Anda di halaman 1dari 16

II.

LANDASAN TEORI

A. Sifat Koligatif Larutan


Jika suatu zat dilarutkan ke dalam suatu pelarut, sifat kimia dan sifat
fisika dari larutan yang terbentuk dapat saja terbentuk dapat saja berbeda
dengan sifat pelarut atau zat terlarutnya. Jumlah dan jenis zat terlarut akan
berpengaruh terhadap perubahan sifat-sifat tersebut.
Pada suhu 25°𝐶 di atas permukaan air uap air dengan tekanan 17,54
mmHg. Titik didih air sebesar 100°𝐶 dan titik beku air 0°𝐶. Nilai tekanan uap,
titik didih, dan titik beku air murni tersebut berbeda dengan nilai tekanan uap,
titik didih, dan titik beku larutan.

Tabel 1.1 Data Hasil Percobaan Sifat Larutan


Tekanan Uap Titik Titik
No. Larutan Konsentrasi Pada 20°𝐶 Didih Beku
(mmHg) (°𝐶) (°𝐶)
1 Gula 1 molal 17,23 100,52 -1,86
2 Gula 2 molal 16,93 101,04 -3,72
3 Urea 1 molal 17,23 100,52 -1,86
4 Urea 2 molal 16,93 101,04 -3,72
5 Glukosa 1 molal 17,23 100,52 -1,86
6 Glukosa 2 molal 16,93 101,04 -3,72

Berdasarkan data pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa tekanan uap, titik
didih, dan titik beku air mengalami mengalami perubahan (naik atau turun)
apabila ke dalamnya dilarutkan suatu zat yang sukar menguap. Besarnya
perubahan tersebut tidak dipengaruhi oleh jenis zat yang dilarutkan ke dalam
air, tetapi lebih pada seberapa banyak zat yang dilarutkan.
Penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, dan penurunan titik beku,
dan tekanan osmosis larutan merupakan sifat koligatif larutan, yaitu sifat
larutan yang hanya ditentukan atau dipengaruhi oleh jumlah partikel zat
terlarut.

B. Satuan Konsentrasi Larutan


Terdapat beberapa cara menyatakan konsentrasi zat dalam larutan,
contohnya persen (%), bagian perjuta atau part per million (ppm), molaritas,
molalitas, dan fraksi mol. Satuan konsentrasi yang terkait dengan sifat koligatif
larutan, yaitu molaritas (M), fraksi mol (X), dan molalitas (m).
1. Molaritas
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut di dalam setiap 1
liter larutan, dan dinyatakan dengan rumus:

𝑛
𝑀=
𝑉

dengan: M = molaritas larutan


n = jumlah mol zat terlarut
V = volume larutan

2. Molalitas
Molalitas menyatakan banyaknya mol zat terlarut di dalm setiap
1000 gram pelarut. Untuk dilarutkan dalam air, massa pelarut dapat
dinyatakan dalam volume pelarut, sebab massa jenis air adalah 1 gram/Ml.
Molalitas dinyatakan dengan rumus:

1000
𝑚=𝑛𝑥
𝑝

dengan: m = molaritas larutan


n = jumlah mol zat terlarut
p = volume larutan
3. Fraksi Mol (X)
Fraksi mol suatu zat di dalam suatu larutan menyatakan
perbandingan banyaknya mol dari zat tersebut terhadap jumlah mol
seluruh komponen dalam larutan. Jika nA zat A bercampur nB zat B, faraksi
mol zat A (XA) dan fraksi mol zat B (XB) dinyatakan dengan :

𝑛𝐴
𝑋𝐴 =
𝑛𝐴 + 𝑛𝐵

atau

𝑛𝐵
𝑋𝐵 =
𝑛𝐴 + 𝑛𝐵

Apabila fraksi mol dari masing-masing zat yang ada dalam larutan
dijumlahkan, secara keseluruhan nilainya adalah 1 (satu) atau:

