Anda di halaman 1dari 29

PANDUAN

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
RS SINAR KASIH
PURWOKERTO

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ ii
BAB I :DEFINISI.......................................................................................................................................... 1
BAB II : RUANG LINGKUP ....................................................................................................................... 2
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................................................... 2
B. TUJUAN ........................................................................................................................................... 3
C. RUANG LINGKUP .......................................................................................................................... 3
BAB III : TATA LAKSANA ........................................................................................................................ 4
A. PRINSIP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ....................................................................................... 4
B. PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK .................................................................................................. 5
C. PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ..................................................................................................... 10
BAB IV : DOKUMENTASI ....................................................................................................................... 20
A. TABEL REKONSTITUSI ANTIBIOTIK ...................................................................................... 20
B. TABEL KOMPATIBILITAS ANTIBIOTIK DENGAN LARUTAN INFUS ............................... 26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................. 27

ii
PANDUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK RUMAH SAKIT SINAR KASIH
PURWOKERTO

BAB I
DEFINISI

Dalam Panduan Penggunaan Antibiotik RS Sinar Kasih, memiliki beberapa istilah yang
didefinisikan sebagai berikut :
1. Antibiotik
Antibiotik adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutamafungi dan bakteri tanah,
yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain sedangkan
toksisitasnyaterhadap manusia relatif kecil.
2. Antibiotik Kombinasi
Pemberian antibiotik lebih dari satu jenis untuk mengatasi infeksi.
3. Kadar Hambat Minimal (KHM) atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC)
Kadar Hambat Minimal (KHM) atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC) adalah
kadar terendah antibiotik (μg/mL) yang mampu menghambat tumbuh dan berkembangnya
bakteri.
4. Penggunaan antibiotik bijak
Penggunaan antibiotik bijak adalah penggunaan antibiotik denganspektrum sempit,
pada indikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat, intervaldanlama pemberian
yangtepat.
5. Pemberian antibiotik profilaksis
Pemberian antibiotik profilaksis adalah pemberian antibiotik sebelum adanya tanda-tanda
dan gejala suatu infeksi dengan tujuan mencegah terjadinya manifestasi klinis infeksi
tersebut yang diduga dapat terjadi.
6. Penggunaan antibiotik empiris
Penggunaan antibiotik empiris adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang
belum diketahui jenis bakteri penyebabnya.
7. Penggunaan antibiotik definitif
Penggunaan antibiotik definitif adalah penggunaanantibiotik pada kasus infeksi yang
sudah diketahui jenisbakteripenyebab dan pola resistensinya
8. Resistensi
Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan daya kerja
antibiotik.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
penting, khususnya di negara berkembang, demikian pula di Indonesia masih termasuk
dalam sepuluh penyakit terbanyak. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah antimikroba antara lain antibakteri/ antibiotik, antijamur, antivirus,
antiprotozoa. Antibiotik merupakan obat yang digunakan paling banyak digunakan pada
infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Peresepan antibiotik di Indonesia yang cukup tinggi
dan kurang akan meningkatkan kejadian resistensi. Berbagai studi menemukan bahwa
sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-
penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Dampak resistensi terhadap
antibiotik adalah meningkatnya morbiditas, mortalitas dan memberi dampak negatif
terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi.
Di rumah sakit, penggunaan antibiotik yang tidak perlu atau berlebihan
mendorong berkembangnya resistensi dan multipel resisten terhadap bakteri tertentu yang
akan menyebar melalui infeksi silang. Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah
sakit, tetapi lambat laun juga berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya
Streptococcus pneumoniae (SP), Staphylococcus aureus, dan Eschericia coli. Beberapa
kuman resisten antibiotik sudah banyak ditemukan di seluruh dunia, yaitu Methicillin-
Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), Vancomycin-Resistant Eneterococci (VRE),
Penicillin-Resistant Pneumococcci, Klebsiella pneumoniae yang menghasilkan Extended-
Spectrum Beta-Lactamase (ESBL), Carbapenem-Resistant Acinetobacter baumannii dan
Multiresistant Mycobacterium tuberculosis. Terdapat hubungan antara penggunaan
antibiotik dengan timbulnya resistensi bakteri penyebab infeksi nosokomial. Resistensi
tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diperlambat melalui penggunaan antibiotik yang
bijak. Hal tersebut membutuhkan kebijakan dan program pengendalian antibiotik yang
efektif (Guzman-Blanco et al. 2000; Stevenson et.al. 2005)
Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) terbukti
dari 2494 individu di masyarakat, 43% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis
antibiotik antara lain : ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%) dan kloramfenikol (25%).
Hasil penelitian 781 pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan 81% Escherichia coli
resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%), kotrimoksazol (56%),
kloramfenikol (43%), siprofloksasin (22%), dan gentamisin (18%).
Untuk mengoptimalkan penggunaan antibiotik secara bijak (prudent use of
antibiotics), perlu disusun Panduan Penggunaan Antibiotik. Penggunaan antibiotik yang
terkendali dapat mencegah munculnya resistensi antimikroba dan menghemat
penggunaan antibiotik yang pada akhirnya akan mengurangi beban biaya perawatan
pasien, mempersingkat lama perawatan, penghematan bagi rumah sakit serta
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.

2
B. TUJUAN
1. Menjadi panduan dalam pengambilan keputusan penggunaan antibiotik secara
rasional bagi dokter.
2. Memberikan dasar rasional bagi penggunaan antibiotik.
3. Meningkatkan efektivitas klinik yang tinggi dalam perawatan penderita.
4. Mencegah terjadinya kejadian resistensi kuman terhadap antibiotik di rumah sakit.

C. RUANG LINGKUP
 Panduan penggunaan antibiotik ini berisi tentang, antara lain :
1. Prinsip Penggunaan Antibiotik
2. Penggolongan Antibiotik
3. Penggunaan Antibiotik
 Panduan ini diterapkan kepada tim pencegahan dan pengendalian infeksi, komite farmasi
dan terapi, pelayanan medik (komite medik dan keperawatan) serta instalasi farmasi.
 Kewajiban dan tanggung jawab :
1. Instalasi Farmasi
a. Merekomendasikan pedoman antibiotik nasional.
b. Melakukan pengelolaan antibiotik melalui sistem satu pintu.
c. Menjadi panduan apoteker dalam memberikan pelayanan kefarmasian terkait
dengan penggunaan antibiotik.
d. Bekerjasama dengan tim PPI, KFT, pelayanan medik untuk menerapkan panduan
penggunaan antibiotik dalam pelayanan kesehatan rumah sakit.
2. Keperawatan
a. Memastikan seluruh anggota keperawatan dapat memahami prosedur penggunaan
antibiotik.
b. Menerapkan panduan penggunaan antibiotik dalam proses pelayanan medik.
3. Komite Medik
a. Memastikan seluruh anggota komite medik dapat memahami prosedur peresepan
antibiotik.
b. Menerapkan panduan penggunaan antibiotik.
4. Komite Farmasi dan Terapi
a. Mengkoordinasi hasil penyusunan panduan penggunaan antibiotik.
b. Mengkoreksi hasil panduan penggunaan antibiotik dalam proses pelayanan
kesehatan di RS Sinar Kasih.
c. Bersama Tim PPI melakukan monitoing dan evaluasi penerapan panduan
penggunaan antibiotik.
5. Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
a. Merekomendasikan hasil penyusunan panduan penggunaan antibiotik
b. Bersama KFT melakukan monitoing dan evaluasi penerapan panduan
penggunaan antibiotik.

3
BAB III
TATA LAKSANA

Panduan Penggunaan Antibiotik diperlukan untuk memberikan dasar rasional bagi


penggunaan antibiotik di RS Sinar Kasih. Panduan yang disajikan hanyalah untuk
memberikan kesepakatan dokter memilih antibiotik yang paling sesuai dengan kasus yang
dihadapi. Penggunaan antibiotik secara rasional adalah tepat indikasi, tepat penderita, tepat
obat, tepat dosis regimen dan waspada terhadap efek samping obat. Elemen-elemen yang
diatur sebagai berikut :

A. PRINSIP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK


1. Faktor–Faktor yang Harus Dipertimbangkan pada Penggunaan Antibiotik
a. Resistensi Mikroorganisme Terhadap Antibiotik
Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu :
1) Merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi
2) Mengubah reseptor titik tangkap antibiotik.
3) Mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri.
4) Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan sifat dinding
sel bakteri.
5) Antibiotik masuk ke dalam sel bakteri tetapi segera dikeluarkan dari dalam sel
melalui mekanisme transpor aktif keluar sel.
b. Faktor Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Pemahaman mengenai sifat farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik
sangat diperlukan untuk menetapkan jenis dan dosis antibiotik secara tepat. Agar
dapat menunjukkan aktivitasnya sebagai bakterisida ataupun bakteriostatik,
antibiotik harus memiliki beberapa sifat berikutini:
1) Aktivitas mikrobiologi. Antibiotik harus terikat pada tempat ikatan
spesifiknya (misalnya ribosom atau ikatan penisilin pada protein).
2) Kadar antibiotik pada tempat infeksi harus cukup tinggi. Semakin tinggi
kadar antibiotik semakin banyak tempat ikatannya pada sel bakteri.
3) Antibiotik harus tetap berada pada tempat ikatannya untuk waktu yang cukup
memadai agar diperoleh efek yang adekuat.
4) Kadar hambat minimal. Kadar ini menggambarkan jumlah minimal obat
yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
c. Faktor Interaksi dan Efek Samping Obat
Pemberian antibiotik secara bersamaan dengan antibiotik lain, obat lain atau
makanan dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan. Efek dari interaksi
yang dapat terjadi cukup beragam mulai dari yang ringan seperti penurunan
aborpsi obat atau penundaan absorpsi hingga meningkatkan efek toksik obat
lainnya. Sebagai contoh pemberian siprofloksasin bersama dengan teofilin dapat
meningkatkan kadar teofilin dan dapat beresiko terjadinya henti jantung atau
kerusakan otak permanen. Demikian juga pemberian doksisiklin bersama dengan
digoksin akan meningkatkan efek toksik dari digoksin yang bisa fatal bagi
pasien.
d. Faktor Biaya
Peresepan antibiotik yang mahal dengan harga di luar batas kemampuan
keuangan pasien akan berdampak pada tidak terbelinya antibiotik oleh pasien

4
sehingga mengakibatkan terjadinya kegagalan terapi. Setepat apapun antibiotik
yang diresepkan apabila jauh dari tingkat kemampuan keuangan pasien tentu
tidak akan bermanfaat.

