Anda di halaman 1dari 6

Menilik Permasalahan Sampah di

Surabaya

SAMPAH YANG MENJADI MOMOK PERMASALAHAN DI SETIAP


NEGARA, BAIK NEGARA MAJU MAUPUN BERKEMBANG : SAMPAH DI
SURABAYA MERUPAKAN PERMASALAHAN KITA BERSAMA SEBAGAI
WARGA KOTA BESAR

Kota Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan yang ada di Indonesia. Banyak
tempat-tempat pembuangan sampah yang salah. Masyarakat yang kurang memahami
lingkungan banyak yang menyemarinya dengan sampah. Dan di kota-kota besar seperti
Surabaya sering kali kita mendengar lewat media masa pada musim penghujan daerah
ini terkena banjir. Dikarenakan dari masyarakat yang membuang sampah yang
sembarangan seperti, membuang sampah di selokan, sungai, dan tempat umum lainnya.
Serta tempat pembuangan sementara yang kurang setrategis. Banyak masyarakat yang
tidak mengetahui pentingnya kesehatan bagi mereka. Tapi mereka tidak menanggapi
himbauan tersebut. Tempat pembuangan sampah seharusnya dijauhkan beberapa
kilometer dari pemukiman. Hal ini yang membuwat penykit-penyakit baru
bermunculan, dikarenakan tempat pembuangaan sampah dekat dengan pemukiman.

Hasil penelitian ini menyimpulkan, faktor utama penyebab banjir dan timbulnya
penyakit-penyakit di Kota Surabaya adalah sistem tempat pembuangan sampah. Faktor
utama ini didukung dengan faktor-faktor lainnya yaitu kurangnya tingkat kesadaran
untuk menjaga lingkungaan, kurangnya partisipasi masyarakat, sistem pengawasan
yang dilakukan, kurangnya koordinasi, pemberdayaan kelembagaan dalam pengaturan
tempat pembuangan sampah. Upaya yang perlu dilakukan guna meningkatkan
pemanfaatan sampah di Kota Surabaya adalah ; rencana tempat pembuangan sampaah
digunakan sebagai salah satu kriteria dalam pelaksanaan program lingkungan bersih,
melibatkan peran serta masyarakat sebesar-besarnya, meningkatkan kegiatan
sosialisasi tentang pembuangan sampah yang benar, meningkatkan kemampuan
petugas kebersihan yang selalu siaga, menyusun rencana penempatan sampah yng
setrategis dan tidak mengganggu kehidupan masyarakat.
Latar Belakang

Meskipun pengelolaan sampah dari sektor usaha hanya dapat menangani 29 persen dari
total sampah yang ada, namun terbukti lebih mudah dilaksanakan ketimbang sektor
masyarakat.Perkembangan dan kemajuan teknologi semenjak abad ke-20 tanpa diikuti
kesadaran lingkungan hidup telah banyak menyebabkan berbagai masalah lingkungan
di seluruh dunia. Seperti kita ketahui bersama lingkungan hidup merupakan faktor
utama dalam kelangsungan hidup manusia, pengelolaan lingkungan hidup atau sumber
daya alam yang tepat akan mampu memberikan mamfaat bagi hidup manusia itu
sendiri. Sebaliknya, eksploitasi yang berlebihan terhadap lingkungan hidup dapat
mendatangkan bencana bagi umat manusia itu sendiri.

Salah satu permasalan lingkungan adalah Pemanasan global, dan saat ini telah menjadi
permasalan dunia yang sangat serius dan memerlukan perhatian dan penanganan yang
tepat dari seluruh warga dunia. Kesadaran lingkungan. Teknologi tepat guna berbasis
ramah lingkungan, dan kurangnya pepohonan adalah salah satu faktor penyebabnya.
Oleh karena itu maka perlu dikenalkan pentingnya kesadaran lingkungan untuk masa
depan bumi dengan mengadakan seminar yang bertajuk.

