BAB I
PENDAHULUAN
1.1 KAPASITAS
Data impor untuk metil tersier butil eter (MTBE) dari Badan Pusat Statitik (BPS)
yang ditinjau lima tahun terakhir, dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1. Data Impor MTBE
Tahun Impor (kg/Tahun)
2005 8333
2006 2191
2007 849
2008 1024
2009 50944
Berdasarkan Tabel 1.2, maka diusulkan pra rancangan pabrik MTBE dari metanol dan
isobutilen dengan kapasitas 500000 ton/tahun, dengan dasar:
1) Dengan kapasitas tersebut dapat memenuhi kebutuhan MTBE dalam negeri dan
sisanya dapat diekspor sehingga dapat menambah devisa negara.
3) Dengan kapasitas tersebut, dipakai pipa dengan diameter tebesar 5 in dan diameter
terkecil 0,6 in. Dimana ukuran tersebut sesuai dengan ukuran pipa standar yang terdapat
di pasaran.
1.2 LOKASI
Pabrik metil tersier butil eter (MTBE) ini direncanakan didirikan di Balikpapan,
Kalimantan Timur. Adapun dasar pertimbangan pemilihan lokasi pendirian pabrik
tersebut adalah:
2. Pemasaran
Produk metil tersier butil eter banyak dibutuhkan oleh industri bahan bakar yang
ditujukan untuk kebutuhan pasar dalam negeri. Lokasi pabrik di Balikpapan strategis
karena dekat dengan pelabuhan Semayang, bandara Sepinggan, dan kawasan industri
serta pemasaran industri lain yang tersebar di Indonesia. Sehingga mempermudah
pemasaran dalam negeri, dan juga ekspor produk.
3. Sarana transportasi
Transportasi di Balikpapan melalui darat, laut maupun udara cukup lancar, karena telah
tersedia jalan raya yang memadai dan dekat dengan pelabuhan Semayang, juga adanya
bandar udara sehingga memudahkan pendistribusian bahan baku ke pabrik dan produk ke
konsumen.
5. Penyediaan utilitas
Di Balikpapan dekat dengan beberapa perusahaan (kawasan industri) yang lengkap
dengan unit-unit utilitas, sehingga penyediaan air dan steam dapat terpenuhi. Demikian
juga kebutuhan listrik tidak akan mengalami kesulitan karena memperoleh suplai dari
PLN.
7. Iklim
Keadaan iklim dan cuaca di Balikpapan umumnya baik.
Suatu industri kimia harus memiliki tingkat kelayakan yang baik, hal tersebut di
nilai berdasarkan dari besarnya nilai BEP dan SDP dari industri yang logis. Tidak
mungkin suatu industri kimia memiliki nilai BEP yang terlalu besar, karna hal tersebut
menunjukkan bahwa kembalinya modal yang di investasikan terlalu cepat kembali.
Namun untuk nilai BEP yang terlalu rendah menyebabkan kembalinya modal kepada
investor terlalu lama, sehingga nilai BEP yang terlalu rendah tidak banyak dipilih oleh
para investor. Sehingga untuk menentukan kelayakan suatu industri kimia perlu dilakukan
perhitungan terhadap analisa ekonomi industri tersebut. Dari analisa ekonomi yang telah
dilakukan, dapat diketahui hubungan antara besarnya kapasitas terhadap besarnya nilai
SDP dan BEP dari industri MTBE ini memiliki potensi ekonomi yang sangat baik dalam
pendiriannya. Hal tersebut ditunjukkan dengan besar nilai BEP dan SDP yang
ditunjukkan oleh grafik analisa ekonomi berikut ini.
BAB II
DESKRIPSI PROSES
Pembuatan MTBE dapat dilakukan dengan beberapa proses yang berbeda namun
dengan bahan baku yang sama. Di sini akan ditinjau beberapa alur proses untuk
menghasilkan MTBE. Proses yang dilakukan adalah:
1) Proses dilakukan pada fase cair, suhu operasi 50°C dan tekanan 5 atm. Alat- alat yang
digunakan yaitu 1 buah reaktor fixed bed, 1 buah menara distilasi. Katalis yang digunakan
yaitu acidic ion-exchanged resin. Prosesnya adalah isobutilen, kemudian masuk ke
reaktor pada suhu operasi 50°C. Hasil dari reaktor dimasukkan ke menara distilasi 1 (MD
1) dan dilanjutkan ke menara distilasi 2 (MD 2). MTBE yang dihasilkan 99% berat.
