Anda di halaman 1dari 5

SIRKUMSISI (KHITAN)

Emirza Nur Wicaksono Januari 17, 2013


[144] comments

A. Pengertian Sirkumsisi
Sirkumsisi adalah tindakan pengangkatan sebagian/seluruh prepusium penis dengan tujuan
tertentu

Tujuan sirkumsisi, selain untuk pelaksanaan ibadah agama / ritual, juga untuk
alasan medis yang dimaksudkan untuk :
1. Menjaga hygiene penis dari smegma dan sisa-sisa urine.
2. Menjaga terjadinya infeksi pada glands atau preputium penis (balanoposthitis). Resiko untuk
terjadinya infeksi traktur urinarius (ISK) pada anak-anak umur 1 tahun yang belum disirkumsisi
10 kali lipat dari yang sudah dilakukan sirkumsisi Peningkatan resiko ini terjadi akibat
kolonisasi kuman-kuman pathogen dari urine diaatara glands penis dan lapisan kulit preputium
bagian dalam (Jack S. Elder, Curchill Livingstone 2002).
3. Mencegah terjadinya kanker penis. Iritasi kronis galand penis dengan smegma dan balanitis
(infeksi) merupakan factor predisposisi terjadinya kanker penis. Kanker penis jarang terjadi pada
orang yang telah disirkumsisi (John Reynard et al, Oxford University Press 2006).
Indikasi untuk dilakukan sirkumsisi adalah seperti tersebut di bawah ini:
1. Fimosis dimana preputium tidak dapat ditarik ke proximal karena lengket dengan gland penis
diakibatkan oleh smegma yang terkumpul diantaranya.
2. Parafimosis dimana preputium yang telah ditarik ke proximal, tidak dapat dikembalikan lagi
ke distal. Akibatnya dapat terjadi udem pada kulit preputium yang menjepit, kemudian terjadi
iskemi pada glands penis akibat jepitan itu. Lama kelamaan glands penis dapat nekrosis. Pada
kasus parafimosis, tindakan sirkumsisi harus segera dilakukan.
3. Balanitis recurrent
4. Kondiloma akuminata, merupakan suatu lesi pre kanker pada penis yang diakibatkan oleh
HPV (human papiloma virus). Karsinoma sel squamosa pada preputium penis, namun dilaporkan
terjadi rekurensi local pada 22-50% kasus (John Reynard et al, Oxford University Press 2006).

B. Indikasi Sirkumsisi
indikasi sirkumsisi adalah:
1) Agama
2) Sosial
3) Medis:
a) Fimosis (prepusium tidak dapat ditarik ke belakang atau tidak dapat membuka
b) Parafimosis (prepusium tidak dapat ditarik ke depan)
c) Kondiloma akuminata
d) Pencegahan terjadinya tumor (mencega penumpukan smegma yang diduga kuat bersifat
karsninogenik)

C. Kontraindikasi Sirkumsisi
kontraindikasi sirkumsisi adalah:
1) Absolute: hipospadia, epispadia
2) Relatif: gangguan pembekuan darah (misalnya hemofilia), infeksi local, infeksi umum, dibetes
melitus.

D. Komplikasi Sirkumsisi
komplikasi sirkumsisi adalah:
Perdarahan, hematoma, infeksi.
Sirkumsisi yang dilakukan dengan benar dan perawatan hemostasi yang cermat, hamper tidak
menimbulkan penyulit. Secara umum penyulit yang trjadi pada tindakan ini rata-rata adalah 0,2-
0,5%, yang terdiri atas :
1. Perdarahan (0,1-35%)
2. 2 Infeksi (0,4%)
3. Pengangkatan kulit penis tidak adekuat
4. Terjadinya amputasi glans penis
5. Timbul fistula uretrokutan
6. Nekrosis penis.