2. Prinsip Penggunaan Antibiotik secara Bijak


a. Kebijakan penggunaan antibiotik (antibiotic policy) ditandai dengan
pembatasan penggunaan antibiotik dan mengutamakan penggunaan antibiotik
lini pertama.
b. Pembatasan penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan menerapkan
pedoman penggunaan antibiotik, penerapan penggunaan antibiotik secara
terbatas (restricted), dan penerapan kewenangan dalam penggunaan antibiotik
tertentu (reserved antibiotics).
c. Indikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan menegakkan diagnosis
penyakit infeksi, menggunakan informasi klinis dan hasil pemeriksaan
laboratorium seperti mikrobiologi, serologi, dan penunjang lainnya.
Antibiotik tidak diberikan pada penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
atau penyakit yang dapat sembuh sendiri(self-limited).
d. Pemilihan antibiotik harus berdasar pada :
1) Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan pola kepekaan
kuman terhadap antibiotik.
2) Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan kuman penyebab infeksi.
3) Profil farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik.
4) Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasil mikrobiologi dan
keadaan klinis pasien serta ketersediaan obat.
5) Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost effective dan aman.

B. PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK
1. Secara umum terdapat dua kelompok antibiotik berdasarkan sifat
farmakokinetikanya yaitu;
a. Time dependent killing. Lamanya antibiotik berada dalam darah dalam
kadar diatas KHM sangat penting untuk memperkirakan outcome klinik
ataupun kesembuhan. Pada kelompok ini kadar antibiotik dalam darah diatas
KHM paling tidak selama 50% interval dosis. Contoh antibiotik yang
tergolong time dependent killing antara lain penisilin, sefalosporin, dan
makrolida).
b. Concentrationdependent. Semakin tinggi kadar antibiotika dalam darah
melampaui KHM maka semakin tinggi pula daya bunuhnya terhadap bakteri.
Untuk kelompok ini diperlukan rasio kadar/KHM sekitar10.
Ini mengandung arti bahwa rejimen dosis yang dipilih haruslah memiliki
kadar dalam serum atau jaringan 10 kali lebih tinggi dari KHM. Jika gagal
mencapai kadar ini di tempat infeksi atau jaringan akan mengakibatkan
kegagalan terapi. Situasi inilah yang selanjutnya menjadi salah satu penyebab
timbulnya resistensi.
2. Pemilihan antibiotik berdasarkan tujuan pemberian antibiotik, yaitu :
a. Antibiotik Profilaksis
Antibiotik digunakan bagi penderita yang belum terkena infeksi tetapi
diduga mempunyai peluang besar untuk mendapatkannya, atau bila terkena

5
infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi penderita. Prinsip
penggunaan antibiotik profilaksis selain tepat dalam pemilihan jenis juga
mempertimbangkan konsentrasi antibodi dalam jaringan saat mulai dan
selama operasi berlangsung. Indikasi penggunaan antibiotik profilaksis
didasarkan kelas operasi, yaitu operasi bersih dan bersih terkontaminasi.
Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sesuai
dengan sensitifitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus
bersangkutan, spektrum sempit untuk mengurangi resiko resistensi bakteri,
toksisitas rendah, tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian
obat anestesi, bersifat bakterisidal, dan harga terjangkau.
Dosis pemberian untuk menjamin kadar puncak yang tinggi harus
mencapai kadar hambat minimal hingga 2 kali lipat kadar terapi. Durasi
pemberian adalah dosis tunggal. Dosis ulangan dapat diberikan atas indikasi
perdarahan lebih dari 1500 mL atau operasi berlangsung lebih dari 8 jam.
Lama jangka waktu pemberian profilaksis harus sesingkat mungkin, pada
umumnya tidak lebih dari 24 jam, kecuali pada beberapa jenis tindakan sperti
pemasangan implan, kateter intravaskular, episiiotomi, drain di dalam rongga
serebrospinalis, maka profilaksis dapat diberikan lebih lama.
Antibiotik profilaksis terbagi menjadi 2, yaitu:
1) Profilaksis Bedah
Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca
operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda
infeksi dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi luka operasi.
Perlu ”educatec guess” yang baik untuk memperhitungkan jenis
kuman yang paling besar kemungkinannya menimbulkan infeksi
tertentu.
Tujuan pemberian adalah penurunan morbiditas dan mortalitas
pasca operasi, mencegah infeksi oleh mikroorganisme yang
diperkirakan dapat timbul pada tempat operasi, penghambatan muncul
flora normal resisten dan pencegahan infeksi pada tempat dengan
resiko infeksi tinggi, misalnya implan prostetik atau endokard yang
rusak oleh mikroorganisme yang masuk ke dalam darah sebagai
akibat intervensi di tempat lain (cabut gigi, operasi rongga mulut, dan
sebagainya).
Dalam hal cara (rute) pemberian hendaknya diupayakan agar
antibiotik sudah mencapai konsentrasi di dalam darah atau jaringan
yang lebih tinggi dari konsentrasi hambat minimal dari jenis-jenis
kuman yang diperkirakan mengkontaminasi lapangan operasi.
Antibiotik profilaksis diberikan secara intravena dan untuk
menghindari resiko yang tidak diharapkan dianjurkan pemberian
antibiotik intravena drip.
Waktu pemberian antibiotik profilaksis diberikan ≤ 30 menit
sebelum insisi kulit. Idealnya diberikan pada saat induksi anestesi.
Pemilihan antibiotik menggunakan sefalosporin generasi I-II untuk
profilaksis bedah. Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan
bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol. Tidak dianjurkan
menggunakan sefalosporin generasi III dan IV, golongan
karbapenem, dan golongan kuinolon untuk profilaksis bedah.