𝑋𝐴 + 𝑋𝐵 = 1

C. Penurunan Tekanan Uap (∆𝑷)

Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi
gas. Ada kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan.
Kecepatan penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya
cairan akan semakin mudah menguap jika suhunya semakin tinggi.
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan
untuk melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi
uap. Jika ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap
dan membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang
menguap, karena sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat terlarut.
Besarnya penurunan ini di selidiki oleh Raoult lalu dirumuskan sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan
tekanan uap cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap
yang berada diatas permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya semakin
tinggi. Jumlah uap diatas permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada
tekanan tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan terjadi
pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan uap jenuh.
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi
penurunan tekanan uap. Pada suhu 20℃ tekanan uap air jenuh diatas
permukaan air adalah 17,53 mmHg. Besarnya penurunan tekanan uap air akibat
adanya zat terlarut disebut penurunan tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari
hubungan antara tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan
suatu kesimpulan bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi
mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya. Penurunan tekanan uap
menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas
larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan PA =
XA . PAo. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar
daripada tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut
berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.

𝑃 = 𝑃°. 𝑋𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

dengan: 𝑃 = tekanan uap larutan


𝑃°= tekanan uap pelarut murni
X = fraksi mol

Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat


terlarut. Untuk menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat
terlarut terhadap penurunan tekanan uap dapat dituliskan:

∆𝑃 = 𝑃° − 𝑃
Oleh karena 𝑃 = 𝑃°. 𝑋𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 , maka persamaan tersebut dapat ditulis menjadi:

∆𝑃 = 𝑃° − (𝑃°. 𝑋𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 )

∆𝑃 = 𝑃° − (1 − 𝑋𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 )

Telah diketahui bahwa 𝑋𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 + 𝑋𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = 1, sehingga:

1 − 𝑋𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = 𝑋𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

Dengan demikikian, nilai penurunan tekanan uap larutan dapat dirumuskan:

∆𝑃 = 𝑃°. 𝑋𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

dengan: ∆𝑃 = penurunan tekanan uap larutan


𝑃° = tekanan uap pelarut murni
𝑋𝑡 = fraksi mol zat terlarut

D. Kenaikan Titik Didih Larutan (∆𝑻𝒃)

Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik
beku. Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal
sebaliknya berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan
pelarut. Sifat ini dirumuskan sebagai berikut:
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair
yang menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan
menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat
tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan
udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas
pemukaan cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat
zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik
didih dari larutan tersebut.
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100℃. Hal itu berarti
tekanan uap air murni akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar)
pada saat air dipanaskan sampai 100℃. Dengan demikian bila tekanan udara
luar kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air kurang
dari 100℃.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka
pada suhu 100℃. tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu
belum mendidih. Untuk dapat mendidih (tekanan uap air mencapai 1 atm)
maka diperlukan suhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang
disebut kenaikan titik didih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb).
Dapat dirumuskan sebagai:

∆𝑇𝑏 = 𝐾𝑏 . 𝑚

Oleh karena molalitas larutan dirumuskan dengan:


1000
𝑚=𝑛𝑥
𝑝
Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:
1000
∆𝑇𝑏 = 𝐾𝑏 (𝑛 𝑥 )
𝑝

dengan: ∆𝑇𝑏 = kenaikan titik didih


𝐾𝑏 = tetapan kenaikan titik didih molal
m = molalitas dari zat terlarut
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Harga 𝑇𝑏 bervariasi untuk masing-masing pelarut. Kb diperoleh dengan
mengukur kenaikan titik didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui
(artinya, mengandung zat terlarut yang diketahui jumlah dan massa
molalnya). Titik didih larutan merupakan titik didih pelarut murni ditambah
dengan kenaikan titik didihnya atau Tb = Tb + Tb (Oxtoby, 2001).

