LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. O
Usia : 78 tahun
Alamat : Wanajaya, Cibitung, Bekasi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Kunjungan : 30 November 2018
Tempat : Bangsal Anggrek I RSUD Kabupaten Bekasi
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan dengan pasien pada hari Jum’at, 30 November 2018
di Ruang Isolasi Bangsal Anggrek I RSUD Kabupaten Bekasi.
a. Keluhan Utama
Benjolan-benjolan kemerahan yang terasa nyeri di bagian perut sejak 16 hari yang
lalu.
b. Keluhan Tambahan
Keluhan disertai demam, baal atau mati rasa dan panas pada benjolan tersebut.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kabupaten Bekasi dengan
keluhan muncul benjolan-benjolan kemerahan di bagian perut serta dada sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Benjolan tersebut muncul secara tiba-tiba
tanpa ada gejala sebelumnya. Benjolan disertai dengan keluhan baal atau mati
rasa, terasa panas dan nyeri yang kemudian pecah dan keluar darah.
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit kusta sebelumnya yang muncul
sejak 11 bulan yang lalu dan sekarang sedang dalam masa pengobatan bulan ke 8
di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kabupaten Bekasi.
Saat ini, pasien tidak memiliki keluhan. Nyeri dan panas sudah tidak dirasakan
lagi oleh pasien. Nafsu makan pasien juga membaik. BAB dan BAK dalam batas
normal.
1
d. Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat penyakit kusta yang muncul 11 bulan yang lalu dan pernah
menjalani rawat inap selama 6 hari
• Riwayat alergi : disangkal
• Riwayat penyakit asma : disangkal
• Riwayat penyakit kencing manis : disangkal
• Riwayat penyakit darah tinggi : (+)
• Riwayat kolesterol tinggi : (+)
e. Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat penyakit kusta : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal
• Riwayat asma : disangkal
f. Riwayat Pengobatan
Pasien pertama kali didiagnosa kusta pada bulan Januari 2018 di RSUD Kota
Bekasi. Saat ini, pasien sedang dalam masa pengobatan kusta yang memasuki
bulan ke-8 di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kabupaten Bekasi.
g. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat, makanan dan cuaca.
h. Riwayat Sosioekonomi
Pasien merupakan seorang tukang ojek dengan penghasilan ± Rp 30.000/hari.
Kesan ekonomi menengah ke bawah.
2
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Leher : KGB tidak teraba membesar, trakea ditengah, tidak
ada deviasi
Thorax : Tidak dilakukan
Abdomen : Tidak dilakukan
Genitalia : Tidak dilakukan
Ekestremitas : tampak ulkus plantar (+) amputated digiti II-IV pedis
sinistra (+) dan digiti IV pedis dextra (+)
B. PEMERIKSAAN DERMATOLOGIS
Gambar 1. Regio trunkus: nodul eritem sampai dengan hiperpigmentasi ukuran lenticular
sampai dengan numular, sirkumskrip difus multiple, makula hiperpigmentasi, krusta ukuran
0,5 x 0,5cm sampai 1 x 1cm, skuama halus, likenifikasi
3
Gambar 2. Regio brachii dextra et sinistra: nodul eritem lentikular, sirkumskrip difus
multiple, krusta ukuran 0,2 x 0,2 cm sampai 0,5 x 0,5 cm
Gambar 3. Regio extremitas inferior dextra et sinistra: makula hingga patch hiperpigmentasi,
krusta ukuran 0,5 x 0,5 cm sampai 1 x 1 cm
4
Gambar 4. Regio dorsum pedis dextra: patch hiperpigmentasi ditutupi skuama tipis
Gambar 5. Regio dorsum pedis sinistra: patch hiperpigmentasi dan hipopigmentasi, terdapat
ulkus pada digiti IV ukuran 1x1x1 cm sampai 1,5x1x0,5cm bentuk tidak beraturan dengan
dasar jaringan nekrotik tidak nyeri dan berbau busuk, krusta ukuran 1x1cm sampai 2x1cm
berwarna hitam disekelilingnya terdapat darah
5
PEMERIKSAAN SENSORIK DAN MOTORIK
V. RESUME
Tn. O, 78 tahun, datang ke Poli Kulit RSUD Kabupaten Bekasi dengan
keluhan munculnya nodul eritem sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan dirasa timbul
secara tiba-tiba tanpa ada gejala sebelumnya. Keluhan disertai dengan hipoestesi,
6
rubor dan nyeri yang kemudian menjadi ulserasi dan keluar darah. Pasien
mengatakan memiliki riwayat penyakit kusta sebelumnya yang muncul sejak 11
bulan yang lalu dan sekarang sedang dalam masa pengobatan bulan ke 8 di Poli
Kulit dan Kelamin RSUD Kabupaten Bekasi. Saat ini, pasien tidak memiliki
keluhan. Nafsu makan pasien juga membaik.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan:
1. Regio trunkus: nodul eritem sampai dengan hiperpigmentasi ukuran lentikular
sampai dengan numular, sirkumskrip difus multipel, makula hiperpigmentasi,
krusta ukuran 0,5 x 0,5cm sampai 1 x 1cm, skuama halus, likenifikasi
2. Regio brachii dextra et sinistra: nodul eritem lentikular, sirkumskrip difus
multiple, krusta ukuran 0,2 x 0,2 cm sampai 0,5 x 0,5 cm
3. Regio extremitas inferior dextra et sinistra: makula hingga patch
hiperpigmentasi, krusta ukuran 0,5 x 0,5 cm sampai 1 x 1 cm
4. Regio dorsum pedis dextra: patch hiperpigmentasi ditutupi skuama tipis
5. Regio dorsum pedis sinistra: patch hiperpigmentasi dan hipopigmentasi,
terdapat ulkus pada digiti IV ukuran 1x1x1 cm sampai 1,5x1x0,5cm bentuk
tidak beraturan dengan dasar jaringan nekrotik tidak nyeri dan berbau busuk,
krusta ukuran 1x1cm sampai 2x1cm berwarna hitam disekelilingnya terdapat
darah
7
IX. PENATALAKSANAAN
• Metil prednisolone tab 2x16mg
• Ranitidin tab 2x150mg
• Paracetamol tab 1x500mg
• Zinc 3x1 tab
• Mecobalamin 3x1 tab
• Kompres NaCl 0,9% 2 x sehari @30 menit
• MDT bulan ke VIII (lanjutkan)
X. EDUKASI
• Gejala reaksi kusta timbul akibat sedang menurunnya sistem imunitas. Oleh
karena itu, usahakan agar istirahat cukup, makan teratur dan perhatikan gizi
dari makanan yang dimakan.