6
2) Profilaksis Non Bedah
Pada umumnya prinsip-prinsip pemberian antibiotik
profilaksis non bedah tidak hanya berbeda dengan bedah, hanya saja
lama pemberian profilaksis dapat bervariasi.
 Pencegahan infeksi komunitas (community acquired infection)
pada orang yang telah terpapar mikroorganisme yang diketahui
misalnya orang yang mempunyai kontak erat tetapi belum kebal.
Sebagai contoh :
 Tuberkulosis : Untuk pencegahan penyakit TBC,
penderita dengan reaksi konversi tuberkulin atau anak-
anak dengan reaksi tuberkulin yang sangat kuat perlu
diberikan profilaksis selama 1 tahun.
 Meningitis : Penyebab Hemophyllus influenza Tipe B,
profilaksis diberikan selama 4 hari sedangkan yang
disebabkan Neisseria menigitidis profilaksis diberikan
selama 2 hari.
 Pencegahan infeksi di rumah sakit pada penderita dengan
penurunan imunitas tubuh (immunocompromised), misalnya
pada pemberian kemoterapi yang intensif.
 Pencegahan agar penyakit tidak kambuh misalnya : demam
rematik dimana profilaksis diberikan secara kontinyu selama
beberapa tahun.

Adapun kebijakan khusus penggunaan anibiotik yang digunakan di RS Sinar


Kasih Purwokerto adalah:

No Lini Jenis Antibiotik PJ


Amoksisilin Dokter Umum
Eritromisin Dokter spesialis
1. Lini 1
Sulfametoxazol
Cefadroxil
Amoxiclav Dokter Umum
Ceftriaxone Dokter Spesialis
2. Lini 2 Cefixime
Ampisilin Sulbactam
Ciprofloxacin
Ceftazidim Dokter umum
Cefeperazon Dokter Spesialis
Sulbactam
3. Lini 3
Levofloxacin
Fosfomycin
Aztitromisin
Dokter umum
4. Lini 4 Meropenem Dokter Spesialis

7
Tabel 1. Kelas Operasi dan Penggunaan Antibiotik Profilaksis

KelasOperasi Definisi PenggunaanAntibiotik

Operasi Operasi yang dilakukan pada daerah Kelas operasi bersih


Bersih dengan kondisi prabedah tanpa terencana umumnya tidak
infeksi, tanpa membuka traktus memerlukan antibiotik
(respiratorius,gastro intestinal, profilaksis kecuali pada
urinarius,bilier), operasi beberapa jenis operasi,
terencana,atau penutupan kulit misalnya mata,jantung, dan
primer dengan atau tanpa digunakan sendi.
drain tertutup.

Operasi Operasi yang dilakukan pada traktus Pemberian antibiotika


Bersih– (digestivus,bilier,urinarius, profilaksis pada kelas
Kontaminasi respiratorius,reproduksi operasi bersih kontaminasi
kecualiovarium) atau operasi tanpa perlu dipertimbangkan
disertai kontaminasi yang nyata. manfaat dan risikonya
karena bukti ilmiah
mengenai efektivitas
antibiotik profilaksis
Belum ditemukan.

Operasi Operasi yang membuka saluran cerna, Kelas operasi kontaminasi


Kontaminasi saluran empedu, saluran kemih, memerlukan antibiotik terapi
saluran napas sampai orofaring, (bukan profilaksis).
saluran reproduksi kecuali ovarium
atau operasi yang tanpa pencemaran
nyata (GrossSpillage).