Sirkumsisi yang tergesa-gesa dan tidak memperhatikan perdarahan yang msih berlangsung
menyebabkan perdarahan pasca sirkumsisi. Perdarahan terutama pada arteri frenulum yang ada
di sebelah ventral penis. Sterilisasi yang kurang baik pada saat sirkumsisi dan hygiene pasaca
sirkumsisi yang tidak terjaga menyebabkan infeksi luka operasi. Terjadinya nekrosis penis
disebabkan iskemia yang karena infeksi, pemakaian campuran anestesi local dengan konsentrasi
adrenalin yang terlalu tinggi, dan kain pembungkus verban yang terlalu ketat. Di negara turki
bahwa penyyulit akibat sirkumsisi 5% disebabkan oleh dokter, 10% oleh tenaga kesehatan selain
dokter, dan 85% dikerjakan oleh tukang sunat tradisional.

E. Peralatan Sirkumsisi
peralatan untuk sirkumsisi antara lain:
1) Gunting jaringan 1 buah
2) Klem arteri lurus 3 buah
3) Klem arteri bengkok 1 buah
4) Pinset anatomis 1 buah
5) Pemegang jarum (needle holder) 1 buah
6) Jarum jahit kulit 1 buah

F. Perlengkapan Sirkumsisi
perlengkapan untuk sirkumsisi antara lain:
1) Kapas
2) Kassa steril
3) Plester
4) Kain penutup steril yang berlubang di tengahnya (duk)
5) Spuit 3 ml atau 5 ml
6) Benang plain cat gut ukuran 3.0
7) Sarung tangan steril
Larutan NaCl 0,9 % atau aqua destilata
G. Obat-obatan Sirkumsisi
) obat-obatan untuk sirkumsisi antara lain:
1) Lidokain HCL 2% (tanpa campuran adrenalin)
2) Larutan antiseptik: larutan sublimate, povidon iodin 10%, dan alkohol 70%.
3) Salep antibiotik (kloramfenikol 2% atau tetrasiklin 2%)
4) Analgesik oral (antalgin atau parasetamol)
5) Antibiotik oral (ampisilin/amoksisilin/eritromisin)
6) Adrenalin 1 : 1000

H. Tahap-tahap Sirkumsisi
tahap-tahap melakukan sirkumsisi antara lain:
1) Persiapan operasi
a) Persiapan pasien. Sebelum dilakukan sirkumsisi, kita tentukan tidak ada kontraindikasi untuk
melakukan tindakan sirkumsisi. Hal ini diketahui dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Dari anamnesis ditelusuri:
(1) Riwayat gangguan hemostasis dan kelainan darah.
(2) Riwayat alergi obat, khususnya zat anatesi lokal, antibiotik, maupun obat lainnya.
(3) Penyakit yang pernah/sedang diderita, misalnya demam, sakit jantung, asma.
Pada pemeriksaan fisik dicari:
(1) Status generalis: demam, tanda stres fisik, kelainan jantung dan paru
(2) Status lokalis: hipospadia, epispadia, atau kelainan congenital lainnya.
b) Persiapan alat dan obat-obatan sirkumsisi.
c) Persiapan alat dan obat-obatan penunjang hidup bila terjadi syok anafilaksis.
2) Asepsis dan antisepsis
a) Pasien telah mandi dengan membersihkan alat kelamin (genetaliannya) dengan sabun
b) Bersihkan daerah genetalia dengan alkohol 70% untuk menghilangkan lapisan lemak.
c) Bersikan daerah genetalia dengan povidon iodin 10% dengan kapas dari sentral ke perifer
membentuk lingkaran ke arah luar (sentrifigal) dengan batas atas tepi pusar dan batas bawah
meliputi seluruh skrotum.
d) Letakkan kain penutup stril yang berlubang
3) Anestesi lokal
Digunakan anestesi local dengan menggunakan lidokain 2%
a) Lakukan anastesi blok pada n. dorsalis penis dengan memasukkan jarum pada garis medial di
bawah simpisis pubis sampai menembus fascia Buck (seperti menembus kertas) suntikkan 1,5
ml, tarik jarum sedikit, tusukkan kembali miring kanan/kiri menenbus fascia dan suntikkan
masing-masing 0,5 ml; lakukan aspirasi dahulu sebelum menyuntik untuk mengetahui apakah
ujung jarum berada dalam pembuluh darah atau tidak. Jika darah yang teraspirasi maka
pindahkan posisi ujung jarum, aspirasi kembali. Bila tidak ada yang teraspirasi, masukanlah zat
anastesi.
b) Lakukan anastesi infiltrasi di lapisan subkutis ventral penis 0,5-0,75 ml untuk kedua sisi.
4) Pembersihan glans penis
Buka glans penis sampai sampai sulkus korona penis terpapar. Bila ada perlengketan, bebaskan
dengan klem arteri atau dengan kassa steril. Bila ada smegma, bersihkan dengan kassa
mengandung larutan sublimat.
5) Periksa apa anestesi sudah efektif
Caranya dengan melakukan penjepitan pada daerah frenulum dengan klem.
6) Pengguntingan dan penjahitan
a) Pasang klem pada prepusium di arah jam 6, 11, dan 1 dengan ujung klem mencapai ± 1,5 cm
dari sulkus korona penis. Tujuannya sebagai pemandu tindakan dorsumsisi dan sarana
hemostasis.
b) Lakukan dorsomsisi dengan menggunting kulit dorsum penis pada jam 12 menyusur dari
distal ke proksimal sampai dengan 0,3-0,5 cm dari korona.
c) Pasang jahitan kendali dengan menjahit batas ujung dorsomsisi kulit agar pemotongan kulit
selanjutnya lebih mudah dan simetris.
d) Gunting secara melingkar (tindakan sirkumsisi) dimulai dari dorsal pada titik jahitan jam 12
melingkari penis, sisakan mukosa sekitar 0,5 cm. Pada sisi frenulum, pengguntingan membentuk
huruf V di kiri dan kanan klem. Pemotongan harus simetris, dan sama panjang antara kulit dan
mukosa.
e) Atasi perdarahan yang timbul ada jepitan klem, kemudian lakukan penjahitan hemostasis
dengan benang cutgut.
f) Lakukan penjahitan aproksimasi kulit dengan mukosa jahit kiri dan kanan glans biasanya
masing-masing 2-3 simpul. Prinsipnya adalah mempertemukan pinggir kulit dan pinggir mukosa.
g) Jahit mukosa distal frenulum (jam 6) dengan jahitan angka 8 atau 0.
h) Setelah penjahitan selesai, gunting mukosa frenulum di sebelah distal dari jahitan sebelumnya,
dan bersihkan dengan iodine 10% lalu beri salep kloramfenikol 2%
7) Pembalutan
a) Gunakan kassa yang telah diolesi salep antibiotik.
b) Jangan sampai penis terpuntir saat membalut.
Pemberian obat-obatan
a) Analgasik oral (antalgin atau parasetamol)
b) Antibiotik oral (ampisilin, amoksisilin, eritromisin)
c) Pemberian obat-obatan ini dapat dimulai 2-3 jam sebelum sirkumsisi
9) Anjuran pasca operasi
a) Penjelasan pada pasien atau orang tua..
b) Balutan dibuka 4-5 hari kemudian membasahi perban dengan rivanol.
c) Bila ada infeksi, pemberian antibiotik diteruskan hingga hari ke 6-7

