Pendahuluan
Pembangunan nasional di bidang ekonomi disusun dan dilaksanakan untuk
memajukan kesejahteraan umum melalui pelaksanaan demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Dalam perspektif landasan konstitusional tersebut, perdagangan nasional Indonesia
mencerminkan suatu rangkaian aktivitas perekonomian yang dilaksanakan untuk
mewujudkan kesejahteraan umum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kegiatan perdagangan merupakan penggerak utama pembangunan perekonomian
nasional yang memberikan daya dukung dalam meningkatkan produksi, menciptakan
lapangan pekerjaan, meningkatkan ekspor dan devisa, memeratakan pendapatan, serta
memperkuat daya saing produk dalam negeri demi kepentingan nasional. Indonesia
terkenal sebagai negara dengan sumber daya alam yang melimpah, jika di laut ada ikan
begitupun di darat ada berbagai hasil alam baik tumbuh-tumbuhan, tambang dan hewan.
Semua sumber daya ini bernilai ekonomis, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan bangsa dan negara. Berbicara mengenai sumber daya alam yang ada di laut,
Indonesia sangat karena Indonesia sendiri terkenal sebagai negara maritim, mulai dari
ikan, cumi, rumput laut, dan berbagai jenis hasil laut lainnya. Menurut Food and
Agriculture Organization (FAO), Indonesia merupakan negara terbesar ke dua setelah
Cina dalam hal produksi perikanan tangkap.
Pada sektor kelautan khususnya komoditi lobster, Indonesia termasuk negara yang
kaya akan produksi lobster dibanding dengan negara-negara lain di Asia Tenggara.
Lobster sendiri merupakan menu makanan yang dikenal cukup istimewa. Di samping
nilai jualnya tergolong tinggi, komoditas tersebut juga memiliki prestise di tengah-tengah
masyarakat, sehingga tak heran kalau restoran dan perhotelan kerap menjadikannya
sebagai salah satu menu utama untuk memanjakan lidah konsumennya.
Lobster pun dianggap memiliki prospek (masa depan) yang cerah akan tetapi
pembudidayanya masih sedikit. Lobster juga memiliki nilai jual yang tergolong fantastis,
karena untuk satu ekor dengan bobot yang hanya seberat 100 gram saja, lobster dapat
dihargai mulai dari Rp 150.000 hingga Rp 250.000. Selain itu, dalam hal permintaan,
lobster juga memiliki pangsa pasar yang sangat besar. Pasalnya, di samping terbuka
lebarnya pangsa pasar domestik, permintaan pasokan lobster ini juga berdatangan dari
mancanegara, bahkan jumlah permintaan yang sangat tinggi. Berkenaan dengan hal
tersebut, terjadi banyak penyimpangan pada sektor komoditi ekspor bibit lobster
khususnya lobster yang memiliki ukuran 8 cm dengan berat kurang dari 200 gram yang
menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
56/Permen-Kp/2016 tentang Larangan Penangkapan Dan/Atau Pengeluaran Lobster
(Panulirus Spp.), Kepiting (Scylla Spp.), Dan Rajungan (Portunus Spp.), untuk ukuran
lobster yang tergolong bibit di bawah 200 gram, tidak boleh diekspor, akan tetapi dalam
hal ini justru banyak terjadi kegiatan ekspor bibit lobster secara illegal yang dilakukan
oleh para eksportir lobster.
Penyelundupan akan bibit lobster ini tentu telah menyalahi izin berkenaan dengan
ketentuan ukuran lobster yang diperbolehkan untuk diekspor, yang dikeluarkan oleh
Kementrian Perikanan dan Kelautan yang dalam hal ini bekerjasama dengan Bea Cukai.
Dalam hal ini penulis membahas tentang proses pemberian izin pada perusahaan yang
melakukan pembudidayaan lobster yang sekaligus juga melakukan eskpor bibit lobster.
