Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria yang telah
ditentukan dalam bab III sebagai berikut :
Kriteria Jumlah
Jumlah Sampel 5
N
Kode Nama Emiten
o
Kertas Basuki
Rachmad Indonesia 2014 -0,017953338 0,658152646 0,282051282
3 KBRI Tbk
Kedawung Setia
2014 0,232656284 0,147529984 0,102564103
4 KDSI Industrial Tbk
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 20
a) Tax Avoidance
b) Kinerja Lingkungan
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 20 data yang ada, variabel
kinerja lingkungan mempunyai nilai minimum sebesar 0,10256 dan nilai maksimum
sebesar 0,46154. Nilai mean sebesar 0,3057692 dan standar deviasi sebesar
0,10824955. Nilai mean lebih besar dari standar deviasi yaitu 0,3057692 >
0,10824955 menandakan bahwa sebaran kinerja lingkungan perusahaan baik.
c) Kinerja Keuangan
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 20 data yang ada, variabel
Kinerja Keuangan mempunyai nilai minimum sebesar -0,49477 dan nilai maksimum
sebesar 0,85606. Nilai mean sebesar 0,1275939 dan standar deviasi sebesar
0,26790248. Nilai mean lebih kecil dari standar deviasi yaitu 0,1275939 <
0,26790248 menandakan bahwa sebaran data Kinerja Keuangan kurang baik.
UJI ASUMSI KLASIK
1. Uji Normalitas
Unstandardiz
ed Residual
N 20
Std.
,18568789
Deviation
Negative -,233
2. Multikoleniaritas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang
memiliki kemiripan dengan variabel independen lainnya dalam satu model.
Model regresi yang baik adalah model yang tidak mengalami multikolinearitas.
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF (Varian Inflaction
Factor), yaitu jika nilai tolerance lebih dari 10 persen dan nilai VIF kurang dari
10, berarti tidak ada multikolinearitas variabel bebas dalam model regresi ini.:
Coefficientsa
Standa
rdized
Unstandardized Coeffic
Coefficients ients Collinearity Statistics
Kinerja
-,654 ,605 -,360 -1,081 ,296 ,503 1,989
Lingkungan
Kinerja -
1,465 -2,269 -1,136 ,273 ,014 71,484
Keuangan 1,664
Kinerja
Lingkungan*K
4,766 4,535 2,106 1,051 ,309 ,014 71,981
inerja
Keuangan
Tabel di atas menunjukkan bahwa semua variabel bebas mempunyai nilai
toleransi di atas 0,1 dan nilai VIF di bawah 10, sehingga dapat disimpulkan
bahwa model regresi pada penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.
3. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahaan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2011). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Alat ukur yang
digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam penelitian menggunakan
tes Durbin Watson (D-W). Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk
autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya
intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara
variabel independen. Nilai statistik dari uji Durbin-Watson yang lebih kecil dari 1
atau lebih besar dari 3 diindikasi terjadi autokorelasi. Field (2009:220-221)
menyatakan sebagai berikut.
Model Summaryb
4. Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Kinerja Lingkungan*Kinerja
-,552 2,622 -,440 -,211
Keuangan
Berdasarkan olahan data dengan SPSS terlihat bahwa tidak ada pengaruh variabel
bebas terhadap absolute residual (abs_res), baik secara serempak maupun parsial
karena nilai Sig. lebih besar dari 0,05. Dengan demikian model yang dibuat tidak
mengandung gejala heteroskedastisitas, sehingga layak digunakan untuk
memprediksi.