Konversi yang dihasilkan lebih dari 90%. (Adnan M. Jarallah dkk, 2009)
2) Proses dilakukan pada fase cair, dan katalisnya menggunakan asam padatan. Alat-alat
yang digunakan yaitu 2 buah reaktor fixed bed, 1 buah menara distilasi, ekstraktor
metanol, dan kolom metanol. Prosesnya adalah umpan segar metanol dan isobutilen
dimasukkan ke dalam reaktor I pada suhu operasi 90°C untuk memproduksi eter. Hasil
dari reaktor I dimasukkan ke reaktor II pada suhu operasi 50°C untuk menaikkan
konversi. Hasil dari reaktor II masuk ke menara distilasi dimana hasil bawah adalah
MTBE dan hasil atas adalah metanol. Kemudian masuk ke ekstraktor metanol, dan
diperoleh rafinat C4 hidrokarbon, dan ekstraknya adalah metanol. Metanol ini kemudian
dimasukkan ke kolom metanol, sebagai hasil atas adalah metanol dan sebagian air yang
masuk kembali ke ekstraktor metanol. Konversi yang dihasilkan 90%. Untuk proses yang
kedua alat yang digunakan lebih kompleks. (Gruse, 1960).
Pemilihan proses mengacu pada segi teknik dan ekonomi yang menguntungkan. Untuk
segi ekonomi dapat ditinjau dari perhitungan potensial ekonomi untuk proses tersebut.
Potensial ekonomi dari kedua proses di atas dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini.
Tabel 1.4. Harga Bahan Baku dan Produk
Material BM (kg/kgmol ) Harga ( $/kg )
Untuk Proses 1:
= 95,1696 –53,454
=$ 41,7156/kgmol
Untuk proses yang kedua, hasil potensial ekonomi sama ($ 41,7156/kgmol) karena bahan
baku yang digunakan sama dengan proses pertama. Dengan demikian hasil perhitungan
potensial ekonomi ini tidak bisa dijadikan perbandingan untuk memilih satu di antara
kedua proses di atas karena memiliki hasil potensial ekonomi yang sama.
** = cukup
Dari hasil penilaian pada Tabel 1.5, terlihat proses 1 memiliki tanda *(bintang) lebih
banyak daripada proses yang kedua. Hal ini menunjukkan bahwa proses pertama lebih
baik daripada proses kedua. Dengan demikian proses pertama yang akan dipilih untuk
perancangan pabrik MTBE.
BAB III
PROSES PRODUKS
Kapasitas laju produksi merupakan faktor yang penting dalam perencanaan pembangunan
sebuah industri kimia. Sehingga untuk penentuan kapasitas produksi pabrik MTBE ini
ditinjau dari 2 hal yaitu kebutuhan akan produk di Indonesia dan kapasitas produksi
pabrik yang telah berdiri.Karna impor terhadap produk ini terjadi secara tidak linier,
maka penentuan kapasitas produksi
ditentukan berdasakan kapasitas industri MTBE yang telah ada. Tabel di bawah ini
menunjukkan data kapasitas dari beberapa industri MTBE yang telah ada di dunia.
Berdasarkan data tersebut maka di pilih kapasitas produksi sebesar 550.000 ton/ tahun.
a. Bahan Baku
Methyl Tert-Buthyl Eter dengan bahan baku Metanol dan Isobutilena merupakan
reaksi esterifikasi. Reaksi berlangsung dengan cair – cair dengan katalis padat. Oleh
karena itu reactor yang dipilih adalah reactor fixed bed.
1. Metanol
Rumus Kimia : CH3OH
Fase : Cair
Kemurnian : 99,8%
1. MTBE
2. Uraian Proses
Pabrik metil tersier butil eter dirancang dengan kapasitas 500.000 ton/tahun.
Bahan baku yang digunakan adalah metanol (CH3OH) dan isobutilen
(CH2=C(CH3)2). Lokasi pabrik akan didirikan di Balikpapan, Kalimantan
Timur. Bahan baku metanol diperoleh dari PT. KMI (Kaltim Metanol
Industry), Kalimantan Timur. Sedangkan isobutilen diperoleh dari BASF-
YPC Cina Proses pembuatan metil tersier butil eter dari metanol dan
isobutilen dengan kapasitas 500.000 ton/tahun, reaktor yang digunakan adalah
reaktor fixed bed multitube. Dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
a. Metanol
Bahan baku pertama yang digunakan adalah metanol dengan
kemurnian 99,8 %, disimpan dalam fase cair di Tangki-01 (T-01) pada suhu
30oC dan tekanan 1 atm dengan kapasitas tangki untuk 2 minggu operasi.
