JAMILAH
RISMAYANTI
NUURHASANAH
2017/2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji dan syukur atas ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan
karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu dan makalah
ini yang berjudul : Zakat Peternakan, Zakat pertanian, Zakat Rikaz dan Tambang.
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Fiqih Zakat yang dibimbing oleh Ust. Ainun Najib,Lc, M.A Semoga makalah ini yang disusun
oleh penulis dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca.
Demikian makalah ini dibuat kami menyadari di dalam penyusunan dan pembuatan
makalah ini masih banyak kekurangan dan maka dari pada itu kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk mencapai kesempurnaan makalah ini agar lebih baik lagi, dan atas kritik dan
saran kami ucapkan terima kasih.
Wassalamua’laikum Wr. Wb
Penulis
P a g e 2 | 16
DAFTAR ISI
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis akan mengulas lebih jelas mengenai zakat
binatang ternak,zakat peranian, rikaz dan tambang dalam makalah ini.
P a g e 4 | 16
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Zakat Pertanian Nabati
A. Pengertian Dan Dalil Zakat Pertanian
Zakat pertanian adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil pertanian berupa tumbuh-
tumbuhan, atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur,
buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, d.l.l. yang merupakan makanan pokok dan dapat
disimpan. Kriteria/syarat dari zakat pertanian yaitu:1
Kewajiban membayar zakat pertanian ditetapkan dalam Al-Qur’an surah Al-An’aam ayat
141 yang artinya:
“........Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin)” (Al-An’aam : 141)
Kewajiban membayar zakat pertanian terdapat dalam hadits ‘Attab bin Usaid Ra. Berkata
bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:
Ibnu Umar dan sebagian ulama salaf berpendapat, bahwa zakat hanya wajib atas empat
jenis tanaman saja, yaitu hintah (gandum), syair (sejenis gandum), kurma, dan anggur.
1
El-Madani, Fiqih Zakat Lengkap, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), hlm. 81
Malik dan Syafi’i
Imam Malik dan Syafi’i berpendapat, bahwa jenis tanaman yang wajib zakat adalah
makanan pokok sehari-hari anggota masyarakat, seperti beras, jagung, sagu. Selain dari makanan
yang pokok itu, tidak dikenakan zakatnya. Oleh Syafi’i dikatakan juga, bahwa kurma dan anggur
wajib dikeluarkan zakatnya.
Imam Ahmad
Imam Ahmad berpendapat, bahwa biji-bijian yang kering dan dapat ditimbang (ditakar),
seperti padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dikenakan zakatnya. Begitu juga seperti
buah kurma dan anggur dikeluarkan zakatnya. Tetapi buah-buahan dan sayur tidak wajib
zakatnya.
Pendapat Imam Ahmad, sejalan juga dengan Abu Yusuf dan Muhammad (murid dan
sahabat Imam Hanafi).
Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah berpendapat, bahwa semua hasil bumi yang bertujuan untuk
mendapatkan penghasilan, diwajibkan mengeluarkan zakatnya, walaupun bukan menjadi
makanan pokok. Abu Hanifah tidak membedakan, tanaman yang tidak bisa dikeringkan dan
tahan lama, atau tidak sama, seperti sayur mayur, mentimun labu dan lain-lain.
Sebagai landasan yang dipergunakan Abu Hanifah adalah ayat 267 surat al-Baqarah
sebagaimana telah dikemukakan di atas. Beliau berpegang kepada keumuman bunyi ayat
tersebut sedangkan orang yang tidak memasukkan sayur-mayur beralasan, bahwa ayat yang
bersifat umum itu, ditakhsiskan dengan hadis Rasulullah.
Di samping ayat 267 surat al-Baqarah, beliau perkuat dengan ayat 141 surat al-An’am
yang sudah disebutkan terdahulu. Abu Hanifah juga berpedoman kepada sabda Rasulullah yang
artinya:
“Yang diairi air hujan, zakatnya 10% dan yang disirami, zakatnya 5% tanpa membedakan
jenis tanamannya, dan apakah makanan pokok atau bukan, semuanya sama.”
P a g e 6 | 16
C. Nisab Zakat Pertanian
Zakat pertanian tidak diwajibkan jika blemum mencapai nisab, adapun nisabnya ialah 5
wasaq. Sesuai hadis Rasulullah Saw:
“Tidak wajib zakat pada kurma yang kurang dari 5 wasaq.” (HR. Bukhari, Muslim, dan
Abu Dawud).
Diketahui bahwa 5 wasaq setara dengan 60 sha’. Apabila ditentukan dengan hitungan
kilogram maka diketahui rumusan sebagai berikut:2
Adapun menurut perhitungan yang telah ditetapkan oleh departemen agama 5 wasaq
adalah 750 kg beras atau 1350 kg gandum kering.
