Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

FAKTA:

1. Material baja ASTM A53 memiliki sifat kekerasan, mampu bentuk dan mampu las yang baik.
2. Material baja ASTM A53 merupakan material baja karbon rendah yang mudah dijadikan bahan
konstruksi.

PROBLEM STATEMENT:

Pengaruh Variasi arus dan elektroda E7016 pada baja ASTM A53 dengan pengelasan SMAW
tehadap sifat mekanik.

PARAMETER EKSPERIMEN: DATA & HASIL PENGUJIAN LAB:


1. Pemeriksaan Visual
1. Variasi arus 90 A, 145 A, 175 A
2. Pengujian Kekerasan
terhadap sifat mekanik dan struktur
mikro.
3. Pengujian Tarik
2. E7016 Diamater 3.2 mm. 4. Pengujian Metalografi

KRITERIA:

AWS D1.1

ANALISIS:

1. Pengaruh variasi arus terhadap kualitas sambungan baja pelat ASTM A53.

KESIMPULAN:

Pengaruh variasi arus pada pengelasan baja ASTM A53


dengan elektroda E7016 menghasilkan kekuatan tarik,
kekerasan dan struktur mikro yang berbeda-beda.

15
3.2 Skema Proses Penelitian
Untuk dapat mengetahui tentang Pengaruh Variasi Arus Terhadap Kekuatan
Tarik, Kekerasan, dan Struktur Mikro pada Baja ASTM A53 Metode Pengelasan
SMAW dengan Elektroda E7016 perlu dilakukan perancangan percobaan. Percobaan
yang akan dilakukan digambarkan pada skema proses penelitian sebagai berikut.

Mulai

Studi Literatur

Persiapan Alat Dan Bahan

Proses Pengelasan
SMAW

90 A 145 A 175 A

Elektroda E7016 Elektroda E7016 Elektroda E7016

Non Destructive
Visual Inspection

Pemotongan Spesimen

Pengujian

1. Pengujian tarik (ASTM E8)


2. Pengujian kekerasan
3. Pengamatan metalografi (mikroskop optic)

Data dan Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian

16
3.2.1 Skema Proses Penelitian
Untuk dapat mengetahui tentang Pengaruh Variasi Bentuk Kampuh Las
Terhadap Sifat Mekanik Baja ASTM A53 pada sambungan SMAW, perlu dilakukan
perancangan percobaan.
Penjelasan langkah-langkah berdasarkan skema proses diatas, adalah:
1. Mencari literatur dan membaca serta memahami topik atau permasalahan
mengenai pengelasan SMAW pada baja ASTM A53.
2. Mempersiapkan material baja ASTM A53 untuk dilakukan proses pengelasan
SMAW.
3. Melakukan karakterisasi komposisi material baja ASTM A53.
4. Melakukan proses pengelasan SMAW pada baja ASTM A53 dengan tebal 15
mm dan elektroda AWS E7016.
5. Melakukan proses pengelasan pada variasi arus pada kampuh, single v butt,
dengan arus 90, 145 dan 175 A.
6. Melakukan inspeksi pada hasil pengelasan dengan secara visual.
7. Melakukan pemotongan pada spesimen hasil pengelasan.
8. Melakukan pengujian pada spesimen, pengujian yang dilakukan adalah
pengujian kekuatan tarik (ASTM E8), kekerasan dan pengujian metalografi.
9. Mengumpulkan dan mengolah data dari hasil perolehan pengujian spesimen.
10. Menyimpulkan dan memberi saran dari hasil penelitian.

3.3 Material Dasar Pengujian


Material dasar yang digunakan adalah material baja ASTM A53, tergolong
material baja karbon rendah. Karakteristiknya mudah untuk dijadikan bahan
konstruksi dan memiliki nilai kekerasan yang baik dan mampu bentuk yang baik.
Material baja ASTM A53 tergolong material yang memiliki sifat mampu las yang
baik. Aplikasi penggunaan material baja ASTM A53 pada kontruksi yaitu: kostruksi
jembatan.

17
Material Baja ASTM A53 diperoleh dari PT Iron Steel Center, dengan bentuk
awalan berupa lembaran plat (sheet) kemudian dilakukan proses pemotongan menjadi
bentuk spesimen penelitian.

Dimensi Spesimen:
P : 250mm
L : 125mm
T : 15 mm

Gambar 3.3 Dimensi spesimen uji

3.3.1 Persiapan Kampuh Las


Proses pembuatan kampuh las sebagai daerah yang akan mengalami proses
pengelasan. Dalam penelitian ini variasi bentuk kampuh las yaitu : single v butt.

