Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

KECEPATAN REAKSI

MUH. REZA ZAPUTRA


H061-17-1005

LABORATORIUM KIMIA DASAR


UNIT PELAKSANA TEKNIS-MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN

KECEPATAN REAKSI

Disusun dan Diajukan oleh :

MUH. REZA ZAPUTRA


H061 17 1005

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh :

Makassar, 19 Oktober 2017

Asisten,

MURTINA
H311 13 1509
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Laju reaksi dapat dipergunakan untuk memprediksi kebutuhan bahan pereaksi

dan produk reaksi tiap satuan waktu, dan dapat juga dipergunakan untuk menghitung

kebutuhan energi untuk produksi hidrogen. Persamaan laju reaksi diperoleh melalui

eksperimen, dan tidak bisa hanya dilihat dari persamaan reaksinya saja. Dengan

pengukuran jumlah konsentrasi tiap zat terhadap waktu persamaan laju reaksi dapat

ditentukan (Nasution dkk., 2014).

Kata kinetik dapat diartikan sebagai gerakan atau perubahan. Energi kinetik

didefinisikan sebagai energi yang tersedia karena gerakan suatu benda. Di sini

kinetika merujuk pada laju reaksi (Reaction Rate), yaitu perubahan konsentrasi

reaktan atau produk terhadap waktu (M/s) (Nasution dkk., 2014).

Hukum laju reaksi meliputi pembahasan jumlah keadaan transisi atau

kompleks teraktivasi. Keadaan transisi menerangkan atom-atom pada keadaan kritis

dan konfigurasi pada energi potensial barier tertinggi yang memisahkan antara

reaktan dan produk. Dari beberapa keadaan transisi ada langkah-langkah reaksi tetapi

hanya keadaan transisi yang mempunyai energi bebas tertinggi yang signifikan

karakteristik ini mengikuti aturan keadaan transisi, menunjukkan bahwa setiap

langkah tunggal di dalam mekanisme reaksi dinamakan sebagai langkah pengontrol

laju reaksi (Siregar, 2008).

Oleh karena itu, percobaan yang berjudul “Kecepatan Reaksi” ini dilakukan

sebagai langkah untuk mengetahui dasar laju reaksi melalui metode percobaan di

laboratorium.
I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari

pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap kecepatan reaksi.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Menentukan pengaruh konsentrasi Na2S2O3 terhadap kecepatan reaksi

2. Menentukan pengaruh konsentrasi H2SO4 terhadap kecepatan reaksi

3. Menentukan pengaruh konsentrasi suhu terhadap kecepatan reaksi

.2.3 Manfaat Percobaan

Penentuan persamaan laju reaksi bermanfaat untuk mengetahui sifat dari

reaksi tersebut, dan hal-hal yang memengaruhi kecepatan suatu reaksi, sehingga

dapat meramalkan dan menentukan kondisi reaksi yang tepat untuk suatu reaksi.

Dengan demikian, kita dapat mengendalikan suatu reaksi, baik menghambat maupun

mempercepatnya, dengan mengatur kondisinya dan jumlah pereaksinya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kinetik kimia pada kimia dihubungkan dengan kecepatan, atau kelajuan,

dimana suatu reaksi kimia terjadi. Kata “Kinetik” dapat diartikan sebagai gerakan

atau perubahan. Kinetik yang dimaksud di sini adalah laju dari sebuah reaksi atau

laju reaksi, di mana adalah perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam

berbagai waktu (M/s) (Chang, 2010).

Dapat diketahui bahwa ada reaksi dapat digambarkan dengan persamaan umu

Reaktan Produk

Persamaan ini menyampaikan bahwa dalam prosesnya, reaktan tercampur,

sementara produk terbentuk. Sebagai hasilnya, dapat diketahui kemajuan reaksi

dengan memantau penurunan konsentrasi reaktan atau peningkatan konsentrasi

produk (Chang, 2010).

A B

Penurunan jumlah molekul A dan peningkatan jumlah molekul B dapat

ditunjukkan pada gambar di bawah ini.


secara umum, lebih mudah mengekspresikan laju reaksi dalam perubahan

konsentrasi dengan waktu. Ini untuk reaksi A B dapat dinyatakan

kelajuannya sebagai

∆[A] ∆[B]
v= atau v = ……(2.1)
∆t ∆t
dimana ∆[ ] dan ∆[ ] adalah perubahan konsentrasi (Molaritas) dalam periode

waktu ∆ . Karena konsentrasi A menurun selama waktu interval, maka ∆[ ] bernilai

negatif. Laju sebuah reaksi adalah bernilai positif, jadi tanda minus diperlukan untuk

menjadikannya kelajuan yang positif. Di samping itu, laju dari produk tidak bertanda

negatif karena ∆[ ] adalah bernilai positif (konsentrasi B bertambah setiap waktu).

Tingkat ini adalah tingkat rata-rata karena rata-rata selama periode waktu tertentu ∆

(Chang, 2010).

Hukum laju selalu ditentukan dengan percobaan. Dari konsentrasi reaktan

dan laju reaksi mula-mula kita dapat menentukan orde reaksi dan laju konstan dari

reaksi. Orde reaksi selalu didefinisikan sebagai konsentrasi reaktan(bukan produk).

Orde dari reaktan tidak dapat dihubungkan dengan koefisien stoikhiometri dari

reaktan untuk semua persamaan yang seimbang (Chang, 2010)

Kinetika reaksi meliputi kinetika reaksi sederhana dan kompleks. Degradasi

polimer adalah termasuk kinetika reaksi kompleks dengan laju reaksi sangat kecil.

Perbedaan laju reaksi antara orde satu dan orde dua adalah sangat kecil. Oleh karena

laju reaksi sangat kecil, maka untuk mendapatkan hukum laju yang tepat diperlukan

analisa data dengan sangat teliti (Siahaan, 2000).

Kinetika reaksi dapat dinyatakan ke dalam suatu persamaan yang disebut


dengan hukum laju. Hukum laju dapat ditetapkan dari data eksperimen. Penetapan
konstanta dan orde laju reaksi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya
di antaranya adalah dengan melakukan “fitting” atau pencocokan antara grafik data
eksperimen dengan grafik suatu hokum laju misalnya orde satu atau orde dua. Bila
grafik yang digunakan adalah grafik linier maka disebut dengan analisa linier
(Siahaan, 2000).
Perubahan konsentrasi zat per satuan waktu disebut kecepatan reaksi.

Ungkapan kecepatan reaksi sebagai fungsi konsentrasi disebut hukum laju. Hukum

laju adalah (Siahaan, 2000) :

v=k[A]n ......(2.2)

k adalah konstanta laju reaksi, n adalah orde reaksi. Hubungan antara konsentrasi

dengan waktu dengan asumsi reaksi orde-1 adalah (Siahaan, 2000) :

Orde-1 : [A]= [A]0 e-kt …...(2.3)

Atau In[A]= In[A]0 -kt ......(2.4)

Orde reaksi adalah jumlah eksponen faktor konsentrasi yang terdapat dalam

hokum laju reaksi tersebut itu. Misalnya reaksi

5Br- + BrO3- + 6H+ → 3Br2 + 3H2O ……(2.5)

-d[BrO3 ]
r= dt
= k [BrO3-] [Br-] [H+]2 ........(2.6)

keseluruhan, orde reaksi adalah empat yaitu orde satu terhadap [BrO3-] [Br-],

kemudian orde dua terhadap [H+] (Siregar, 2008).


Untuk setiap orde reaksi, harga konstana k dapat diperoleh dari kemiringan

atau “Slope” grafik. [A]0 dapat diperoleh dari intercept grafik terhadap ordinat atau

sumbu-y. Sedangkan kesesuaian antara grafik regresi linier dengan grafik data

eksperimen ditentukan dari harga koefisien korelasi (Siahaan, 2008).

Pada saat reaksi berlangsung, konsentrasi reaktan berkurang. Hal lain pada

laju reaksi pada relasi konsentrasi untuk setiap waktu disebut paruh, t di mana

waktu yang dibutuhkan konsentrasi reaktan untuk berkurang menjadi setengah dari

konsentrasi awalnya (Chang, 2010).

1 [A]0
t = k ln [A]t ........(2.7)

1
dari definisi paruh, ketika t = t2 , [A]t = [A]0/2. Jadi

1 1 [A]0
t 2 = k ln [A}0/2 .........(2.8)

atau

1 0,693
t = k ln 2= k
.........(2.9)

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi laju reaksi, yang utamanya adalah

sebagai berikut:

1. Katalis

Paling sedikit ada satu reaktan dalam suatu reaksi. Untuk terbentuknya suatu

produk akibat reaksi katalisi atau autokatalisis. Adakala suatu produk boleh

menghambat suatu reaksi, hal ini tidak diinginkan, karena reaksi tidak menyajikan

hasil yang sempurna (Siregar, 2008).

Suatu katalisis dapat mempengaruhi laju reaksi. Salah satunya dengan


membuat usaha untuk mengetahui apakah suatu katalis penting. Pengaruh
pengenceran tidak dapat diperhitungkan tanpa percobaan pengenceran (Siregar,
2008).
2. Kondisi Fisika
Suhu dan tekanan mempengaruhi laju reaksi. Keduanya biasanya dijaga

konstan. Intensitas Radiasi, sinar matahari atau sinar lampu juga dapat

mempengaruhi laju reaksi. Umumnya pengaruh ini sedikit diperhatikan hanya untuk

mempelajari pengaruh fotokimia. Kekuatan sinar di dala spekrofotometri yang

menggunakan sinar monokramatik tidak diharapkan. Tetapi jika berkas sinar putih

jatuh lurus ke atas sampel seperti di dalam dioda spekrofotometri perlu diperhatikan

(Siregar, 2008).

3. Sifat-sifat Pelarut

Laju reaksi tergantung dari kepolaran pelarut, viskositas, jumlah donor

elektron, dan sebagainya. Penambahan suatu elektrolit dapat memperkecil atau

menaikkan laju reaksi (pengaruh garam), dan demikian pula adanya buffer

(Siregar, 2008).

Bukan hanya konsentrasi, suhu dan bentuk fisik reaktan saja yang dapat

mempengaruhi kecepatan reaksi. Penambahan zat lain yang disebut katalis juga ikut

mempengaruhi kecepatan reaksi. Katalis ialah zat yang mengambil bagian dalam

reaksi kimia dan mempercepatnya, tetapi ia sendiri tidak mengalami perubahan kimia

yang permanen. Jadi, katalis tidak muncul dalam persamaan kesetimbangan kimia.

Secara keseluruhan, tapi kehadirannya sangat mempengaruhi hukum laju. Katalis

menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun dengan jumlah

yang sangat sedikit. Dalam kimia industri, banyak upaya untuk menemukan katalis

yang akan mempercepat reaksi tertentu tanpa meningkatkan timbulnya produk yang

tidak diinginkan (Nasution, 2014).

Laju reaksi menggambarkan seberapa cepat reaktan terpakai dan produk

terbentuk. Seberapa cepat reaktan terpakai pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa
macam perlakuan pada sistem atau lingkungan. Seperti halnya ketika suhu dinaikan

maka suhu energi kinetik partikel zat meningkat sehingga memungkinkan semakin

banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan akibatnya reaksi

berlangsung lebih cepat dari suhu semula. Semakin banyak partikel zat, maka

tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan akan semakin cepat terjadi, hal ini

terjadi pada penambahan konsentrasi zat yang dapat mempercepat reaksi. Selain suhu

dan konsentrasi luas permukaan zat atau bentuk fisik dari zat juga ikut

mempengaruhi kecepatan reaksi zat. Semakin luas permukaan suatu zat atau semakin

halus bentuk fisik dari suatu zat, semakin kecil ukuran zat, reaksi berlangsung

semakin cepat karena hal tersebut (Nasution, 2014).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan kecepatan reaksi adalah H2SO4 0,1 M,

Na2S2O3 0,1 M, akuades, dan es batu.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan kecepatan reaksi adalah tabung reaksi,

stopwatch, kaki tiga, rak tabung, gelas piala, kawat kasa, lampu spiritus, pipet tetes,

bulb, sikat tabung, dan termometer.

3.3 Prosedur percobaan

3.3.1 Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

Disediakan 5 tabung reaksi dengan 5 ml H₂SO₄ 0,1 M dengan volume tetap

kemudian ambil lima buah tabung reaksi lain yang diisi dengan 5 mL, 4 mL, 3 mL, 2

mL, dan 1 mL Na₂S₂O₃ 0,1 M yang diencerkan hingga volume 5 mL dengan

akuades. Lalu, isi tabung reaksi tersebut dicampurkan dari 5 sediaan pertama ke

dalam masing-masing sediaan kedua, dan bersamaan dengan bercampurnya kedua

zat tersebut, stopwatch dijalankan. Stopwatch dihentikan setelah ada reaksi (keruh),

hindari kekeruhan yang berlebihan. Waktu yang digunakan dicatat untuk

menentukan nilai m, k, dan buat persamaan kecepatan reaksinya.

3.3.2 Pengaruh Konsentrasi H2SO4

Disediakan 5 tabung reaksi dengan 5 ml Na₂S₂O₃ 0,1 M dengan volume tetap

kemudian ambil lima buah tabung reaksi lain yang diisi dengan 5 mL, 4 mL, 3 mL, 2
mL, dan 1 mL H₂SO₄ 0,1 M yang diencerkan hingga volume 5 mL dengan akuades.

Lalu, isi tabung reaksi tersebut dicampurkan dari 5 sediaan pertama ke dalam

masing-masing sediaan kedua, dan bersamaan dengan bercampurnya kedua zat

tersebut, stopwatch dijalankan. Stopwatch dihentikan setelah ada reaksi (keruh),

hindari kekeruhan yang berlebihan. Waktu yang digunakan dicatat untuk

menentukan nilai m, k, dan buat persamaan kecepatan reaksinya.