Landasan Pemikiran

Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang penataan ruang, dalam pasal 1 ayat
(3) disebutkan bahwa penataan ruang terdiri dari tiga kegiatan utama, yaitu proses
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian rencana tata ruang. Pasal 15 ayat
1 menyatakan, bahwa pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program
pemanfaatan ruang yang didasarkan atas rencana tata ruang. Dalam penjelasan
ditegaskan bahwa penyelenggaraan pemanfaatan ruang tersebut, berkaitan
denganpemanfaatan ruang yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan swasta,
baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama. Maka pelaksanaan pembangunan
yang memanfaatkan ruang harus sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
diterapkan, sehingga pemanfaatan ruang tidak akan bertentangan dengan rencana tata
ruang pembuaangan sampah serta tempat pemukiman yang layak untuk dijadikan
tempat tinggal bagi masyarakat.

Pemerintah Kota Surabaya hampir seluruhnya telah memiliki Rencana Tata Ruang
pembuangan sampah dengan harapan dapat dijadikan instrumen kebijakan yang tepat
dalam pengaturan perkembangan fisik dan tata ruang tempat pembuangan sampah.
Pembangunan kota yang telah ditetapkan sebelumnya, dimana pencapaian kota yang
bersih, sehat dan indah. Namun demikian, kenyataan di lapangan bisa berbeda dengan
apa yang direncanakan. Mengingat dinamika perkembangan kota yang terjadi sangat
cepat, sebagaimana dikemukakan oleh para pakar, bahwa kota surabaya sebagai kota
yang metropolitan. Penataan tempat pembuangan sampah saat ini tidak lagi
diperhatikan oleh masyarakat. Dan kurang mengertinya dengan persoalan sampah dari
pihak masyarakat maupun pemerintah. Akar dai persoalan ini yang paling dalam adalah
antroposentrisme yakni maanusia sebagai sentral utama. Sejauh ini manajemen
persampahan di kota ini masih saja tidak mengena tepat pada sasaran. Perkembangan
Kota Surabaya merupakan titik awal diperlukannya pengendalian atas perubahan
penggunaan lahan sebagai tempat pembuangan sampah untuk dijadikan pemukiman
bagi masyarakat yang peerekonomiaanya lemah.

Mengingat kota Surabaya sebagai pintu gerbang Kawasan Indonesia Timur

mengakibatkan banyaknya permintaan akan kemajuan kota dan keindahaannya..


Perkembangan kota Surabaya ini ternyata tidak sejalan dengan rencana tempat
pembuangan sampah serta kelayaan pemukiman. Tempat pembuaangan sampah yang
seharusnya jauh dari pemukiman hal ini tidak diperhatikan oleh peemerintah, sehingga
masyarakat yang tidak berpikir luas menjadikan sebagai tempat pemukiman. Hal ini
berlarut-laarut hingga saat ini dan belum ada penanganan yang khusus dari pemerintah
kota Surabaya. Dari mayarakat sendiri juga tidak berusaha untuk hidup yang sejahtera
jauh dari penyakit.

Perubahan tempat pembuangan sampah terutama yang terjadi di wilayah perkotaan


disebabkan adanya pembangunan pemukiman bagi masyarakat yang kurang mampu di
wilayah tempat pembuangan sampah dimana pembangunannya mengkonsumsi lahan
pembuangan sampah di wilayah tersebut.

Penduduk yang terus meningkat setiap tahun di Kabupaten surabaya pada


kenyataannya diikuti oleh peningkatan luas lahan pemukiman. Peningkatan luasan
lahan terbangun tersebut sebagian besar mengkonversi lahan pembuangan sampah
yang ada sehingga luas lahan pembuanagan sampah menjadi berkurang.hal ini disertai
keadaan ekonomi bagi masyarakat kecil semakin lemah sehingga memperbesar angka
kemiskinan. Dalam hal ini pemerintah harus berupaya membuwat suatu program untuk
membenahi keadaan yang lebih baik. Yang diharapkan masyarakat selama ini
mempunyai tempat tinggal atu pemukiman yang layak, bersih, sehat, indah dan dapat
hidup dengan rasa aman sejahtera. Serta jauh dari yang menimbulkan penyakit ataupun
banjir.