I. Metode Sirkumsisi
ada beberapa metode sirkumsisi, yaitu antara lain :

1) Metode klasik dan dorsumsisi, metode klasik sudah banyak ditinggalkan tetapi masih bisa kita
temui di daerah pedalaman. Alat yang digunakan adalah sebilah bambu tajam/pisau/silet. Para
bong supit alias mantri sunat langsung memotong kulup dengan bambu tajam tersebut tanpa
pembiusan. Bekas luka tidak dijahit dan langsung dibungkus dengan kassa/verban sehingga
metode ini paling cepat dibandingkan metode yang lain. Cara ini mengandung risiko terjadinya
perdarahan dan infeksi, bila tidak dilakukan dengan benar dan steril. Metode Klasik kemudian
disempurnakan dengan metode Dorsumsisi, Khitan metode ini sudah menggunakan peralatan
medis standar dan merupakan khitan klasik yang masih banyak dipakai sampai saat ini.,
umumnya bekas luka tidak dijahit walaupun beberapa ahli sunat sudah memodifikasi dengan
melakukan pembiusan lokal dan jahitan minimal untuk mengurangi risiko perdarahan.
2) Metode standart sirkumsisi konvensional, merupakan metode yang paling banyak digunakan
hingga saat ini, cara ini merupakan penyempurnaan dari metode dorsumsisi dan merupakan
metode standar yang digunakan oleh banyak tenaga dokter maupun mantri (perawat). Alat yang
digunakan semuanya sesuai dengan standar medis dan membutuhkan keahlian khusus untuk
melakukan metode ini.
3) Metode lonceng, pada metode ini tidak dilakukan pemotongan kulup. Ujung penis hanya
diikat erat sehingga bentuknya mirip lonceng, akibatnya peredaran darahnya tersumbat yang
mengakibatkan ujung kulit ini tidak mendapatkan suplai darah, lalu menjadi nekrotik, mati dan
nantinya terlepas sendiri. Metode ini memerlukan waktu yang cukup lama, sekitar dua minggu.
4) Metode klamp, metode Klamp ini prinsipnya sama, yakni kulup (preputium) dijepit dengan
suatu alat (umumnya sekali pakai) kemudian dipotong dengan pisau bedah tanpa harus dilakukan
penjahitan.
5) Metode laser elektrokautery, lebih dikenal dengan sebutan “Khitan Laser”. Penamaan ini
sesunnguhnya kurang tepat karena alat yang digunakan samasekali tidak menggunakan Laser
akan tetapi menggunakan “elemen” yang dipanaskan. Alatnya berbentuk seperti pistol dengan
dua buah lempeng kawat di ujungnya yang saling berhubungan. Jika dialiri listrik, ujung logam
akan panas dan memerah. Elemen yang memerah tersebut digunakan untuk memotong kulup.
Khitan dengan solder panas ini kelebihannya adalah cepat, mudah menghentikan perdarahan
yang ringan serta cocok untuk anak dibawah usia 3 tahun dimana pembuluh darahnya kecil.
Setelah preputium dipotong dilakukan penjahitan dan difiksasi dengan kasa steril. Untuk proses
penyembuhan, dibandingkan dengan cara konvensional itu sifatnya relatif karena tergantung dari
sterilisasi alat yang dipakai, proses pengerjaanya dan kebersihan individu yang disunat.
6) Metode flashcutter, metode ini merupakan pengembangan dari metode elektrokautery.
Bedanya terletak pada pisaunya yang terbuat dari logam yang lurus (kencang) dan tajam. Setelah
preputium dipotong dilakukan penjahitan dan difiksasi dengan kasa steril.
J. Perawatan pasca operasi
Pasa operasi sirkumsisi, pasien diberikan terapi antibiotic oral minimal 3 hari. Dapat juga
ditambah dengan analgetik oral untuk menghindari nyeri. Tiga hari pasca operasi, balutan dibuka
dan pasien dapat menjalani rawat terbuka dengan salep antibiotic topical. Sebaiknya diguakan
antibiotic topical untuk mata, karena apabila dignakan antibiotic topical untuk kulit bila telah
kering akan terbentuk krusta, sehingga pasien akan terasa nyeri saat krusta-krusta tersebut
dibersihkan. Sedangkan antibiotika topical untuk mata akan larut apabila terkena air saat
dibersihkan oleh pasien.

Anda mungkin juga menyukai