3.3.3 Pengaruh Suhu

Dipilih salah satu konsentrasi H₂SO₄ dan Na2S2O3. Disiapkan 6 buah tabung

reaksi dan 3 buah tabung diisi dengan Na₂S₂O₃ dan 3 buah tabung reaksi lainnya diisi

dengan H2SO4. Sepasang tabung reaksi dimasukkan kedalam gelas pialayang berisi

air dingin (air es) beberapa menit sehingga suhunya merata termasuk suhu

larutannya. Kemudian isi tabung tersebut dicampurkan dan bersamaan dengan

bercampurnya keedua zat tersebut, stopwatch dijalankan dan dihentikan setelah

larutan mulai keruh. Waktu dan suhu yang digunakan selama berlangsungnya reaksi

dicatat. Kemudian, dilakukan hal yang sama untuk dua pasang tabung reaksi

selanjutnya dengan variasi suhu yang berbeda-beda yakni pada suhu ruang dan pada

air yang dipanaskan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini adalah:

1. Suhu dapat mempengaruhi laju suatu reaksi, semakin tinggi suhu maka akan

semakin cepat reaksi tersebut.

2. Konsentrasi dapat mempengaruhi laju suatu reaksi, semakin tinggi konsentrasi

suatu zat yang direaksikan maka akan semakin cepat laju reaksi tersebut.

5.2 Saran

Setelah mengikuti dan melakukan pecobaan, tentunya ada saran yang harus

disampaikan demi lebih baiknya percobaan ini ke depannya. Saran untuk percobaan

adalah agar menggunakan larutan lain dalam percobaan. Hal tersebut dikarenakan

indikator kekeruhan suatu larutan sangatlah relatif, apalagi jika terdapat banyak

orang pengamat.

Saran untuk laboratorium agar tempat mencuci tangan atau peralatn lab bisa

diperbaiki. Alat yang satu ini sangatlah penting, apalagi bila bagi seseorang yang

tidak sengaja terkena cairan kimia.

Saran untuk asisten agar bisa memperhatikan para praktikan saat tes respon.

Jangan sampai ada yang menyontek karena kelalaian asisten.


DAFTAR PUSTAKA

Chang, R., 2010, Chemistry 10th Edition.New York: McGraw-Hill Companies.

Siregar, T.B., 2008, Kinetika Kimia. Medan: Universitas Sumatra Utara Press.

Nasution,. M.B., Arifah, M., dan Tsabitah, R.N., 2014, Pengaruh Laju Reaksi
terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jurnal Laju Reaksi, 1(1):
1-5.

Siahaan, P., 2000, Analisa Data Kinetika Dengan Mathcad: Reaksi Dekomposisi
Etilen Oksida Asumsi Orde-1, Orde-2, Orde-3. Laboratorium Kimia Fisik,
Jurusan Kimia FMIPA UNDIP, Semarang.
Lampiran 1. Bagan Kerja

A. Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

Na2S2O3 0,1 M 5 mL, 4 mL, 3 mL, 2 mL, dan 1 mL

- Na2S2O3 dimasukkan ke dalam tabung reaksi

- Na2S2O3 diencerkan dengan akuades sampai volume 5 mL

- Ditambahkan dengan 5 mL H2SO4 0,1 M

- Dijalankan stopwatch

- Stopwatch dihentikan setelah ada reaksi (terbentuk

kekeruhan), hindari kekeruhan berlebihan.

- Dicatat waktu yang digunakan.

Hasil

B. Pengaruh Konsentrasi H2SO4

H2SO4 0,1 M 5 mL, 4 mL, 3 mL, 2 mL, dan 1 mL

- H2SO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi

- H2SO4 diencerkan dengan akuades sampai volume 5 mL

- Ditambahkan dengan 5 mL Na2S2O3 0,1 M

- Dijalankan stopwatch

- Stopwatch dihentikan setelah ada reaksi (terbentuk

kekeruhan), hindari kekeruhan berlebihan.

- Dicatat waktu yang digunakan.

Hasil
B. Pengaruh Suhu

3 mL larutan H2SO4 0,1 M

- H2SO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi

- Ditambahkan dengan 3 mL larutan Na2S2O3 0,1 M

- Disimpan dalam wadah yang berisi air es selama beberapa

menit

- Dicampurkan kedua larutan tersebut

- Dicatat waktu yang digunakan.

Hasil

Catatan: Ganti dengan air panas

Anda mungkin juga menyukai