Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

“PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA (PUEBI)”

Oleh :

ANGGI LESTARI EFFENDI (170210401013)

FEBRIANA SILVIA SUKMA H (160210401048)

DIVA LUTFATUL KHAFIDHOH (160210401059)

MILAH FITHRIANA (160210401060)

WINDA FIBRIYANTI (160210401066)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

2017/2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdullilah atas segala rahmat, hidayah dan


inayah yang telah diberikan Allah SWT sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
makalah ini dengan judul “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)“

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu penulis mohon maaf dan dengan senang hati menerima kritik dan saran sebagai
bekal acuan untuk lebih baik dikemudian hari.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberi bekal pengetahuan dan manfaat
bagi kita semua.

Jember, 30 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ....................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................... iii

DAFTAR TABEL.............................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................... 4

2.1 Pengertian PUEBI ..................................................................... 4

2.2 Ruang Lingkup.......................................................................... 4

2.3 Pemakaian Huruf ...................................................................... 4

2.3.1 Huruf Abjad .............................................................................. 4

2.3.2 Huruf Vokal .............................................................................. 6

2.3.3 Huruf Konsonan ........................................................................ 6

2.3.4 Huruf Diftong............................................................................ 9

2.3.5 Gabungan Huruf Konsonan ...................................................... 9

2.3.6 Huruf Kapital ............................................................................ 11

2.3.7 Huruf Miring ............................................................................. 19

2.3.8 Huruf Tebal ............................................................................... 20

2.4 Penulisan Kata .......................................................................... 21

2.4.1 Kata Dasar ................................................................................. 21

2.4.2 Kata Berimbuhan ...................................................................... 22

iii
2.4.3 Bentuk Ulang ............................................................................ 24

BAB III PENUTUP ........................................................................... 26

3.1. Simpulan ................................................................................... 26

3.2. Saran ......................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 28

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Huruf abjad berdasarkan PUEBI ............................................ 4

Tabel 2.2 Huruf vokal dan contoh pemakaiannya dalam kata ............... 5

Tabel 2.3 Huruf konsonan dan contoh pemakaiannya dalam kata ......... 6

Tabel 2.4 Huruf diftong dan contoh pemakaiannya dalam kata ............ 7

Tabel 2.5 Gabungan huruf konsonan dan contoh pemakaiannya dalam kata 7

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia memiliki fungsi dan kedudukan sebagai bahasa


nasional dan bahasa resmi negara Indonesia. Dalam berbahasa Indonesia,
tentu tidak lepas dari kaidah dan aturan penggunaan bahasa yang baik dan
benar. Kriteria yang diperlukan dalam kaidah kebahasaan tersebut antara
lain tata bunyi, tata bahasa, kosakata, ejaan, makna, dan kelogisan.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu pada ragam bahasa yang
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran, dan bahasa yang baik
dan benar adalah bahasa yang sesuai kaidah baku, baik tertulis maupun
lisan (Murtiani et al, 2016).

Sebelum tahun 1900, Indonesia yang sebagian besar penduduknya


berbahasa Melayu, masih belum memiliki sistem ejaan yang dapat
digunakan. Lalu seorang ahli bahasa dari Belanda, Prof. Charles van
Ophuijsen bersama dua orang pakar bahasa, Engkoe Nawawi Soetan
Ma’moer dan Moehammad Thaib Sutan Ibrahim membuat ejaan bahasa
Melayu dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin dan ejaan
Belanda. Ejaan van Ophuijsen dianggap kurang berhasil dikarenakan
kesulitan dalam memelayukan tulisan beberapa kata dari bahasa Arab
yang memiliki warna bunyi bahasa khas. Namun, oleh van Ophuijsen,
kesulitan tersebut terus diperbaiki dan disempurnakan, sehingga pada
tahun 1926, sistem ejaan menjadi bentuk yang tetap. Semenjak itu sistem
ejaan terus berkembang dan disempurnakan, muncul Ejaan Republik atau
Ejaan Soewandi, kemudian Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, lalu
Ejaan Baru, Ejaan Rumi Bersama, dan Ejaan yang Disempurnakan
(EYD).

Pada 26 November 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia mengubah Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan

1
(PUEYD) menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
sebagai pedoman penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Perubahan tersebut bukanlah sesuatu yang tidak biasa, sebagaimana
pendapat Chaer (2007) bahwa bahasa bersifat dinamis (as cited in Yanti,
2016). Bahasa tidak pernah lepas dari berbagai aspek kehidupan manusia
semenjak keberadaan manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan
bermasyarakat. Kehidupan manusia akan terus berubah dan tidak tetap,
karena eratnya keterkaitan dan keterikatan manusia dengan bahasa, maka
bahasa pun akan terus ikut berubah, tidak tetap, dan tidak statis.

Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan, terutama yang


berkaitan dengan ejaan. Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-
huruf) serta penggunaan tanda baca (Rahmadi, 2017). Ejaan bahasa
Indonesia yang digunakan saat ini menganut tulisan fonemis. Sistem
tulisan fonemis merupakan sistem tulisan yang menggunakan satu
lambang atau satu huruf saja untuk satu fonem secara konsisten.

Perubahan bahasa dapat terjadi pada seluruh tingkatan, baik


fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, ataupun leksikon. Perubahan
pada tingkat semantik dan leksikon yang paling terlihat, sebab hampir
setiap saat muncul kata-kata baru sebagai akibat dari perubahan ilmu dan
budaya, atau juga kemunculan kata-kata lama dengan makna yang baru.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan terus
terjadi, secara otomatis pula akan bermunculan konsep-konsep baru yang
disertai wadah penampungnya, yaitu kata-kata dan istilah-istilah baru.
Jika kelahiran konsep tersebut belum disertai dengan wadahnya, maka
manusia sendiri yang akan menciptakan istilahnya (Chaer, 2007, as cited
in Yanti, 2016).

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI)?
2. Apa saja ruang lingkup dari PUEBI?
3. Bagaimanakah aturan penulisan huruf berdasarkan PUEBI?
4. Bagaimanakah aturan penulisan kata berdasarkan PUEBI?

1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian dari PUEBI.
2. Mendeskripsikan ruang lingkup dari PUEBI.
3. Mendeskripsikan aturan penulisan huruf berdasarkan PUEBI.
4. Mendeskripsikan aturan penulisan kata berdasarkan PUEBI.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)

Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata bahasa dalam Bahasa


Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan,
mulai dari pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, serta
penggunaan tanda baca (Murtiani et al, 2016). Dalam menulis berbagai
karya ilmiah, diperlukan aturan tata bahasa yang menyempurnakannya
sebab karya tersebut memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail.
Karya ilmiah tersebut dapat berupa artikel, resensi, profil, karya sastra,
jurnal, skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya. Sehingga PUEBI dapat
diartikan sebagai suatu ketentuan dasar secara menyeluruh yang berisi
acuan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

2.2 Ruang Lingkup

Salah satu letak perbedaan antara PUEBI dengan PUEYD adalah


adanya penambahan ruang lingkup. Pada PUEYD hanya terdapat tiga
ruang lingkup, yaitu pemakaian huruf, penulisan kata, dan pemakaian
tanda baca. Sementara pada PUEBI ditambahkan satu bagian ruang
lingkup yaitu penulisan unsur serapan. Pada makalah ini, penulis hanya
membahas dua bagian ruang lingkup yaitu pemakaian huruf dan penulisan
kata.

2.3 Pemakaian Huruf

2.3.1 Huruf Abjad

Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang melambangkan


bunyi bahasa, sementara abjad merupakan kumpulan atau sistem aksara
itu sendiri berdasarkan urutan yang umum dan baku dalam bahasa

4
tertentu. Ejaan Bahasa Indonesia terdiri dari 26 huruf abjad, yaitu sebagai
berikut.
Tabel 2.1 Huruf abjad berdasarkan PUEBI

5
2.3.2 Huruf Vokal

Huruf vokal merupakan huruf yang pelafalan bunyinya dihasilkan


oleh arus udara yang tidak mengalami rintangan dan kualitasnya
ditentukan oleh tiga faktor: tinggi-rendahnya posisi lidah, bagian lidah
yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal itu. Huruf-
huruf vokal pada bahasa Indonesia terdiri dari lima huruf, yaitu a, e, i, o,
dan u.

Tabel 2.2 Huruf vokal dan contoh pemakaiannya dalam kata

Contoh Pemakaian dalam Kata


Huruf
Vokal Posisi
Posisi Awal Posisi Tengah Akhir
a Asli Kari busa
e* Elak perak pare
Empang nenek -
Elang pecah Tipe
i Ipar Sikat Pari
o Oli Bola Saldo
u Uang Suka Baru

∗ Huruf e mewakili dua fonem, yaitu /e/ dan /ə/ beserta alofonnya. Fonem /e/

6
memiliki dua alofon, yaitu [e] dan [ɛ]. Fonem /e/ dilafalkan [e] jika
terdapat pada suku kata buka dan tidak diikuti suku kata yang
mengandung alofon [ɛ]

(Alwi et al, 2008). Fonem /e/ dilafalkan [ɛ] jika terdapat pada suku
kata tutup akhir. Fonem /ə/ hanya memiliki satu alofon, yaitu [ə]. Pada
PUEBI, digunakan tiga diakritik yang mewakili fonem beserta alofon
dari huruf e sebagai panduan pengucapan yang benar apabila suatu
ejaan kata menimbulkan keraguan.

a. Diakritik (é) dilafalkan


[e]. Misalnya:

Masakan Ibu sangat enak (énak).

b. Diakritik (è) dilafalkan


[ɛ]. Misalnya:

Ayah saya senang memelihara bebek (bè bèk).

c. Diakritik (ê) dilafalkan


[ə]. Misalnya:

Akibat perkatannya, timbul pertanyaan di benak (bênak) Adi.

2.3.3 Huruf Konsonan

Huruf konsonan adalah huruf yang pelafalan bunyinya dihasilkan dengan


menghambat aliran udara pada salah satu tempat di saluran suara di atas
glotis. Pada pelafalan konsonan, ada tiga faktor yang terlibat: keadaan
pita suara, penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap, dan cara alat
ucap itu bersentuhan atau berdekatan (Alwi et al, 2008). Huruf-huruf

7
konsonan pada bahasa Indonesia dilambangkan oleh 21 huruf yaitu b, c,
d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x y, dan z.

Tabel 2.3 Huruf konsonan dan contoh pemakaiannya dalam kata

Contoh Pemakaian dalam Kata


Huruf
Konsonan Posisi
Posisi Awal Posisi Akhir
Tengah
b b enda reb ut Akrab
c c ari kec ap -
d d iri ad ab Akad
f f oto laf al Huruf
g g urita leg a analo g
h h alal suh u Kerah
j j imat saj ak Mikraj
k k ita lak sa Tegak
l l epas mal as Bekal
m m erah kem ah suram
n n ila pen a tangan
p p erang sia p a setiap
q* q uran iq ra -
r r ata ber as bubur
s s ampah kas ar ringkas
t t arik ment ah adat
v v oli lav a molotov
w w arna aw an takraw
x* x enon - -
y y akin say ur -
z z at rez im ju z

∗ Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu
pengetahuan. Huruf x pada posisi awal kata dilafalkan [s].

