KEWIRAUSAHAAN
OLEH :
PUTU ADITYA KRESNADANA
NIM 15050754019
Contoh :
Seorang kontraktor bangunan meghitung-hitung bahwa untuk membangun dan menjual lima
buah rumah yang sejenis, akan dikeluarkan sejumlah biaya dengan rincian sebagai berikut:
Biaya material: Rp 7.500.000,00
Biaya tenaga kerja: Rp 2.500.000,00
Biaya lain (seperti sewa kantor, penyusutan alat-alat, gaji, dsb.): Rp 4.000.000,00 +
Sehingga jumlah total biaya adalah Rp14.000.000,00
Dengan demikian, masing-masing rumah akan dijual seharga Rp. 3.800.000,00 (Rp.
15.400.000,00 / 5) dengan laba sebesar Rp. 280.000,00 (Rp. 1.400.000,00 / 5). Jika rumah-
rumah tersebut tidak semuanya laku, maka ada kemungkinan laba akan turun, atau bahkan
menderita kerugian. Namun perlu diketahui bahwa pada umumnya kontraktor baru
melaksanakan pembangunan setelah memperoleh pesanan atau kontrak, jadi barang yang
dibuat sebenarnya sudah terjual pada saat kontrak pesanan disetujui.
Jadi, mark-up ini merupakan kelebihan harga jual di atas harga belinya. Keuntungan bisa
diperoleh dari sebagian mark-up tersebut. Selain itu, pedagang tersebut juga harus
mengeluarkan sejumlah biaya eksploitasi yang juga diambilkan dari sebagian mark-up.
Sebuah perusahaan atau sebuah umkm yang telah berdiri tentunya ingin berkembang
dan terus menjaga kelangsungan hidupnya, untuk itu pihak manajemen perlu perusahaan perlu
membuat kebijakan yang mengacu pada terciptanya efisiensi dan efektivitas kerja. Kebijakan
tersebut dapat berupa penetapan harga pokok produksi, yaitu dengan cara menekan harga
biaya produksi serendah mungkin dan tetap menjaga kualitas dari barang atau produk yang
dihasilkan, sehingga harga pokok produk satuan yang dihasilkan perusahaan tersebut dapat
bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis.
Proses perhitungan harga pokok produksi berguna untuk meningkatkan pengetahuan
bagi pemilik-pemilik perusahaan kecil khususnya umkm yang bergerak dalam bidang
produksi. Biaya-biaya produksi tersebut yaitu terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik baik yang bersifat variable maupun tetap sedangkan pada
metode variable costing biaya produksi yang diperhitungkan hanyalah yang bersifat variable
saja.
Dengan menentukan harga pokok produksi maka perusahaan dapat mengetahui biaya
produksi yang akan dikeluarkan, dan perussahaan dalam menentukan harga jual dari suatu
pesanan akan sesuai dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi
pesanan kepada pemesan ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk
memproduksi pesanan tersebut.
Dari gambar diatas adalah tampilan form untuk memasukkan segala jenis bahan baku
untuk melakukan proses produksi. Semua bahan yang akan di proses akan dimasukan ke
dalam sistem untuk dapat membuat kalkulasi perhitungan. Selanjutnya adalah dilakukan
proses memasukkan alat-alat yang digunakan seperti berikut ini :
Gambar 2. Form untuk memasukkan alat-alat yang digunakan
Gambar 2 adalah tampilan form untuk memasukkan segala jenis alat untuk melakukan
proses produksi. Semua alat yang akan di proses akan dimasukan ke dalam untuk dapat
membuat kalkulasi perhitungan dan didapat nilai penyusutan dari suatu alat tersebut, nilai
penyusutan ini dibuat karena ada bahan yang tidak habis sekali pakai. Estimasi nilai
penyusutan ini sebesar 10% sampai 20% dari harga tersebut.
Form Hitung HPP
Setelah proses memasukkan bahan dan alat selesai dilakukan, selanjutnya adalah
proses perhitungan untuk mendapatkan Harga Pokok Produksi yang murni seperti pada
berikut :