Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL TERAPI BERMAIN

“MENYUSUN DAN MENEMPEL”


RSU TANGERANG

Disusun oleh:
Dita Puspita
Julia Hartati
Roseliana

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
1434H/2013 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
taufik dan Hidayah-Nya lah kami masih diberi kehidupan yang harus dapat kita syukuri
dan kita juga dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tak
lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan pelita
kehidupan untuk umat muslim, atas izin Nya lah kami dapat menyelesaikan proposal terapi
bermain ini tepat pada waktunya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya proposal ini tidak lepas


dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Selain itu penulis merasa tidak akan
mampu membalas jasa semua dari pihak yang telah membantu. Rasa terimakasih ini
disampaikan kepada:

1. Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan.
3. Dosen pembimbing akademik tim profesi stase keperawatan anak PSIK UIN Jakarta
4. Pembimbing lapangan (CI) ruangan RSUD Tanggerang.
5. Segenap dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proposal inovasi ini,
karena sesungguhnya kesempurnaan milik Allah SWT. Semoga makalah ini
dikembangkan kembali dan dapat memberikan manfaat. Aamiin.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb

Jakarta, November 2013

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang, makanan,

perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan pengalaman hidup

yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan anak baik

fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karena itu bermain

merupakan stimulasi untuk tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008).

Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk

membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan

ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa pra

sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan

tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari waktu mereka

dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam bermain di rumah sakit

mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana lingkungan rumah

sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat dihindarkan (Sacharin, 2003).

Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak.

Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi, sehingga timbul

hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin lama anak mengalami

hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah satunya adalah peningkatan

kecemasan yanng berhubungan erat dengan perpisahan dengan saudara atau teman-

temannya dan akibat pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan sesuai

dengannya (Whaley and Wong, 2001).

Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum hospitalisasi,

selama hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak dapat melakukan


kebiasaannya bermain bersama teman-temannnya, lingkungan dan orang-orang yang

asing baginya serta perawatan dengan berbagai prosedur yang harus dijalaninya

terutama bagi anak yang baru pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan

kecemasan / ketakutan (Carson, dkk, 2002). Hospitalisasi merupakan masalah yang

dapat menyebabkan terjadinya kecemasan bagi anak. Dengan demikian berarti

menambah permasalahan baru yang bila tidak ditanggulangi akan menghambat

pelaksanaan terapi di rumah sakit.

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak

secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain

ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat

di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak

menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut

merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa

stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan

anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan

melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya

(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain

di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan

perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi

lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan

kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga

terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 40 menit, diharapkan kreativitas anak-

anak berkembang baik anak merasa tenang dan senang selama berada di instalasi

keperawatan anak (Kemuning bawah), dapat bersosialisasi dengan teman sebaya

sesuai tumbuh kembang anak dan dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan

atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi

2. Tujuan khusus

Setelah mendapatkan terapi bermain diharapkan :

1) Bisa merasa tenang dan senang selama berada di instalasi keperawatan anak

(Kemuning bawah).

2) Anak dapat bersosialisasi dengan teman sebaya

3) Anak tidak cemas dan takut akibat hospitalisasi

4) Anak menjadi lebih percaya dan tidak takut dengan perawat

C. Sasaran

Anak-anak yang berada di instalasi keperawatan anak (Kemuning bawah) RSUD

Tanggerang usia sekolah.

BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran
Peserta yang mengikuti terapi bermain ini adalah anak usia sekolah (10 tahun)
yang sedang menjalani perawatan di ruang kemuning bawah dengan kesadaran compos
mentis, kooperatif, dan keadaan umum baik.

B. Prinsip bermain
1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan
3. Kelompok umur yang sama
4. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak
5. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak
6. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
keterampilan tangan lebih majemuk.
7. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain
8. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit

C. Karekteristik permainan
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain
yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.
2. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai
mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan
tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak preschool Contoh : bermain
balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama tetapi
belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain
sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah
Adolesen.

D. Fungsi bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).
1. Perkembangan Sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan aktivitas sensoris-motoris merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak sehingga kemampuan penginderaan anak
dimulai meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi yang diterima anak seperti:
stimulasi visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi
kinetik.
2. Perkembangan Intelektual (Kognitif)
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi segala sesuatu
yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran,
tekstur dan membedakan objek.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari hubungan
tersebut.
4. Perkembangan Kreativitas
Dimana melalui kegiatan bermain anak akan belajar mengembangkan
kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-idenya.
5. Perkembangan Kesadaran diri
Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang
lain.
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai yang benar dan salah dari lingkungan, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang
ada dalam lingkungannya.
7. Bermain sebagai Terapi
Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan seperti : marah, takut, cemas, sedih dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi).