8
2.3.4 Huruf Diftong

Huruf diftong merupakan huruf vokal yang berubah kualitasnya


pada saat pengucapannya dan dalam sistem tulisannya dilambangkan oleh
dua huruf vokal. Kedua huruf vokal tersebut tidak dapat dipisahkan
karena tergolong dalam satusuku kata. Diftong berbeda dengan deretan
vokal (Alwi et al, 2008), karena setiap huruf vokal pada deretan vokal
mendapat hembusan yang sama atau hampir sama, dan kedua huruf vokal
tersebut berada dalam dua suku kata yang berbeda. Contoh huruf diftong
dalam bahasa Indonesia adalah ai, au, ei, dan oi. Tabel 2.4 Huruf diftong
dan contoh pemakaiannya dalam kata

Contoh Pemakaian dalam Kata


Huruf
Diftong Posisi Posisi
Posisi Awal
Tengah Akhir
ai - Balai rung Rantai
au aur a Sau dara imbau
ei ei gendom Gei ser survei
oi - Boi kot tomboi

2.3.5 Gabungan Huruf Konsonan

Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy dalam bahasa


Indonesia melambangkan satu bunyi konsonan. Gabungan huruf (ny) dan
(sy) melambangkan konsonan palatal, sedangkan konsonan velar
dilambangkan oleh gabungan huruf (ng) dan (kh).

Tabel 2.5 Gabungan huruf konsonan dan contoh pemakaiannya dalam kata

9
Gabungan Contoh Pemakaian dalam Kata

Posisi Posisi
Huruf Konsonan Posisi Awal
Tengah Akhir
kh kh asiat Akh ir Syekh
ng ng ilu Ang ka Belang
ny ny eri Miny ak -
sy sy air i sy a Arasy

10
2.3.6 Huruf Kapital

Huruf kapital merupakan huruf yang memiliki bentuk khusus dan


berukuran lebih besar dari huruf biasa. Berikut adalah ketentuan-
ketentuan penggunaan huruf kapital.

1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap awal


kalimat. Misalnya:

Mengapa kita harus rajin belajar?

Dia menyelesaikan tugas itu tepat waktu.

2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama


seseorang, termasuk julukan.

Misalnya:
Gorys K
eraf

Pangeran
Diponegoro Catatan:

a. Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama


orang yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya:

11
15
newton
ikan
mujair

b. Huruf kapital tidak digunakan untuk menuliskan huruf pertama


kata yang bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan
van, atau huruf pertama kata tugas (di, ke, dan, dari, yang, dan
untuk).

Misalnya:

Ibrahim Aziz bin


Muaz Esther boru
Simanjuntak

3. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat di dalam petikan


langsung. Misalnya:

“Apa gunanya?” tanya Tom kepada Ella.

“Katakan kepadanya,” kata Shira kepadaku, “lebih baik jujur saja.”

4. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap kata nama
agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk
Tuhan.

Misalnya:

Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Katolik adalah lima agama


yang diakui di Indonesia.

Ya Tuhan, tolong ampuni kami.

12
5. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama gelar

kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama


orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.

Misalnya:

Nabi Muhammad SAW

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat

6. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama


gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan
dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.

Misalnya:

Silakan duduk, Y ang


Mulia. Terima kasih,
Dokter.

7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama


jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai
sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama
tempat.

Misalnya:

Wakil Presiden Jusuf


Kalla Gubernur Riau

8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku


bangsa, dan bahasa.

13
Misalnya:

bahasa
Indonesia suku
Dayak
Catatan:

Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang digunakan sebagai


bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:
pengindonesiaan kata asing

kebali-balian

14
9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, dan hari raya atau hari besar keagamaan.

Misalnya:

bulan Juni tahun Masehi

hari Selasa hari N yepi

10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama
peristiwa sejarah.

Misalnya:

Agresi Militer
Belanda II Perjanjian
Renville

11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama


geografi. Misalnya:

Kepulauan Seribu Sungai Siak

Kecamatan Tampan Jalan Utama

Catatan:

a. Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak


ditulis dengan huruf kapital.

15
Misalnya:
menyeberangi
jalan mendaki
gunung

b. Huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai


nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital.

Misalnya:

terong belanda (Solanum


betaceum) kacang arab (Cicer
arietinum)

Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis


dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain
dalam kelompoknya.

Misalnya:

Ada beberapa jenis salak di Indonesia, antara lain salak


ambarawa, salak bali, salak banjarnegara, salak bongkok,
salak hutan, dan salak

pondoh.

16
Contoh berikut bukan nama jenis.

Pada mata pelajaran Seni Budaya hari ini, para murid diajak
menyanyikan lagu daerah Riau, lagu daerah Sumatera Barat,
dan lagu daerah Aceh.

12. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga,
badan, organisasi,

atau dokumen, kecuali kata


tugas. Misalnya:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 Komisi Pemberantasan K orupsi

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk
unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel,
makalah, nama majalah, dan surat kabar, kecuali kata tugas, yang
tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:

Majalah B obo memberikan informasi yang bermanfaat bagi


anak-anak. Dia sedang membaca novel Dusta di B alik
Penjelajahan C olumbus.

14. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, atau sapaan.

Misalnya:

17
S.T. sarjana teknik

Nn. nona

15. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk


hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, dan paman, serta
kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau
pengacuan.

Misalnya:

“Wajah K akak terlihat pucat, apa Kakak sakit?” tanya


Raisa. Ibu berkata kepadaku, “Tolong bersihkan
sayuran itu, Nak.”

Catatan:

a. Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau


pengacuan.

Misalnya:
Ibu saya memiliki satu orang kakak dan tiga orang adik.

Sejak kecil, dia sudah tinggal bersama dengan neneknya.

b. Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal


kapital. Misalnya:

Bagaimana Anda bisa menyelesaikan pekerjaan itu dengan baik?

Saya tidak tahu kalau Anda juga suka bermain basket.

18
2.3.7 Huruf Miring

Huruf miring merupakan huruf yang letaknya miring, tetapi tidak


sama dengan tulisan tangan pada kursif. Berikut adalah ketentuan-
ketentuan penggunaan huruf miring.

1. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, nama majalah,


atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam
daftar pustaka. Misalnya:

Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terdiri atas novel


Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Umum


Pembentukan Istilah. Jakarta: Balai Pustaka.

2. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan


huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.

Misalnya:

Penulisan kata yang benar adalah dekret , bukan


dekrit . Jelaskan maksud dari peribahasa esa hilang
dua terbilang!

3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam


bahasa daerah atau bahasa asing.

Misalnya:

Go Gek Cap Lak (upacara bakar tongkang) adalah ritual tahunan


masyarakat di Bagansiapiapi yang sudah terkenal hingga di
mancanegara. Ora et labora memiliki makna ‘berdoa dan bekerja’.

19
Catatan:

a. Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam


bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf
miring
b. Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer),
bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.

c. Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang


dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis
dengan huruf miring.

2.3.8 Huruf Tebal

Huruf tebal adalah huruf yang dicetak tebal atau vet. Berikut
adalah ketentuan-ketentuan penggunaan huruf tebal.

1. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang telah


ditulis dengan huruf miring.

Misalnya:
Kata yang memiliki akhiran -is adalah kata sifat. Contohnya
akhiran -is pada kata ekonomis yang berarti ‘bersifat ekonomi
(hemat)’.
Kata sativa pada nama ilmiah padi yaitu Oryza sativa menunjukkan
species.

2. Huruf tebal dapat digunakan untuk menegaskan bagian-bagian


karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.

Misalnya:
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP

20
2.4 Penulisan Kata

2.4.1 Kata Dasar


Kata adalah satuan unit terkecil dari bahasa yang dapat berdiri
sendiri dan tersusun dari morfem tunggal. Kata merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran yang digunakan dalam berbahasa, baik
diucapkan maupun dituliskan. Kata dasar dapat diartikan sebagai suatu
kata yang menjadi dasar bentukan kata yang lebih besar dan bahkan
menjadikan kata tersebut memiliki makna yang berbeda.
Misalnya:

Kakek itu sangat kurus


Dia pergi ke pasar

21
2.4.2 Kata Berimbuhan

Kata berimbuhan atau kata turunan adalah kata-kata yang sudah


berubah bentuk dan makna disebabkan pemberian imbuhan berupa
awalan (afiks), akhiran (sufiks), sisipan (infiks), atau awalan-akhiran
(konfiks). Kata berimbuhan terbagi menjadi:

1. Imbuhan yang ditulis serangkai dengan bentuk


dasarnya. Misalnya:

bersalah
tarik an
kemilau
persembah
an
Catatan:

Imbuhan yang diserap dari unsur asing seperti -isme, -man, -wan,
atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.

Misalnya:
patriotism
e
budiman
sejarawan
manusiaw
i

2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang


mengikutinya. Misalnya:

adikuasa
antarnega

22
ra
dwibahasa
prakarya
Catatan:

a. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital
atau singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan
tanda hubung (-).

Misalnya:
non-Asia

pan-Amerika

23
pro-Pemerintah

b. Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada


nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal
kapital.

Misalnya:

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha


Pengasih dan Penyayang.

c. Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada


nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.

Misalnya:

Tuhan Yang Mahatahu apa yang terbaik bagi kita.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa terus melindungi kalian semua.

2.4.3 Bentuk Ulang

Bentuk ulang adalah kata dasar yang mengalami pengulangan


(reduplikasi), hingga membentuk makna yang berbeda (Murtiani et al,
2016). Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di
antara unsur-unsurnya. Berdasarkan pendapat Badudu (1983), kata ulang
menurut bentuknya ada beberapa macam, yaitu:

a. Kata ulang dengan mengulang seluruh morfem: kuda-kuda, sakit-sakit,


berapa-berapa, perubahan-perubahan.

24
b. Kata ulang berimbuhan: berjalan-jalan, gigi-geligi, anak-anakan.

c. Kata ulang yang mengalami perubahan bunyi: bolak-balik, serta-


merta, serba-serbi.

d. Kata ulang dwipurwa: lelaki, tetamu, leluhur, tetanaman.

Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.

Misalnya:

buku pelajaran → buku-buku pelajaran

mobil mewah → mobil-mobil mewah

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata bahasa dalam Bahasa


Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam
tulisan,mulai dari pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan
unsur serapan, serta penggunaan tanda baca.
2. Ruang lingkup PUEBI adalah pemakaian huruf, penulisan kata,
pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur serapan.
3. Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang melambangkan
bunyi bahasa. Pemakaian huruf yang diatur dalam PUEBI
antara lain: huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf
diftong, gabungan huruf konsonan, huruf kapital, huruf miring,
dan huruf tebal.
4. Kata adalah satuan unit terkecil dari bahasa yang dapat berdiri
sendiri dan tersusun dari morfem tunggal. Kata merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang digunakan
dalam berbahasa, baik diucapkan maupun dituliskan. Pedoman
penulisan kata yang diatur oleh PUEBI adalah kata dasar, kata
berimbuhan, bentuk ulang, dan lain-lain.

26
3.2 Saran

Setelah membaca makalah ini, penulis menyarankan agar pembaca:

1. Memahami PUEBI dan menerapkannya dalam berbahasa


Indonesia yang baik dan benar.
2. Menjadikan PUEBI sebagai patokan dalam menulis berbagai
karya ilmiah.

27
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2008. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. edisi ketiga. Jakarta:

Balai Pustaka.

Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia.

Murtiani, Anjar, dkk. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Yogyakarta:

Araska.

Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

Jakarta: Kemendikbud.

Rahmadi, Duwi. 2017. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia & Kesalahan

Berbahasa. Solo: Genta Smart Publisher.

Yanti, Prima Gusti, dkk. 2016. Bahasa Indonesia Konsep Dasar dan Penerapan.

Jakarta: PT. Grasindo.

28

Anda mungkin juga menyukai