Operasi Kotor Adalah operasi pada perforasi Kelas operasi kotor


saluran cerna, saluran Memerlukan antibiotik
urogenital atau saluran napas terapi.
yang terinfeksi ataupun
operasi yang melibatkan
daerah yang purulen (inflamasi
bakterial).
Dapat pula operasi pada luka
terbuka lebih dari 4 jam
setelah kejadian atau terdapat

8
jaringan nonvital yang luas
atau nyata kotor.

b. Antibiotik Terapetik
Pemberian antibiotik terapetik dilakukan atas dasar penggunaannya secara
empirik atau terarah pada kuman penyebab yang ditemukannya. Oleh
karena itu, penggunaan antibiotik terapetik dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu :
penggunaan antibiotik secara empirik dan penggunaan antibiotik definitif.
1) Antibiotik Terapi Empiris
Tujuan penggunaan antibiotik untuk terapi empiris adalah
eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga
menjadi penyebab infeksi, sebelum diperoleh hasil pemeriksaan
mikrobiologi.
Indikasi ditemukan sindrom klinis yang mengarah pada
keterlibatan bakteri tertentu yang paling sering menjadi penyebab
infeksi antara lain : dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotikdata
epidemiologi dan pola resistensi bakteri yang tersedia di komunitas
atau di rumah sakit setempat, kondisi klinis pasien, ketersediaan
antibiotik, kemampuan antibiotik untuk menembus ke dalam
jaringan/ organ yang terinfeksi, dan untuk infeksi berat yang diduga
disebabkan oleh polimikroba dapat digunakan antibiotik kombinasi.
Rute pemberian pilihan pertama adalah antibiotik oral untuk
terapi infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat dapat
dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral. Lama
pemberian antibiotik empiris adalah jangka waktu 48-72 jam.
Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data
mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya.
2) Antibiotik Terapi Definitif
Tujuan pemberian antibiotik terapi definitif adlah eradikasi
atau penghambatan pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab
infeksi, berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi. Indikasi sesuai
dengan hasil mikrobiologi yang menjadi penyebab infeksi. Dasar
pemilihan jenis dan dosis antibiotik antara lain efikasi klinik dan
keamanan berdasarkan hasil uji klinik, sensitivitas, biaya, kondisi
klinis pasien, diutamakan antibiotik lini pertama/ spektrum sempit,
ketersediaan antibiotik sesuai formularium, dan paling kecil
memunculkan risiko terjadi bakteri resisten.
Rute pemberian pilihan pertama adalah antibiotik oral. Pada
infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan
antibiotik parenteral. Jika kondisi pasien memungkinkan, pemberian
antibiotik parenteral harus segera diganti per oral. Lama pemberian
antibiotik definitif berdasarkan pada efikasi klinis untuk eradikasi
bakteri sesuai diagnosis awal yang telah dikonfirmasi. Selanjutnya
harus dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi
klinis pasien serta data penunjang lainnya.

9
C. PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
1. Penggunaan Antibiotik Kombinasi
a. Tujuan pemberian antibiotik kombinasi adalah :
1) Meningkatkan aktivitas antibiotik pada infeksi spesifik.
2) Memperlambat dan mengurangi risiko timulnya bakteri resisten.
b. Indikasi penggunaan antibiotiki kombinasi adalah :
1) Infeksi disebabkan oleh lebih dari satu bakteri.
2) Abses intraabdominal, hepatik, otak dan saluran genital (infeksi campuran
aerob dan anaerob).
3) Terapi empiris pada infeksi berat.
c. Hal-hal yang perlu perhatian :
1) Kombinasi antibiotik yang bekerja pada target yang berbeda dapat
meningkatkan atau mengganggu keseluruhan aktivitas antibiotik.
2) Suatu kombinasi antibiotik dapat memiliki toksisitas yang bersifat aditif atau
superaditif.
Contoh : Vankomisin secaratunggal memiliki efek nefrotoksik minimal tetapi
pemberian bersama aminoglikosida dapat meningkatkan toksisitasnya.
3) Diperlukan pengetahuan jenis infeksi, data mikrobiologi dan antibiotik untuk
mendapatkan kombinasi rasional dengan hasil efektif.
4) Hindari penggunaan kombinasi antibiotik untuk terapi empiris jangka lama.
5) Pertimbangkan peningkatan biaya pengobatan pasien.
2. Penggunaan Antibiotik Pada Kelompok Khusus :
a. Penggunaan Antibiotik Pada Anak
Perhitungan dosis antibiotik berdasarkan per kilogram berat badan ideal sesuai
dengan usia.

Tabel 2. Daftar Antibiotik yang Tidak Boleh Diberikan pada Anak

NamaObat KelompokUsia Alasan


Siprofloksasin Kurang dari 12 tahun Merusak tulang rawan
(cartillagedisgenesis)
Norfloksasin Kurang dari 12 tahun Merusak tulang rawan
(cartillegedisgenesis)
Tetrasiklin Kurang dari 4 tahun atau Diskolorisasi gigi, gangguan
pada dosis tinggi pertumbuhan tulang

