Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

KEWIRAUSAHAAN

OLEH :
PUTU ADITYA KRESNADANA
NIM 15050754019

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
S1 TEKNIK MESIN
2018
1. Cost-Plus Pricing
Dalam metode ini, penjual atau produsen menetapkan harga jual untuk satu unit barang yang
besarnya sama dengan jumlah biaya per unit ditambah dengan suatu jumlah untuk menutup
laba yang diinginkan (disebut marjin) pada unit tersebut.
Dalam pengertian yang lebih ringkas bisa dikatakan bahwa cost-plus pricing method adalah
metode penetapan harga jual produk dengan cara menambahkan biaya total produksi dengan
nilai marjinnya.
Adapun formula dari metode cost-plus pricing method adalah sebagai berikut:

BIAYA TOTAL + MARJIN = HARGA JUAL

Contoh :
Seorang kontraktor bangunan meghitung-hitung bahwa untuk membangun dan menjual lima
buah rumah yang sejenis, akan dikeluarkan sejumlah biaya dengan rincian sebagai berikut:
Biaya material: Rp 7.500.000,00
Biaya tenaga kerja: Rp 2.500.000,00
Biaya lain (seperti sewa kantor, penyusutan alat-alat, gaji, dsb.): Rp 4.000.000,00 +
Sehingga jumlah total biaya adalah Rp14.000.000,00

Apabila ia menghendaki laba sebesar 10% dari biaya total, maka:


Harga jual total = biaya total + laba
= Rp14.000.000,00 + (10% x Rp14.000.000,00)
= Rp15.400.000,00

Dengan demikian, masing-masing rumah akan dijual seharga Rp. 3.800.000,00 (Rp.
15.400.000,00 / 5) dengan laba sebesar Rp. 280.000,00 (Rp. 1.400.000,00 / 5). Jika rumah-
rumah tersebut tidak semuanya laku, maka ada kemungkinan laba akan turun, atau bahkan
menderita kerugian. Namun perlu diketahui bahwa pada umumnya kontraktor baru
melaksanakan pembangunan setelah memperoleh pesanan atau kontrak, jadi barang yang
dibuat sebenarnya sudah terjual pada saat kontrak pesanan disetujui.

Cost plus pricing dengan mark up


Pedagang yang memberli barang-barang dagangan akan menentukan harga jualnya setelah
menambah harga beli dengan sejumlah mark-up
Adapun formula dari metode mark- up pricing method adalah sebagai berikut:

HARGA BELI + MARK-UP = HARGA JUAL


Contoh :
Toko tas membeli sebuah tas Rp. 100.000,00/buah, dengan keuntungan ditentukan Rp.
50.000,00.
Maka harga jual = Harga beli + mark up
= Rp. 100.000,00 + 50.000,00
= Rp. 150.000,00

Jadi, mark-up ini merupakan kelebihan harga jual di atas harga belinya. Keuntungan bisa
diperoleh dari sebagian mark-up tersebut. Selain itu, pedagang tersebut juga harus
mengeluarkan sejumlah biaya eksploitasi yang juga diambilkan dari sebagian mark-up.

Metode penentapan harga break even (Break Even Pricing)


Metode yang menggunakan permintaan pasar sebagai pertimbangan biaya dengan harga
tertentu. Usaha akan dianggap untuk apabila penjualan di atas nilai break even dan dianggap
rugi apabila penjualan di bawah titik break even. Metode ini menggunakan beberapa syarat
sebagai berikut :
a. Seluruh biaya usaha dapat digolongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap.
b. Seluruh barang yang diproduksi akan terjual.
c. Biaya variabel per unitnya tetap.
Adapun formula dari metode break even pricing method adalah sebagai berikut:

BIAYA TETAP + BIAYA VARIABEL = TOTAL BIAYA

Metode percieved value pricing


Percieved value terdiri dari beberapa elemen penting seperti citra pelanggan terhadap
performa produk, ketersediaan jaringan, costomer support, garansi kualitas dll. Contohnya
JNE yang sudah memiliki nama besar dalam industri jasa pengiriman paket dengan kualitas
pelayanan yang prima dan jaminan pengiriman, ketersediaan jaringan yang luas, dan memiliki
costumer support yang sudah terintegrasi dengan IT, oleh karena itu, metode percieved value
pricing sangat sesuai untuk dilakukan oleh JNE, sehingga harga yang lebih tinggi dapat
diterapkan. Akan tetapi, nilai-nilai yang dimiliki JNE perlu ditunjukkan bahkan ditonjolkan
kepada konsumen untuk mencapai tujuan dalam meningkatkan pengiriman barang.

