Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan

perubahan dimana tekanan darah meningkat secara abnormal dan terus

menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan

satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagai mana mestinya

dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Wijaya dan Putri).

Penyakit darah tinggi yang berkembang saat ini, belum tentu

diketahui oleh penderitanya karena kadang-kadang penyakit darah tinggi

tidak memunculkan gejala-gejala atau keluhan-keluhan sehingga disebut

the silent killer. Penyakit darah tinggi terdiri atas dua tipe yaitu tipe darah

tinggi primer dan darah tinggi sekunder. Darah tinggi primer ialah

penyakit darah tinggi yang disebabkan oleh pola hidup tidak sehat dan

lain-lain dan darah tinggi sekunder ialah penyakit darah tinggi yang

disebabkan seseorang menderita penyakit tertentu, misalnya menderita

penyakit jantung, gagal ginjal dan kerusakan hormon tubuh (Suairoka

2012).

Badan Kesehatan Dunia atau WHO (Word Health Organization)

juga memberikan batasan bahwa seseorang, dengan beragam usia dan jenis

kelamin, apabila tekanan darahnya berada pada satuan 140/90 mmHg atau

diatas 160/90 mmHg, maka sudah dapat dikategorikan sebagai penderita

hipertensi (permadi,Adi 2008) penyakit hipertensi tahun demi tahun terus

mengalami peningkatan. Hampir 1 miliyar orang atau 1 dari 3 orang

1
dewasa di dunia menderita tekanan darah tinggi (WHO,2014). Hasil survei

sesuai pedoman Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2015 angka

kejadian Hipertensi dari usia 18 tahun keatas pada laki-laki 24% dan

perempuan 20,5% secara dunia.

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Balitbangkes

tahun 2013 menyebutkan bahwa hipertensi adalah penyakit terbesar nomor

tiga di Indonesia setelah stroke dan tuberculosis, yakni mencapai 24%

laki-laki dan 22,6% perempuan (Depkes RI 2014). Menurut data yang

diperoleh dari Dinas kesehatan Provinsi Jambi, jumlah penderita hipertensi

pada tahun 2015 sebanyak 102.895 (12,63%), sedangkan jumlah penderita

hipertensi tahun 2016 mengalami peningkatan dimana hipertensi berada di

urutan ke dua dari sepuluh penyakit terbesar di kota jambi yaitu sebanyak

117.414 jiwa (12,18%) penderita Hipertensi (Dinkes Kota Jambi 2016).

Hipertensi merupakan penyakit terbesar nomor 4 di Kota Sungai

penuh setelah Faringitis. Penderita hipertensi tahun 2016 berjumlah

sebanyak 1.568 (9,27%) jiwa dan pada bulan Januari sampai Maret 2017

jumlah penderita hipertensi sebanyak 489 orang(Dinkes Kota Sungai

Penuh 2016). Hasil laporan tahunan Puskesmas Kumun, pada tahun 2015

terdapat 380 orang penderita hipertensi, dan pada tahun 2016 mengalami

peningkatan menjadi 441 orang penderita hipertensi, sebagian besar

penderita hipertensi di wilayah ini adalah orang dewasa yang mencapai

angka 70% (Data puskesmas kumun 2016)

2
Semakin meningkatnya angka kejadian hipertensi ini tidak lepas

dari kurangnya kesadaran masarakat terhadap faktor penyebab terjadinya

hipertensi, seperti gaya hidup masarakat yang kurang sehat, kebiasaan

merokok, mengkonsumsi alkohol, kurang berolahraga, stress dan faktor

lain seperti faktor genetik, obesitas dan bertambahnya umur

(Wijayakusuma 2008).

Hipertensi dapat ditanggulangi dengan dua cara yaitu dengan cara

farmakologis dan non‘farmakologi. Penatalaksanaan farmakologi dimana

berupa obat dieuretik thiazide untuk membantu ginjal membuang garam

dan air, yang akan mengurangi cairan diseluruh tubuh melalui urin

sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa

jantung menjadi lebih ringan. Alpha, beta, dan alpha beta adrenergik

bloker yaitu jenis obatan yang menghambat pengeluaran norepinerfin

sehingga tidak terjadi vasokonstriksi pembuluh darah. Vasolidator, yaitu

jenis obat yang bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi

otot polos pembuluh darah. penghambat enzim

konversiangiotensinIImerupakan vasokontrikor yang kuat. Jenis obat ini

menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi

jantung atau kontraksilitas (Dalimartha, dkk 2008). Penanganan secara

farmakologi dapat menimbulkan bermacam-macam efek samping seperti

pusing, sakit kepala, muntah, batuk kering,sembelit dan lemas.

Penanganan secara non farmakologis lebih aman karena hanya

menimbulkan efek samping sedikit bahkan ada yang tidak menimbulkan

3
efek samping, murah dan mudah di dapat (Tobing, 2011). Salah satu

penanganan non farmakologis dalam mengatasi hipertensi adalah dengan

terapi komplementer. Terapi komplementer, efektif diberikan minimal

selama satu minggu. Selama satu minggu tersebut efek dari terapi dapat

terlihat hasilnya. Terapi komplementer yang dapat di berikan pada pasien

hipertensi salah satunya adalah terapi herbal (Yuliani, 2013)

Pengobatan hipertensi dengan tanaman obat sudah terbukti secara

ilmiah. Menurunkan tekanan darah dapat terjadi melalui efek diuretik, anti

andrenergik (menurunkan produksi, sekresi, efektivitas hormon adrenalin)

dan vasolidator (zat-zat yang berkhasiat melancarkan peredaran darah

dengan cara meningkatkan volume pembuluh darah dan organ-organ yang

diisi darah sehingga menurunkan tekanan darah tinggi) (Permadi,Adi

2008) Tanaman herbal umum digunakan untuk mengobati penyakit

hipertensi antara lain adalah bawang putih, daun salam, rumput laut,

mentimun, temu hitam, mengkudu, jantung pisang (Susilo dan Wulandari,

2011).

Bawang putih termasuk genus afflum atau di Indonesia lazim

disebut bawang putih. Bawang putih termasuk klasifikasi tumbuhan terna

berumbi lapis. Tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak setinggi 30-75

cm, mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun.

Helaian daunyan seperti pita. Akar terdiri serabut-serabut kecil, berjumlah

banyak. Setiap umbi bawang putih terdiri dari sejumlah anak bawang

(siung) yang setiap siungnya terbungkus kulit tipis berwarna putih.

4
Bawang putih yang semula merupakan tumbuhan dataran tinggi, sekarang

di indonesia, jenis tertentu di budidayakan di dataran rendah. Bawang

putih berkembang baik pada ketinggian tanah berkisar 200-250m dpl.

(Haryanto sugeng 2009).

Semua orang pasti tahu bawang putih. Selain digunakan untuk

keperluan dapur dan memasak, bawang putih juga memiliki khasiat yang

sangat banyak, kandungan allisin pada bawang putih dapat mencegah

atherosklerosis, antikoagulan (menghancurkan pengumpulan darah),

menurunkan kolesterol tinggi, dan menambah sistem kekebalan tubuh.

(Susilo dan Wulandari, 2011).

Menurut kuswardani (2016), bawang putih mengandung senyawa

kimia yang sangat bermamfaat bagi manusia, yaitu mengandung allisin,

allin, adenosin, dialil-disulfida, skordanin, alistatin. Kandungan bawang

putih yang berkhasiat sebagai anti hipertensi, seperti allisin dan alil-metil-

sulfida. Sekaligus mencegah tekanan darah tinggi bagi orang yang tekanan

darah nya normal.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Hananto (2015),

mengenai pengaruh pemberian bawang putih terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi didesa Magersari Kec. Plumpang Kab.

Tuban bahwa tekanan darah sebelum diberikan terapi didapatkan hasil

retara MAP (mean artery pressure) sebesar 179/100-109 mmHg dan

tekanan darah sesudah diberikan terapi didapatkan hasil retara MAP

sebesar 140-159/90-99 mmHg. Sehingga hasil uji wilcoxon sign rank tes

5
menunjukan nilai psign <0,05 maka Ho ditolak artinya ada pengaruh

pemberian air bawang putih (Allium sativum)terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi.