E. Kategori berrmain
1. Bermain aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah
dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat kertas
origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan
bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak
kata (Hurlock, 1998).
2. Bermain pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain.
Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati temannya bermain
atau menonton televisi dan membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak
tenaga, tetapi kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif (Hurlock, 1998).

BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. Deskripsi bermain
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling
penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam
kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-
anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai
alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga
terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Terapi bermain yang akan diberikan ialah menempel potongan gambar dari kertas
origami. Permainan yang akan dilakukan hanyalah menempel dan menyusun sesuai
dengan contoh sketsa yang ada. Sketsa yang ada bisa berbentuk mobil-mobilan, bebek,
ikan, perahu, dan bunga. Gambar yang terbuat dari kertas origami yang sudah dibentuk
menjadi potongan-potongan tinggal di tempel sesuai sketsa dengan berbagai macam warna
dan menyusunnya menjadi sebuah gambar. Anak akan memilih sketsa, dan pola warna
tema dari sktetsa sesuai keinginan dan keterampilan yang akan digunakan.

B. Tujuan permainan
1. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang mormal pada saat sakit. Pada saat sakit
anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya. Permainan
adalah media yang sangat efektif untuk mengekspresikan berbagai perasaan yang
tidak menyenangkan.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah. Permainan
akan menstimulasi daya pikir, imajinasi dan fantasinya untuk menciptakan sesuatu
seperti yang ada dalam pikirannya.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di rs
5. Mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak
akibat hospitalisasi

C. Keterampilan yang diperlukan


Menempel dan menyusun

D. Jenis permainan
Meyusun dan menempel
Berdasarkan kategori bermain jenis permainan menempel dan menyusun
merupakan bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang
dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai
gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga
dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain
dengan menebak kata (Hurlock, 1998). Pada permainan ini anak akan di ajak bermain
untuk menempel gambar yang akhirnya akan seperti frame pemandangan atau benda.
Sedangkan menurut klasifikasi bermain merupakan permainan keterampilan
(skill play). Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak, khususnya motorik
kasar dan halus. Misalnya, anak akan terampil akan memegang benda-benda kecil,
memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain dan anak akan terampil dalam
menyocokan gambar sesuai dengan imajinasinya. Jadi keterampilan tersebut diperoleh
melalui pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan. Pada permainan ini anak
diajarkan menempel dan menyusun. Mengapa demikian? Karena dilihat dari kondisi
anak yang tidak boleh main berlebih yang membutuhkan energi ekstra, dan anak yang
cenderung pendiam selama hospitalisasi.
Sasaran utama peserta pada permainan ini adalah anak dengan usia sekolah,
yaitu anak Akbar (10 tahun) dengan diagnosa medis Post Craniotomy dengan riwayat
epilepsy yang memiliki perkembangan kognitif dan motorik yang sangat terlambat dan
tidak sesuai dengan anak-anak seusianya. Anak Fajar (10 tahun) dengan diagnosa medis
CKS (Cidera kepala sedang) yang juga memiliki riwayat kejang dan trauma
hospitalisasi. Permainan ini dapat melatih kognitif anak dalam menyusun potongan
gambar dan melatih kemampuan motorik kasar anak dalam menempelkan gambar,
kegiatan ini juga membuat anak lebih aktif. Selain itu permainan ini tidak menguras
banyak energi selama anak bermain dan dapat memberikan kesenangan tersendiri
sehingga mengurangi kejenuhan anak selama hospitalisasi.

E. Alat bermain
1. Kertas origami
2. Sterofoam
3. Lem kertas
4. Tema gambar yang tersedia : Mobil, Burung, Bunga, Perahu, Ikan, Bebek

F. Proses bermain
No. Terapis Waktu Subjek terapi
1. Persiapan 5 menit Ruangan, alat, anak
a. Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan alat-alat
c. Menyiapkan anak
2. Proses
a. Membuka terapi dengan 25 menit Menjawab salam,
mengucapkan salam dan Memperkenalkan diri
memperkenalkan diri
b. Menjelaskan pada anak Memperhatikan
tentang tujuan dan manfaat
bermain
c. Membaca doa sebelum
memulai permainan
d. Mengajak anak bermain
e. Kalau ingin bertanya atau
menjawab angkat tangan
terlebih dahulu baru
berbicara
f. Mengikuti kegiatan dari Bermain bersama dengan
awal sampai akhir antusias dan
g. Mengevaluasi respon anak mengungkapkan
perasaannya
3. Penutup
a. Istirahat 10 menit Memperhatikan dan
b. Evaluasi kegiatan menjawab salam
c. Meminta anak menceritakan
kegiatan bermain
d. Berdoa