SAMPAH sebanyak itu tentunya menjadi beban tersendiri bagi sebuah kota. Bukan
hanya beban ruang dan daya tampung. Tapi juga persoalan kesehatan serta keindahan,
dengan kata lain fenomena permasalahan sampah baik langsung maupun tidak,
memiliki dampak bagi penduduk perkotaan.

Selain menimbulkan bau dan sumber berbagai penyakit menular, juga pudarnya
nilai-nilai keindahan kota karena maraknya tumpukan-tumpukan sampah. Pada sisi
lain, sampah merupakan persoalan abadi bagi masyarakat. Sebab, sampah adalah bukti
akan adanya aktivitas masyarakat.

Persoalan ini terus berlanjut dikarenakan aktivitas dan jumlah penduduk terus
bertambah. Artinya volume sampah yang dihasilkan masyarakat akan bertambah.
Contohnya di Kota Surabaya. Menurut studi Japan International Cooperation Agency
(JICA), peningkatan laju rata-rata tahunan volume sampah sebesar 5 persen. Sebab,
pertambahan penduduk 1,6 persen per tahun meningkatkan volume sampah per kapita
sekitar 3,4 persen/tahun untuk periode 1992 2010 di Surabaya (Savitri, 2002).

Hasil studi penanganan sampah di wilayah Surabaya Metropolitan (2002)


menunjukkan bahwa pada 2001 jumlah volume sampah Kota Surabaya per hari adalah
5.405,12 m3. Jadi, dapat diprediksi jumlah volume sampah 2005 adalah 6.569,957 m3.
Menurut Kun Sri Budiasih, M.Si., dosen Jurusan Kimia MIPA UNY, sampah yang
menumpuk akan mengakibatkan beberapa hal.

Pertama, lingkungan menjadi terlihat kumuh, kotor, dan jorok. Ini menjadi tempat yang
subur bagi organisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Juga
merupakan sarang lalat, tikus, dan hewan liar lainnya. Dengan demikian, sampah
berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit.

Kedua, sampah yang membusuk menimbulkan bau tak sedap dan berbahaya bagi
kesehatan. Air yang dikeluarkan (lindi) juga dapat menimbulkan pencemaran sumur,
sungai, dan air tanah. Ketiga, sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat
menyumbat saluran drainase sehingga menimbulkan bahaya banjir.

Keempat, pengumpulan sampah dalam jumlah besar memerlukan tempat yang luas,
tertutup, dan jauh dari pemukiman.

Berkaca dari keempat hal di atas, dapat kita ketahui bahwa mengelola sampah bukanlah
persoalan sederhana. Dibutuhkan perencanaan yang matang agar sampah yang identik
dengan barang yang tidak terpakai lagi, menjadi komponen yang tetap menghasilkan
nilai tambah bagi masyarakat.

Sebenarnya sudah begitu banyak teknologi mengembangkan sampah menjadi sesuatu


yang produktif. Lewat daur ulang sampah yang baik, mampu menjadi kompos, energi
listrik, energi gas, dan lainnya.

Sehingga, tetap memiliki nilai ekonomis tinggi. Tetapi untuk menuju ke sana
dibutuhkan upaya sangat serius dari pemerintah daerah. Daerah perkotaan akan
mengalami persoalan persampahan sampai benar-benar ada sistem yang mendukung
dalam menanggulangi persoalan sampah.
Penanganan persoalan sampah di perkotaan kini masih cenderung konvensional dan
tradisional. Dengan kata lain, masih mengandalkan cara-cara yang tidak lagi sesuai
dengan kondisi hari ini. Penanganan sampah saat ini di daerah perkotaan masih
mengandalkan manusia sebagai aktor utama.