Kotrimoksazol Kurang dari 2 bulan Tidak ada data efektifitas dan keamanan

Kloramfenikol Neonatus Menyebabkan Greybaby syndrome

Tiamfenikol Neonatus Menyebabkan Greybaby syndrome

Linkomisin Neonatus Fatal toxicsyndrome


HCl
Piperasilin- Neonatus Tidak ada data efektifitas dan
Tazobaktam keamanan

10
Azitromisin Neonatus Tidak ada data keamanan

Tigesiklin Anak kurang dari 18 Tidak ada data keamanan


tahun
Spiramisin Neonatus dan bayi Tidak ada data keamanan

b. Penggunaan Antibiotik Pada Wanita Hamil dan Menyusui


Hindari penggunaan antibiotik pada trimester pertama kehamilan kecuali dengan
indikasi kuat.
Berikut keamanan penggunaan obat pada wanita hamil merujuk pada ketetapan
US-FDA :
1) Kategori A: Studi pada wanita menunjukkan tidak adanya risiko terhadap janin
di trimester pertama kehamilan.
2) Kategori B: Studi pada hewan percobaan sedang reproduksi tidak menunjukkan
adanya gangguan pada fetus dalam trimester pertama tidak ada studi pada
wanita hamil.
3) KategoriC:Studi pada hewan percobaan menunjukkan gangguan
teratogenik/embrio tetap pada wanita hamil tidak ada penelitian. Hanya
digunakan bila benefit-risk ratio menguntungkan keadaan untuk
menyelamatkan nyawa penderita.
4) Kategori X: Studi pada hewan percobaan maupun manusia menunjukkan
adanya gangguan pada janin. Obat ini merupakan kontra-indikasi untuk
dipakai pada kehamilan.

11
Tabel 3. Daftar Antibiotik Menurut Kategori Keamanan Untuk Ibu Hamil (FDA-USA)

KATEGORI
A B C D X
(Hanya Amphoterisin Basitrasin Aminoglikosida Metronidazol
vitamin) B Kuinolon Doksisiklin (trimesterI)
Azitromisin Klaritromisin Minosiklin
Astreonam Kotrimoksazol Tetrasiklin
Betalaktam Imipenem Tigesiklin
Klindamisin Isoniazid
Karbapenem Linezolid
Eritromisin Paramomisin
Fosfomisin Pirazinamid
Metronidazol Spiramisin
Sulfa
Rifampisin
Vankomisin

Tabel 4. Daftar Antibiotik yang Perlu Dihindari Pada Wanita Menyusui

Nama Antibiotik Pengaruh terhadap ASI dan bayi Anjuran

Kloramfenikol Toksisitas sumsum tulang pada Hentikan selama menyusui


bayi

Klindamisin Pendarahan gastrointestinal Hentikan selama menyusui

Kloksasilin Diare Awasi terjadinya diare


Metronidazol Data pre klinik efek menunjukkan Hentikan selama menyusui
karsinogenik

Pentoksifilin Ekskresi dalam ASI Hindari selama menyusui

Siprofloksasin Ekskresi dalam ASI Hindari menyusui

Kotrimoksazol Hiperbilirubinemia atau Hindari pada bayi


defisiensi G6PD sakit,stres,prematur,hiperbilir
ubinemia,dan defisiensi
G6PD

12
Tabel 5. Antibiotik yang Dikontraindikasikan terhadap Ibu Menyusui

Antibiotik Catatan
Kloramfenikol Berpotensi menyebabkan supresi sumsum tulang idiosinkratik

Siprofloksasin,no Siprofloksasin tidak disetujui secara langsung untuk anak-anak. Lesi


rfloksasin kartilago dan artropati ditemukan pada binatang yang belum dewasa.
(kinolon)
Klofazimin Klofazimin diekskresi melalui air susu dan dapat menyebabkan
pigmentasi kulit pada bayi menyusui
Furazolidon Hindari pada bayi berumur < 1 bulan karena risiko potensial anemia
hemolitik
Metronidazol Risiko mutagenisitas dan karsinogenisitas. American Academy of
Pediatrics merekomendasikan untuk menghentikan pemberian air
susu ibu selama 12-24 jam selama periode eksresi obat.
Vaksin Vaksin dapat diberikan pada ibu menyusui, termasuk vaksin hidup seperti
measles-mumps-rubella (MMR) dan oralpolio vaccine (OPV). Ada
perpindahan vaksin hidup pada bayi menyusui namun tidak ada catatan
efek samping
Vankomisin Vankomisin digunakan untuk mengobati MRSA. Efek samping bisa cukup
parah pada nilai darah, tes fungsi ginjal dan hati harus dilakukan selama
pemberian. Saat ini informasi tentang efek samping masih jarang sehingga
dianjurkan menggunakan metode alternative pemberian asupan pada bayi

Nitrofurantoin Sejumlah kecil nitrofurantoin yang diekskresikan melalui air susu dapat
menyebabkan hemolisis defisiensi G6PDpadabayi (defisiensi enzim yang
jarang). Obat ini juga dapat menyebabkan warna air susu menjadi kuning.

c. Penggunaan Antibiotik pada Usia Lanjut


Hal yang harus diperhatikan pada pemberian antibiotik pada usia lanjut:
1) Pada penderita lansia (>65 tahun) sudah dianggap mempunyai mild renal
impairment (gangguan fungsi ginjal ringan) sehingga penggunaan antibiotik
untuk dosis pemeliharaa perlu diturunkan atau diperpanjang interval
pemberiannya.
2) Komorbiditas pada usia lanjut yang sering menggunakan berbagai jenis obat
memerlukan pertimbangan terjadinya interaksi dengan antibiotik.
3) Terapi antibiotik empiris pada pasien usia lanjut perlu segera dikonfirmasi
dengan pemeriksaan mikrobiologi dan penunjang yang lain.
d. Penggunaan Antibiotik Pada Insufisiensi Ginjal
1) Pada gangguan fungsi ginjal dosis antibiotik disesuaikan dengan bersihan
kreatinin (creatinine clearance). Dosis obat penting untuk obat dengan rasio
toksik-terapetik yang sempit, atau yang sedang menderita penyakit ginjal.
2) Pada umumnya dengan bersihan kreatinin 40-60ml/menit dosis pemeliharaan

13
diturunkan dengan 50%. Bila bersihan kreatinin10-40ml/menit selain turun
50% perlu juga memperpanjang jarak pemberian dua kali lipat. Usahakan
menghindari obat yang bersifat nefrotoksis.

Tabel 6. Daftar Antibiotik dengan Eliminasi Utama


Melalui Ginjal dan memerlukan Penyesuaian Dosis
Sebagian besar b-laktam Nitrofurantoin
Aminoglikosida Fosfomisin
TMP– SMX Tetrasiklin
Monobaktam Daptomisin
Ciprofloksasin Karbapenem
Levofloksasin Polimiksin B
Gatifloksasin Colistin
Gemifloksasin Flusitosin
Vankomisin

e. Penggunaan Antibiotik Pada Insufisiensi Hati


Pada gangguan fungsi hati kesulitan yang dijumpai adalah bahwa tidak tersedia
pengukuran tepat untuk evaluasi fungsi hati.Dalam praktik sehari-hari pemakaian
klinik akan menentukan.Gangguan hati yang ringan atau sedang tidak perlu
penyesuaian antibiotik. Pada insufisiensi hati berat membutuhkan penyesuaian
dan pada umumnya sebesar 50% dari dosis biasa atau dipilih antibiotik dengan
eliminasi nonhepatik dan tidak hepatoksik.

Tabel 7. Daftar Antibiotik dengan Eliminasi Utama Melalui Hepatobilier

yang Memerlukan Penyesuaian Dosis

Kloramfenikol Nafsilin
Cefoperazon Linezolid
Doksisiklin Isoniazid/Etambutol/Rifampisin
Minosiklin Pirazinamid
Telitromisin Klindamisin
Moksifloksasin Metronidazol
Makrolida Tigesiklin

14
f. Informasi Antibiotik

Tabel 8. Informasi Antibiotik Yang Perlu Diketahui

No Antibiotik Informasi
1 Gentamisin Gentamisin memiliki indeks terapi yang sempit, karena itu
sangat diperlukan dosisi ndividual.

2 Klindamisin Untuk menghindari iritasi esophagus sebaiknya diminum


bersama segelas air

3 Rifampisin Tidak diminum bersama makanan karena akan mengurangi


absrobsi rifampisin

4 Tetrasiklin Hindari digunakan pada anak dibawah 12 tahun dan pada


wanita hamil, hati-hati digunakan pada lansia jika diduga
terjadi gangguan ginjal
5 Coamoksiklav Coamoksiklav cenderung menyebabkan diarea kibat
antibiotik dibandingkan amoksisilindan infeksi C. difficile.
Hindari digunakan pada pasien beresiko terinfeksi C.
difficile, misalnya pasien berusia > 65tahun,pasien yang
menggunakan proton pump inhibitor (PPI) atau pasien
yang baru saja dirawat diRS.

6 Sefalosporin, Dapat menyebabkan infeksi C.difficile karena


klindamisin, mengganggu flora usus normal.
derifatpenisilind
ankuinolon

7. Siprofloksasin • Bila diberikan bersama dengan antasida, diberi jarak


waktu selama 2 jam. Karena akan terbentuk senyawa
kelat yang menurunkan bioavailabilitas siprofloksasin
• Diminum 2 jam sebelum makan untuk menghindari
gangguan gastrointestinal
• Absorbsi siprofloksasin akan menurun jika diberikan
bersama dengan susu.
• Tidak diminum bersama kopi karena siprofloksasin
dapat meningkatkan kadar kafein dalam darah

15
8. Amoksisilin • Diberikan dalam waktu yang relatif sama setiap harinya
(aroundtheclock) untuk meminimalkan variasi kadar
dalam darah.
• Bila timbul kemerahan pada kulit (merupakan reaksi
sensitifitas terhadap amoksisilin) segera konsultasi ke
dokter.
• Pemberian bersamaal opurinol meningkatkan risiko
terjadinya kemerahan pada kulit
• Amoksisilin yang digunakan bersama kontrasepsi akan
menurunkan efektifitas kontrasepsi
9 Eritromisin • Terjadi peningkatan kejadian kardiotoksis yaitu:
perpanjangan interval QT dan ventrikular takidisritmia.
Jika terjadi hal tersebut, hentikan penggunaan
eritromisin.
10 Kloramfenikol Efek yang tidak diinginkan:
• Anemia;aplastik anemia yang bersifat idiosinkratik
(jarang). Anemia terkait dosis yang bersifat reversible
• Toksisitas pada sum-sum tulang belakang yang terkait
dosis
• Anafilaksis dan reaksi hipersensitifitas
• Peningkatan efek antikonvulsan,barbiturat dan
sulfonilurea
• Penggunaan pada bayi tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan penekanan sumsum tulang belakang dan
menimbulkan babygreysyndrome (akibat ketidak
mampuan bayi mengkonjugasi kloramfenikol)
• Tidak direkomendasikan untuk ibumenyusui karena
dikhawatirkan berpenetrasi keairsusuibu
• Menurunkan absorbsi intestinal vitB12
• Memerlukan tambahan konsumsimakanan yang
mengandung riboflavin, piridoksindan vit B12.