Akan tetapi yang terjadi, baik izin yang dikeluarkan oleh Kementrian Perdagangan dan
Perindustrian serta Kementerian Perikanan dan Kelautan, sebagai pintu gerbang kegiatan
ekspor – impor hasil kelautan, tetap terjadi penyelundupan bibit lobster. Penyelundupan
tersebut mengakibatkan kerugian negara karena tidak adanya pajak yang masuk ke kas
Negara. Disamping itu pula akan mengganggu keseimbangan ekosistem laut, karena bibit
lobster merupakan aset perikanan Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara-negara di
Asia Tenggara lainnya, yang dapat menjadi komoditi yang menjajikan jika sudah siap
ekspor (lobster dewasa), kemudian juga merugikan para nelayan-nelayan kecil, yang
mana menjadikan permintaan terhadap lobster dewasa untuk komiditi ekspor akan
menurun.
Formulir Model D.
REPUBLIK INDONESIA
Nomor :
Lampiran :
Perihal : Peringatan ke............... Kepada Yth.
tentang pelaksanaan Ketentuan *) SIUP ....................................
Kecil/Menengah/Besar ....................................
Di ..........................................
setelah diadakan penelitian, ternyata perusahaan Saudara tidak memenuhi ketentuan *) SIUP
Kecil/Menengah/Besar yang berlaku, antara lain :
1. ............................................................................................................................................
2. ............................................................................................................................................
3. ............................................................................................................................................
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kami minta agar Saudara dalam waktu 1
(satu) bulan sejak dikeluarkannya Surat ini sudah memenuhi ketentuan *) SIUP
Kecil/Menengah/Besar yang berlaku dan melaporkannya kepada kami.
NOMOR : 289/MPP/Kep/10/2001
Kemudian apabila Peringatan untuk ke-3 kalinya tidak diindahkan oleh perusahaan yang
bersangkutan maka, Pemerintah dalam hal ini yang berada di bawah Dinas Perindustrian dan
Perdagangan sesuai dengan Pasal 26 Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan
Republik Indonesia Nomor : 289/Mpp/Kep/10/2001 tentang Ketentuan Standar Pemberian Surat
Izin Usaha Perdagangan (SIUP) maka akan:
(1) SIUP Perusahaan yang bersangkutan dibekukan apabila :
KEPUTUSAN
*) DINAS ... KABUPATEN/KOTA ...
NOMOR : 00000000000000000000
TENTANG
*) PEMBEKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)
KECIL/MENENGAH/BESAR
*) DINAS ... KABUPATEN/KOTA ...
Memimbang : a. bahwa berdasarkan penelitian terhadap pelaksanaan Usaha
Perdagangan sebagaimana tercantum dalam *) SIUP
Kecil/Menengah/Besar Nomor .......... tanggal ........ atas nama .....
yang bergerak dalam kegiatan usaha ........... Yang berlokasi di .....
ternyata tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan
sehingga *) SIUP Kecil/Menengah/Besar yang bersangkutan perlu
dibekukan.
b. bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Keputusan.
MEMUTUS KAN
Menetapkan :
Ditetapkan di ..............................
Pada tanggal ...............................
*) DINAS ... KABUPATEN/
KOTA ...
Di ................................................
Kepala,
(...................................)
NIP. ............................
Tembusan:
1. Menteri Perindustrian dan Perdagangan up
Sekretaris Jenderal;
2. Inspektur Jenderal Depperindag dan
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
DEPPERINDAG.