Gambar 3.4 Disain sambungan single V butt

18
3.4 Pengujian Komposisi Kimia
Penelitian ini diawali dengan pengujian komposisi material pada Material baja
ASTM A53. Pengujian ini dilakukan untuk melihat komposisi kimia yang terkandung
dalam material tersebut.
Prinsip kerja dari pengujian komposisi kimia yang dilakukan menggunakan
spectrometri dimulai dengan meletekan sampel uji yang permukaannya telah rata
diatas chamber. Selanjutnya spesimen uji diberi arus listrik dengan tegangan 3000
KV. Dengan tegangan yang besar maka akan terjadi perubahan ion dari positif ke
negative sehingga membuat unsur yang terdapat didalam spesimen. Spesimen selama
berada diujung chamber diberi gas argon.Selanjutnya unsur yang telah keluar tersebut
akan membentuk cahaya dan menuju ruang vakum udara untuk mencegah terjadinya
pembiasan cahaya .Cahaya yang terbentuk akan masuk kedalam entrance slit yang
kemudian ditangkap oleh diffection grating yang berfungsi untuk memantulkan
cahaya yang ditangkapnya dan kemudian dipantulkan lagi ke photo multy player.
Tugas dari photo multy player adalah untuk coba membaca jumlah intensitas cahaya
dan kemudian dimasukan kedalam komputer untuk diolah menjadi data yang akan
digunakan sebagai hasil pengujian spectro. Cara kerja komputer adalah dengan
membaca seberapa besar banyaknya cahaya yang ditangkap dari photo multy player
dan kemudian diukur tingkat persentase unsurnya.

3.4.1 Proses Pengelasan Material


Proses pengelasan material baja ASTM A53 menggunakan proses pengelasan
SMAW. Pemilihan proses pengelasan SMAW dikarenakan terdapat beberapa
kelebihan yang dimiliki, seperti mudah dalam pengoperasiannya, dapat dilakukan
dalam segala posisi dan harga yang murah. SMAW telah menjadi sangat diperlukan
sebagai alat bagi banyak industri karena hasil las berkualitas tinggi dan biaya
peralatan yang rendah.

19
3.4.2 Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
Mesin las yang digunakan untuk pengelasan SMAW ini menggungakan mesin
las manual. Adapun spesifikasi mesin las tersebut yaitu:
Nama Mesin Las : RHINO Mesin Las Inverter
Tipe : MMA-200
Kode Mesin Las : RHI0228
Arus : 20 – 200 A
Tegangan : 220V
Kondisi Pengelasan SMAW
Elektroda : AWS E7016 Ø3.2 mm
Polaritas : DC-EN

3.5 Pengujian
3.5.1 Pengujian Tarik
Pengujian tarik dilakukan dengan maksud dengan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan material untuk mengetahui seberapa besar kemampuan material
atau menahan beban tarik. Dalam penelitian ini, pengujian tarik dimaksudkan untuk
mengetahui dan membandingkan kekuatan tarik setelah dilakukan pengelasan.
Bentuk spesimen uji tarik dibuat sesuai dengan standar (ASTM E8) seperti
terlihat pada gambar 3.5 Spesimen uji tarik.

Gambar 3.5 Spesimen uji tarik

Pada pengujian tarik, benda uji (spesimen uji tarik) diberi beban yang
bertambah besar secara kontinyu. Bersamaan dengan dilakukan pengamatan

20
mengenai beban maksimum, beban ulur dan beban patah yang dicapai hingga
spesimen uji putus. Kurva tegangan-regangan dibuat dari pengukuran perpanjangan
spesimen uji setelah putus. Besarnya tegangan diperoleh dengan cara membagi beban
dengan luas penampang awal spesimen uji.

3.5.2 Pengujian Metalografi

Pemeriksaan permukaan lasan pada daerah yang telah melalui proses


pengelasan untuk mengetahui besarnya pengaruh yang terjadi pada permukaan pelat
baja ASTM A53.
Tahapan pemeriksaan yang dilakukan dengan cara metelografi adalah sebagai
berikut:

1. Pemotongan (cutting)

Proses pemotongan spesimen dilakukan dengan alat wire cutting dimana proses
memotong tersebut untuk mencegah kemungkinan deformasi dan panas yang
berlebih-lebihan. Untuk itu proses wire cutting ini di berikan pendinginan yang
memadai dengan tujuan tidak merubah kondisi material yang akan di teliti.

Gambar 3.6 Skema pengambilan sampel pemeriksaan struktur mikro.

21
2. Pengampelasan
Proses pengampelasan dimaksudkan untuk memperkecil kerusakan
permukaan yang terjadi sebagai akibat dari proses pemotongan, selama proses
pengampelasan harus dilakukan pendinginan secukupnya dengan jalan memberikan
fluida pendinginan yang tidak akan merusak struktur mikro. Proses pengampelasan
ini dilakukan dengan menggunakan mesin grinding putar dengan dua tahap
pengampelasan, yaitu pengampelasan kasar dan pengampelasan halus. Pada
pengampelasan digunakan grit 240, 400, 600, 1000, dan kain bludru.

3. Pengetsaan (etching)
Proses pengetsaan dilakukan dengan cepat melihat derajat keburaman dari
permukaan yang di etsa, jika keburaman yang di inginkan sudah dicapai segera
mungkin spesimen tersebut dicuci dengan air yang bergerak kemudian dibersihkan
dengan alkohol dan dikeringkan dengan dengan menggunakan udara panas. Bahan
etsa yang digunakan adalah: nital 2%.

4. Analisia Stuktur Mikro (Microstructure identification)


Pemotretan mikro dari bagian sempel spesimen pengelasan yang telah
melewati tahapan metalografi, dilakukan dengan alat mikroskop optik dengan cara
mengatur intensitas cahaya, fokus dan pembesaran dari lensa okuler. Maka darihasil
foto struktur mikro akan diketahui korelasi antara, komposisi kimia, sifat mekanik,
dan kerusakan yang terjadi.

22

Anda mungkin juga menyukai