Analisis regresi linier berganda memiliki tujuan untuk menguji pengaruh kinerja
lingkungan terhadap tax avoidance dengan kinerja keuangan sebagai variabel moderasi
pada perusahaan sub sektor pulp dan kertas yang terdaftar di BEI pada tahun 2014-
2017. Berikut ini hasil analisis regresi :
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,367 ,199 1,842 ,084
Kinerja Lingkungan -,654 ,605 -,360 -1,081 ,296
Kinerja Keuangan -1,664 1,465 -2,269 -1,136 ,273
Kinerja
Lingkungan*Kinerja 4,766 4,535 2,106 1,051 ,309
Keuangan
a. Dependent Variable: Tax Avoidance
Berdasarkan rumus regresi yang telah ditentukan maka diperoleh model sebagai
berikut :
ETR = 0,367-0,654CSR-1,664GS+4,766CSR*GS
Dari hasil regresi linier tersebut dapat diartikan sebagai berikut ini:
2) Pada variabel Kinerja Lingkungan (CSR) diperoleh nilai koefisien sebesar -0,654
dengan tanda negatif. Hal ini menunjukkan apabila variabel Kinerja Lingkungan
(CSR) meningkat sebesar 1 satuan, maka variabel Tax Avoidance akan turun
sebesar -0,654 satuan dengan asumsi variabel independen dan moderasi berada
dalam kondisi konstan
3) Pada variabel Kinerja Keuangan diperoleh nilai koefisien sebesar -1,664 dengan
tanda negatif. Hal ini menunjukkan apabila variabel Kinerja Keuangan
meningkat sebesar 1 satuan, maka variabel Kinerja Keuangan akan turun sebesar
-1,664 satuan dengan asumsi variabel independen dan moderasi berada dalam
kondisi konstan.
4) Nilai koefisien regresi dari variabel Kinerja Lingungan (CSR) dengan Kinerja
Keuangan (CSR*GS) sebesar 4,766 dengan tanda positif. Hal ini menunjukkan
bahwa ketika variabel CSR*GS naik 1 satuan maka variabel Tax Avoidance
mengalami kenaikkan sebesar 4,766 satuan dengan asumsi semua variabel
independen dan moderasi bernilai konstan.
Pengujian Hipotesis :
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Berdasarkan uji t untuk variabel Kinerja Lingkungan, diperoleh nilai koefisien
regresi dengan arah negatif sebesar -0,654 yang menunjukkan adanya pengaruh
negatif dan nilai signifikansi 0,296 lebih besar dari 0,05; maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan “Kinerja Lingkungan
berpengaruh Negatif terhadap Tax Avoidance”
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai t hitung variabel interaksi antara interaksi
antara Kinerja Lingkungan dengan Kinerja Keuangan (CSR*GS) adalah sebesar
4,766 dengan nilai signifikansi variabel interaksi antara Kinerja Lingkungan dengan
Kinerja Keuangan (CSR*GS) sebesar 0,309 menunjukkan nilai yang lebih besar
dibandingkan dengan nilai pada tingkat signifikansi yang telah ditentukan
sebelumnya, yaitu 0,05 (0,309 >0,05).
Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel Kinerja
Keuangan mampu memoderasi pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Tax
Avoidance. Variabel interaksi antara interaksi antara Kinerja Lingkungan dengan
Kinerja Keuangan (ETR*TP) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadapTax
Avoidance.Dengan demikian, hipotesis kedua yang menyatakan bahwa “Kinerja
Keuangan berpengaruh positif terhadap hubungan Kinerja Lingkungan dan Tax
Avoidance.
UJI HIPOTESIS
Model Summary
Berdasarkan Adjusted R Std. Error of Tabel di atas,
nilai koefisien Model R R Square Square the Estimate determinasi
�2 terletak 1 ,328 a
,107 -,060 ,20234868 pada kolom
Adjusted R- Square.
a. Predictors: (Constant), Kinerja Lingkungan*Kinerja
Diketahui nilai koefisien
Keuangan, Kinerja Lingkungan, Kinerja Keuangan
determinasi sebesar
�2=0,107. Nilai tersebut berarti seluruh variabel bebas Kinerja Lingkungan mempengaruhi
variabel Tax Avoidance sebesar 10,7%, sisanya sebesar 89,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain.
b. Uji Signifikan Parameter Indifidual (Uji-t)
menyajikan nilai koefisien regresi, serta nilai statistik t untuk pengujian pengaruh
secara parsial.
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,199 ,138 1,445 ,166
Kinerja
-,196 ,425 -,108 -,461 ,650
Lingkungan
a. Dependent Variable: Tax Avoidance
Berdasarkan Tabel di atas, diperoleh persamaan regresi linear sederhana sebagai
berikut.
�= 0,199 - 0,196
Berdasarkan persamaan regresi linear sederhana di atas, diketahui:
Nilai koefisien dari kinerja lingkungan adalah -0,196, yakni bernilai negatif. Nilai
tersebut dapat diinterpretasikan kinerja lingkungan berpengaruh negatif terhadap
tax avoidance. Dengan kata lain, dengan adanya kinerja lingkungan yang bagus
atau meningkat, cenderung tidak terjadi tax avoidance.