Mulai dari pengumpulan sampah sampai dibuang ke TPA. Tanpa ada upaya kreatif
lainnya sehingga tumpukan sampah di TPA mengalami kelebihan kapasitas. Jadi, dapat
menimbulkan banyak persoalan baru.

Pada sisi lain, kesadaran masyarakat perkotaan masih sangat lemah dalam
memberlakukan sampah. Sehingga, penanganan sampah di daerah perkotaan menjadi
tak tertangani. Kesadaran masyarakat yang rendah dapat diakibatkan beberapa faktor.
Antara lain lemahnya proses penyadaran dari pemerintah terkait persoalan sampah dan
kurangnya daya dukung terhadap penanggulangan sampah. Seperti sarana dan
prasarana, tenaga teknis, sampai TPA.

Melihat persoalan di atas, ada beberapa hal yang harus dilakukan pemerintah daerah.
Pertama, aspek teknis. Aspek teknis penanganan sampah daerah perkotaan ini lebih
diarahkan ke pemenuhan yang berhubungan dengan persoalan teknis di lapangan.
Seperti sarana dan sarana kebutuhan penanganan sampah.

Keterbatasan tersedianya sarana-prasarana antara lain penampungan sementara yang


memadai dan mudah terjangkau, armada angkut yang mencukupi, tenaga teknis,
sampai pembuangan akhir yang representatif dan terkelola dengan baik akan cukup
membantu mengatasi persoalan ini.

Pada sisi lain, pemerintah harus senantiasa melakukan kampanye agar masyarakat
memiliki kesadaran tinggi ke kebersihan lingkungan. Lalu belum kreatifnya
masyarakat maupun pemerintah daerah dalam mengolah sampah menjadi komuditas
produktif. Misalkan kompos dan pengolahan sampah lainnya mendorong penumpukan
sampah yang tidak produktif.

Seharusnya, pemerintah daerah mengupayakan pengolahan sampah secara


berkelanjutan sehingga memiliki nilai tambah ekonomis. Hal yang paling sederhana
adalah menjadikan sampah sebagai pupuk organik/pupuk kompos. Kedua, aspek
kelembagaan, aspek kelembagaan dalam penanganan masalah sampah lebih diarahkan
kepada pengolahan dan penanganan sampah secara cepat.

Terkadang, aspek birokrasi di level pemerintah daerah yang membuat penanganan


masalah sampah menjadi lambat. Konflik kepentingan antar dinas membuat
penanganan sampah menjadi terbengkalai. Ketidakjelasan kewenangan dalam
menangani sampah masih sering dijumpai apakah kewenangan Dinas Kebersihan dan
Dinas Tata Kota.
Belum lagi turunan ke bawahnya. Ada kecamatan, kelurahan, dan rukun tetangga.
Langkah yang sederhana yang dapat dilakukan pemerintah daerah adalah dengan
menswastanisasi pengelolaan masalah sampah mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, sampai evaluasi.

Pemerintah daerah hanya sebatas monitoring dan evaluasi, tentunya pihak swasta harus
mendapatkan target tertentu dan terukur dari pemerintah terutama terkait peningkatan
pendapatan daerah yang berasal dari retribusi sampah.

Ketiga, keuangan serta manajemen, aspek keuangan dan manajemen merupakan aspek
terpenting dari pengelolaan sampah. Mengingat ujung dari pengelolaan sampah selain
didapat lingkungan yang bersih, juga bagaimana mampu meningkatkan pendapatan asli
daerah. Selain itu, pengalokasian dana dari pemerintah daerah untuk menangani
problem persampahan diharapkan maksimal.

Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan manajemen yang tersusun rapi dan
kejelasan tanggung jawab. Memperpendek alur birokrasi dan menggerakkan semua
potensi untuk menanggulangi problem persampahan menjadi syarat mutlak agar
sampah di perkotaan menjadi satu komoditas yang bernilai ekonomis.

Anda mungkin juga menyukai