Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BAHAN PAKAN ALTERNATIF


“Potensi dan pemanfaatan jerami sorghum”

Oleh:
Kelas A
Kelompok 1
Siti Nurharyati 200110150007
Finanur Fatimah 200110150119
Aldi Yusup Setiadi 200110150174
Dian Akbar Muntaha 200110150221
Dzulfiqar 200110150240
Fajar Edy Maretno Sitanggang 200110150283
Ahmad Safira Firdaus 200110170042

LABORATORIUMNUTRISI TERNAK RUMINANSIA DAN KIMIA


MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 3
1.2. Identifikasi Masalah ............................................................................................ 4
1.3. Maksud dan Tujuan............................................................................................. 4
PEMBAHASAN .................................................................................................... 5
2.1 Potensi Sorghum di Indonesia............................................................................. 5
2.2 Faktor Penghambat Dalam Jerami Sorghum....................................................... 7
2.3 Pemanfaatan Dan Pengolahan Jerami Sorghum Sebagai PakanTernak .............. 8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12
I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah yang dihadapi oleh peternak saat ini adalah ketersediaan pakan

secara terus menerus dengan kualitas yang baik.Salah satu upaya yang dilakukan

untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memanfaatkan limbah

perkebunan.Hasil limbah perkebunan mempunyai keunggulan yaitu harga yang

murah dengan produksi yang berlimpah serta tidak bersaing dengan kebutuhan

manusia.Akan tetapi limbah perkebunan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak

memiliki kelemahan yaitu adanya kandungan anti nutrisi dan kualitas nutrisi yang

rendah.

Salah satu limbah perkebunan yang dapat digunakan adalah jerami

sorghum.Di Indonesia, sorghum telah lama dikenal oleh petani khususnya di

Jawa,NTB, dan NTT. Di Jawa sorghum dikenal dengan namacantel, umumnya

ditanamsebagai tanaman sela atau tumpangsari dengan tanaman lainnya.

Sorghummudah dibudidayakan dan tidak terikat oleh musim, sehingga

cocokdikembangkan di lahan kering untuk mendukung ketahanan pangan dan

energi.

Sorghum memiliki potensi hasil yang relatif lebih tinggi dibanding

padidan gandum.Bila kelembaban tanah bukan merupakan faktor pembatas,hasil

sorghum dapat mencapai 11 ton/ha dengan rata-rata 7-9 ton/ha.Pada daerahdengan

irigasi minimal, rata-rata hasil sorghum 3-4 ton/ha. Setiap hektar tanaman

sorghum dapat menghasilkan jerami sebanyak 2,62 ton bahan kering.Jerami

sorghum memiliki faktor pembatas seperti kandungan nutrisi yang rendah, ikatan

lignin yang tinggi serta zat antinutrisi yang menjadi kendala dalam
4

pemanfaatannya sebagai pakan ternak, namun kendala teresebut dapat dapat

diminimalisir dengan cara pengolahan. Maka dari itu penulis tertarik dalam
mengkaji mengenai potensi dan pemanfaatan jerami sorghum.

1.2. Identifikasi Masalah


1. Bagaimana potensi jerami sorghum sebagai pakan ternak.

2. Apa faktor penghambat dalam penggunaan jerami sorghum.

3. Bagaimana pemanfaatan dan pengolahan jerami sorghum sebagai pakan


ternak.

1.3. Maksud dan Tujuan


1. Mengetahui potensi jerami sorghum sebagai pakan ternak.

2. Mengetahui faktor penghambat dalam penggunaan jerami sorghum.

3. Mengetahui pemanfaatan dan pengolahan jerami sorghum sebagai pakan

ternak
II

PEMBAHASAN

2.1 Potensi Sorghum di Indonesia


Sorghum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai

potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena memiliki daerah adaptasi

yang luas.Namun, pengembangan tanaman sorghum di Indonesia masih sangat

terbatas dan sorghum belum begitu popular di masyarakat Indonesia, meskipun

sorghum memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia baik untuk

dibudidayakan maupun dikembangkan secara komersial (Sirappa, 2003).Menurut

Kusumanto (2010) menyatakan bahwa dari panen tanaman sorghum diperoleh

daun. Daun ini lebih baik dari rumput gajah karena kandungan proteinnya yang

lebih tinggi, sehingga jika diberikan pada ternak sapi akan memberkan

pertumbuhan dan produktivitas daging yang lebih banyak.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa sorghum dapat digunakan

sebagai bahan pakan alternatif bagi ternak ruminansia yang potensinya cukup

besar di Indonesia.Karena hampir sebagian besar wilayah Indonesia sesuai untuk

pengembangan budidaya sorghum.Tanaman sorghum memiliki keunggulan tahan

terhadap kekeringan dibandingkan dengan jenis tanaman serealia

lainnya.Sorghum mampu beradaptasi pada daerah yang luas, mulai dari daerah

dengan iklim tropis-kering (semi arid) sampai daerah beriklim basah.Tanaman

sorghum masih dapat menghasilkan lahan marginal.Budidayanya mudah dengan

biaya yang relatif murah, dapat ditanam monokultur maupun tumpangsari,

produktifitas sangat tinggi dan dapat diratun. Selanjutnya Oisat (2011)

menambahkan bahwa tanaman sorghum tahan terhadap hama dan penyakit

dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Selain itu, sorghum juga memiliki
6

kandungan nutrisi yang tinggi (332 kalori dan 11g protein/100g biji) pada biji dan

bagian vegetatifnya (Protein Kasar 12.8%) sehingga dapat dibudidayakan secara

intensif sebagai sumber pakan hijauan bagi ternak ruminansia pada musim

kemarau.

Berdasarkan penelitian Rahayu (2011) di Kabupaten Karanganyar, Jawa

Tengah menyatakan bahwa pertumbuhan sorghum dengan rata - rata tinggi

tanaman berkisar antara 165,67 cm – 200,50 cm, rerata jumlah daun 29,50 – 35,93

helai. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan dengan tinggi tanaman dan

jumlah daun yang dihasilkan, produksi hijauan/jerami sorghum cukup besar.

Menurut Soebarinoto dan Hermanto (1996) menyatakan bahwa setiap hektar

tanaman sorghum dapat menghasilkan jerami sebnayak 2,62 + 0,53 ton bahan

kering.

Berikut disajikan tabel komposisi kandungan nutrisi limbahsorghum


dengan limbah pertanian lainnya.

Tabel 1.Kompossi nutrisi limbah sorghum dan bahan lainnya sebagai


pakan ternak (% bahan kering).
Limbah Protein Kasar Lemak Serat Kasar Abu BETN
Jerami1
Sorghum 4,40 1,60 32,30 8,90 52,80
Padi 4,50 1,50 28,80 20 45,20
Jagung 7,40 1,50 27,80 10,80 53,10
Kacang tanah 11,10 1,80 29,90 18,70 38,20
Kedelai 10,60 2,80 36,30 7,60 42,80
Ubi jalar 11,30 2,50 24,90 14,50 46,80
Daun2
Sorghum 7,82 2,60 28,94 11,43 40,57
7

Rumput gajah 6 1,08 34,25 11,79 46,84


Pucuk tebu 5,33 0.90 35,48 9,69 48,60
Ubi kayu 20,40 6 22,80 9,90 40,90
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Sumber :1Poespodihardjo (1983) 2Direktorat Jenderal Perkebunan (1996)

Berdasarkan tabel kandungan nutrisi dapat disimpulkan bahwa kandungan

protein kasar dalam jerami sorghum paling rendah dengan serat kasar yang cukup

tinggi, sehingga dalam pemberiannya sebagai pakan ternak perlu diadakan

pengolahan terlebih dahulu untuk meningkatkan kandungan nutrisinya.Sedangkan

kandungan protein kasar yang terdapat dalam daun sorghum memiliki protein
kasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah.

2.2 Faktor Penghambat Dalam Jerami Sorghum

Jerami sorghum cukup potensial sebagai pakan ternak, namun pada bahan

pakan asal tanaman pangan faktor penghambat didominasi oleh kelompok

senyawa fenolik polimer seperti lignin yang terdapat di dalam dinding sel.

Dinding sel merupakan fraksi jaringan terbesar yaitu berkisar antara 82% pada

jerami sorghum (Sirappa, 2003). Pada jaringan dinding sel tanaman senyawa
lignin membentuk ikatan dengan karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa) menjadi

senyawa komplek yang tidak mudah dicerna. Jerami sorghum juga memiliki kadar

nitrogen yang rendah menjadi kendala pemanfaatannya untuk pakan. Masalah

tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan kualitas jerami sorghum melalui

suplemen urea atau amoniasi urea.

Berdasarkan hasil penelitian Praptiwi (2011), daya cerna baik bahan

kering maupun bahan organik pada limbah daun sorghumvarietas Numbu,

Kawali, dan Hegari genjah cukup rendah. Faktor yang menyebabkan rendahnya

daya cerna ini berkaitan dengan kandungan serat kasar, ADF, NDF, hemiselulosa,
8

selulosa dan lignin, dimana untuk semua kandungan tersebut secara beruntun

terbesar padavarietas Numbu (kandungan hemiselulosa 32,02%, selulosa 36,06%,

lignin 6,10%), kemudian Kawali (kandungan hemiselulosa 31,47%, selulosa

33,73%,lignin 5,77%) dan Hegari genjah (kandungan hemiselulosa 31,28%,

selulosa32,98%, lignin 5,76%).

2.3 Pemanfaatan Dan Pengolahan Jerami Sorghum Sebagai

PakanTernak

Jerami sorghum adalah tanaman sorghum yang telah diambil buahnya


(gabahnya), sehingga hanya tersisa batang dan daunnya yang merupakan limbah

pertanian serta belum sepenuhnya dimanfaatkan karena adanya faktor teknis dan

ekonomis.Oleh karena itu, jerami sorghum dimanfaatkan sebagai bahan

pakanhewan ruminansia. Jerami merupakan hijauan kering yang memiliki

kandungan serat kasar tinggi, lebih dari 18 % seperti pada jerami padi, jerami

gandum, jerami sorghum, rumput kering, sekam dan kulit biji polongan (Delaval,

2006).Hanya sebagian kecil petani menggunakan jerami sebagai pakan ternak

alternatif pada musim kering karena sulitnya mendapatkan hijauan.

Hijauan kering tidak hanya memberikan rasa kenyang (bulky) tetapi juga

memiliki daya cerna dan kandungan protein rendah.Semua bahan pakan yang

dipotong-potong, atau dicacah dan difermentasi dikenal dengan silase. Silase

memiliki banyak kandungan nitrogen bila dibandingkan dengan hijauan segar dan

hijauan kering (siregar, 1995; widati dan widalestari, 1996)

Silase dapat menekan proses aktivitas bakteri pembusuk yang akan

menurunkan mutu hijauan sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama.

Proses fermentasi jerami sorghum diharapkan sama denganproses fermentasi


9

dalam rumen (anaerob), sehingga dapat diketahui pengaruh dan perubahan


degradabilitas jerami sorghum bagi ternak. (Ikhsan, 2004).

Fermentasi jerami sorghum (Pengolahan Secara Biologis)

Teknologi fermentasi merupakan salahsatu cara mengawetkan bahan

organik antara lain limbah hijauan pertanian. Berbagai macam cara fermentasi,

yang dilakukan pada limbah hijauan pertanian ini adalah fermentasi asam laktat

atau yang dikenal dengan proses ensilase menghasilkan produk silase hijauan

(Erowati, 2003). Proses fermentasi yang berjalan baik akan menghasilkan silase

yang baik pula. Secara umum silase yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:

a) Warna masih hijau atau kecoklatan

b) Rasa dan bau asam, tetapi segar dan enak

c) Nilai pH rendah

d) Tekstur masih jelas, tidak menggupal, tidak berjamur dan tidak berlendir.

Tingkat keberhasilan pembuatan silase pada dasarnya dipengaruhi oleh

tiga faktor :

a) Populasi bakteri asam laktat

b) Sifat fisik dan kimia hijauan

c) Lingkungan

(siregar, 1996)

Tujuan pembuatan silase yaitu berawal dari pengawetan hijauan yang berlimpah

di musim hujan, untuk digunakan di musim paceklik (parakkasih, 1950). Hijauan

yang melebihi kebutuhan dan melimpah di musim hujan jika dibiarkan di udara

terbuka akan terjadi penurunan giziyang disebabkan mikroba aerob. Oleh karena

itu, hijauan perlu diawetkan denganpembuatan silase.


10

Cara KerjaFermentasi Jerami Sorghum

Proses fermentasi dalam pembuatan silase dibantu oleh mikroba dalam

kondisi anaerob yang mengubah karbohidrat atau gula tanaman menjadi asam

laktat oleh Lactobacillus sp.Jerami sorghum (batang dan daun) yang didapatkan

dari sisa panen, dibersihkan dan di cacah kira-kira 2-3 cm. Kemudian dimasukkan

ke dalam plastik dan ditimbang hingga + 400 g, setelah itu ditambah starter

(biofad) sesuai kombinasi perlakuan yaitu 0 %, 0,25 %, 0,5 % dan 0,75 % serta

penambahan urea 0,3 %. Setelah dicampur dengan starter dan urea, ditimbang

kembali untuk menentukan berat awal. Kemudian diinkubasi di dalam tong

selama 3 minggu pada suhu kamar untuk proses fermentasi. Setelah inkubasi

selesai jerami sorghum yang telah difermentasi dianalisis kadar air, pH, bahan

kering dan bahan organik.


III

KESIMPULAN

Sorghum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai

potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena memiliki daerah adaptasi

yang luas. Panen tanaman sorghum diperoleh daun. Daun ini lebih baik dari

rumput gajah karena kandungan proteinnya yang lebih tinggi, sehingga jika

diberikan pada ternak sapi akan memberkan pertumbuhan dan produktivitas

daging yang lebih banyak.

faktor penghambat pada jerami sorghum didominasi oleh kelompok

senyawa fenolik polimer seperti lignin yang terdapat di dalam dinding sel. Lignin

dalam dinding sel merupakan fraksi jaringan terbesar yaitu berkisar antara 82%

pada jerami sorghummembentuk ikatan dengan karbohidrat (selulosa dan

hemiselulosa) menjadi senyawa komplek yang tidak mudah dicerna.

Jerami sorghum adalah tanaman sorghum yang telah diambil buahnya

(gabahnya), sehingga hanya tersisa batang dan daunnya yang merupakan limbah

pertanian serta belum sepenuhnya dimanfaatkan karena adanya faktor teknis dan

ekonomis.Proses fermentasi jerami sorghum diharapkan dapat berpengaruh dan

merubah degradabilitas jerami sorghum bagi ternak dan memperpanjang masa

simpan jerami sorghum.


DAFTAR PUSTAKA

Delaval.2006.Efficientfeedinghttp//www.delaval.com/DairyKnowledge/EfficientF
eeding/BasicPhysiology.htm.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Sorgum Manis Komoditi Harapan di
Provinsi Kawasan Timur Indonesia. Risalah Simposium Prospek Tanaman
Sorgum untuk Pengembangan Sgroindustri , 17 – 18 Januari 1995. Edisi
Khusus Balai Penelitian Tanman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
No.4 – 1996 : 6 – 12
erowati, D. 2003. Drum plastik berpelat sebagai silo untuk kemasan kedap udara
produk silase limbah pertanian. Prosiding Seminar Teknologi Untuk
Negeri 2003, Vol I, hal : 371-374.
Hosamani SV, UR Mehra, RS Dass. 2003. Effect of different source of energy on
urea molasses mineral block intake nutrient utilization, rumen
fermentation pattern and blood profile in urah buffaloes (Bubalus bubalis).
Nuclear Research Institute. Izatnagar. India. Asian-Aust. J. Anim. Sci.
Vol. 6(6): 818-822.
Ikhsan, M. 2004. Teknik Fermentasi hijauan makanan ternak. Artikel UNPAD :
Bandung.
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi.BATAN : Jakarta.
Kurniawati, A. 2007. Peningkatan kualitas jerami padi. Seminar Ilmiah PATIR-
BATAN : Jakrta.
Kurniawati, A. 2007. Teknik produksi gas in vitro untuk evaluasi pakan ternak.
Kusumanto, D. 2010. Aren, Sorgum dan Sapi (Sinergi Pangan, Pakan dan Energi
Ramah Lingkugan.Dalam Pengaruh Pemberian Pupuk Urea terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Bahan Kering Sorgum (Sorghum bicolor L.
Moench).Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar
Oisat. 2011. Sorghum. PAN Germany Pasticide Actions – Netzwerke V. PAN
Germany
Poespodihardjo, S. (Ed.). 1983. Inventarisasi Limbah Pertanian (Inventory of
Agricul-tural wastes). Direktorat Bina Produksi
Peternakan/FakultasPeternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Praptiwi, I. I., Ambo A. dan Syamsuddin H. 2011.Analisis Limbah Beberapa
Varietas Tanaman Sorgum (Sorghum Bicolor Moench) sebagai Sumber
Pakan untuk Ternak Ruminansia.http://pasca.unhas.ac.id. Jurnal.(Diakses
pada tanggal 27 September 2018 pukul 19.51 WIB)
Rahayu, Muji., Samanhudi, dan Wartoyo. 2011. Uji Adaptasi Beberapa Varietas
Sorgum Manis di Lahan Kering Wilayah Jawa Tengah dan Jawa
Timur.Respiratory IPB. Bogor
Ranjhan SK. 1993. Animal nutrition and feeding practice. Fourth Revise edition.
13

Sirappa, M. P,. 2003. Pospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagai


Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan, dan Industri. Jurnal Litbang
Pertanian 22 (4) : 133 – 140
Sirappa. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagai Komoditas
Alternatif untuk Pangan, Pakan, dan Industri. Jurnal Litbang Pertanian,
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. (Online).Vol. 22
No. 4. http://www.pustakadeptan.go.id.(Diakses pada tanggal 27
September 2018 pukul 19.35 WIB)
Siregar, SB. 1996. Pengawetan pakan ternak. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Soebarinoto dan Hermanto.1996. Potensi Jerami Sorgum sebagai Pakan Ternak
Ruminansia.Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorghum untuk
Pengembangan Agro Industri 17 – 18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai
Penelitian Tanaman Kacng-kacangan dan Umbi-umbian No 4 – 1996 : 217
– 221
Utomo, R. 2004. Teknologi pakan hijauan. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak
Fakutas Peternakan, UGM : Yogyakarta.
Vikas Publishing House, PVT Ltd: India
Widati E dan Widalestari Y. 1996. Limbah untuk pakan ternak. Trubus
Agrisarana: Surabaya.
14

LAMPIRAN

1. Penanya : Martina Krismonika (200110150268)

Pertanyaan : Pada umur berapa tanaman sorghum baik untuk dipanen?

Jawaban : Umur panen yang baik berkisar antara 100-120 hari. Umur

panen ini sangat mempengaruhi kandungan nutrisi serta

berpengaruh terhadap kandungan ADF, NDF, selulosa,

hemiselulosa dan lignin.

2. Penanya : M. Padilla (200110150186)

Pertanyaan : Mengapa kandungan protein pemanenan pada saat vegetative

dengan yang sudah menjadi jerami berbeda?

Jawaban : fase vegetative saat pemanenan berumur 30-35 hari, sedangkan

jerami di panen 100-120 hari. Umur pemanenan mempengaruhi

kandungan nutrisi yang terdapat pada tanaman tersebut salah

satunya kandungan protein kasar, semakin tua umur panen maka

kandungan nutrisi semakin rendah.

3. Penanya : Fauzi (200110170232)

Pertanyaan : Apakah dengan pengolahan biologis senyawa fenolik seperti

flavonoid , lignin dan lainnya bias berkurang?

Jawaban : Silase merupakan bagian dari pengawetan bukan pengolahan.


Masalah lignifikasi bias dikurangi dengan pembuatan silase

dengan menambahkan starter seperti Bacillus sp.

4. Penanya : Dita Wahyu (200110170081)

Pertanyaan : Mengapa dalam 20 hari perlu penyiraman secara intensif?

Bukannya sorghum tahan terhadap kekeringan?


15

Jawaban : karena 20 hari setelah penanaman merupakan masa pertumbuhan

yang membutuhkan unsure unsure hara terutama air untuk

perkembangan sel, selanjutnya tidak usah di siram secara

intensif.

5. Penanya : Ajeng Latifa (200110150227)

Pertanyaan : Apakah jerami sorghum bias di olah secara amoniasi?

Jawaban : Bisa, karena pada dasarnya amoniasi merupakan salah satu

bentuk pengolahan dengan menggunakan alkali untuk

mendegradasi lignin, tetapi belum ditemukan referensi mengenai

amoniasi dalam pengolahan sorghum.

6. Penanya: 200110170176

Pertanyaan: Baik mana palatabilitas sorghum atau rumput gajah?

Jawaban: Dilihat

Anda mungkin juga menyukai