E. Penurunan Titik Beku (∆𝑻𝒇 )

Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga
jarak antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya
tarik menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat
terlarut akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut
terhalang, akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu
yang lebih rendah. Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut
penurunan titik beku. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan
maka akan terjadi penurunan titik beku larutan tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan
sebanding dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik
beku pelarut (Kf) dinyatakan dengan persamaan:

∆𝑇𝑓 = 𝐾𝑓 . 𝑚

Oleh karena molalitas larutan dirumuskan dengan:


1000
𝑚=𝑛𝑥
𝑝
Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:
1000
∆𝑇𝑓 = 𝐾𝑓 (𝑛 𝑥 )
𝑝

dengan: ∆𝑇𝑓 = penurunan titik beku

𝐾𝑓 = tetapan penurunan titik beku molal


m = molalitas dari zat terlarut
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut

Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan
penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya
peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat
yang tidak diketahui.
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di
sini kita hanya mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang
mengkristalkan dari larutan adalah pelarut murni. Jika zat terlarut mengkristal
bersama pelarut, maka situasinya akan lebih rumit. Pelarut padat murni berada
dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut, sebagimana
ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan demikian pula, berada dalam
kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika pelarut padat dan
pelarut dalam larutan berada bersama-sama, mereka harus memiliki tekanan
uap yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku larutan dapat diidentifikasi sebagi
suhu ketika kurva tekanan uap pelarut padat murninya berpotongan dengan
kurva larutan. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap
pelarut turun dan titik beku, yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut murni
mulai muncul, turun. Selisih dengan demikian bertanda negatif dan penurunan
titik beku dapat diamati.
Tetapan titik beku molal (Kf)
Pelarut Titik beku (oC) Kf (oC)
Air 0 1,86
Benzena 5,4 5,1
Fenol 39 7,3
Naftalena 80 7
Asam asetat 16,5 3,82
Kamfer 180 40
Nitrobenzena 5,6 6,9
F. Tekanan Osmosis (𝝅)

Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab


peranannya penting dalam trasfor molekul melalui membran sel. Membran ini
disebut semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan
molekul besar seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel dapat
memisahkan molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar.
Peristiwa bergeraknya partikel (molekul atau ion) melalui dinding
semipermeabel disebut osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat dari tekanan
osmotik disebut tekanan osmotik. Besar tekanan osmotik diukur dengan alat
osmometer, dengan memberikan beban pada kenaikan permukaan larutan
menjadi sejajar pada permukaan sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari
larutan hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel.
Osmosis dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah
yang disebut tekanan osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan :
Berdasarkan persamaan gas ideal:

𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇

Maka tekanannya

𝑛𝑅𝑇
𝑃=
𝑉

Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan π, dari persamaan diatas


dapat diperoleh:
𝑛𝑅𝑇
𝜋=
𝑉

Atau

𝜋 = 𝑀𝑅𝑇
Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff.
Penyimpangan ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air
menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini
dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan
sebagai berikut :

π = tekanan osmosis
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K-1mol-1 )
T = suhu mutlak (K)

G. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit


Dalam konsentrasi yang sama, larutan elektrolit mengandung jumlah
yang lebih banyak daripada larutan nonelektrolit. Hal ini disebabkan di dalam
larutan elektrolit, zat terlarut akan terionisasi.
Menurut Van’t Hoff, besarnya nilai sifat koligatif larutan elektrolit akan
lebih besar daripada nilai sifat koligatif larutan nonelektrolit. Pada larutan
elektrolit, zat terlarut mengalami ionisasi dengan reaksi ionisasi sebagai
berikut.
A nB

Mula-mula : 𝑎 𝑚𝑜𝑙

Terurai : 𝑎𝛼 𝑚𝑜𝑙 𝑛𝑎𝛼

Akhir : 𝑎 − 𝑎𝛼 𝑚𝑜𝑙 𝑛𝑎𝛼

Setiap 𝑎 𝑚𝑜𝑙 A menghasilkan jumlah mol keseluruhan (A+B) sebanyak


(𝑎 − 𝑎𝛼 + 𝑛𝑎𝛼) 𝑚𝑜𝑙. Jika disederhanakan menjadi:
𝑎(1 − 𝛼 + 𝑛𝛼) 𝑚𝑜𝑙
𝑎(1 + 𝑛𝛼 − 𝛼) 𝑚𝑜𝑙
𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑎{1 + 𝛼(𝑛 − 1)} 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑎{1 + (𝑛 − 1)𝛼} 𝑚𝑜𝑙