Jika menghitung dengan gabah atau dengan padi yang masih ada ditangkainya maka
mempertimbangkan timbangan berat antara dari beras kegabah; kurang lebih sekitar 35% sampai
dengan 40% hingga nishab untuk gabah adalah kurang lebih 1 ton dengan mempertimbangkan
timbangan berat dari beras ke padi yang masihn bertangkai.
Apabila lahan yang irigasinya ditentukan dengan curah hujan, sungai-sungai, mata air,
atau lainnya (lahan tadah hujan) yang diperoleh tanpa mengalami kesulitan, maka persentase
zakatnya 10% (1/10) dari hasil pertanian.
2
Zulkifli, Panduan Praktis Pintar Memahami Zakat (Pekanbaru: Suska Press, 2014), hlm. 47
3
M. Arief Mufraini, Akutansi dan Manajemen Zakat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2006), hlm. 89
P a g e 7 | 16
Adapun zakat yang irigasinya menggunakan alat yang beragam (bendungan irigasi),
maka persentase zakatnya adalah 5% (1/20), karena kewajiban petani/tanggungan untuk biaya
pengairan dapat mempengaruhi tingkat nilai kekayaan dari aset yang berkembang.
Apabila pengairan pada setengah periode lahan melalui curah hujan dan setengah periode
lainnya melalui irigasi, maka persentase zakatnya 7,5% dari hasil pertanian.
Dengan demikian, syariat islam memberi batasan volume zakat untuk hasil pertanian dan
perkebunan berkisar antara 5%-10% menurut cara pengairannya dengan maksud memberikan
penyesuaian dan kemudahan bagi umat.
Untuk persentase zakat, ada pendapat yang menghubungkan antara potongan biaya
pengelolaan dengan persentase zakat:4
Jika hasil biaya produksi menjadi pengurang dari hasil panen pertanian atau perkebunan,
maka sumber aset wajib zakatnya mengikuti persentase zakat lahan tadah hujan yaitu sebesar
10%.
Apabila biaya pengelolaan tidak menjadi faktor pengurang hasil panen, maka persentase
zakatnya disamakan dengan lahan irigasi yaitu sebesar 5%.
Apabila sang pemilik hendak menjual buah-buahannya sebelum layak dipanen, karena ia
membutuhkan uang, maka hal ini tidak dimakruhkan. Sedangkan, jika ia melakukannya agar
tidak terkena wajib zakat, maka yang demikian itu dimakruhkan, karena ia melarikan diri dari
ibadah dan tidak bersimpati terhadap fakir miskin. Meskipun demikian, jual belinya tetap sah,
4
Ibid., 90
P a g e 8 | 16
karena ia menjual sesuatu yang memang miliknya. Adapun bila ia menjualnya setelah layak
dipanen, maka hukum transaksinya tidak sah pada jumlah yang ia terkena kewajiban
mengeluarkan zakat. Bahkan, apabila zakat telah diwajibkan dan ditetapkan, maka si penjual
wajib menggantinya.5
Jika ada seseorang membeli pohon yang ada buahnya, namun masih mentah, atau
mewarisinya sebelum buahnya masak, lalu buahnya baru tampak masak, maka ia wajib
menunaikan zakat buah itu, karena sudah tiba waktu kewajiban zakatnya pada miliknya
tersebut.6
Jika si pemilik menunaikan zakatnya berupa kurma dan anggur yang masih basah, maka
hal itu tidak boleh. Adapun ongkos untuk mengeringkan kurma serta memetiknya, dan ongkos
memproses anggur menjadi kismis, semuanya diambilkan dari harta pemilik pohon tersebut, dan
sedikit pun tidak boleh diambil dari harta zakat.7
Jika pengairannya menggunakan peralatan tertentu sekira air tidak dapat menjang kau tanpanya,
maka zakatnya adalah : 5 % x 1500 kg = 75 kg.
Nishob gabah kering hasil konversi K.H.Muhammad Ma’shum bin ‘Ali adalah 1323,132 kg atau
815,758 kg beras putih.
Contoh 2: Sawah tadah hujan atau menggunakan pengairan sungai ditanami padi.
5
El-Madani, Op. Cit., hlm. 89
6
Ibid.,
7
Ibid., hlm. 90
P a g e 9 | 16
Pada lahan d hasil panen yang diperoleh adalah 400 kg
Contoh 3 : Sawah tadah hujan atau menggunakan pengairan sungai di tanami padi, menghasilkan
panen 1500 kg, laku terjual Rp 1.400.000. Harga pasar per 100 kg: Rp 100.000.
2. Hewan yang di pelihara untuk tujuan memproduksi suatu hasil komoditas tertentu seperti
binatang yang disewakan, hewan pedaging atau hewan susu perahan. Binatang jenis ini termasuk
jenis binatang ma’lufat (binatang ternak yang dikandangkan).
