraf pada tubuh dan bahkan syaraf – syaraf
bisa tidak berfungsi. Anda tahu kan kalau sekujur tubuh kita terdiri dari syaraf – syaraf
yang saling menyambung.

5. Otot tidak bisa digerakan


Badan konsumen Methanol akan terasa sulit digerakan karena otot – ototnya yang
menegang. Konsumen akan kaku dan sulit melakukan apapun.

6. Sesak nafas
Senyawa Methanol yang terhirup juga akan menyebabkan sesak nafas. Tidak sedikit
remaja yang menggunakan senyawa Methanol untuk dihirup.

7. Kerusakan pada kulit


Kulit yang tertetes atau tersentuh senyawa Methanol juga dapat rusak dengan gejala gatal
– gatal, kering, hingga iritasi. Itu makanya Methanol tidak boleh disentuh secara langsung
oleh kulit kita.

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih
19

8. Kematian
Terakhir, bahaya yang paling mengancam adalah kematian. Seperti yang sudah diberi
tahu bahwa tidak sedikit yang harus meninggal dunia akibat mengkonsumsi Methanol.
Sudah jelas Ethanol yang dapat dikonsumsi saja berbahaya, bagaimana Methanol yang
memang tidak boleh dikonsumsi.

Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Methyl Tert-Buthyl Eter(MTBE)Kel. 8/S. Genap/2016-2017


By Checked Approved
1. Mahaputra Hutagalung 1. Mahaputra Hutagalung
2. Arfina Nasution 2. Arfina Nasution
3. Triana Oktaria Ningsih 3. Triana Oktaria Ningsih

Anda mungkin juga menyukai