Dengan demikian, terdapat faktor perkalian sebesar {1 + (𝑛 − 1)𝛼} dari


jumlah mol semula. Nilai ini disebut dengan faktor Van’t Hoff dan di beri
lambang(𝑖). Pembahasan tersebut menunjukkan bahwa nilai sifat koligatif
larutan elektrolit lebih tinggi daripada larutan nonelektrolit yang
konsentrasinya sama akibat terjadinya ionisasi pada larutan elektrolit sehingga
jumlah partikel yang ada dalam larutan bertambah.
Dengan memperhatikan faktor Van’t Hoff, maka rumusan sifat koligatif
untuk larutan elektrolit harus dikalikan dengan 𝑖.
𝑖 = 1 + (𝑛 − 1)𝛼
dengan: n = jumlah ion yang dihasilkan dari setiap satu-satuan rumus kimia
senyawa terlarut
𝛼 = derajat ionisasi (larutan elektrolit kuat umumnya dianggap = 1)

H. Penerapan Sifat Koligatif dalam Kehidupan Sehari-Hari


1. Penerapan Penurunan Tekanan Uap
Molekul-molekul zat cair yang meninggalkan permukaan
menyebabkan adanya tekanan uap zat cair. Semakin mudah molekul-
molekul zat cair berubah menjadi uap, makin tinggi pula tekanan uap zat
cair. Apabila tekanan zat cair tersebut dilarutkan oleh zat terlarut yang
tidak menguap, maka partikel-partikel zat terlarut ini akan mengurangi
penguapan molekul-molekul zat cair.
Laut mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap
pelarut oleh zat terlarut yang tidak mudah menguap. Air berkadar garam
sangat tinggi ini terletak di daerah gurun yang sangat panas dan kering,
serta tidak berhubungan dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat
terlarutnya semakin tinggi.
Pada saat berenang di laut mati, kita tidak akan tenggelam karena
konsentrasi zat terlarutnya yang sangat tinggi. Hal ini tentu saja, dapat
dimanfaatkan sebagai sarana hiburan atau rekreasi bagi manusia.
Penerapan prinsip yang sama dengan laut mati dapat kita temui di beberapa
tempat wisata di Indonesia yang berupa kolam apung.

2. Penerapan Penurunan Titik Beku


a. Membuat Campuran Pendingin
Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku
jauh di bawah 0oC. Cairan pendingin digunakan pada pabrik es, juga
digunakan untuk membuat es putar. Cairan pendingin dibuat dengan
melarutkan berbagai jenis garam ke dalam air.
Pada pembuatan es putar cairan pendingin dibuat dengan
mencampurkan garam dapur dengan kepingan es batu dalam sebuah
bejana berlapis kayu. Pada pencampuran itu, es batu akan mencair
sedangkan suhu campuran turun. Sementara itu, campuran bahan
pembuat es putar dimasukkan dalam bejana lain yang terbuat dari
bahan stainless steel. Bejana ini kemudian dimasukkan ke dalam
cairan pendingin, sambil terus-menerus diaduk sehingga campuran
membeku.