G. Waktu Pelaksanaan
Pokok Bahasa : Terapi Bermain Pada anak di Instalasi Keperawatan Anak
(Kemuning Bawah)
Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain anak usia sekolah
Judul Terapi Bermain : Menempel gambar
Tempat : Ruang Kemuning Bawah di Kamar 01 RSUD Tangerang
Hari, tanggal : Sabtu, 10 November 2013
Waktu : 30 menit ( jam 14.30 s.d 15.00 WIB)

Nama peserta utama


1. An. Akbar ( 10 tahun)
2. An. Fajar (10 tahun)

H. Hal- hal yang Perlu di Waspadai


1. Kejenuhan anak dalam menyelesaikan permainan
2. Anak lelah
3. Anak tidak mau mengikuti permainan

I. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan


1. Mengajak atau melibatkan orang tua
2. Berkomunikasi dengan baik pada anak

J. Pengorganisasian
1. Tim terapi
a. Leader : Roseliana
Tugas
Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi bermain sebelum kegiatan
dimulai. Menjelaskan Kegiatan ,mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam
proses kegiatan bermain. Mampu memimpin Terapi bermain dengan baik dan
tertib, serta menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
b. Co. Leader : Dita Puspita
Tugas
Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas anak dan
mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
c. Fasilitator : Julia hartati
Tugas
Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung, memotivasi anak yang
kurang aktif, membantu leader memfasilitasi peserta untuk berperan aktif dan
memfasilitasi peserta.
d. Observer :-
Tugas
Mengobservasi jalannya proses kegiatan, mencatat perilaku verbal dan non
verbal anak selama kegiatan berlangsung

K. Sistem evaluasi
Peserta terapi bermain mampu :
1. Peserta aktif dalam permainan
2. Peserta dapat mengikuti permainan dari awal sampai akhir
3. Peserta dapat mengepspresikan perasaanya
4. Peserta dapat mempraktekkan tata cara permainan
5. Peserta dapat memberikan kesimpulan dari gambar yang dibuat

L. Setting tempat
Tempat yang akan dilaksanakan diruangan rawat. Anak ditempatkan bersama dalam
satu ruangan rawat. Permainan akan dilakukan di tempat tidur klien.

: Orang Tua

: Fasilitator
: Leader

: Co-Leader

Cara Permainan
Masing-masing anak akan diberikan satu buah sterofam, satu buah lem, satu paket
gambar origami yang sudah dibentuk menjadi potongan-potongan gambar yang
berwarna warni dan satu buah sketsa gambar. Anak akan diminta untuk menyusun
potongan-potongan gambar dari kertas origami dan menempelnya pada sterofoam
sesuai dengan sketsa yang sudah ada dan membentuknya menjadi sebuah gambar utuh.
Anak akan diberikan waktu selama 10 menit untuk menusun dan menempel. Selama
kegiatan berlangsung anak boleh didampingi oleh orang tua untuk menambah semangat
anak selama bermain. setelah selesai menyusun dan menempel anak didiminta untuk
memperlihatkan gambar yang sudah disusun dan ditempelnya. Selain itu anak diminta
untuk mengungkapkan perasaannya dan memberi kesimpulan dari gambar yang sudah
disusunnya.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak
sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Bermain memiliki beberapa fungsi yaitu, meningkatkan perkembangan
sensoris-motorik, sebagai terapi, meningkatkan perkembangan sosial,
perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral, dan
perkembangan intelektual (kognitif).
Berdasarkan kategori bermain jenis permainan menempel dan menyusun
merupakan bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang
dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai
gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga
dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan
bermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998). Pada permainan ini anak akan di
ajak bermain untuk menempel gambar yang akhirnya akan seperti frame
pemandangan atau benda.
Setelah dilakukan tindakan terapi bermaian ini diharapkan anak dapat
melanjutkan tumbuh kembang yang mormal pada saat sakit, mengekspresikan
perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya, mengembangkan kreativitas dan
kemampuan memecahkan masalah, dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress
karena sakit dan di rawat di RS, serta mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan
yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. 1998. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga.


Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai