Anda di halaman 1dari 38

PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

RESUME SKENARIO II

BLOK II

ISLAM DISIPLIN ILMU APOTEKER

OLEH :

NAMA : AFRIZI RISKY HUSAIN

STAMBUK : 151 2017 0162

KELOMPOK : VI (ENAM)

TUTOR : SUKMAWATI , S.Farm., M.Kes., Apt

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2018
Learning Outcome

1. Mahasiswa mampu dan memahami dan menjelaskan peran apt mengenai


swamedikasi dan hal-hal apa saja yang perlu di perhatikan
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Tentang standar pelayanan
kefarmasian di apotek
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Kode etik pada pasien dan
teman sejawat lainnya
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang kriteria obat yang
diberikan tanpa resep dokter
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Penggolongan obat narkotika
sesuai aturan yang berlaku.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Obat-obat Wajib Apotek
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pandangan islam terkait pil KB
dan narkotika
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Peran apoteker dalam
pemberian KIE
9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Penggolongan obat sesuai
aturan yang berlaku.
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan peran Apoteker mengenai
swamedikasi dan hal-hal apa saja yang perlu di perhatikan.
1.) Menurut Permenkes 73 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian
di Apotek
Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau pelayanan
swamedikasi.Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang
memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan Obat
bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
2.) Menurut Pedoman penggunaan obat bebas dan bebas terbatas 2007
Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah
swamedikasi.Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan keluhan
dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, nyeri,
pusing, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-
lain.Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk
meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaannya swamedikasi
dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication error)
karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya.
Dalam hal ini Apoteker dituntut untuk dapat memberikan informasi yang tepat
kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat terhindar dari penyalahgunaan
obat (drug abuse) dan penggunasalahan obat (drug misuse).Masyarakat
cenderung hanya tahu merk dagang obat tanpa tahu zat berkhasiatnya.
Informasi-informasi yang harus diberikan oleh tenaga kefarmasian yang ada di
apotek meliputi khasiat obat, efek samping obat, cara pemakaian obat, dosis
obat, waktu pemakaian obat, lama pemakaian obat, kontra indikasi obat, hal
yang harus diperhatikan sewaktu minum obat, hal yang harus dilakukan jika lupa
meminum obat, cara penyimpanan obat yang baik, cara memperlakukan obat
yang masih tersisa dan cara membedakan obat yang masih baik dan yang sudah
rusak Peran tenaga kefarmasian (apoteker, tenaga teknis kefarmasian dan
asisten tenaga kefarmasian) didalam swamedikasi sangatlah penting, yaitu tidak
hanya sekedar menjual obat tetapi juga harus mampu berperan klinis dengan
memberikan asuhan kefarmasian (pharmaceutical care), salah satunya dengan
cara memberikan informasi yang jelas kepada pasien atau pelaksana
swamedikasi mengenai obat yang akan mereka konsumsi Apoteker merupakan
professional kesehatan dalam bidang kefarmasian yang memiliki peranan
penting dalam memberikan nasihat, bantuan dan petunjuk kepada pasien atau
masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi. Apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam berinteraksi
dengan pasien dalam pemberian informasi yang lengkap mengenai cara
pemakaian dan penggunaan, efek samping hingga monitoring penggunaan obat
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas dan OWA,
Apoteker memiliki dua peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk
obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya serta memberikan
informasi yang dibutuhkan atau melakukan konseling kepada pasien (dan
keluarganya) agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional. Konseling
dilakukan terutama dalam mempertimbangkan :
1. Ketepatan penentuan indikasi/penyakit
2. Ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis), serta
3. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat.
Satu hal yang sangat penting dalam konseling swamedikasi adalah
meyakinkan agar obat yang dipilih tidak berinteraksi dengan obat-obat yang
sedang digunakan atau di konsumsi pasien. Di samping itu Apoteker juga
diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana memonitor
penyakitnya, serta kapan harus menghentikan pengobatannya atau kapan harus
berkonsultasi kepada dokter.
Informasi tentang obat dan penggunaannya perlu diberikan pada pasien
saat konseling untuk swamedikasi pada dasarnya lebih ditekankan pada
informasi farmakoterapi yang disesuaikan dengan kebutuhan serta pertanyaan
pasien.
Adapun informasi yang perlu disampaikan oleh Apoteker pada masyarakat
dalam penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas antara lain:
1. Khasiat obat: Apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat
yang bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan
kesehatan yang dialami pasien.
2. Kontraindikasi: pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontra indikasi dari
obat yang diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi
dimaksud.
3. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu diberi
informasi tentang efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus
dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya.
4. Cara pemakaian: cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada
pasien untuk menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup,
dioleskan, dimasukkan melalui anus, atau cara lain.
5. Dosis: sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, Apoteker dapat menyarankan
dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen (sebagaimana petunjuk
pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat menyarankan dosis lain sesuai
dengan pengetahuan yang dimilikinya.
6. Waktu pemakaian: waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas
kepada pasien, misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur.
7. Lama penggunaan: lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada
pasien, agar pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena
penyakitnya belum hilang, padahal sudah memerlukan pertolongan dokter.
8. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya
pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu
bersamaan.
9. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat :
 Cara penyimpanan obat yang baik
 Cara memperlakukan obat yang masih tersisa
 Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak

Di samping itu, Apoteker juga perlu memberi informasi kepada pasien


tentang obat generik yang memiliki khasiat sebagaimana yang dibutuhkan, serta
keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan obat generik.Hal ini
penting dalam pemilihan obat yang selayaknya harus selalu memperhatikan
aspek farmakoekonomi dan hak pasien.
Disamping konseling dalam farmakoterapi, Apoteker juga memiliki
tanggung jawab lain yang lebih luas dalam swamedikasi. Dalam pernyataan
bersama yang dikeluarkan oleh IPF (International Pharmaceutical Federation)
dan WMI (WorldSelf-Medication Industry) tentang swamedikasi yang
bertanggung jawab (Responsible Self-Medication) dinyatakan sebagai berikut:
1. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan nasehat dan
informasi yang benar, cukup dan objektif tentang swamedikasi dan semua
produk yang tersedia untuk swamedikasi.
2. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk merekomendasikan
kepada pasien agar segera mencari nasehat medis yang diperlukan, apabila
dipertimbangkan swamedikasi tidak mencukupi.
3. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan laporan
kepada lembaga pemerintah yang berwenang, dan untuk menginformasikan
kepada produsen obat yang bersangkutan, mengenai efek tak dikehendaki
(adverse reaction) yang terjadi pada pasien yang menggunakan obat tersebut
dalam swamedikasi.
4. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk mendorong anggota
masyarakat agar memperlakukan obat sebagai produk khusus yang harus
dipergunakan dan disimpan secara hati-hati, dan tidak boleh dipergunakan tanpa
indikasi yang jelas.
3.) Menurut Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/MenKes/SK/VII/ 1990
tentang Obat Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib, Badan Pegawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia Vol. 5 No. 6
Pengobatan sendiri adalah suatu perawatan sendiri oleh masyarakat
terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obat-obatan yang
dijual bebas di pasaran atau obat keras yang bisa didapat tanpa resep dokter
dan diserahkan oleh apoteker di apotek.
Apoteker di apotek adalah tempat pertama dimana masyarakat dapat
pergi untuk mendapatkan informasi sebelum melakukan pengobatan
sendiri.Pengobatan sendiri biasanya dilakukan untuk mengatasi masalah
kesehatan atau gangguan yang ringan, misalnya batuk-pilek, demam, sakit
kepala, diare, sembelit, perut kembung, maag, gatal-gatal, infeksi jamur kulit dan
lain-lain.Pengobatan sendiri hendaknya dilakukan dengan hati-hati dan
benar.Apabila gejala tidak menghilang atau tidak ada perbaikan, segera hubungi
dokter.
Sebelum melakukan pengobatan sendiri, sebaiknya seorang konsumen perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Apakah masalah kesehatan yang sedang anda hadapi memerlukan
pemeriksaan dokter ?
2. Apakah memerlukan obat ?
3. Konsultasikan dengan apoteker tentang obat yang dapat diperoleh tanpa
resep dokter untuk mengatasi masalah kesehatan yang anda alami.
4. Aturan pakai :
• Bagaimana cara memakainya ?
• Berapa jumlahnya ?
• Berapa kali sehari ?
•Waktu pemakaian,sebelum atau sesudah makan, pagi hari atau menjelang
tidur?
• Berapa lama pemakaiannya ?
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
• Pada keadaan bagaimana obat tidak boleh digunakan (kontraindikasi) ?
• Makanan, minuman atau obat lain apa yang harus dihindari ?
6. Cara Penyimpanan Obat
• Obat harus disimpan Dimana ?
• Dapatkah sisa obat disimpan untuk digunakan lagi ?
Peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional dapat
dicapai melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan disertai
dengan informasi yang tepat sehingga menjamin penggunaan yang tepat
dari obat tersebut.Oleh karena itu, peran apoteker di apotek dalam
pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat
kepada masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan
pengobatan sendiri.

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang standar pelayanan


kefarmasian di Apotek
Menurut Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang baik (CPFB)
KIE adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan pasien/keluarga pasien
yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan kesempatan kepada
pasien/keluarga pasien mengeksplorasikan diri dan membantu meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga pasien/keluarga pasien
memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar
termasuk swamedikasi. Tujuan umum KIE adalah meningkatkan keberhasilan terapi,
memaksimalkan efek terapi, meminimalkan risiko efek samping, meningkatkan cost
effecfiveness dan menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi. Tujuan
khusus :
a. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dan pasien
b. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
c. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat
d. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat dengan
penyakitnya
e. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan
f. Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat
g. Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi
h. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan
i. Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat
mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien

Kegiatan:
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien
b. Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui
Three Prime Queslions
1. Apakah yang disampaikan dokter tentang obat Anda?;
2. Apakah dokter menjelaskan tentang cara pemakaian obat Anda?;
3. Apakah dokter menjelaskan tentang hasil yang diharapkan setelah Anda
menerima terapi obat tersebut?
c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien
untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat.
d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
pengunaan obat.
e. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien.
f. Dokumentasi

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kode etik pada pasien dan
teman sejawat lainnya

KEPUTUSAN
KONGRES NASIONAL XVIII / 2009
IKATAN SARJANA FARMASI INDONESIA
Nomor : 006/KONGRES XVIII/ISFI/ 2009
Tentang
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
Berdasarkan Skenario Apoteker telah menjalankan profesinya sebagaimana
terdapat pada Pasal 3
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi
Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.

Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.

BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarakat. menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk hidup
insani.

Implementasi - Jabaran Kode Etik :


 Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal yang paling utama dari
seorang apoteker.
 Setiap tindakan dan keputusan profesional dari apoteker harus berpihak
kepada kepentingan pasien dan masyarakat.
 Seorang apoteker harus mampu mendorong pasien untuk terlibat dalam
keputusan pengobatan mereka.
 Seorang apoteker harus mengambil langkah-langkah untuk menjaga
kesehatan pasien khususnya janin, bayi, anak-anak serta orang yang dalam
kondisi lemah.
 Seorang apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada pasien
adalah obat yang terjamin mutu, keamanan, dan khasiat dan cara pakai obat
yang tepat.
 Seorang apoteker harus menjaga kerahasiaan pasien, rahasia kefarmasian, dan
rahasia kedokteran dengan baik.
 Seorang apoteker harus menghormati keputusan profesi yang telah ditetapkan
oleh dokter dalam bentuk penulisan resep dan sebagainya.
 Dalam hal seorang apoteker akan mengambil kebijakan yang berbeda
dengan permintaan seorang dokter, maka apoteker harus melakukan
komunikasi dengan dokter tersebut, kecuali peraturan perundangan
membolehkan apoteker mengambil keputusan demi kepentingan pasien.

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang kriteria obat yang


diberikan tanpa resep dokter.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR: 919/MENKES/PER/X/1993
TENTANG
KRITERIA OBAT YANG DAPAT DISERAHKAN TANPA RESEP

Pasal 2
Obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria :
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah
usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
indonesia.
5. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggung
jawabkan untuk pengobatan sendiri.

Pada pasal 3, Daftar obat yang dapat diserahkan tanpa resep ditetapkan oleh
Menteri dimana obat tersebut adalah untuk pengobatan sendiri atau swamedikasi
seperti obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek maupun obat herbal
yang penilaian terhadap obat tersebut dilakukan secara terus menerus dengan
mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan masyarakat.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penggolongan obat
narkotika sesuai aturan yang berlaku.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika
a. Narkotika Golongan I Adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Merupakan
kelompok narkotika yang terdiri atas (65 jenis) antara lain:
 Tanaman Papaver Somniferum Ldan semua bagian-bagiannya termasuk
buah dan jeraminya,kecuali bijinya.
 Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah
tanaman PapaverSomniferum L yang hanya mengalami pengolahan sekedar
untuk pembungkus dan pengangkutantanpa memperhatikan kadar morfinnya.
 Opium masak terdiri dari:
a) candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan
pengolahan khususnyadengan pelarutan, pemanasan dan peragian dengan
atau tanpa penambahan bahan-bahan lain,dengan maksud mengubahnya
menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.
b) jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan apakah
candu itu dicampurdengan daun atau bahan lain.
c) jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.
 Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga
Erythroxylaceae termasukbuah dan bijinya.
 Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk
serbuk dari semua tanamangenus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae
yang menghasilkan kokain secara langsung ataumelalui perubahan kimia.
 Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat
diolah secara langsunguntuk mendapatkan kokaina.Kokaina, metil ester-1-
bensoil ekgonina.
 Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan semua bagian
dari tanaman termasukbiji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau
bagian tanaman ganja termasuk damar ganja danhasis.
 Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo
kimianya.
 Delta 9 tetrahydrocannabinol, dan semua bentuk stereo kimianya.
 Asetorfina : 3-0-acetiltetrahidro-7α-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6, 14-endoeteno-
oripavina.
 Acetil – alfa – metil fentanil N-[1-(α-metilfenetil)-4-piperidil] asetanilida.
 Alfa-metilfentanil : N-[1 (α-metilfenetil)-4-piperidil] propionanilida
 Alfa-metiltiofentanil : N-[1-] 1-metil-2-(2-tienil) etil]-4-iperidil] priopionanilida
 Beta-hidroksifentanil : N-[1-(beta-hidroksifenetil)-4-piperidil] propionanilida
 Beta-hidroksi-3-metil-fentanil :N-[1-(beta-hidroksifenetil)-3-metil-4 piperidil]
propio-nanilida.
 Desmorfina : Dihidrodeoksimorfina
 Etorfina : tetrahidro-7α-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6, 14-endoeteno-oripavina
 Heroina : Diacetilmorfina
 Ketobemidona : 4-meta-hidroksifenil-1-metil-4propionilpiperidina
 3-metilfentanil : N-(3-metil-1-fenetil-4-piperidil) propionanilida
 3-metiltiofentanil : N-[3-metil-1-[2-(2-tienil) etil]-4-piperidil] propionanilida
 MPPP : 1-metil-4-fenil-4-piperidinol propianat (ester)
 Para-fluorofentanil : 4‘-fluoro-N-(1-fenetil-4-piperidil) propionanilida
 PEPAP : 1-fenetil-4-fenil-4-piperidinolasetat (ester)
 Tiofentanil : N-[1-[2-(2-tienil)etil]-4-piperidil] propionanilida
 BROLAMFETAMINA, nama lain : (±)-4-bromo-2,5-dimetoksi- α –
metilfenetilaminaDOB
 DET : 3-[2-( dietilamino )etil] indol
 DMA : ( + )-2,5-dimetoksi- α –metilfenetilamina
 DMHP : 3-(1 ,2-dimetilheptil)-7 ,8,9, 10-tetrahidro-6,6,9-trimetil-6Hdibenzo[b,
d]piran-1-ol
 DMT : 3-[2-( dimetilamino )etil] indol
 DOET : (±)-4-etil-2,5-dimetoksi- α –metilfenetilamina
 ETISIKLIDINA, nama lain PCE : N-etil-1-fenilsikloheksilamina
 ETRIPTAMINA. : 3-(2aminobutil) indole
 KATINONA : (-)-(S)- 2-aminopropiofenon
 ( + )-LISERGIDA, nama lain : 9,10-didehidro-N, N-dietil-6-metilergolina-8 β –
LSD, LSD-25 karboksamida
 MDMA : (±)-N, α -dimetil-3,4-(metilendioksi)fenetilamin
 Meskalina : 3,4,5-trimetoksifenetilamina
 METKATINONA : 2-(metilamino )-1- fenilpropan-1-on
 4- metilaminoreks : (±)-sis- 2-amino-4-metil- 5- fenil- 2-oksazolina
 MMDA : 5-metoksi- α -metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina
 N-etil MDA : (±)-N-etil- α -metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamin
 N-hidroksi MDA : (±)-N-[ α -metil-3,4(metilendioksi)fenetil]hidroksilamina
 Paraheksil : 3-heksil-7,8,9, 10-tetrahidro-6,6, 9-trimetil-6H-dibenzo[b,d] piran-
1-ol
 PMA : p-metoksi- α –metilfenetilamina
 psilosina, psilotsin : 3-[2-( dimetilamino )etil]indol-4-ol
 PSILOSIBINA : 3-[2-(dimetilamino)etil]indol-4-il dihidrogen fosfat
 ROLISIKLIDINA, nama lain : 1-( 1- fenilsikloheksil)pirolidinaPHP,PCPY
 STP, DOM : 2,5-dimetoksi- α ,4-dimetilfenetilamina
 TENAMFETAMINA, nama lain : α -metil-3,4-(metilendioksi)fenetilaminaMDA
 TENOSIKLIDINA, nama lain : 1- [1-(2-tienil) sikloheksil]piperidinaTCP
 TMA : (±)-3,4,5-trimetoksi- α –metilfenetilamina
 AMFETAMINA : (±)- α –metilfenetilamina
 DEKSAMFETAMINA : ( + )- α –metilfenetilamina
 FENETILINA : 7-[2-[( α -metilfenetil)amino]etil]teofilina
 FENMETRAZINA : 3- metil- 2 fenilmorfolin
 FENSIKLIDINA, nama lain PCP : 1-( 1- fenilsikloheksil)piperidina
 LEVAMFETAMINA, nama lain : (- )-(R)- α –metilfenetilaminalevamfetamina
 Levometamfetamina : ( -)- N, α –dimetilfenetilamina
 MEKLOKUALON : 3-( o-klorofenil)- 2-metil-4(3H)- kuinazolinon
 METAMFETAMINA : (+ )-(S)-N, α –dimetilfenetilamina
 METAKUALON : 2- metil- 3-o-to lil-4(3H)- kuinazolinon
 ZIPEPPROL : α - ( α metoksibenzil)-4-( β-metoksifenetil )-1piperazinetano
 Opium Obat
 Campuran atau sediaan opium obat dengan bahan lain bukan narkotika

b. Narkotika Golongan II Adalah Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan


sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Merupakan kelompok narkotika yang terdiri atas
(86 jenis) antara lain:
 Alfasetilmetadol : Alfa-3-asetoksi-6-dimetil amino-4,4-difenilheptana
 Alfameprodina : Alfa-3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
 Alfametadol : alfa-6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol
 Alfaprodina : alfa-l, 3-dimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
 Alfentanil : N-[1-[2-(4-etil-4,5-dihidro-5-okso-l H-tetrazol-1-il)etil]-4-
(metoksimetil)-4-pipe ridinil]-N-fenilpropanamida
 Allilprodina : 3-allil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
 Anileridina : Asam 1-para-aminofenetil-4-fenilpiperidina)-4-karboksilat etil ester
 Asetilmetadol : 3-asetoksi-6-dimetilamino-4, 4-difenilheptana
 Benzetidin : asam 1-(2-benziloksietil)-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester
 Benzilmorfina : 3-benzilmorfina
 Betameprodina : beta-3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipipe ridina
 Betametadol : beta-6-dimetilamino-4,4-difenil-3–heptanol
 Betaprodina : beta-1,3-dimetil-4-fenil-4-propionoksipipe ridina
 Betasetilmetadol : beta-3-asetoksi-6-dimetilamino-4, 4-difenilheptana
 Bezitramida : 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-(2-okso-3-propionil-1-
benzimidazolinil)-piperidina
 Dekstromoramida : (+)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(1-pirolidinil)butil]-
morfolina
 Diampromida : N-[2-(metilfenetilamino)-propil]propionanilida
 Dietiltiambutena : 3-dietilamino-1,1-di(2’-tienil)-1-butena
 Difenoksilat : asam 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4fenilpiperidina-4-karboksilat
etil ester
 Difenoksin : asam 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-fenilisonipekotik
 Dihidromorfina
 Dimefheptanol : 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol
 Dimenoksadol : 2-dimetilaminoetil-1-etoksi-1,1-difenilasetat
 Dimetiltiambutena : 3-dimetilamino-1,1-di-(2'-tienil)-1-butena
 Dioksafetil butirat : etil-4-morfolino-2, 2-difenilbutirat
 Dipipanona : 4, 4-difenil-6-piperidina-3-heptanona
 Drotebanol : 3,4-dimetoksi-17-metilmorfinan-6ß,14-diol
 Ekgonina, termasuk ester dan derivatnya yang setara dengan ekgonina dan
kokaina.
 Etilmetiltiambutena : 3-etilmetilamino-1, 1-di-(2'-tienil)-1-butena
 Etokseridina : asam1-[2-(2-hidroksietoksi)-etil]-4fenilpiperidina-4-karboksilat
etil ester
 Etonitazena : 1-dietilaminoetil-2-para-etoksibenzil-5nitrobenzimedazol
 Furetidina : asam 1-(2-tetrahidrofurfuriloksietil)4 fenilpiperidina-4-karboksilat
etil ester)
 Hidrokodona : dihidrokodeinona
 Hidroksipetidina : asam 4-meta-hidroksifenil-1-metilpiperidina-4-karboksilat
etilester
 Hidromorfinol : 14-hidroksidihidromorfina
 Hidromorfona : dihidrimorfinona
 Isometadona : 6-dimetilamino- 5 -metil-4, 4-difenil-3-heksanona
 Fenadoksona : 6-morfolino-4, 4-difenil-3-heptanona
 Fenampromida : N-(1-metil-2-piperidinoetil)-propionanilida
 Fenazosina : 2'-hidroksi-5,9-dimetil- 2-fenetil-6,7-benzomorfan
 Fenomorfan : 3-hidroksi-N–fenetilmorfinan
 Fenoperidina : asam1-(3-hidroksi-3-fenilpropil)-4-fenilpiperidina-4-
karboksilatEtil ester
 Fentanil : 1-fenetil-4-N-propionilanilinopiperidina
 Klonitazena : 2-para-klorbenzil-1-dietilaminoetil-5-nitrobenzimidazol
 Kodoksima : dihidrokodeinona-6-karboksimetiloksima
 Levofenasilmorfan : (1)-3-hidroksi-N-fenasilmorfinan
 Levomoramida : (-)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(1pirolidinil)butil] morfolina
 Levometorfan : (-)-3-metoksi-N-metilmorfina
 Levorfanol : (-)-3-hidroksi-N-metilmorfinan
 Metadona : 6-dimetilamino-4, 4-difenil-3-heptanona
 Metadona intermediate : 4-siano-2-dimetilamino-4, 4-difenilbutana
 Metazosina : 2'-hidroksi-2,5,9-trimetil-6, 7-benzomorfan
 Metildesorfina : 6-metil-delta-6-deoksimorfina
 Metildihidromorfina : 6-metildihidromorfina
 Metopon : 5-metildihidromorfinona
 Mirofina : Miristilbenzilmorfina
 Moramida intermediate : asam (2-metil-3-morfolino-1, 1difenilpropana
karboksilat
 Morferidina : asam 1-(2-morfolinoetil)-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester
 Morfina-N-oksida
 Morfin metobromida dan turunan morfina nitrogen pentafalent lainnya
termasuk bagian turunan
 morfina-N-oksida, salah satunya kodeina-N-oksid
 Morfina
 Nikomorfina : 3,6-dinikotinilmorfina
 Norasimetadol : (±)-alfa-3-asetoksi-6metilamino-4,4-difenilheptana
 Norlevorfanol : (-)-3-hidroksimorfinan
 Normetadona : 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heksanona
 Normorfina : dimetilmorfina atau N-demetilatedmorfina
 Norpipanona : 4,4-difenil-6-piperidino-3-heksanona
 Oksikodona : 14-hidroksidihidrokodeinona
 Oksimorfona : 14-hidroksidihidromorfinona
 Petidina intermediat A : 4-siano-1-metil-4-fenilpiperidin
 Petidina intermediat B : asam4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester
 Petidina intermediat C : Asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat
 Petidina : Asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester
 Piminodina : asam 4-fenil-1-( 3-fenilaminopropil)- pipe ridina-4-karboksilat
etilester
 Piritramida : asam1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4(1-piperidino)-piperdina-4-
Karbosilat armada
 Proheptasina : 1,3-dimetil-4-fenil-4-propionoksiazasikloheptana
 Properidina : asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat isopropil ester
 Rasemetorfan : (±)-3-metoksi-N-metilmorfinan
 Rasemoramida : (±)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(1-pirolidinil)-butil]-
morfolina
 Rasemorfan : (±)-3-hidroksi-N-metilmorfinan
 Sufentanil : N-[4-(metoksimetil)-1-[2-(2-tienil)-etil -4-piperidil] propionanilida
 Tebaina
 Tebakon : asetildihidrokodeinona
 Tilidina : (±)-etil-trans-2-(dimetilamino)-1-fenil-3-sikloheksena-1-karboksilat
 Trimeperidina : 1,2,5-trimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
 Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut di atas

c. Narkotika Golongan III Adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak


digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Merupakan
kelompok narkotika yang terdiri atas (11 jenis) antara lain:
 Asetildihidrokodeina
 Dekstropropoksifena : α-(+)-4-dimetilamino-1,2-difenil-3-metil-2-butanol
propionate
 Dihidrokodeina
 Etilmorfina : 3-etil morfina
 Kodeina : 3-metil morfina
 Nikodikodina : 6-nikotinildihidrokodeina
 Nikokodina : 6-nikotinilkodeina
 Norkodeina : N-demetilkodeina
 Polkodina : Morfoliniletilmorfina
 Propiram : N-(1-metil-2-piperidinoetil)-N-2-piridilpropionamida
 Buprenorfina : 21-siklopropil-7-α-[(S)-1-hidroksi-1,2,2-trimetilpropil]-6,14-endo-
entano-6,7,8,14-tetrahidrooripavina

6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan obat-obat wajib apotek (OWA)


Adapun UU yang mengatur tentang OWA yaitu:
1. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 347/MenKes/SK/VII/ 1990 tentang Obat
Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek No. 1

No Nama Obat Ketentuan


Kontrasepsi oral
1. Untuk pertama kali
a. Tunggal Lynestrenol
penggunaan pasien harus ke
(Exluton®)
dokter terlebih dahulu
b. Kombinasi: (penggunaan pertama
1. Ethinylestradiol – dengan resep dokter)
Norgestrel 2. Obat yang diserahkan hanya
(Microdiol®) satu siklus
2. Ethinylestradiol – 3. Kontrol kedokter tiap 6 bulan
1. Levonorgestrel sekali
(Cycloginon®,
Pilkab®,
Sydnaginon®
3. Ethinylestradiol –
Desogestrel
(Marvelon 28 ®,
Mercilon 28®)

Obat saluran cerna


Indikasi: mual/muntah
Maksimal 20 tabletBila mual,
muntah berkepanjangan pasien
dianjurkan agar kontrol ke
Metoklopramid (Antimual) dokter
Indikasi: konstipasi
2. Bisakodil Suppo (Laksan) Maksimal 3 suppo

Obat mulut dan


tenggorokan

Indikasi: sariawan, radang


tenggorokan
Maksimal 1 botolDiubah menjadi
Obat Bebas Terbatas untuk obat
luar mulut dan tenggorokan
Hexetidin (kadar < 0,1%)

Indikasi: sariawan berat


3. Triamcinolone acetonide Maksimal 1 tube
Obat saluran napas

a. Mukolitik
Asetilsistein Maksimal 20 dus; sirup 1 botol

Karbosistein Maksimal 20 tablet; sirup 1 botol


Maksimal 20 tablet; sirup 1 botol
Diubah menjadi Obat Bebas
Bromheksin Terbatas

Pemberian obat asma hanya


atas dasar pengobatan ulangan
4. b. Asma dari resep dokter
Maksimal 20 tablet; sirup 1
Salbutamol botol; inhaler 1 tabung
Maksimal 20 tablet; sirup 1
Terbutalin botol; inhaler 1 tabung
Ketotifen Maksimal 10 tablet; sirup 1 botol

Obat yang mempengaruhi


sistem neuromuskular
Indikasi: sakit kepala, pusing,
demam, myeri haid
Metampiron Maksimal 20 tablet; sirup 1 botol

Indikasi: sakit kepala, gigi


Asam mefenamat Maksimal 20 tablet; sirup 1 botol
Indikasi: sakit kepala yang
disertai ketegangan
Metampiron + Diazepam Maksimal 20 tablet
Indikasi: alergi
Mebhidrolin Maksimal 20 tablet

Indikasi: alergi
Dexchlorpheniramine Maksimal 20 tablet biasa; 3
5. maleat tablet lepas lambat
Antiparasit

Indikasi cacingan
Maksimal 6 tablet; sirup 1
botolDiubah menjadi Obat
6. Mebendazol Bebas Terbatas

Obat kulit topikal


Indikasi: infeksi jamur lokal
Nistatin Maksimal 1 tube

Indikasi: alergi dan peradangan


kulit
Desoksimetason Maksimal 1 tube

Indikasi: alergi dan peradangan


kulit
7. Betametason Maksimal 1 tube
Indikasi: alergi dan peradangan
kulit
Triamsinolon Maksimal 1 tube

Indikasi: alergi dan peradangan


kulit
Hidrokortison Maksimal 1 tube
Indikasi: infeksi bakteri pada
kulit (lokal)
Kloramfenikol Maksimal 1 tube

Indikasi: infeksi bakteri pada


kulit (lokal)
Gentamisin Maksimal 1 tube
Indikasi: acne vulgaris
Eritromisin Maksimal 1 sirup

2. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 924 / Menkes /Per / X / 1993 tentang Daftar
Obat Wajib Apotek No. 2

No Nama Obat Ketentuan Maksimalpemberian

6 Tab 200 mg
1. Albendazol 3 Tab 400 mg

Indikasi: infeksi pada kulit


2. Bacitracin 1 Tube
3. Bismuth subsilate 10 Tablet

Indikasi: acne
4. Clindamisin 1 Tube
Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi
5. Dexametason 1 Tube

Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi


6. Diclofenak 1 Tube
7. Fenoterol 1 Tabung
8. Flumetason Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi
1 Tube
Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi
9. Hidrokortison 1 Tube

Tab 400 mg, 10 tablet


Tab 800 mg, 10 tabletDiubahmenjadi
10. Ibuprofen Obat Bebas Terbatas

Indikasi: obat luar infeksi jamur lokal


11. Ketokonazol 1 Tube
Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi
12. Metilprednisolon 1 Tube

13. Omeprazol 7 Tablet


Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi
14. Piroksikam 1 Tube

Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi


15. Prednison 1 Tube

16. Scopolamin 10 Tablet


17. Sucralfat 20 tablet

18. Sulfasaladin 20 Ablet

3. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1176/Menkes/SK/X/ 1999 tentang Daftar


Obat Wajib Apotek No. 3

No Nama Obat Ketentuan


Saluran pencernaan

Indikasi: antiulkus peptik


Maksimal 10 tablet 20/40 mg
Famotidin Pengulangan dari resep
Indikasi: antiulkus peptik
Maksimal 10 tablet 150 mg
1. Ranitidin Pengulangan dari resep

Sistem muskuloskeletal
2. Alopurinol Indikasi: antigout
Maksimal 10 tablet 100 mg
Pengulangan dari resep
Indikasi: antiinflamasi dan
antirematik
Maksimal 10 tablet 25 mg
Diklofenak natrium Pengulangan dari resep
Indikasi: antiinflamasi dan
antirematik
Maksimal 10 tablet 10 mg
Piroksikam Pengulangan dari resep
Antihistamin
Indikasi: antihistamin
Maksimal 10 tablet
Cetirizin Pengulangan dari resep
Indikasi: antihistamin
Maksimal 10 tablet
3. Siproheptadin Pengulangan dari resep

Indikasi: asma
Antiasma 1 tabung
4. Orsiprenalin Pengulangan dari resep

Organ sensorik
Indikasi: obat mata Maksimal 1
tube 5 gram atau botol 5 ml
Gentamisin Pengulangan dari resep

Indikasi: obat mata Maksimal 1


tube 5 gram atau botol 5 ml
Kloramfenikol Pengulangan dari resep

Indikasi: obat telinga Maksimal


1 botol 5 ml Pengulangan dari
5. Kloramfenikol resep
Antiinfeksi umum

Satu paket Sebelum fase


a. Kategori I lanjutan, penderita harus
(2HRZE/4H3R3) kembali ke dokter
6. b. Kategori II Satu paket Sebelum fase
(2HRZES/HRZE/5H3R3E3) lanjutan, penderita harus
kembali ke dokter
Satu paket Sebelum fase
c. Kategori III lanjutan, penderita harus
(2HRZ/4H3R3) kembali ke dokter

7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pandangan dalam islam


terkait pil KB dan narkotika.

Pandangan islam tentang Pil KB


Dalam pelaksanaan KB lazimnya menggunakan salah satu alat kontrasepsi yang
sudah dikenal, sebagai hasil penemuan ilmu dan teknologi. Kontrasepsi ini
memanfaatkan hasil penelitian ilmu kedokteran mengenai hormon-hormon yang
mengatur kehidupan proses ovulasi dan mentruasi dalam tubuh wanita, tetapi
kemudian mengaju proses tersebut dengan hormon buatan yang dimasukkan ke
dalam tubuh wanita seperti pil, suntikan atau susuk. dengan akibat tidak terjadi
ovulasi, tidak ada sel telur yang matang keluar dari indung telur. Dengan tidak
ada sel telur maka tidak terjadi kehamilan alat-alat tersebut seperti:
1. Pil KB berupa tablet yang berisi bahan progestin dan progesteren yang
bekerja dalam tubuh wanita untuk mencegah terjadinya ovulasi dan
melakukan perubahan pada endomentrium. Evektivitasnya cukup tinggi,
sekitar 95 %.
2. Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan ke dalam tubuh wanita yang dikenal
cairan Devo Provera, Net Den dan Noristerat efektivitasnnya mencapai 99 %.
Cara kerjanya yaitu menghalangi terjadinya ovulasi, menipiskan endometrin
sehingga nidasi tidak mungkin terjadi.
3. Susuk KB, yaitu berupa levemorgestrel, terdiri dari enam kapsul yang
diinsersikan di bawah kulit lengan bagian dalam kira-kira 6 sampai 10 cm dari
lipatan siku.
4. AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim), terdiri atas lippessloop (spiral), multi
load dan cooper-T terbuat dari plastik halus dililit dengan tembaga tipis. Cara
kerjanya adalah membuat lemah daya sperma untuk membuahi sel telur
wanita karena penyempitan akar regangan spiral dan pengaruh dari tembaga
yang melilit pada plastik itu. Efektifitasnya mencapai 98% dan bertahan lama,
ekonomis dan reversible.
5. Sterilisasi (Vasektomi/Tubektomi), vasektomi yaitu operasi pemutusan atau
pengikatan saluran/pembuluh yang menghubungkan testis (pabrik sperma)
dengan kelenjar prostat (gudang sperma menjelang ejakulasi) bagi laki-laki,
atau tubektomi dengan operasi yang sama pada wanita sehingga ovarium
tidak dapat masuk ke dalam rongga rahim, dan akibat dari sterilisasi ini akan
menjadi mandul selamanya.
6. Alat kontrasepsi lainnya seperti kondom, diafragma,10 tablet vaginal, dan
akhir-akhir ini ada lagi semacam tisu yang dimasukkan ke dalam vagina.
Dari beberapa macam alat kontrasepsi yang telah disebut di atas seperti
kondom, diafragma, tablet vaginal dan akhir-akhir ini ada tisu yang dimasukkan
ke dalam vagina sebelum coitus, semuanya dapat dikatagorikan kepada „azal
yang tidak dipermasalahkan hukumnya. Namun yang masih dipermasalahkan
hukumnya adalah penggunaan berbagai macam alat kontrasepsi tegnologis
seperti IUD, suntikan, pil, susuk KB, vasekomi-tubektomi, dan sejenisnya. Sejak
dini beberapa ulama terkemuka telah mengemukakan pendapatnya secara
umum tentang batasan alat-alat kontrasepsi yang dibolehkan dan yang tidak
dibolehkan, antaralain: Syaed Abi Bakr dalam kitab I‘a>natut} T{a>libi>n memberi
patokan secara umum tentang penggunaan berbagai alat atau cara kontrasepsi
yang dibenarkan dan yang tidak dapat dibenarkan yaitu:

‫ر ظب كثير ب صرح بً ن أصه ي ًم انح يقطع يب بًل استع ٔيحرو‬.


Diharamkan menggunakan suatu alat yang dapat memutuskan kehamilan dari
sumbernya. Hal ini telah disarih oleh kebanyakan ulama.

Imam Ramli, mengemukakan pendapatnya sebagai komentar atas pendapat Ibn


Hajar sebagai berikut:
‫يحرو فال أصه ي ٔٔليقطع يدة ًم انح يبطئ يب أيب‬
Adapun suatu (alat) yang dapat menahan kehamilan untuk suatu masa tertentu, tanpa
memutus kehamilan dari sumbernya, hal itu tidaklah dilarang.

Dari dua pandangan di atas bila kita kompromikan maka dapat ditarik
kesimpulan, penggunaan alat kontrasepsi apapun, asal tidak menyebabkan terhentinya
kehamilan secara abadi dari sumber pokoknya (saluran/pembuluh testis bagi pria, dan
pembuluh ovorium bagi waninta) hal tersebut tidak dilarang. Maka usaha pencegahan
kehamilan yang tidak dibenarkan dalam Islam adalah melakukan kebiri. Dalam medis,
cara ini disebut dengan vasektomi pada pria atau tubektomi pada wanita dan
pengguguran kandungan yang popular dengan istilah abortus. Abortus dengan cara
apapun dilarang oleh jiwa dan semangat Islam baik dikala janin sudah bernyawa atau
belum kecuali memiliki alasan yang kuat seperti membahayakan nyawa si Ibu.