Selanjutnya dari Tangki-01 (T-01), Pompa-03 (P-03) mengalirkan Metanol
dari Tangki-01 (T-01) menuju ke Reaktor (R). Cairan metanol tersebut,
sebelum masuk Reaktor (R) terlebih dahulu dipanaskan pada Heater-01 (HE-
01), dengan tujuan memanaskan
2. Tahap Reaksi
= -20,6 kkal/gmol
bekerja secara non isotermal akan terjadi kenaikan suhu reaksi, yang
menyebabkan konversi semakin berkurang. Sehingga pada reaksi tersebut,
konversi optimum yang bisa dicapai adalah 70%.
Tata letak alat-alat proses diusahakan sesuai dengan urutan kerja dan
fungsi alat-alat proses, seperti letak tangki bahan baku dan tangki produk, tidak
diletakkan berdekatan agar distribusi mudah pada waktu pengisian bahan atau
pengambilan produk. Penyusunan peralatan proses alat satu dengan alat yang
lainnnya seperti reaktor, menara distilasi, membran separator, harus saling
berurutan sesuai dengan urutan kerja dan fungsinya, untuk alat seperti heat
exchanger, pompa dan akumulator juga diletakkan pada masing-masing areanya,
selain itu juga harus mempertimbangkan factor kemudahan dalam pengecekan
alat serta keselamatan kerja. Tetapi perlu diperhatikan juga kondisi operasi dari
masing-masing alat. Pengaturan alat control dilakukan di dalam ruang kendali
(control room). Untuk ruangan kantor dan lainnya didirikan di area yang
berdekatan dengan lokasi proses agar semua kegiatan pabrik dapat terkontrol
dengan cepat.
a. Faktor Keselamatan
Kesehatan dan keselamatan dalam menjalankan proses produksi merupakan hal yang
penting untuk menjaga keberlangsungan bisnis. Potensi – potensi bahaya yang bisa
saja datang dari bahan baku dan produk perlu diperhatikan. Menurut National Fire
Protection Association (NFTA) bahan baku metanol tidak terlalu berbahaya (slightly
harzardeous) (Gambar 3.2). Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) (Anon.,
2013) adapun potensi – potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan baku
metanol adalah sebagai berikut:
1. Merusak hati:
Senyawa Methanol yang masuk ke dalam tubuh akan berubah menjadi seperti formalin
yang dapat merusak hati dalam waktu beberapa jam. Methanol terlebih dahulu menjadi
zat asam yang berbahaya ketika tertelan.
2. Keracunan
Seseorang yang mengkonsumsi Methanol akan merasa mual dan sakit kepala layaknya
seseorang yang sedang keracunan. Tentu saja, karena Methanol memang merupakan
senyawa yang beracun, konsumen yang mengkonsumsinya akan langsung keracunan.
3. Kejang – kejang
Setelah keracunan, konsumen tersebut juga bisa langsung kejang – kejang akibat
tubuhnya yang menolak racun dari Methanol masuk. Kejang – kejang bisa terjadi lama
hingga lebih dari empat jam.
4. Kerusakan syaraf
Bahaya lainnya adalah terjadjnya kerusakan syaraf pada tubuh dan bahkan syaraf – syaraf
bisa tidak berfungsi. Anda tahu kan kalau sekujur tubuh kita terdiri dari syaraf – syaraf
yang saling menyambung.
6. Sesak nafas
Senyawa Methanol yang terhirup juga akan menyebabkan sesak nafas. Tidak sedikit
remaja yang menggunakan senyawa Methanol untuk dihirup.
8. Kematian
Terakhir, bahaya yang paling mengancam adalah kematian. Seperti yang sudah diberi
tahu bahwa tidak sedikit yang harus meninggal dunia akibat mengkonsumsi Methanol.
Sudah jelas Ethanol yang dapat dikonsumsi saja berbahaya, bagaimana Methanol yang
memang tidak boleh dikonsumsi.