3. Ka. PUSDATIN DEPPERINDAG.
4. Dinas ... Kabupaten/Kota ...
5. Pertinggal.
Apabila sanksi peringatan sebanyak 3 kali, kemudian pembekuan SIUP tidak diindahkan
kembali, maka konsekuensinya adalah SIUP yang dipegang oleh perusahaan yang bersangkutan
dapat dicabut. Ketentuan mengenai pencabutan SIUP tertera pada Padal 27 Keputusan Menteri
Perindustrian Dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 289/Mpp/Kep/10/2001 tentang
Ketentuan Standar Pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), yang mengatur:
(1) SIUP dapat dicabut apabila :
a. SIUP yang diperoleh berdasarkan keterangan/data yang tidak benar atau palsu dari
perusahaan yang bersangkutan atau tidak sesuai ketentuan.
b. perusahaan yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan setelah melampaui batas
waktu pembekuan.
c. perusahaan yang bersangkutan telah dijatuhi hukuman pelanggaran HKI dan atau
pidana Badan Peradilan yang telah berkekuatan hukum tetap;
d. Perusahaan yang bersangkutan melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
yang memuat sanksi pencabutan SIUP.
(2) Pencabutan SIUP dilakukan oleh Pejabat yang berwenang menerbitkan SIUP yang
bersangkutan dengan menggunakan Formulir Model F.
Formulir Model F
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA.......
REPUBLIK INDONESIA
( KOP SURAT UNIT )
KEPUTUSAN
*) DINAS ... KABUPATEN/KOTA ...
NOMOR : 00000000000000000000
TENTANG
*) PENCABUTAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)
KECIL/MENENGAH/BESAR
*) DINAS ... KABUPATEN/KOTA ...
Memimbang : a. bahwa berdasarkan penelitian terhadap pelaksanaan Usaha
Perdagangan sebagaimana tercantum dalam *) SIUP
Kecil/Menengah/Besar Nomor .......... tanggal ........ atas nama .....
yang bergerak dalam kegiatan usaha ........... Yang berlokasi di .....
ternyata tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan
sehingga *) SIUP Kecil/Menengah/Besar yang bersangkutan perlu
dibekukan.
b. bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Keputusan.
MEMUTUS KAN
Menetapkan :
Ditetapkan di ..............................
Pada tanggal ...............................
*) DINAS ... KABUPATEN/
KOTA ...
Di ................................................
Kepala,
(...................................)
NIP. ............................
Tembusan:
1. Menteri Perindustrian dan Perdagangan up
Sekretaris Jenderal;
2. Inspektur Jenderal Depperindag dan
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
DEPPERINDAG.
3. Ka. PUSDATIN DEPPERINDAG.
4. Dinas ... Kabupaten/Kota ...
5. Pertinggal.
IV. KESIMPULAN
1. Bentuk pengawasan pemerintah selaku pemberi izin dalam contoh kasus yang
dikemukakan diatas, dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Prosedur
pengawas perikanan dalam melakukan pengawasan pengolahan, pengangkutan dan
pemasaran ikan meliputi:
a. Pengawas perikanan sebelum melakukan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 5
ayat (2) terlebih dahulu memberitahukan kepada penanggung jawab UPI;
b. Mendatangi lokasi usaha pengolahan ikan serta menunjukkan Surat Perintah Tugas;
c. Pengawas Perikanan melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen
dan hal lainnya yang menjadi objek pengawasan sebagaimana tercantum pada
lampiran 1 sampai dengan lampiran 3;
d. Dalam hal ditemukan ada dugaan tindak pidana perikanan, Pengawas Perikanan
menyerahkan kepada PPNS perikanan untuk dilakukan proses penyidikan.
Bentuk pengawasan ini diatur di dalam Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Dan
Pengendalian Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan Nomor: Kep. 042/Dj-P2sdkp/2008
Tentang Petunjuk Teknis Operasional Pengawasan Pengolahan, Pengangkutan Dan
Pemasaran Ikan, yang secara lebih lanjut terkait dengan teknis dan tata caranya tertera
pada Pasal 7, yang mengatur demikian:
Pengawasan yang dilakukan pada 3 tahapan, yakni seperti yang tercantum pada
Pasal 4 dalam Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Dan Pengendalian Sumber Daya
Kelautan Dan Perikanan Nomor: Kep. 042/Dj-P2sdkp/2008 Tentang Petunjuk Teknis
Operasional Pengawasan Pengolahan, Pengangkutan Dan Pemasaran Ikan
“Pengawasan pengolahan, pengangkutan dan pemasaran ikan dilakukan di:
a. Penanganan ikan dan/atau UPI (Unit Pengolahan Ikan), Lokasi pengumpul;
b. Pelabuhan laut, pelabuhan udara dan tempat pendaratan ikan;
c. Kapal penangkap/pengangkut ikan yang melakukan pengolahan ikan.”
Pengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Perikanan yang adalah Pegawai
Negeri Sipil, baik yang berstatus Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan maupun non-
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan, yang diangkat dan ditunjuk oleh Menteri
Kelautan dan Perikanan atau pejabat yang ditunjuk, untuk melakukan kegiatan
pengawasan perikanan. Pengawas perikanan melakukan pengawasan baik kepada surat-
surat atau dokumen yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan pengolahan, perindustrian
serta perdagangan hasil laut, dan juga terhadap tempat atau lokasi dari pengolahan,
industri (dalam hal ini pembudidayaan), serta penangkapan hasil sumber daya laut.
Dokumen yang diperiksa oleh pengawas perikanan antara lain:
a. SIUP;
b. SKP (Sertifikat Kelayakan Pengolahan);
c. Sertifikat PMMT (Program Manajemen Mutu Terpadu)/ HACCP (Hazard
Analysis & Critical Control Point) ;
d.Bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong dan/atau alat yang
membahayakan kesehatan manusia;
e. Izin menggunakan tenaga kerja asing (IMTA);
f. SIKPI (Surat Ijin Kapan Pengangkut Ikan);
g. Sertifikat Kesehatan untuk konsumsi manusia;
h. Sertifikat Kesehatan Ikan atau hasil laut;
i. SKAI (Satuan Kerja Audit Intern);
j. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB);
k. Pemberitahuan Impor Barang (PIB);
Berkenaan dengan kasus yang terjadi pada PT. Jaya Maritim Indonesia,
pengawasan yang dilakukan oleh pihak pemerintah melalui Pengawas Perikanan yang
berada di bawah naungan Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, kurang efektif, dalam
artian, pihak pengawas perikanan yang berkoordinasi dengan dirjen bea dan cukai terkait
kegiatan budidaya bibit lobster serta ekspor bibit lobster illegal telah kocolangan atas
penyelundupan bibit lobster untuk komiditi ekspor yang dilakukan oleh PT. JMI.
2. Prosedur pencabutan izin industri dan perdagangan, apabila terjadi penyalahgunaan izin
oleh pemegang izin yang bersangkutan diatur di dalam Pasal 27 Keputusan Menteri
Perindustrian Dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 289/Mpp/Kep/10/2001
tentang Ketentuan Standar Pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan (Siup) yang
mengatakn bahwa dapat dicabut izinnya (SIUP) apabila telah melanggar Pasal 27 ayat (1)
huruf c dan d. Pelanggaran Pada Pasal 27 huruf c dibuktikan dengan adanya
penggrebekan serta penangkapan yang dilakukan oleh pihak kepolisian di Tahun 2016,
PT. JMI juga tercatat telah melakukan ekspor illegal sebanyak 27 kali pada tahun yang
sama. Kemudian terkait dengan pelanggaran yang dilakukan PT.JMI pada huruf d, adalah
dalam hal ini PT. JMI terbukti telah melanggar Pasal 7 Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor 56/Permen-Kp/2016 tentang Larangan
Penangkapan Dan/Atau Pengeluaran Lobster (Panulirus Spp.), Kepiting (Scylla Spp.),
Dan Rajungan (Portunus Spp.) di Wilayah Perairan negara Republik Indonesia, yakni
menjual bibit lobster untuk budidaya sekaligus menangkap bibit lobster yang ada di
perairan Indonesia, yang kemudian diekspor ke negara Vietnam, China dan Singapura.