b. Antibeku pada Radiator Mobil


Di daerah beriklim dingin, ke dalam air radiator biasanya
ditambahkan etilen glikol. Di daerah beriklim dingin, air radiator
mudah membeku. Jika keadaan ini dibiarkan, maka radiator
kendaraan akan cepat rusak. Dengan penambahan etilen glikol ke
dalam air radiator diharapkan titik beku air dalam radiator menurun,
dengan kata lain air tidak mudah membeku.
c. Antibeku dalam Tubuh Hewan
Hewan-hewan yang tinggal di daerah beriklim dingin, seperti
beruang kutub, memanfaatkan prinsip sifat koligatif larutan
penurunan titik beku untuk bertahan hidup. Darah ikan-ikan laut
mengandung zat-zat antibeku yang mempu menurunkan titik beku air
hingga 0,8oC.
Dengan demikian, ikan laut dapat bertahan di musim dingin
yang suhunya mencapai 1,9oC karena zat antibeku yang dikandungnya
dapat mencegah pembentukan kristal es dalam jaringan dan selnya.
Hewan-hewan lain yang tubuhnya mengandung zat antibeku antara
lain serangga , ampibi, dan nematoda. Tubuh serangga mengandung
gliserol dan dimetil sulfoksida, ampibi mengandung glukosa dan
gliserol darah sedangkan nematoda mengandung gliserol dan
trihalose.
d. Antibeku untuk Mencairkan Salju
Di daerah yang mempunyai musim salju, setiap hujan salju
terjadi, jalanan dipenuhi es salju. Hal ini tentu saja membuat
kendaraan sulit untuk melaju. Untuk mengatasinya, jalanan bersalju
tersebut ditaburi campuran garam NaCL dan CaCl2.
Penaburan garam tersebut dapat mencairkan salju. Semakin
banyak garam yang ditaburkan, akan semakin banyak pula salju yang
mencair.
e. Menentukan Massa Molekul Relatif (Mr)
Pengukuran sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk
menentukan massa molekul relatif zat terlarut. Hal itu dapat dilakukan
karena sifat koligatif bergantung pada konsentrasi zat terlarut. Dengan
mengetahui massa zat terlarut (G) serta nilai penurunan titik bekunya,
maka massa molekul relatif zat terlarut itu dapat ditentukan.
3. Penerapan Tekanan Osmosis
a. Mengontrol Bentuk Sel
Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang sama
disebut isotonik. Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis
lebih rendah daripada larutan lain disebut hipotonik. Sementara itu,
larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih tinggi
daripada larutan lain disebut hipertonik.
Contoh larutan isotonik adalah cairan infus yang dimasukkan ke
dalam darah. Cairan infus harus isotonik dengan cairan intrasel agar
tidak terjadi osmosis, baik ke dalam ataupun ke luar sel darah. Dengan
demikian, sel-sel darah tidak mengalami kerusakan.
b. Mesin Cuci Darah
Pasien penderita gagal ginjal harus menjalani terapi cuci
darah. Terapi menggunakan metode dialisis, yaitu proses
perpindahan molekul kecil-kecil seperti urea melalui membran
semipermeabel dan masuk ke cairan lain, kemudian dibuang.
Membran tak dapat ditembus oleh molekul besar seperti protein
sehingga akan tetap berada di dalam darah.

c. Pengawetan Makanan
Sebelum teknik pendinginan untuk mengawetkan makanan
ditemukan, garam dapur digunakan untuk mengawetkan makanan.
Garam dapat membunuh mikroba penyebab makanan busuk yang
berada di permukaan makanan.

d. Membasmi Linta
Garam dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti lintah. Hal
ini karena garam yang ditaburkan pada permukaan tubuh lintah
mampu menyerap air yang ada dalam tubuh sehingga lintah akan
kekurangan air dalam tubuhnya.
e. Penyerapan Air oleh Akar Tanaman
Tanaman membutuhkan air dari dalam tanah. Air tersebut
diserap oleh tanaman melalui akar. Tanaman mengandung zat-zat
terlarut sehingga konsentrasinya lebih tinggi daripada air di sekitar
tanaman sehingga air dalam tanah dapat diserap oleh tanaman.

f. Desalinasi Air Laut Melalui Osmosis Balik


Osmosis balik adalah perembesan pelarut dari larutan ke
pelarut, atau dari larutan yang lebih pekat ke larutan yang lebih encer.
Osmosis balik terjadi jika kepada larutan diberikan tekanan yang lebih
besar dari tekanan osmotiknya.
Osmosis balik digunakan untuk membuat air murni dari air laut.
Dengan memberi tekanan pada permukaan air laut yang lebih besar
daripada tekanan osmotiknya, air dipaksa untuk merembes dari air
asin ke dalam air murni melalui selaput yang permeabel untuk air
tetapi tidak untuk ion-ion dalam air laut. Tanpa tekanan yang cukup
besar, air secara spontan akan merembes dari air murni ke dalam air
asin. Penggunaan lain dari osmosis balik yaitu untuk memisahkan zat-
zat beracun dalam air limbah sebelum dilepas ke lingkungan bebas.

Anda mungkin juga menyukai