2. Contoh analisa biaya beserta strategi penentuan harga suatu UMKM.

Sebuah perusahaan atau sebuah umkm yang telah berdiri tentunya ingin berkembang
dan terus menjaga kelangsungan hidupnya, untuk itu pihak manajemen perlu perusahaan perlu
membuat kebijakan yang mengacu pada terciptanya efisiensi dan efektivitas kerja. Kebijakan
tersebut dapat berupa penetapan harga pokok produksi, yaitu dengan cara menekan harga
biaya produksi serendah mungkin dan tetap menjaga kualitas dari barang atau produk yang
dihasilkan, sehingga harga pokok produk satuan yang dihasilkan perusahaan tersebut dapat
bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis.
Proses perhitungan harga pokok produksi berguna untuk meningkatkan pengetahuan
bagi pemilik-pemilik perusahaan kecil khususnya umkm yang bergerak dalam bidang
produksi. Biaya-biaya produksi tersebut yaitu terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik baik yang bersifat variable maupun tetap sedangkan pada
metode variable costing biaya produksi yang diperhitungkan hanyalah yang bersifat variable
saja.
Dengan menentukan harga pokok produksi maka perusahaan dapat mengetahui biaya
produksi yang akan dikeluarkan, dan perussahaan dalam menentukan harga jual dari suatu
pesanan akan sesuai dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi
pesanan kepada pemesan ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk
memproduksi pesanan tersebut.

 Contoh perhitungan harga pokok produksi dapat dilihat sebegaai berikut :


 Biaya bahan baku Rp. XXX
 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. XXX
 Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp. XXX
 Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp. XXX
 Total Biaya Produksi Rp. XX

Harga pokok Produksi = Total Biaya Produksi


Jumlah unit yang dihasilkan
 Hasil dari pengambilan sampel (contoh) dari UKM jamu “Sari Akar” yang setiap sekali
produksi mencapai hingga 500 botol. Dari proses produksi ini memerlukan bahan-bahan
seperti berikut :
 Tabel 1. Bahan-bahan untuk membuat Jamu
No Keterangan Banyak Jumlah Harga Total
1 Pala 3,5 Kg Rp. 70.000 Rp. 245.000
2 Merica 3 Kg Rp. 56.000 Rp. 168.000
3 Jintan Hitam 1,5 Kg Rp. 50.000 Rp. 75.000
4 Rempah India 4 Kg Rp. 33.000 Rp. 132.000
5 Cengkeh 0.5 Kg Rp. 40.000 Rp. 80.000
6 Gula 20 Kg Rp. 13.000 Rp. 260.000
7 Air 5 Galon Rp. 3.000 Rp. 15.000
8 Botol 500 Unit Rp. 600 Rp. 300.000
Jumlah Rp. 1.235.000

 Tabel 2. Alat yang diperlukan untuk mengolah jamu


No Keterangan
1 Kompor gas+Tabung
2 Kompor
3 Dandang
4 Gelas Ukur
5 Baskom Besar
6 Galon Air
7 Saringan
8 Kuali

 Tabel 3. Biaya Variabel Pendukung (1x Produksi)


No Keterangan Beban Biaya
1 Bahan Bakar Minyak Rp. 50.000
2 Listrik Rp. 50.000
3 Air Rp. 50.000
4 Biaya Tenaga Kerja (4 Orang) Rp. 400.000
Jumlah Rp. 550.000
Data-data diatas adalah asumsi untuk satu kali produksi untuk mengasilkan 500 botol
(ukuran 120 ml), setelah asumsi di dapat maka akan dimasukan kedalam sistem seperti
berikut ini :

Gambar 1. Form untuk memasukan Bahan Baku

Dari gambar diatas adalah tampilan form untuk memasukkan segala jenis bahan baku
untuk melakukan proses produksi. Semua bahan yang akan di proses akan dimasukan ke
dalam sistem untuk dapat membuat kalkulasi perhitungan. Selanjutnya adalah dilakukan
proses memasukkan alat-alat yang digunakan seperti berikut ini :
Gambar 2. Form untuk memasukkan alat-alat yang digunakan

Gambar 2 adalah tampilan form untuk memasukkan segala jenis alat untuk melakukan
proses produksi. Semua alat yang akan di proses akan dimasukan ke dalam untuk dapat
membuat kalkulasi perhitungan dan didapat nilai penyusutan dari suatu alat tersebut, nilai
penyusutan ini dibuat karena ada bahan yang tidak habis sekali pakai. Estimasi nilai
penyusutan ini sebesar 10% sampai 20% dari harga tersebut.
 Form Hitung HPP
Setelah proses memasukkan bahan dan alat selesai dilakukan, selanjutnya adalah
proses perhitungan untuk mendapatkan Harga Pokok Produksi yang murni seperti pada
berikut :

Gambar 3. Form Hitung HPP


Dari harga ini produsen dapat mengestimasikan berapa besar produk yang akan di jual
kepasaran.

Anda mungkin juga menyukai