PENDAHULUAN
Rumusan masalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan reformasi, birokrasi, dan reformasi birokrasi ?
2. Apa tujuan dari reformasi birokrasi ?
3. Bagimana strategi mewujudkan reformasi birokrasi ?
4. Bagaimana tahap - tahap reformasi birokrasi yang ideal ?
5. Bagaimana pokok - pokok reformasi birokrasi yang seharusnya dilakukan pemerintah
guna mencapai kesejahteraan publik ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Birokrasi bukanlah suatu fenomena yang baru bagi kita karena sebenarnya
telah ada dalam bentuknya yang sederhana sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Namun
demikian kecenderungan mengenai konsep dan praktek birokrasi telah mengalami
perubahan yang berarti sejak seratus tahun terakhir ini. Dalam Masyarakat yang
modern, birokrasi telah menjadi suatu organisasi atau institusi yang penting. Pada masa
sebelumnya ukuran negara pada umumnya sangat kecil, namun pada masa kini
negara-negara modern memiliki luas wilayah, ruang lingkup organisasi, dan
administrasi yang cukup besar dengan berjuta-juta penduduk.
2.1.2 PENGERTIAN REFORMASI
Reformasi adalah mengubah atau membuat sesuatu menjadi lebih baik
daripada yang sudah ada. Reformasi ini diarahkan pada perubahan masyarakat yang
termasuk di dalamnya masyarakat birokrasi, dalam pengertian perubahan ke arah
kemajuan. Dalam pengertian ini perubahan masyarakat diarahkan pada development
(Susanto, 180). Karl Mannheim sebagaimana dimaksud oleh Susanto menjelaskan
bahwa perubahan masyarakat adalah berkaitan dengan norma-normanya.
Development adalah perkembangan yang tertuju pada kemajuan keadaan dan hidup
anggota masyarakat, dimana kemajuan kehidupan ini akhirnya juga dinikmati oleh
masyarakat. Dengan demikian maka perubahan masyarakat dijadikan sebagai
peningkatan martabat manusia, sehingga hakekatnya perubahan masyarakat berkait
erat dengan kemajuan masyarakat. Dilihat dari aspek perkembangan masyarakat
tersebut maka terjadilah keseimbangan antara tuntutan ekonomi, politik, sosial dan
hukum, keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta konsensus antara prinsip-
prinsip dalam masyarakat(Susanto:185-186).
Reformasi ini harus dilakukan oleh pejabat tertinggi, seperti presiden dalam
suatu negara atau menteri/ kepala lembaga pada suatu departemen dan kementerian
negara/ lembaga negara, sebagai motor penggerak utama. Reformasi birokrasi di
Indonesia belum berjalan dengan maksimal. Indikasinya adalah buruknya pelayanan
publik dan masih maraknya perkara korupsi.
Secara umum bahwa tujuan dari reformasi birokrasi itu sendiri adalah untuk
merubah tatanan, sistem, tingkah laku dan arah kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara, yang pada mulanya terkesan bahkan
terasa otoriter, penuh dengan KKN diubah ke dalam keadaan birokrasi yang bersih dan
netral. Oleh karena itu lembaga Eksekutif yang berperan sebagai pelaksana aturan-
aturan yang telah dibuat olehnya (lembaga Eksekutif itu sendiri atas persetujuan
Legislatif) serta lembaga-lembaga tinggi negara lainnya yang berwenang untuk
membuat kebijakan / peraturan harus dapat mengkoordinir perangkat-perangkat
birokrasi yang bersih (bebas kolusi, korupsi dan nepotisme) yang berpihak kepada
kepentingan rakyat.
Menurut Prof. Eko Prasojo, guru besar sekaligus ahli administrasi negara dari FISIP UI,
untuk terwujudnya reformasi birokrasi, maka diperlukan strategi-strategi reformasi
birokrasi, yaitu :
1. Level kebijakan, harus diciptakan berbagai kebijakan yang mendorong Birokrasi yang
berorientasi pada pemenuhan hak-hak sipil warga (kepastian hukum, batas waktu,
prosedur, partisipasi, pengaduan, gugatan).
2. Level organisational, dilakukan melalui perbaikan proses rekrutmen berbasis
kompetensi, pendidikan dan latihan yang sensitif terhadap kepentingan masyarakat,
penciptaan Standar Kinerja Individu, Standar Kinerja Tim dan Standar Kinerja Instansi
Pemerintah.
3. Level operasional, dilakukan perbaikan melalui peningkatan service quality meliputi
dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty.
4. Instansi Pemerintah secara periodik melakukan pengukuran kepuasan pelanggan
dan melakukan perbaikan.
Strategi birokrasi yang profesional dalam pelayanan publik ini ditandai dengan
beberapa karakteristik antara lain:
i. Perubahan yang besar pada orientasi administrasi negara tradisional
menuju ke perhatian yang lebih besar pada pencapaian hasil dan pertanggung jawaban
pribadi pimpinan.
ii. Keinginan untuk keluar dari birokrasi klasik dan menjadikan organisasi,
pegawai, masa pengabdian dan kondisi pekerjaan yang lebih luwes.
iii. Tujuan organisasi dan individu pegawai disusun secara jelas sehingga
memungkinkan dibuatkannya tolok ukur prestasi lewat indikator kinerjanya masing-
masing, termasuk pula sistem evaluasi program-programnya.
iv. Staf pimpinan yang senior dapat memiliki komitmen politik kepada
pemerintah yang ada, dan dapat pula bersikap non partisan dan netral.
v. Fungsi-fungsi pemerintah bisa dinilai lewat uji pasar (market test) seperti
misalnya dikontrakkan pada pihak ketiga tanpa harus disediakan atau ditangani sendiri
oleh pemerintah.
vi. Mengurangi peran-peran pemerintah misalnya lewat kegiatan privatisasi.
vii. Birokrasi harus steril dari akomodasi politik yang menghambat efektivitas
pemerintahan.
viii. Rekruitmen dan penempatan pejabat birokrasi yang bebas dari kolusi, korupsi
dan nepotisme.
Ada tujuh langkah manajemen perubahan yang dikutip dari Harvard Business
Essentials tahun 2005, yaitu sebagai berikut:
1. Memobilisasi energi dan komitmen para anggota organisasi melalui penentuan cita-
cita, tantangan, dan solusinya oleh semua anggota organisasi. Pada tahap ini, setiap
lini dalam instansi pemerintah harus tahu apa yang dicita-citakan instansi, apa yang
mereka hadapi, dan cara menghadapi atau menyelesaikan masalah itu secara
bersama-sama. Agar mereka tergerak untuk menjalankan solusi bersama, mereka perlu
dilibatkan dalam diskusi dan pengambilan keputusan.
2. Mengembangkan visi bersama, bagaimana mengatur dan mengorganisasi diri
maupun organisasi agar dapat mencapai apa yang dicita-citakan.
3. Menentukan kepemimpinan. Di dalam instansi pemerintahan, kepemimpinan
biasanya dipegang para pejabat eselon. Padahal, kepemimpinan harus ada pada
semua level agar dapat mengontrol perubahan. Pemimpin tertinggi harus memastikan
orang-orang yang kompeten dan jujurlah yang berperan sebagai pemimpin pada level-
level di bawahnya.
4. Fokus pada hasil kerja. Langkah itu dilakukan dengan membuat mekanisme
asessment yang dapat mengukur hasil kerja tiap pegawai atau tiap tim yang diberi
tugas tertentu.
5. Mulai mengubah unit-unit kecil di instansi kemudian dorong agar perubahan itu
menyebar ke unit-unit lain di seluruh instansi.
6. Membuat peraturan formal, sistem, maupun struktur untuk mengukuhkan perubahan,
termasuk cara untuk mengukur perubahan yang terjadi.
7. Mengawasi dan menyesuaikan strategi untuk merespons permasalahan yang timbul
selama proses perubahan berlangsung.
Reformasi Birokrasi harus dimulai dari penataan kelembagaan dan sumber daya
manusia aparatur. Langkah selanjutnya adalah membuat mekanisme, pengaturan,
sistem, dan prosedur yang sederhana tidak berbelit-belit, menegakkan akuntabilitas
aparatur, meningkatkan dan menciptakan pengawasan yang komprehensif, dan
meningkatkan kualitas pelayanan publik menuju pelayanan publik yang berkualitas dan
prima. Reformasi birokrasi perlu diprioritaskan pada unit-unit kerja pelayanan publik
seperti imigrasi, bea-cukai, pajak, pertanahan, kepolisian, kejaksaan, pemerintahan
daerah dan pada institusi atau instansi pemerintah yang rawan KKN, seperti pemerintah
pusat/ daerah, kepolisian, kejaksaan, legislatif, yudikatif, dan departemen dengan
anggaran besar seperti departemen pendidikan, departemen agama, dan departemen
pekerjaan umum.