Pandangan islam tentang narkotika


Narkotika menurut undang-undang ini adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan dari tanaman, baik sintetis maupum maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir
dalam undang-undang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan keputusan Menteri
Kesehatan.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain
“narkoba”, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika, dan Zat adiktif. Semua istilah ini, baik “narkoba” atau napza, mengacu
pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi
penggunanya.Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang
biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obatobatan untuk
penyakit tertentu.
Dalam UU kefarmasian narkotika merupakan obat,sedangkan yang termasuk
kedalam golongan narkotika adalah candu, ganja, kokain, mariyuana, dan zat yang
asalnya dari candu,seperti morfin,heroin dan sejenis zat kimia sintesis yang mempunyai
khasiat seperti narkotika.Oleh karena itu narkotika berbahaya bagi kesehatan
manusia.Peredaran narkotika sebagai obat diawasi oleh pemerintah.Bahkan di seluruh
dunia secara ketat sekali diatur oleh Perundang-undangan. Dengan demikian barang
siapa yang kedapatan, mempunyai, menyimpan, memakai atau memperdagangkan
narkotik adalah melanggar UU narkotik dan dapat di hukum.
UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika disebutkan bahwa tujuan dari UU ini
adalah: menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi; mencegah, melindungi, dan
menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika; memberantas
peredaran gelap narkotika dan Prekursor Narkotika; serta menjamin pengaturan upaya
rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahgunaan dan pecandu Narkotika.
Narkoba menurut Hukum Islam adalah:”Segala sesuatu yang memabukkan atau
menghilangkan kesadaran, tetapi bukan minuman keras, baik berupa tanaman maupun
dan sejenisnya, yang mengakibatkan perbuatan –perbuatan yang mengarah pada
keburukan, kegelapan, dan sisi-sisi destruktif manusia. Sedangkan menurut Imam Adz-
Dzahabi; bahwa semua benda yang dapat menghilangkan akal (jika diminum atau
dimakan atau dimasukkan ke badan), baik ia berupa benda padat, ataupun cair,
makanan atau minuman, adalah termasuk khamr, dan telah diharamkan Allah
Subhanahu wa Ta'ala sampai hari kiamat. Allah berfirman, artinya: "Hai orang-orang
yang beriman, sesungguhnya meminum khamr, berjudi, berkorban untuk berhala,
mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan
setan, maka jauhilah perbuatan itu agar kamu beruntung. Sesungguhnya setan itu
bermaksud hendak menimbul-kan permusuhan dan kebencian di antaramu lantaran
minum khamr dan berjudi, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat,
maka berhentilah kamu mengerjakan perbuatan itu". (Al-Maa'idah: 90-91).
Jika dilihat kenyataan yang terjadi di sekitar kita akan tampak bahwa pemakaian
narkoba (narkotika, obat-obat terlarang dan alkohol) ini melahirkan tindak kriminal yang
banyak. Perbuatan jahat seperti mencopet, mencuri, merampok sampai membunuh dan
tindakan amoral seperti perzinaan, pemerkosaan serta pelecehan seksual lainnya, tidak
sedikit yang diakibatkan pemakaian benda terlaknat tersebut, seperti Sabda Nabi SAW:
"Jauhilah oleh kalian khamr, karena sesungguh-nya ia adalah induk segala
kejahatan".(HR. AlHakim, dari Ibnu Abbas). Perbuatan setan adalah hal-hal yang
mengarah pada keburukan, kegelapan, dan sisi-sisi destruktif manusia.Ini semua bisa
dipicu dari khamar (narkoba) dan judi karena bisa membius nalar yang sehat dan
jernih.Khamar (narkoba) dan judi sangat dekat dengan dunia kejahatan dan kekerasan,
maka menurut al-Qur'an khamar (narkoba) dan judi potensial memicu permusuhan dan
kebencian antar sesama manusia.Khamar dan judi juga bisa memalingkan seseorang
dari Allah Sang pencipta. Selain dua ayat al-Qur'an di atas, juga ada hadits yang
melarang khamar/minuman keras (baca : narkoba), yaitu : "Malaikat Jibril datang
kepadaku, lalu berkata, 'Hai Muhammad, Allah melaknat minuman keras, pembuatnya,
orang-orang yang membantu membuatnya, peminumnya, penerima dan penyimpannya,
penjualnya, pembelinya, penyuguhnya, dan orang yang mau disuguhi". (HR. Ahmad bin
Hambal dari Ibnu Abbas).
Walaupun demikian Hukum Islam memiliki pertimbangan khusus bagi
penggunaan narkoba, sepanjang narkoba dipergunakan di jalan benar, maka Islam
masih memberikan toleransi. Artinya narkoba dalam hal-hal tertentu boleh
dipergunakan, khususnya pada kepentingan medis pada tingkat – tingkat tertentu:
a. Pada tingkat darurat. Yaitu pada aktifitas pembedahan atau operasi besar, yakni
operasi pada organ-organ tubuh yang vital seperti hati, jantung, dan lain-lain. Yang
apabila dilaksanakan tanpa diadakan pembiusan total, kemungkinan besar si
pasien akan mengalami kematian.
b. Pada tingkat kebutuhan atau hajat. Yaitu pada aktifitas pembedahan yang apabila
tidak menggunakan pembiusan, pasien akan merasakan sangat kesakitan, tetapi
pada akhirnya akan mengganggu jalanya pembedahan. Walaupun tidak sampai
pada kekhawatiran matinya si pasien.
c. Tingkatan bukan darurat dan bukan hajat. Yaitu tingkatan pada aktifitas pembedahan
ringan yakni pembedahan paada organ tubuh yang apabila tidak dilakukan
pembiusan, tidak apa-apa.Seperti pencabutan gigi, kuku, dan sebagainya. Namun
pasien akan merasakan kesakitan juga.
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan peran Apoteker dalam
pemberian KIE
Jenis informasi yang diberikan apoteker pada pasien yang mendapat resep
baru meliputi nama dan gambaran obat, tujuan pengobatan, cara dan waktu
penggunaan, saran ketaatan dan pemantauan sendiri, efek samping dan efek
merugikan, tindakan pencegahan, kontraindikasi, dan interaksi, petunjuk
penyimpanan, informasi pengulangan resep dan rencana pemantauan lanjutan.
Untuk mengakhiri diskusi diperlukan untuk mengulang kembali dan menekankan
hal-hal terpenting terkait pemberian informasi mengenai obat. Dengan diberikannya
informasi obat kepada pasien maka masalah terkait obat seperti penggunaan obat
tanpa indikasi, indikasi yang tidak terobati, dosis obat terlalu tinggi, dosis subterapi,
serta interaksi obat dapat dihindari (Rantucci, 2007).
Berikut uraian informasi dan konseling yang diberikan kepada pasien
(Permenkes, 2007):
1. Apoteker memperkenalkan diri
2. Mengidentifikasi bahwa yang datang pasien sendiri atau bukan
3. Menanyakankepada pasien kesediaan untuk di berikan konseling serta
pentingnya konseling
4. Menanyakan Menanyakan kepada pasien apakah dokter telah
menjelaskan tentang obatyang diberikan. Dengarkan semua keterangan
pasien dengan baik dan empati.
5. Menanyakan ada atau tidaknya riwayat alergi
6. Memberikan informasi obat yang ada di resep, meliputi :

Pil KB (Menurut pionas)

Indikasi : kontrasepsi; gangguan haid.


Peringatan
dan interaksi : faktor risiko untuk penyakit vaskular; diabetes mellitus; riwayat penyakit
arterial dalam keluarga terutama saudara kandung berusia di bawah
45 tahun; varises; depresi berat; imobilisasi lama; sickle cell anemia;
penyakit radang usus.
Kontraindikasi : kehamilan, risiko tinggi untuk penyakit arterial; riwayat penyakit
tromboemboli; keadaan yang meningkatkan risiko tromboemboli,
misalnya profil lipid yang aterogenik atau kelainan koagulasi
protrombotik; migren berat, fokal, dan bertambah berat; TIA tanpa
sakit kepala; penyakit hati; hepatitis; porfiria; ikterus kolestatik; batu
empedu; karsinoma payudara atau genital; perdarahan vagina yang
belum didiagnosis; wanita menyusui.

Efek Samping : mual, muntah, sakit kepala, nyeri payudara, berat badan bertambah,
trombosis, perubahan libido, kloasma, depresi, hipertensi, iritasi pada
lensa kontak, gangguan fungsi hati, tumor hati, perdarahan haid
berkurang, perdarahan bercak pada awal daur, tidak adanya
perdarahan putus obat.

Dosis : 1 tablet tiap hari pada jam yang sama; dilanjutkan sesuai dengan petunjuk
pada pak obat; bila terlambat 12 jam makan pil, daya kontrasepsinya
berkurang. Pak pertama dimulai pada hari pertama daur haid; bila
terlambat memulai, sebaiknya gunakan kontrasepsi pelindung selama 7
hari pertama.

 Sediaan monofasik 21 tablet: setelah selesai 1 pak, berikan tenggang waktu 7 hari
sebelum mulai dengan pak yang baru.
 Sediaan monofasik 28 tablet: setelah selesai 1 pak, langsung dilanjutkan dengan
pak yang baru.
 Sediaan trifasik : mulai dengan tablet berjumlah 6 pada hari pertama dari haid.

Codein

Indikasi : obat-obatan yang mengandung kodein:kodein sistemik


Kelas obat : antitusif, analgesik narkotik.
Kodein sistemik digunakan dalam pengobatan:Batuk, Diare, Rasa
sakit.
Kodein harus digunaakn berdasarkan resep dokter

Parasetamol
Indikasi : Parasetamol (acetaminophen) adalah pereda nyeri dan peredam
demam. Mekanisme tindakan yang tepat tidak diketahui.
Parasetamol digunakan untuk mengobati banyak kondisi seperti
sakit kepala, nyeri otot, radang sendi, sakit punggung, sakit gigi,
pilek, dan demam. Ini mengurangi rasa sakit pada radang sendi
ringan namun tidak berpengaruh pada peradangan dan
pembengkakan sendi yang mendasarinya.
Kontraindikasi : Sebelum minum obat ini Jangan gunakan obat ini jika Anda alergi
terhadap acetaminophen atau parasetamol. Tanyakan kepada
dokter atau apoteker apakah aman bagi Anda untuk menggunakan
parasetamol jika Anda memiliki penyakit hati atau konsumsi
alkohol.
Efek samping : mual, sakit perut tetapi ini hanya efek samping ringan dan jarang
terjadi
Dosis : paracetamol 500 mg tiap 4-6 jam atau 4 kali sehari diminum
sebelum atau sesudah makan. Apabila melupakan satu dosis obat,
minum sesegera mungkin. Namun, bila sudah mendekati waktu
dosis berikutnya lewati dosis yang terlupakan dan kembali ke
jadwal dosis yang biasa. Dan jika nyeri sudah reda, obatnya tidak
perlu dilanjutkan.
Penyimpanan : simpan ditempat yang kering dan sejuk.

Amoxicillin
Indikasi : Amoxicillin adalah antibiotik penicillin yang melawan bakteri.
Amoxicillin digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi yang
disebabkan oleh bakteri, seperti tonsilitis, bronkitis, pneumonia,
gonore, dan infeksi pada telinga, hidung, tenggorokan, kulit, atau
saluran kemih. Amoxicillin juga terkadang digunakan bersama
dengan antibiotik lain yang disebut clarithromycin (Biaxin) untuk
mengobati sakit maag yang disebabkan oleh infeksi Helicobacter
pylori. Kombinasi ini kadang-kadang digunakan dengan peredam
asam lambung yang disebut lansoprazole (Prevacid).
Kontraindikasi : Sebelum menggunakan amoxicillin, beri tahu dokter Anda jika Anda
alergi terhadap sefalosporin seperti Omnicef, Cefzil, Ceftin, Keflex,
dan lain-lain. Juga beri tahu dokter Anda jika Anda memiliki
penyakit asma, hati atau ginjal, gangguan perdarahan atau
pembekuan darah, mononukleosis (juga disebut "mono"), atau jenis
alergi apa pun.
Interaksi : Amoxicillin dapat membuat pil KB kurang efektif. Tanyakan kepada
dokter tentang penggunaan metode KB non-hormon (seperti
kondom, diafragma, spermisida) untuk mencegah kehamilan saat
meminum obat ini. Minum obat ini untuk jangka waktu yang
ditentukan sepenuhnya. Gejala mungkin membaik sebelum infeksi
benar-benar bersih. Amoxicillin tidak akan mengobati infeksi virus
seperti pilek atau flu biasa. Jangan bagikan obat ini dengan orang
lain, bahkan jika mereka memiliki gejala yang sama dengan Anda.
Obat-obatan antibiotik dapat menyebabkan diare, yang mungkin
merupakan pertanda infeksi baru. Jika Anda mengalami diare yang
berair atau berdarah, berhenti minum amoxicillin dan hubungi
dokter Anda. Jangan gunakan obat anti-diare kecuali dokter Anda
menyuruh Anda.

Cara penggunaan
dan perhatian : Ambillah amoksisilin persis seperti yang ditentukan oleh dokter Anda.
Ikuti semua petunjuk pada label resep Anda. Jangan minum obat ini
dalam jumlah yang lebih besar atau lebih kecil atau lebih lama dari
yang direkomendasikan.Minum obat ini pada waktu yang sama
setiap hari. Tablet kunyah harus dikunyah sebelum Anda
menelannya. Jangan menghancurkan, mengunyah, atau
menghancurkan tablet rilis panjang. Menelannya utuh. Saat
menggunakan amoxicillin, Anda mungkin perlu sering melakukan tes
darah. Fungsi ginjal dan hati Anda mungkin juga perlu diperiksa.
Gunakan obat ini untuk jangka waktu yang ditentukan sepenuhnya.
Gejala Anda mungkin membaik sebelum infeksi benar-benar bersih.
Melewatkan dosis juga dapat meningkatkan risiko infeksi lebih lanjut
yang resisten terhadap antibiotik. Amoxicillin tidak akan mengobati
infeksi virus seperti flu atau flu biasa.
Jangan bagikan obat ini dengan orang lain, bahkan jika mereka
memiliki gejala yang sama dengan Anda.
Obat ini dapat menyebabkan hasil yang tidak biasa dengan tes
medis tertentu. Beritahu dokter yang merawat Anda bahwa Anda
menggunakan amoxicillin.
Efek samping : Dapatkan bantuan medis darurat jika Anda memiliki tanda-tanda
reaksi alergi terhadap amoxicillin: gatal-gatal; sulit bernafas;
pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan Anda. Hubungi
dokter Anda segera jika Anda memiliki:diare yang berair atau
berdarah;demam, gusi bengkak, luka mulut yang menyakitkan, nyeri
ketika menelan, luka kulit, gejala flu atau flu, batuk, kesulitan
bernapas;kelenjar bengkak, ruam atau gatal, nyeri sendi, atau
perasaan sakit umum;kulit pucat atau menguning, mata menjadi
kuning, urin berwarna gelap, demam, kebingungan atau
kelemahan;kesemutan yang parah, mati rasa, nyeri, kelemahan
otot;mudah memar, perdarahan yang tidak biasa (hidung, mulut,
vagina, atau dubur), bintik-bintik pinpoint ungu ataumerah di bawah
kulit Anda; atauReaksi kulit yang parah - demam, sakit tenggorokan,
bengkak di wajah atau lidah Anda, terbakar di mata Anda, nyeri kulit,
diikuti oleh ruam kulit merah atau ungu yang menyebar (terutama di
wajah atau tubuh bagian atas) dan menyebabkan terik dan
mengelupas.
Cara
penyimpanan : Simpan pada suhu kamar jauh dari kelembaban, panas, dan cahaya.
amoksisilin cair dapat disimpan dalam lemari es tetapi jangan
biarkan membeku. Buang semua obat cair yang tidak digunakan
dalam 14 hari setelah dicampur di apotek.
Omeprazole

Indikasi : Omeprazole adalah inhibitor pompa proton yang menurunkan jumlah


asam yang diproduksi di perut.
Omeprazole digunakan untuk mengobati gejala penyakit
gastroesophageal reflux (GERD) dan kondisi lain yang disebabkan
oleh asam lambung berlebih.
Omeprazole juga dapat diberikan bersama dengan antibiotik untuk
mengobati tukak lambung yang disebabkan oleh infeksi helicobacter
pylori (H. pylori).
dosis omeprazole : Dosis Dewasa Biasa untuk Ulkus Duodenum:
20 mg secara oral sekali sehari sebelum makan. Sebagian besar
pasien sembuh dalam 4 hingga 8 minggu.
Cara penggunaan
dan perhatian : Omeprazole bukan untuk meringankan gejala sakit maag. Mulas
sering bingung dengan gejala pertama serangan jantung. Cari
bantuan medis darurat jika Anda mengalami nyeri dada atau
perasaan berat, rasa sakit menyebar ke lengan atau bahu, mual,
berkeringat, dan perasaan sakit umum. Anda tidak boleh minum obat
ini jika Anda alergi terhadap omeprazole atau obat benzimidazole
lainnya seperti albendazole atau mebendazole. Tanyakan kepada
dokter atau apoteker apakah aman bagi Anda untuk mengonsumsi
omeprazole jika Anda memiliki penyakit hati atau penyakit jantung,
atau kadar magnesium rendah dalam darah Anda. Beberapa kondisi
diobati dengan kombinasi omeprazole dan antibiotik. Gunakan
semua obat seperti yang diarahkan oleh dokter Anda. Baca panduan
pengobatan atau instruksi pasien yang disediakan dengan setiap
obat. Jangan mengubah dosis atau jadwal pengobatan Anda tanpa
saran dokter Anda. Ambil omeprazole untuk waktu yang ditentukan
penuh. Gejala Anda mungkin membaik sebelum infeksi benar-benar
bersih. Omeprazole harus diambil tidak lebih dari 14 hari berturut-
turut. Biarkan setidaknya 4 bulan berlalu sebelum Anda memulai
perawatan 14 hari lagi.
Efek samping
Omeprazole : Dapatkan bantuan medis darurat jika Anda memiliki tanda-tanda
reaksi alergi terhadap omeprazole: gatal-gatal; sulit bernafas;
pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan Anda. Berhenti
menggunakan omeprazole dan hubungi dokter Anda segera jika
Anda memiliki: Efek samping Omeprazole Dapatkan bantuan medis
darurat jika Anda memiliki tanda-tanda reaksi alergi terhadap
omeprazole: gatal-gatal; sulit bernafas; pembengkakan wajah, bibir,
lidah, atau tenggorokan Anda. Berhenti menggunakan omeprazole
dan hubungi dokter Anda segera jika Anda memiliki: sakit perut yang
parah, diare yang berair atau berdarah; ruam atau nyeri sendi; rasa
sakit baru atau tidak biasa di pergelangan tangan, paha, pinggul,
atau punggung; kejang (kejang); masalah ginjal kurang lebih atau
kurang dari biasanya, darah dalam urin Anda, pembengkakan,
peningkatan berat badan yang cepat; atau gejala magnesium
rendah, rasa bingung, rasa mudah marah, detak jantung cepat,
tremor, berkedut, kram otot, mati rasa, kesemutan, atau kejang. Efek
samping omeprazol yang umum dapat meliputi: sakit perut, gas;
mual, muntah, diare; atau sakit kepala.
Cetirizine

indikasi : Cetirizine adalah antihistamin yang mengurangi histamin kimia alami


di dalam tubuh. Histamin dapat menghasilkan gejala bersin, gatal,
mata berair, dan pilek. Ini digunakan untuk mengobati gejala dingin
atau alergi seperti bersin, gatal, mata berair, atau hidung berair.
Kontraindikasi : ibu hamil, Obat ini diperkirakan tidak berbahaya bagi bayi yang
belum lahir. Katakan kepada dokter Anda jika Anda hamil atau
berencana untuk hamil selama perawatan. Cetirizine dapat lolos ke
ASI dan dapat membahayakan bayi yang menyusui. Jangan
menggunakan cetirizine tanpa memberi tahu dokter Anda jika Anda
menyusui bayi.Orang dewasa yang lebih tua mungkin perlu
mengambil lebih rendah dari dosis normal. Ikuti instruksi dokter
Anda.
Efek samping : Dapatkan bantuan medis darurat jika Anda memiliki tanda-tanda
reaksi alergi: gatal-gatal; sulit bernafas; pembengkakan wajah, bibir,
lidah, atau tenggorokan Anda. Berhenti menggunakan cetirizine dan
hubungi dokter Anda segera jika Anda memiliki salah satu dari efek
samping yang serius ini : detak jantung cepat, berdebar, atau tidak
rata;kelemahan, tremor (gemetar tidak terkendali), atau masalah
tidur (insomnia);perasaan gelisah yang berat, hiperaktif; atau kencing
lebih sedikit dari biasanya atau tidak sama sekali.
Perhatian dan
edukasi : Cetirizine dapat menyebabkan efek samping yang dapat
mengganggu pemikiran atau reaksi Anda. Hati-hati jika Anda
mengemudi atau melakukan apa pun yang mengharuskan Anda
untuk bangun dan waspada. Hindari minum alkohol. Dapat
meningkatkan beberapa efek samping dari cetirizine. Katakankepada
dokter Anda jika Anda secara teratur menggunakan obat-obatan lain
yang membuat Anda mengantuk (seperti obat pilek atau alergi
lainnya, obat nyeri narkotik, obat tidur, obat penenang otot, dan obat
untuk kejang, depresi, atau kecemasan). Mereka dapat menambah
rasa kantuk yang disebabkan oleh cetirizine. Hubungi dokter Anda
jika gejala Anda tidak membaik, jika mereka memburuk, atau jika
Anda juga mengalami demam.
Ambil dosis yang terlewat segera setelah Anda ingat. Jika sudah
hampir waktunya untuk dosis berikutnya, tunggulah hingga kemudian
minum obat dan lewati dosis yang terlewat. Jangan minum obat
tambahan untuk mengganti dosis yang terlewat.
Menurut PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
73 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga
untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga
terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah
yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three
prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan
dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa
pasien atau keluarga pasien sudah memahami Obat yang digunakan.

9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penggolongan obat sesuai


aturan yang berlaku.
Definisi Obat Menurut Undang-undang
Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009 yang membahas mengenai kesehatan
disebutkan bahwa obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk
biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

Penggolongan Obat
Menurut PEDOMAN PENGGUNAAN OBAT BEBAS DAN BEBAS TERBATAS
Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan
penggunaan serta pengamanan distribusinya. Penggolongan obat menurut
Permenkes No. 917/1993 adalah :
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa
resep dokter.Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Parasetamol
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi
masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan
tanda peringatan.Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas
adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : CTM
3. Obat Keras dan Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
dokter.Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran
merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Asam Mefenamat
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital
4. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan menimbulkan ketergantungan.
Contoh : morfin dan petidine
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,2007 Pedoman Konseling Pelayanan


Kefarmasian di Sarana Kesehatan.

Halimang, 2017, Islam, Kontrasepsi dan Keluarga Sejahtera, Jurnal Pemikiran Islam,
Volume 3 Nomor 1.

Ikatan Apoteker Indonesia, 2009, Kode Etik Apoteker Indonesia dan Implementasi –
Jabaran Kode Etik, Nomor 006/KONGRES XVIII/ISFI/2009

Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/MenKes/SK/VII/ 1990 tentang Obat Wajib


Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek.

Keputusan Menteri Kesehatan nomor 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat


Wajib Apotek No. 2.

Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat


Wajib Apotek No. 3.

Muharni., S., Aryani F, Mizanni., M, 2015, Gambaran Tenaga Kefarmasian dalam


Memberikan Informasi Kepada Pelaku Swamedikasi di Apotek-apotek
Kecamatan Tampan, Pekanbaru

Mukhayyorah, 2017, (KB Susuk dalam Perspektif Islam, Jurnal studi Al-qur’an, volume
13 nomor 2)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Anda mungkin juga menyukai