LANDASAN TEORI
Berdasarkan data pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa tekanan uap, titik
didih, dan titik beku air mengalami mengalami perubahan (naik atau turun)
apabila ke dalamnya dilarutkan suatu zat yang sukar menguap. Besarnya
perubahan tersebut tidak dipengaruhi oleh jenis zat yang dilarutkan ke dalam
air, tetapi lebih pada seberapa banyak zat yang dilarutkan.
Penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, dan penurunan titik beku,
dan tekanan osmosis larutan merupakan sifat koligatif larutan, yaitu sifat
larutan yang hanya ditentukan atau dipengaruhi oleh jumlah partikel zat
terlarut.
𝑛
𝑀=
𝑉
2. Molalitas
Molalitas menyatakan banyaknya mol zat terlarut di dalm setiap
1000 gram pelarut. Untuk dilarutkan dalam air, massa pelarut dapat
dinyatakan dalam volume pelarut, sebab massa jenis air adalah 1 gram/Ml.
Molalitas dinyatakan dengan rumus:
1000
𝑚=𝑛𝑥
𝑝
𝑛𝐴
𝑋𝐴 =
𝑛𝐴 + 𝑛𝐵
atau
𝑛𝐵
𝑋𝐵 =
𝑛𝐴 + 𝑛𝐵
Apabila fraksi mol dari masing-masing zat yang ada dalam larutan
dijumlahkan, secara keseluruhan nilainya adalah 1 (satu) atau:
𝑋𝐴 + 𝑋𝐵 = 1
Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi
gas. Ada kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan.
Kecepatan penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya
cairan akan semakin mudah menguap jika suhunya semakin tinggi.
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan
untuk melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi
uap. Jika ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap
dan membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang
menguap, karena sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat terlarut.
Besarnya penurunan ini di selidiki oleh Raoult lalu dirumuskan sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan
tekanan uap cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap
yang berada diatas permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya semakin
tinggi. Jumlah uap diatas permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada
tekanan tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan terjadi
pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan uap jenuh.
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi
penurunan tekanan uap. Pada suhu 20℃ tekanan uap air jenuh diatas
permukaan air adalah 17,53 mmHg. Besarnya penurunan tekanan uap air akibat
adanya zat terlarut disebut penurunan tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari
hubungan antara tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan
suatu kesimpulan bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi
mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya. Penurunan tekanan uap
menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas
larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan PA =
XA . PAo. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar
daripada tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut
berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.
𝑃 = 𝑃°. 𝑋𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
∆𝑃 = 𝑃° − 𝑃
Oleh karena 𝑃 = 𝑃°. 𝑋𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 , maka persamaan tersebut dapat ditulis menjadi:
∆𝑃 = 𝑃° − (𝑃°. 𝑋𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 )
∆𝑃 = 𝑃° − (1 − 𝑋𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 )
1 − 𝑋𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = 𝑋𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
∆𝑃 = 𝑃°. 𝑋𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik
beku. Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal
sebaliknya berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan
pelarut. Sifat ini dirumuskan sebagai berikut:
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair
yang menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan
menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat
tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan
udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas
pemukaan cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat
zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik
didih dari larutan tersebut.
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100℃. Hal itu berarti
tekanan uap air murni akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar)
pada saat air dipanaskan sampai 100℃. Dengan demikian bila tekanan udara
luar kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air kurang
dari 100℃.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka
pada suhu 100℃. tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu
belum mendidih. Untuk dapat mendidih (tekanan uap air mencapai 1 atm)
maka diperlukan suhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang
disebut kenaikan titik didih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb).
Dapat dirumuskan sebagai:
∆𝑇𝑏 = 𝐾𝑏 . 𝑚
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga
jarak antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya
tarik menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat
terlarut akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut
terhalang, akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu
yang lebih rendah. Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut
penurunan titik beku. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan
maka akan terjadi penurunan titik beku larutan tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan
sebanding dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik
beku pelarut (Kf) dinyatakan dengan persamaan:
∆𝑇𝑓 = 𝐾𝑓 . 𝑚
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan
penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya
peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat
yang tidak diketahui.
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di
sini kita hanya mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang
mengkristalkan dari larutan adalah pelarut murni. Jika zat terlarut mengkristal
bersama pelarut, maka situasinya akan lebih rumit. Pelarut padat murni berada
dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut, sebagimana
ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan demikian pula, berada dalam
kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika pelarut padat dan
pelarut dalam larutan berada bersama-sama, mereka harus memiliki tekanan
uap yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku larutan dapat diidentifikasi sebagi
suhu ketika kurva tekanan uap pelarut padat murninya berpotongan dengan
kurva larutan. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap
pelarut turun dan titik beku, yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut murni
mulai muncul, turun. Selisih dengan demikian bertanda negatif dan penurunan
titik beku dapat diamati.
Tetapan titik beku molal (Kf)
Pelarut Titik beku (oC) Kf (oC)
Air 0 1,86
Benzena 5,4 5,1
Fenol 39 7,3
Naftalena 80 7
Asam asetat 16,5 3,82
Kamfer 180 40
Nitrobenzena 5,6 6,9
F. Tekanan Osmosis (𝝅)
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
Maka tekanannya
𝑛𝑅𝑇
𝑃=
𝑉
Atau
𝜋 = 𝑀𝑅𝑇
Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff.
Penyimpangan ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air
menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini
dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan
sebagai berikut :
π = tekanan osmosis
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K-1mol-1 )
T = suhu mutlak (K)
Mula-mula : 𝑎 𝑚𝑜𝑙
c. Pengawetan Makanan
Sebelum teknik pendinginan untuk mengawetkan makanan
ditemukan, garam dapur digunakan untuk mengawetkan makanan.
Garam dapat membunuh mikroba penyebab makanan busuk yang
berada di permukaan makanan.
d. Membasmi Linta
Garam dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti lintah. Hal
ini karena garam yang ditaburkan pada permukaan tubuh lintah
mampu menyerap air yang ada dalam tubuh sehingga lintah akan
kekurangan air dalam tubuhnya.
e. Penyerapan Air oleh Akar Tanaman
Tanaman membutuhkan air dari dalam tanah. Air tersebut
diserap oleh tanaman melalui akar. Tanaman mengandung zat-zat
terlarut sehingga konsentrasinya lebih tinggi daripada air di sekitar
tanaman sehingga air dalam tanah dapat diserap oleh tanaman.