5. Pengawasan.
Pengawasan ini dilakukan dengan harapan terbangunnya sistem pengawasan
nasional dengan elemen-elemen pengawasan fungsional, pengawasan internal,
pengawasan eksternal, dan pengawasan masyarakat, ditandai oleh sistem
pengendalian dan pengawasan yang tertib, sisdalmen/waskat, wasnal, dan wasmas,
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi aparat pengawasan, terbentuknya sistem
informasi pengawasan yang mendukung pelaksanaan tindak lanjut, serta jumlah dan
kualitas auditor profesional yang memadai, intensitas tindak lanjut pengawasan dan
penegakan hukum secara adil dan konsisten.
6. Pelayanan Publik.
Pelayanan publik sebagai barometer transparansi dan akuntabilitas, diharapkan
dapat didorong upaya mewujudkan pelayanan publik yang prima dalam arti pelayanan
yang cepat, tepat, adil, dan akuntabel ditandai oleh pelayanan tidak berbelit-belit,
informatif, akomodatif, konsisten, cepat, tepat, efisien, transparan dan akuntabel,
menjamin rasa aman, nyaman, dan tertib, kepastian (persyaratan biaya waktu
pelayanan dan aturan hukum), dan tidak dijumpai pungutan tidak resmi. Kondisi
kelembagaan, SDM aparatur, ketatalaksanaan, dan pengawasan, mampu mendukung
penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas dan mendorong munculnya
praktek-praktek pelayanan yang lebih menghargai para pengguna jasa; perubahan
paradigma aparatur yang terarah dalam upaya revitalisasi manajemen pembangunan
ke arah penyelenggaraan good governance: menjadi entrepreneurial competitive
government (pemerintahan yang kompetitif), customer driven dan accountable
government (pemerintahan tanggap/ responsive), serta global-cosmopolit orientation
government (pemerintahan yang berorientasi global).
9. Best Practices.
Best practices yaitu mengamati contoh keberhasilan beberapa Pemerintah
Daerah dalam melaksanakan reformasi birokrasi dan meningkatkan kualitas pelayanan
publik, antara lain Provinsi (DI Yogyakarta, Sumatera Barat, Riau, Bali, Kalimantan
Selatan, dan Kalimantan Timur), Kabupaten (Solok, Tanah Datar, Sidoarjo, Takalar,
Sragen, Karanganyar, Sleman, Bantul, Kebumen, Jembrana, Gianyar, dan Tabanan),
dan Kota (Balikpapan, Tarakan, Malang, Sawahlunto, dan Pekanbaru).
III. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Reformasi birokrasi dibutuhkan untuk menjamin terlaksananya reformasi
di bidang lain dalam suatu pemerintahan yang mengaplikasikan konsep administrasi
pembangunan. Oleh karena itu, tanpa mengabaikan reformasi di bidang lain,
rekomendasi yang pertama harus dilakukan adalah reformasi birokrasi yang meliputi
kelembagaan dan ketatalaksanaan, sumber daya manusia, dan pengawasan dalam
melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Reformasi kelembagaan
dilakukan melalui perampingan struktur organisasi birokrasi pemerintah di pusat dan
daerah untuk menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas dan fungsinya.
Penyusunan organisasi yang didasarkan pada analisis jabatan ini harus terus
diupayakan. Oleh karena adanya tuntutan yang mendesak dan harus dilakukan untuk
mendorong proses percepatan reformasi birokrasi, upaya-upaya khusus di
bidang kelembagaan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan redefinisi kelembagaan birokrasi termasuk melakukan
penataan kelembagaan sesuai dengan standard operating procedure atau SOP.
2. Melakukan penerapan audit institusi.
3. Di bidang ketatalaksanaan perlu dipertimbangkan sistem rekrutmen dan promosi
pegawai sesuai dengan kecakapan dan kemampuannya dan dapat diberhentikan jika
bekerja secara buruk sebagaimana yang berlaku di lingkungan swasta.
Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan yang baik, dapat terwujud apabila
semua lapisan masyarakat turut berperan serta dalam upaya pemberharuan di berbagai
bidang khususnya dalam bidang pelayanan (birokrasi) pemerintah, karena birokrasi
pemerintah merupakan proses interaksi / hubungan antara pemerintah dan masyarakat
serta langkah awal dalam mencapai kemajuan suatu negara dalam berbagai bidang.
Dan yang terakhir, untuk mendorong perwujudan pemerintahan yang bersih dan bebas
dari KKN dapat pula diupayakan kepada peningkatan pengawasan terhadap aparatur
negara. Pengawasan ini dapat dilakukan melalui audit internal maupun audit eksternal.
3.2 SARAN
Setiap warga negara akan selalu berhubungan dengan aktivitas Birokrasi
Pemerintahan. Bahkan ketika seseorang masih berada dalam kandungan ia sudah
mulai tergantung dengan pelayanan birokrasi. Apakah untuk keperluan pemeriksaan
kesehatan (di RS atau Puskesmas ) atau setelah lahir dan harus mendapatkan
“sertifikat sebagai warga dunia” berupa akta kelahiran. Ketergantungan dengan
birokrasi itu terus berlanjut, seiring dengan bertambahnya usia seseorang atau sejalan
dengan ragam aktivitas yang dilakukan ditengah masyarakat. Sementara itu, jenis
pelayanan umum yang diselenggarakan birokrasipun sangat kompleks dan bahkan
memasuki hampir setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Intervensi birokrasi yang demikian ini, sah-sah saja adanya, karena justru untuk
menyelenggarakan fungsi itulah birokrasi dibentuk.
Merupakan hal yang logis, jika kemudian birokrat atau aparatur publik itu dijuluki Abdi
Negara, karena pada pundaknya tugas-tugas kemasyarakatan, pemerintahan dan
pembangunan diselenggarakan atas nama “organisasi politik super besar” yang disebut
“negara”. Namun penting diingat, legitimasi yang diterima para abdi negara itu
bersumber dari kepercayaan rakyat yang berdaulat. Artinya, seorang abdi negara
adalah seseorang yang mengemban amanat rakyat untuk mengayomi kepentingan
kepentingan mereka (rakyat). Jadi, jika dikaitkan dengan sumber legitimasi ini, maka
seseorang aparatur negara/ publik (pegawai negeri, birokrat atau abdi negara) itu,
sesungguhnya adalah seorang abdi masyarakat. Ini berarti, bahwa tugas aparatur
publik adalah melayani masyarakatnya (public service).
Reformasi birokrasi tidak akan pernah berhenti demi tercapainya suatu pelayanan yang
afektif dan efesien untuk masyarakat,
Saran yang dapat penulis berikan pada makalah ini adalah:
Peningkatan pelayanan haruslah merata di berbagai aspek
Masyarakat bukan hanya sebagai pihak yang dilayani tetapi juga pengawas
pelayanan maka pemerintah haruslah memperbaiki system pelayanan hal ini di
karenakan takutnya ketidak percayaan masyarakat kepada pemerintah yang
menjalankan pelayanan
DAFTAR PUSTAKA
http://SOSPOL_INSIDE_MAKALAH_REFORMASI_BIROKRASI.htm
http://Administrasi_Publik_REFORMASI_BIROKRASI_DI_ERA_OTONOMI_DAERAH.h
tm
http://CONTOH_MAKALAH_REFORMASI_BIROKRASI_DAN_TATA_KELOLA_PEME
RINTAHAN_NEGARA_KESATUAN_REPUBLIK_INDONESIA_Share_Anything.htm
http://CONTOH_MAKALAH_REFORMASI_BIROKRASI_DI_INDONESIA.htm
http://Kementerian_Pendayagunaan_Aparatur_Negara_dan_Reformasi_Birokrasi_Mak
na_dan_Tujuan.htm
http://makalah.sospol_makalah.birokrasi.htm
http://NEFI_FITRIANA_MAKALAH_REFORMASI_BIROKRASI_DI_INDONESIA.htm
http://Penilaian_Mandiri_PRB.htm
http://Reformasi_Birokrasi_Good_Governance_Good_Government_Paulus_M._Tangke
.htm
http://Society-MAKALAH-BIROKRASI-INDONESIA.htm
http://SOSPOL.INSIDE_MAKALAH-REFORMASI-BIROKRASI.htm