11 Rifampisin Tidak diminum bersama makanan karena akan mengurangi


absorbs Rifampisin

12 Klindamisin Efek samping yang sebagian besar terjadi. Tinggi


keterkaitannya menyebab ancolitis terkait antibotik.
Untuk menghindari iritasi esofhagus sebaiknya diminum
bersama segelas air

16
13 Coamoksiklav Coamoksiklav cenderung menyebabkan diarea kibat
antibiotik dibandingkan amoksisilindan infeksi C. difficile.
Hindari digunakan pada pasien beresiko terinfeksi C.
difficile, misalnya pasien berusia > 65tahun,pasien yang
menggunakan proton pump inhibitor (PPI) atau pasien yang
baru saja dirawat diRS.

14 Sefalosporin, Dapat menyebabkan infeksi C.difficile karena mengganggu


klindamisin, flora normal usus
derifat
penisilin dan
kuinolon

17
g. Pemantauan Efek Samping Obat Antibiotik
Pemantauan terhadap tanda keberhasilan dan kegagalan terapi dapat dilakukan
setelah 72 jam dengan melihat data klinis (pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital)
serta data penunjang (hasil pemeriksaan mikrobiologi dan data laboratorium) yang
ada.

Tabel 9. Daftar Efek Samping Antibiotik yang Perlu dilakukan Pemantauan


No Antibiotik Informasi

1 Betalaktam Reaksi yg tidak diinginkan:


(penisilin, • alergi: anafilaksis, urtikaria, serum sickness, rash dan demam;
sefalosporin • Diare: umum terjadi pada penggunaan ampisilin, augmentin,
,monobaktm seftriakson dan sefoperazon.Kolitis terkait antibiotik dapat terjadi
,karbapenm) pada sebagian besar penggunaan antibiotik
• Anemia hemolitik: umum terjadi pada dosis tinggi. Aktifitas
antiplatelet penghambatan agregasi platelet) sebagian besar terjadi
pada penisilin antipseudomonal dan betalaktam lain pada dalam
kadar serum tinggi.
• Hipotrombinemia lebih sering terkait dengan sefalosporin yang
memiliki rantai samping metiltetrazoletiol (sefamandol,sefotetan,
sefoperazon, sefametazol). Reaksi ini dapat dicegah dan bersifat
reversibel dengan pemberian vit K.

2 Aminoglikoa Efek samping:


(gentamisin, Hipotensi, mual, nefrotoksisitas; insiden kejadian 10%-15%.Umumny
tobramisin, areversibel, biasanya terjadi 5-7 hari terapi.
amikasin,meti
lmisin)
3 Makrolid Efek samping:
(eritromisi, • Mual, muntah, “rasa terbakar : diperut; pada pemberian
azitromisi, oral.Azitromisin dan klaritromisin menyebabkan mual lebih rendah
klaritromisin) dibandingkan eritromisin.
• Cholestaticjaundice: dilaporkan pada semua garam eritromisin,
paling utama dengan estolat
• Otot oksisitas: sebagian besar terjadi pada dosis tinggi pada pasien
yang mengalami gangguan ginjal dan atau gagal hepatik

4. Tetrasiklin Efek samping:


• Alergi
• Fotosensitifitas
• Deposisi gigi/tulang dan diskolorisasi; hindari digunakan pada anak,
wanita hamil dan ibu menyusui.
• Gastrointestinal:umumnya gastrointestinal bagian atas
• Hepatiis: umumnya pada kehamilan dan orangtua
• Renal (azotemia): tetrasiklin memiliki efek antianabolik dan
seharusnya dihindari pada pasien dengan penurunan fungsi
ginjal.Yang paling kurang menimbulkan masalah ini:doksisiklin.
• Vestibular: terkait dengan minosiklin, terutama pada dosis tinggi.

18
5. Vankomisin Efek samping:
• Otot oksisitas ; hanya jika digunakan bersama dengan ototoksin,
misalnya aminoglikosida dan makrolid
• Nefrotoksisitas: sedikit hingga tidak bersifa nefrotoksisitas. Dapat
meningkatkan nefrotoksisitas aminoglikosida.
• Hipotensi, flushing : terkait dengan infus cepat vankomisin. Lebih
umum terjadi pada peningkatan dosis.
• Flebitis: memerlukan pengenceran volume besar.

19
BAB IV
DOKUMENTASI
A. TABEL REKONSTITUSI ANTIBIOTIK

20
21
22
23
24
25
B. TABEL KOMPATIBILITAS ANTIBIOTIK DENGAN LARUTAN INFUS

26
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pelayanan Kefarmasian


Untuk Terapi Antibiotik.

Pedoman Penggunaan Antibiotik RSUD DR Soetomo edisi IV. 2009.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/ MENKES/ PER/ XII/
2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik.

27

Anda mungkin juga menyukai