• Obat yang digunakan bertujuan untuk meredakan gejala reaksi kusta, seperti
gatal, kemerahan, dan panas, oleh karena itu obat harus diminum secara
teratur sesuai anjuran dokter.
XI. PROGNOSIS
• Ad vitam: bonam
• Ad functionam: dubia
• Ad sanationam: dubia
8
BAB II
PEMBAHASAN
Kepustakaan Kasus
Etiologi
Berbagai faktor pencetus yang dianggap Pada pasien ini, terdapat etiologi yang
sering mendahului timbulnya reaksi kusta sesuai dengan kepustakaan karena
antara lain2: sebelum ENL tersebut timbul, pasien
• Setelah pengobatan anti kusta sedang menjalani pengobatan kusta
yang intensif selama 8 bulan.
• Infeksi rekuren
• Pembedahan-trauma fisik
• Imunisasi
• Kehamilan
• Saat-saat setelah melahirkan
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari reaksi kusta tipe 2 Pada pasien ini, terdapat gejala-gejala
berat6: seperti yang ada di kepustakaan, yaitu
• Pada kulit timbul nodul yang nyeri dan terdapat banyak nodul nyeri yang
jadi ulserasi, disertai demam ringan mengalami ulserasi disertai demam.
dan malaise
• Saraf membesar, nyeri dan fungsinya
terganggu
• Penurunan visus
Klasifikasi Derajat Kecacatan
Derajat 0: Pada pasien ini, terdapat gejala-gejala
-Mata: Tidak ada kelainan / kerusakan seperti yang ada di kepustakaan, yaitu
pada mata (termasuk visus) terdapat digiti yang sudah amputated
-Ekstremitas: Tidak ada gangguan sudah terjadi derformitas sehingga
sensibilitas, tidak ada kerusakan atau dapat dikategorikan sebagai derajat 2.
deformitas yang terlihat
Derajat 1:
-Mata: Ada kelainan / kerusakan pada
mata tetapi tidak terlihat, visus sedikit
berkurang
-Ekstremitas: Ada gangguan sensibilitas,
9
tanpa kerusakan atau deformitas yang
terlihat
Derajat 2:
-Mata: Ada kelainan mata yang terlihat
dan atau visus sangat terganggu
-Ekstremitas: Terdapat kerusakan atau
deformitas6
Tatalaksana
Tatalaksana reaksi kusta tipe 2: Pada pasien ini dianjurkan terapi berupa:
• Imobilisasi local/istirahat di rumah • Metil prednisolone tab 2x16mg
• Pemberian analgetik/antipiretik, obat • Ranitidin tab 2x150mg
penenang bila perlu • Paracetamol tab 1x500mg
• MDT tetap diberikan dengan dosis • Mecobalamin 3x1 tab
tidak berubah • Zinc 3x1 tab
• Menghindari/menghilangkan faktor • Kompres NaCl 0,9% 500cc 2 x
pencetus sehari @30 menit
• Memberikan obat anti reaksi • MDT bulan ke VIII (lanjutkan)
(Prednison)
• Bila ada indikasi rawat inap pasien
dikirim ke rumah sakit
• Reaksi tipe 2 berat yang berulang
diberikan prednisone dan lampren6
10
DAFTAR PUSTAKA
4. Kosasih, A, Wisnu,M, Sjamsoe,E, dkk. Kusta. Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FKUI, edisi kelima. 2007. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hlm.73-
88.
5. Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakti Kusta. Kementrian Kesehatan RI.
Direktoral Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2012.
6. WHO. (1980). Leprosy Elimination. Penerjemah: Sjamsoe S. Emmy. 2003. Kusta.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
7. Sridharan R, Lorenzo NZ. Neuropathy of leprosy. 2007. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1171421-overview
11