Anda di halaman 1dari 3

I.

TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan ektraksi dnegan
beberapa metode dan mengevaluasi hasil ekstrak dar masing-masing metode dengan
menggunakan KLT.
II. DASAR TEORI
Ekstraksi adalah suatu kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah
dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Depkes RI , 2000)
Maserasi adalah proses pengekstrakkan simplisia dengan menggunakan pelarut yang
dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar. Cara ini dilakukan
sehingga dapat membuat zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan ataupun yang tidak tahan
pemanasan akan tertarik (Depkes RI, 2000)
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia diantara dua fase
pelarut yang tidak dapat saling bercampur dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan
sebagiannya lagi larut pada fase kedua). Ekstraksi dilakukan karena beberapa faktor seperti jika
destilasi tidak dapat dilakukan atau terlalu mahal, kemudian jika diinginkan mengisolasi bahan
untuk karakterisasi, atau memurnikan senyawa untuk proses selanjutnya. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi ektraksi, diantaranya suhu, ukuran partikel, faktor solven( (Sudjadi, 1986).
Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
populer. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
maupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan
tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzena, karbon titraklorida atau
kloroform. (Khopkar, 1990).
Cara kerja ekstraksi dengan pelarut menguap cukup sederhana yaitu dengan cara memasukkan
bahan yang diekstraksi ke dalam ekstraktor khusus. Ekstraksi berlangsung secara sistematik pada
suhu tertentu dengan menggunakan pelarut. Pelarut akan berpenetrasi ke dalam bahan. Minyak
hasil ekstraksi dengan pelarut mempunyai keunggulan yaitu mempunyai bau yang mirip bau
alamiah. (Aziz, 2009)
Klasifikasi Tanaman Kayu Manis
Kingdom : plantae
Divisi : magnoliophyte
Kelas : magnoliopsida
Anak kelas : magnoliidae
Bangsa : laurales
Suku : Lauraceae
Marga : cinnamomum
Jenis : Cinnamomum burmannii Nees ex Bl (Backer and Brink , 1963)
Kayu manis memiliki beberapa kandungan senyawa kimia antara lain, minyak atsiri,
eugenol, safrole, sinamaldehid, tannin, kalsium oksalat,damar dan zat penyamak. Terdapat juga
senyawa kimia berupa fenol , terpenoid, dan saponin yang merupakan sumber antioksidan
(Hariana, 2008)
Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan komponen dalam suatu
sampel dimana komponen tersebut didistribusikan di antara dua fasa yaitu fasa gerak dan
fasa diam. (Sastrohamidjojo,1991).
Fase diamnya berupa padatan penyerap yang dihasilkan pada sebuah plat datar dari
gelas, plastik atau alumunium sehingga membentuk lapisan tipis dengan ketebalan tertentu.
Kebanyakan yang digunakan adalah silika gel (Sastrohamidjojo,1991).
Pelarut sebagai fasa gerak atau eluen merupakan faktor yang menentukan
gerakan komponen-komponen dalam campuran. Pemilihan pelarut tergantung pada sifat
kelarutan komponen tersebut terhadap pelarut yang digunakan. Trappe dalam
Sastrohamidjojo(1991) mengatakan bahwa kekuatan dari elusi deret-deret pelarut
untuk senyawa-senyawa dalam KLT dengan menggunakan silika gel akan turun dengan
urutan sebagai berikut : air murni > metanol > etanol > propanol > aseton
> etil asetat > kloroform > metil klorida > benzena > toluena > trikloroetilen
>tetraklorida > sikloheksana > heksana. Fasa gerak yang bersifat lebih polar
digunakan untuk mengelusi senyawa-senyawa yang adsorbsinya kuat, sedangkan
fasa gerak yang kurang polar digunakan untuk mengelusi senyawa yang adsorbsinya
lemah(Sastrohamidjojo,1991).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapis
tipis yang mempengaruhi harga Rf adalah sebagai berikut (Sastrohamidjojo, 1991) :
a. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan.
b. Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya. Aktivitas dicapai dengan
pemanasan dalam oven. Perbedaan penyerapan akan memberikan
perbedaan yang besar terhadap harga-harga Rf meskipun menggunakan pelarut yang sama.
c. Tebal dan kerataan lapisan penyerap. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran
pelarut menjadi tidak rata dalam daerah yang kecil dari plat.
d. Pelarut dan derajat kemurnian fasa gerak.
e. Derajat kejenuhan dari uap dalam pengembang.
f. Jumlah cuplikan yang digunakan.
Backer, C.A. and Brink, R.C. Bakhuizen Van Den . 1963. Flora Of Java (sprematophytes
Only), Vol I m N.V.P, Noordhoffm Gronningen, Netherlands. Hal. 121.
Departemen Kesehatan RI.2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Hariana, A, 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Penebar Swadaya, Jakarta.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Sastrohamidjojo, H., 2004, Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta, :
Gadjah Mada University Press . Hal : 13-14

Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai