Saya mengalami kedua kehamilan dan persalinan yang sedikit meninggalkan trauma. Tak
terasa waktu berlalu, sulung sudah berusia 4tahun dan yang ke2 sudah 2tahun.
Penyapihan pun dimulai Alhamdulillah sudah menuntaskan tugasku sebagai Ibu menyusui
kedua buah hati sampai selesai. Ternyata setelah masa penyapihan itu pula akhirnya
setelah 5tahun menikah baru mulai datang haid yang menandakan masa subur telah tiba.
Setelah apa yang dialami kesepakatan dengan suami bahwa kami akan menunda untuk
kehamilan yang berikutnya. Ternyata manusia hanya bisa berencana tapi jika Allah
berkehendak maka kun fayakun. Alhamdulillah saya dipercaya untuk hamil yang ke3.
Senang bercampur bingung karena kami merasa belum siap akan bertambah anggota
keluarga lagi. Bismillah saya berusaha untuk instropeksi dari kedua kehamilan yang lalu
dan berusaha untuk merubah diri mempersiapkan kehamilan yang ke 3 ini.
Pemberdayaan diri, ini yang saya sebut dalam merubah diri. Gejala mual, muntah itu lagi
yang saya alami sekarang saat pertama kali positif testpack di usia kandungan sekitar
6minggu. Saat ini saya tinggal dirumah kontrakan hanya berempat dengan suami dan
kedua anakku. Jadi aku mesti kuat melawan mual, muntah disepanjang hari sambil
merawat kedua balitaku.Setiap hari dilalui dengan kedua anaku melihat ibunya muntah-
muntah.Disela-sela itu aku sempatkan diriku belajar untuk mempersiapkan kehamilan juga
persalinan yang ketiga ini dengan indah. Seorang teman memberi tahukan bahwa akan ada
pelatihan tentang melahirkan secara alami dan islami. Saya membujuk suami untuk sama-
sama bisa ikutan acara pelatihan tersebut. Subhanallah pelatihan tersebut membuka mata
saya tentang kehamilan dan persalinan yang sesungguhnya sudah diatur semuanya oleh
yang Maha Pencipta. Dari sana saya belajar bahwa kehamilan bisa juga dijalankan tanpa
mual,muntah juga persalinan bisa dialami dengan indah. Maka mulailah perjalanan
perkuliahan saya dengan belajar hamil dan melahirkan.
Segera saya mengabarkan ke orang tua saya, meminta beliau untuk datang ke rumah kami
dengan tidak memberitahukan penyebabnya. Setelah orangtua saya sampai dirumah baru
saya sampaikan bahwa bayi saya sudah meninggal. Kami pun segera mengabarkan
kesanak saudara untuk mendoakan saya. Kami juga segera mempersiapkan kain kafan
dan juga tempat pemakaman yang rencananya akan dimakamkan dihalaman belakang
rumah kami. Sekarang yang harus saya lakukan adalah bagaimana caranya melahirkan
bayi yang sudah meninggal ini? Dokter-dokter yang sudah saya kunjungi sebelumnya
menyarankan untuk cesar lagi. Akhirnya saya belajar lagi searching tentang IUFD bahwa
bayi yang sudah meninggal akan dideteksi tubuh sebagai benda asing dan sudah
mekanisme tubuh akan mengeluarkan benda asing tersebut. Jadi kesimpulannya cepat
atau lambat bayi ini akan lahir dengan sendirinya. Namun hal tersebut tidak bisa diterima
oleh banyak orang, terutama saudara-saudara yang menyarankan harus segera
dikeluarkan.
Perjuangan saya baru saja dimulai berusaha menutup diri dari semua yang tidak
mendukung saya. Mencari dukungan dari grup VBAC dan cesar awareness juga mencari
provider yang bersedia menolong saya. Kami mendapat kabar dari seorang teman tentang
dokter yang pro normal dan kami mengunjungi dokter tersebut. Setelah kami menjelaskan
kondisi saya, dokter bersedia menolong saya tetapi masalahnya dokter tersebut akan cuti
esok lusa. Jika saya memutuskan untuk melahirkan di rumah sakit tersebut, dengan kondisi
kandungan baru 25minggu dipaksa untuk dilahirkan kemungkinan akan memakan waktu
yang agak lama. Dikhawatirkan jika saya masuk rumah sakit saat itu lalu disaat saya akan
melahirkan tiba-tiba dokternya cuti jadi beresiko akan dipindahkan ke dokter lain. Akhirnya
kami memutuskan untuk berikhtiar dengan cara lain. Mendatangi therapis acupressure
berkonsultasi dengan kondisi saya dan therapisnya menyarankan terapi selama 3-6hari
insya Allah akan lahir sendiri bayinya.Selama masa terapi saya tetap beraktifitas seperti
biasa, mengurus pekerjaan dirumah, tetap latihan seperti seorang akan melahirkan secara
normal, shalat dan mengaji seperti biasa. Sudah 6hari berlalu, bayi belum juga
menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Seorang bidan yang juga teman datang ke
rumah untuk coba menolong dengan mengajarkan bagaimana merangsang kontraksi alami.
Sudah dipraktekkan juga di rumah dan belum menunjukkan hasil juga.
Sampai akhirnya sudah hari ke10 pasca vonis meninggal kami belum mendapatkan hasil
maka kami berikhtiar kembali ke dokter yang bersedia menolong kami sekembalinya beliau
setelah cuti. Hari ke 11 kami kembali ke rumah sakit tempat dokter tersebut praktek.
Setelah diperiksa dokter menyatakan masih sanggup berusaha membantu saya untuk
mencoba melahirkan secara normal. Adapun semua kondisinya sudah disampaikan kepada
kami bahwa jika semua tindakan sudah dilakukan dan belum membawa hasil maka dokter
akan melakukan cesar sebagai jalan terakhirnya dan kami pun menyetujuinya. Tindakan
pertama dilakukan induksi dengan kateter atau yang biasa disebut induksi balon. Jam 5
sore tindakan dilakukan dan masuk kamar perawatan. Malam itu saya tidak bisa tidur
karena teman sekamar yang kurang bersahabat. Saya mencoba tidur dipagi hari ketika
teman sekamar akan pulang,ternyata saat itu kontraksi sudah mulai datang teratur saya
pun tidak jadi untuk tidur. Tetap beraktifitas seperti jalan, latihan olahraga yang bisa saya
lakukan sambil dzikir dan berdoa. Jam 12 siang kontraksi sudah datang teratur 3-5menit
sekali, lapor ke suster diberitahukan nanti akan di observasi oleh bidan jam 5 sore. Jam 5
sore observasi setelah 24jam pasca pemasangan kontraksi 3kali per 10menit namun belum
ada pembukaan. Ditambahkan observasi lagi selama 4jam. Jam 10 malam 28jam pasca
pemasangan kontraksi meningkat 4kali per 10menit tapi masih belum ada pembukaan.
Tubuh saya semakin lemah dan akhirnya setelah 31jam saya memutuskan untuk mencopot
induksi kateternya. Tapi dapat sms dari dokternya bahwa jika saya memutuskan untuk
mencopot kateter maka otomatis saya akan mengulang semua tahapan yang sama lagi
esok harinya dan sepertinya dokter tersebut tidak bersedia membantu saya untuk mencoba
untuk melahirkan dengan normal lagi.Saya hampir putus harapan bahwa yang sudah
diperjuangkan saat ini akan tidak terlaksana. Akhirnya tawakal kepada Allah bahwa saya
sudah berusaha semaksimal mungkin, saya juga tidak egois jika bayi ini harus dilahirkan
dengan cara cesar maka saya ikhlas. Dengan dzikir Hasbi Allah wani'mal wakil
Wani'malmaula Wani'man nasir 'Cukuplah Allah bagiku, Sebaik-baik pelindung,Sebaik-baik
penjaga, Sebaik-baik penolong' saya berusaha untuk beristirahat walaupun sela-sela itu
masih sering terasa kontraksi.
3jam setelah pelepasan kateter tiba-tiba datang kontraksi yang kuat. Dan saat itu karena
tubuh sudah lemah saya minta tolong suami untuk di gendong dan diantar ke kamar mandi.
Saya duduk di toilet seperti ada rasa ingin buang air besar, khawatir bayi yang akan keluar
maka saya pegang miss v dan merasakan seperti benjolan. Perasaan keibuanku timbul
mungkin ini yang dimanakan gelombang cinta bahwa bayinya memberikan isyarat untuk
bahwa ia telah siap lahir. Maka saya mencoba untuk mengejan kurang lebih 3kali tapi bayi
belum keluar juga. Intropeksi diri apakah saya sudah benar mengejan? Ternyata baru
teringat bahwa saya mengejan disaat tidak terjadi kontraksi. Akhirnya menunggu
gelombang cinta itu datang lagi dan saya mempersiapkan diri untuk menerima bayi saya.
Gelombang cinta itu datang dan ketika saya mengejan bayi saya lahir ditangan saya sendiri
jam 4.03. Subhanallah wal hamdulillahi rabbil ’alamin perjuangan selama 13hari terbayar
sudah. Allah memberikan kesempatan untuk saya bersama bayi saya hanya berdua kami
menjalani persalinan ini. Sungguh kenangan yang terindah yang diberikan kepada saya
untuk bersama dengan bayi saya walau hanya dalam waktu yang sangat singkat. Saya
berusaha untuk menguatkan diri lalu berusaha memanggil suami saya. Suami saya
berusaha memanggil suster untuk memberitahu bahwa saya sudah melahirkan. Setelah
suster melihat saya langsung dilaporkan ke kamar bersalin agar bidannya segera ke kamar.
Ternyata saat itu dikamar bersalin para bidannya sedang membantu persalinan yang lain
sehingga bidannya tidak dapat ke kamar saya. Akhirnya saya digendong oleh suami saya
dengan masih memegang bayi untuk di angkat ke kasur dan segera dipindahkan ke kamar
bersalin.
Di kamar bersalin saya mulai dipersiapkan untuk proses melahirkan placentanya. Pertama
bidan akan menyuntikkan oksitosin tapi saya menolak karena trauma disuntik seperti saat
persalinan yang kedua dimana setelah disuntik ternyata saya alergi lalu masuk ICU.
Bidannya bilang bahwa suntikan oksitosin ini untuk membantu kontraksi rahim untuk
mengeluarkan placentanya tapi saya takut jadi saya minta waktu kalo dalam waktu
setengah jam placentanya tidak keluar maka saya bersedia untuk disuntik. Saat itu
bidannya akan memotong tali pusat bayi saya tapi saya juga menolak alasannya bayi saya
sudah meninggal jadi buat apa di potong karena setelah ini akan langsung dimakamkan
bersama dengan placentanya. Selama ada waktu saya berusaha untuk mengeluarkan
placenta saya yang akhirnya alhamdulillah placenta saya lahir secara alami. Bayi saya di
bawa keluar kamar bersalin untuk diperiksa dan segera dibuatkan surat kematiannya. Bidan
yang lain datang dan hendak menyuntikkan oksitosin juga guna menjadi kontraksi rahim
supaya saya perdarahan. Saya tetap menolak karena alasan takut alergi. Akhirnya mereka
memberi waktu saya untuk istirahat sambil mengobservasi ada perdarahan atau tidak. Jam
6 pagi suster memeriksa perdarahan alhamdulillah tidak terjadi perdarahan yang banyak
jadi perdarahan pasca persalinan normal. Lalu saya disiapkan untuk mandi membersihkan
diri setelah persalinan. Jam 10 dokter datang dan memeriksa kondisi rahim saya yang
alhamdulillah sudah bersih tidak ada yang teringgal. Dan saya izin untuk bisa pulang
segera untuk pemakaman bayi saya.
Setelah memeriksa saya,dokter memastikan kondisi saya memungkinkan untuk bisa pulang
maka saya segera bersiap-siap untuk dijemput oleh orang tua saya. Jam 2 siang orangtua
saya sampai di rumah sakit dan ibu saya segera mempersiapkan kain kafan untuk
almarhumah bayi saya.Rasanya sangat singkat saya bisa merasakan
menggendongnya,mengelus dinginnya kulitmu,masih teringat jelas cantiknya wajahmu
persis mba Aliyya kakakmu hanya saja dirimu seperti sedang tidur dalam tidur yang
panjang dan selamanya,terakhir sebelum ditutup dengan kain kafan untuk yang terakhir
kalinya bisa mencium dinginnya pipimu.Dan setelah itu tubuhmu terbungkus dengan kain
kafan. Barulah kakak-kakakmu datang untuk berkenalan dengan adiknya. Subhanallah
kakak-kakakmu pintar dan sholeh melihatmu sudah terbungkus kain kafan, mereka tetap
sayang padamu,menciummu walau hanya sekedar bisa membelai kain kafanmu. Setelah
pengurusan admin juga surat kematianmu, kami pulang menuju rumah tempat kami
mempersiapkan tempat peristirahatanmu yang terakhir. Dalam perjalanan kami mampir ke
sebuah toko bunga untuk membeli keperluan bunga untuk pemakaman. Perjalanan terasa
lama mungkin karena saya berharap masih bisa memelukmu lebih lama lagi.
Sesampainya dirumah semua sudah dipersiapkan dan kamipun bersiap untuk shalat
jenazah. Selesai shalat bersiap untuk pemakamanmu, ayahmu sudah siap didalam liang
kubur untuk segera membaringkanmu disana. Dibukalah simpul-simpul kain kafan, adzan
dan iqamah berkumandang menyertai kepergianmu. Kayu-kayu diletakkan diatasmu,
bongkahan demi bongkahan tanah menutupi liang kuburmu. Kakak-kakakmu dengan sabar
mendampingi selama proses itu berlangsung. Akhirnya makammu telah selesai, tugas ibu
juga selesai telah melahirkan,menshalatkan, dan menguburkan dirimu.
Terima kasih sudah mengajarkan ibu banyak hal, terima kasih sudah menjadi bagian dari
hidupku selama 25minggu yang sangat berarti buatku. Terima kasih sudah
menghadiahkanku dengan proses kelahiran yang sangat indah hanya berdua denganmu.
Sungguh tidak ada yang sia-sia dari setiap kejadian dan penciptaannya. Ibu sayang tapi
ternyata Allah lebih sayang dengan dirimu. Innaa lillaahi wa innaailaihi raaji`uun,
sesungguhnya kami adalah milik Allah dankepada-Nyalah kami kembali. Saat Sang
pencipta mengambil kembali apa yang sudah diciptakannya apakah kita boleh marah? Ya
Allah hamba ikhlas dan ridho bayi hamba kembali padaMu. Berikanlah kami kesabaran dan
kekuatan untuk kami bisa melanjutkan hidup bagi suami, anak-anak kami, keluarga dan
juga ummat. Allah bimbing kami agar bisa pantas masuk dalam syurgaMu dan berkumpul
dengan anak-anak kami lagi.
Malaikat kecilku itu ku beri nama ”Arifa” yang artinya ”Yang Bijak”. Selamat jalan putri
kecilku, doaku akan selalu menyertaimu
Alhamdulillah akhirnya sharing ini selesai saya tulis, jika harta tak punya maka sebarkanlah
ilmu yang bermanfaat. Semua nama dokter,bidan,grup support, para aktifis maupunnama
tempat sengaja tidak saya sebutkan. Bagi teman-teman yang sekiranya ingin tahu bisa
langsung inbox saya. Semoga sharing saya bisa bermanfaat untuk ummat.Dengan cara ini
saya bisa mengenang almarhumah Arifa dengan senyuman. Bagi yang tidak sejalan
dengan sharing saya maka silahkan meninggalkan halaman ini karena saya menghindari
perdebatan yang tak berujung.
Tambahan jika ada yang mempertanyakan apa penyebab meninggalnya Arifa...maka ini
adalah jawaban saya...dan saya mohon untuk tidak mempertanyakannya lagi di
komen...terima kasih
Jujur kalo sy lebih memilih untuk tidak mau tahu penyebabnya...cukup yakin kepada Allah
bahwa ini rencana yg terbaik untuk saya maupun Arifa...saya memang gak mau tau apa
penyebabnya...krn buat apa tau juga hanya akan mencari bahwa ini kesalahan siapa...kalo
sang pemilik mau mengambil yg jadi miliknya,apakah kita harus bertanya kenapa
diambil?itu sudah rencana Allah...dan saya bersyukur dikasih kesempatan mengandung
malaikat syurga ini dalam rahimku