V. SARAN
Penyelenggaran pelayanan Surat Ijin Usaha Perdagangan seyogyanya memberikan
kemanfaatan dan kemudahan bagi semua orang baik pelaku usaha maupun masyarakat.
Dalam hal ini bukan berarti semena-mena dalam menggunakan izin yang telah diberikan,
tetap harus tunduk pada ketentuan-ketentuan yang ada agar selaras dengan tujuan
diberikan izin tersebut. Pemerintah diharapkan agar lebih transparan dan lebih cepat
bertindak apabila terdapat pelanggaran atau penyalahgunaan izin yang telah dikeluarkan
oleh pemerintah. Seperti halnya kasus yang telah kelompok kemukakan di atas, bahwa
penyalahgunaan izin yang diberikan kepada PT.JMI telah mengakibatkan kerugian yang
sangat besar bagi Negara dan masyarakat luas, tentu hal ini sangat mempengaruhi
kesejahteraan masyarakat luas. Untuk itu, aparat penegak hukum sangat diharapkan peran
sertanya dalam membantu melakukan pengawasan agar tetap terjaganya keseimbangan
antara tujuan dan pelaksanaan dari izin-izin usaha yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kemendag.go.id/files/regulasi/2001/10/LAMP-289.htm
https://news.detik.com/berita/d-3298759/polda-metro-bongkar-gudang-eksportir-bibit-lobster-
ilegal-di-tangerang
http://www.kemendag.go.id/files/regulasi/2001/10/289
file:///C:/Users/DELL/Downloads/Permendag_46_2009.pdf
https://bisnisukm.com/izin-usaha-tetap-iut.html
http://bctangerang.beacukai.go.id/forum/ekspor/2009-eksportir-bibit-lobster-ilegal-di-tangerang-
digere
file:///C:/Users/DELL/Downloads/19UU_NO_7_2014.pdf
https://news.detik.com/berita/d-3298759/polda-metro-bongkar-gudang-eksportir-bibit-lobster-
ilegal-di-tangerang
http://www.hukumcorner.com/persyaratan-dan-pengurusan-izin-ekspor/
https://geotimes.co.id/opini/refleksi-indonesia-sebagai-negara-maritim/
https://w3cargo.com/kepabeanan-dan-bea-cukai/
https://economy.okezone.com/read/2015/01/19/320/1094177/tangkap-lobster-bertelur-izin-
perusahaan-bisa-dicabut
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/05/26/00012921/penyelundupan-ratusan-bibit-
lobster-ke-singapura-digagalkan
https://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/18/183857726/menteri-susi-ngeri-60-juta-ekor-bibit-
lobster-lolos-ke-vietnam
https://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/18/184310226/susi-tuding-aparat-di-balik-lolosnya-
60-juta-bibit-lobster
https://news.detik.com/berita/d-3298759/polda-metro-bongkar-gudang-eksportir-bibit-lobster-
ilegal-di-tangerang
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/23/135251126/susi-kerugian-penyelundupan-baby-
lobster-capai-ratusan-miliar-rupiah
http://arsip.gatra.com/2015-07-06/majalah/artikel.php?pil=23&id=159708
https://economy.okezone.com/read/2015/01/19/320/1094177/tangkap-lobster-bertelur-izin-
perusahaan-bisa-dicabut
http://sijorikepri.com/polisi-gerebek-gudang-ekspor-bibit-lobster-ilegal/#respond
https://kumparan.com/indonesiago-digital/mengenal-lebih-jauh-surat-izin-usaha-perdagangan-
usaha-tetap-and-usaha-industri-1535523972052631128
https://carainvestasibisnis.com/3-langkah-dan-cara-membuat-surat-izin-usaha-perdagangan-siup/
PELAKSANAAN KETENTUAN PERIZINAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
TERHADAP EKSPOR BIBIT LOBSTER
Disusun oleh :
Elisabeth Dian Ningtyas 150512045
Putri Yoga Prabawati, C.R. 150512039
Violeta Meicelya David 150512011864
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOYAKARTA
2018