Berdasarkan penelitian Mohanis (2015) yang berjudul pemberian

air seduhan bawang putih terhadap penurunan tekanan darah, hasil

penelitian menunjukkan tekanan darah sebelum pemberian Bawang putih

yaitu tekanan darah sistolik rata-rata adalah 165.33 mmHg. Tekanan

darah diastolik rata-rata 96,66 mmHg dan mean artery presure (MAP)

rata-rata 124,68 mmHg. setelah pemberian Bawang putih yaitu tekanan

darah sistolik rata-rata adalah 154 mmHg. Tekanan darah diastolik rata-

rata adalah 94 mmHg dengan standar deviasi 9,1 mmHg dan 12,98 mmHg.

Berdasarkan analisa peneliti bawang putih dapat menurunkan tekanan

darah karena bawang putih mengandung zat allisin dan hidrogen sulfida.

Zat tersebut memiliki efek selayaknya obat darah tinggi.

Studi awal yang dilakukan peneliti terhadap 10 penderita hipertensi

pada tanggal 28 mei 2017 diPuskesmas Kumun, diberikan sebuah

pertanyaan tentang terapi herbal bawang putih dapat menurunkan tekanan

darah, 8 dari 10 penderita Hipertensi menjawab tidak tahu dan tidak

pernah mencoba terapi atau pengobatan herbal ini untuk menurunkan

tekanan darah. Berdasarkan uraian diatas, peneliti telah melakukan

penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian air bawang putih

terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah Kerja

Puskesmas Kumun Kota Sungai Penuh.

6
B. Rumusan Masalah

Berdasar uraian dalam latar belakang diatas maka peneliti ingin

mengetahui “apakah ada pengaruh pemberian air bawang putih(Allium

sativum) terhadaptekanan darah pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Kumun Kota Sungai Penuh tahun 2017?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui pengaruh pemberian air bawang putih terhadaptekanan

darah pada penderita hipertensi di wilayahKerja Puskesmas Kumun

Kota Sungai Penuh tahun 2017?

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui rata- rata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum

pemberian air bawang putih pada penderita hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Kumun Kota Sungai Penuh tahun 2017

b. Diketahui rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sesudah

pemberian air bawang putih pada penderita hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Kumun Kota Sungai Penuh tahun 2017

c. Diketahui pengaruh pemberian air bawang putih terhadap

tekanan darah pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Kumun Kota Sungai Penuh tahun 2017

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan (SYEDZA SAINTIKA)


Diperoleh gambaran pengaruh air bawang putih terhadap tekanan

darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kumun dan


7
hasil penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan peran perawat

keluarga dan komunitas untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga

dan mengurangi resiko bertambah parahnya penyakit hipertensi.

2. Bagi Tempat Penelitian (Puskesmas Kumun)

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

masyarakat umumnya dan khususnya penderita hipertensi dalam upaya

meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan bagi penderita

hipertensi khususnya di Wilayah Puskesmas Kumun.

3. Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian ini dapat di jadikan dasar untuk pengembangan

penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian air bawang putih

terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengunakan rancangan desain Quasy Exsperiment

design dengan rancangan one group pretest and posttest design. Desain

penelitian melakukan observasi (pengukuran) sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan pada satu kelompok (dilakukan pengukuran pada penderita

hipertensi sebelum dan sesudah diberikan air perasan bawang putih). Populasi

penelitian adalah semua pasien yang menderita penyakit hipertensi di

puskesmas kumun tahun 2017 yang berjumlah 128 orang dan sampel dalam

penelitian sebanyak 16 orang. Waktu pelaksanaan penelitian selama 7 hari,

dengan cara mengukur tekanan darah sebelum pemberian air bawang putih

dan sesudah pemberian air bawang putih. Analisis data dilakukan secara

univariat dan bivariat dengan menggunakan uji T test Dependen.


8

Anda mungkin juga menyukai