3. Hewan yang digembalakan untuk tujuan peternakan. Jenis hewan ternak seperti inilah yang
termasuk dalam kategori aset wajib zakat binatang ternak (Al-An’am).8
8
Mufraini, Arief.2006.Akuntansi dan Manajemen Zakat,.(Jakarta: Kencana Prenada Media
Group) Cet.2 h.100-101
P a g e 10 | 16
manfaat dan sebagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya,
ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ketempat
pengembalaan. Dan ia memikul beban-bebanmu kesatu negeri yang kamu tidak sanggup
kepadanya, melainkan kesukaran diri. Sesungguhnya tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang”.9
Semua itu jelas merupakan nikmat dari Allah dan sangat pantas untuk disyukuri. Untuk
mewujudkan rasa syukur itu maka dilaksanakan zakat sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan
Sunnah. Kewajiban mengeluarkan zakat binatang ternak juga ditetapkan dalam Sunnah Nabi
melalui hadits-hadits sahih, maupun hadits hasan seperti, hadits Abu Bakar yang mengandung
penjelasan mengenai besar zakat yang harus dikeluarkan pada binatang ternak unta dan nisabnya,
zakat binatang ternak yang lain berikut nisabnya, tata cara dua binatang ternak yang bercampur,
hadits mu’adz yang menjelaskan tentang nisab zakat sapi. Para ulama sepakat tentang wajibnya
zakat pada binatang ternak (Al-An’am) unta, sapi dan kambing; tetapi tidak mengenakan
kewajiban zakat pada kuda, budak keledai, himar dan rusa. Abu Hanifah mewajibkan zakat pada
kuda, dan berbeda pendapat dengan Malik dan Syafi’i yang keduanya mengatakan bahwa tidak
ada zakat pada kuda sebagaimana yang difatwakan mereka berdua.10
Menurut Maliki, binatang yang dipakai untuk mengangkut dan membajak seperti unta
wajib dikeluarkan zakatnya, namun pendapat jumhur ulama bahwa binatang yang digunakan
untuk membajak dan mengangkut tidak wajib dikeluarkan zakatnya karena ini termasuk dalam
kebutuhan pokok, sebagaimana hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Al-Daruquthni : “sapi yang
digunakan untuk bekerja (membajak, dan mengangkut barang) tidak perlu dizakati”. Serta hadist
Nabi yang diriwayatkan Abu Ubaid yang artinya: “sapi yang dipekerjakan tidak dikenakan
zakat”.11
9
Hasan, Ali.2006.Zakat dan Infak ; Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di
Indonesia.(Jakarta: Kencana Prenada Media Group) Cet.1 h.28
10
Wahbah al-Zuhayly.1995. Zakat Kajian Berbaga Mazhab.(Bandung: PT Remaja Rosda
Karya) Cet.1 h. 224
11
Op Cit, Hasan, Ali. h.31
P a g e 11 | 16
Digembalakan
Tidak dipekerjakan
Nishab Zakat
5-9 1 ekor kambing
10-14 2 ekor kambing
15-19 3 ekor kambing
20-24 4 ekor kambing
25-35 1 ekor anak unta betina (berumur 1 tahun lebih)
36-45 1 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)
46-60 1 ekor anak unta betina (berumur 3tahun lebih)
61-75 1 ekor anak unta betina (berumur 4tahun lebih)
76-90 2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)
91-120 2 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih)
Zakat Kambing
Nishab Zakat
40-120 1 ekor kambing
121-200 2 ekor kambing
201-300 3 ekor kambing
Setiap bertambah 100 ekor 1 ekor kambing
Zakat sapi
Nishab Zakat
30-39 1 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun
40-59 1 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun
P a g e 12 | 16
60-69 2 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun
70-79 2 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun dan 1 ekor anak sapi jantan umur 1
tahun
Berkata Imam Malik: “Perkara yang tidak lagi diperselisihkan bagi kami dan yang saya
dengar dari para ulama, bahwa mereka mengatakan rikaz adalah harta terpendam yang dipendam
sejak masa jahiliyah, untuk menemukannya tidak membutuhkan ongkos, tidak juga upaya keras
dan tenaga besar untuk mencarinya. Sedangkan yang ditemukan dengan menggunakan ongkos
dan bersusah payah mencarinya, yang kadang bisa berhasil, waktu lain bisa gagal, maka itu
bukan rikaz.” (Al Muwaththa’ No. 585, riwayat Yahya Al Laitsi)
Sedangkan Ma’din (barang tambang) adalah: diambil dari kata ya’danu – ‘ad-nan yang
artinya menetap pada suatu tempat.
Dan pada rikaz zakatnya adalah seperlima (khumus). (HR. Bukhari No. 1499, Muslim No. 1710)
Hadits ini menunjukkan wajibnya zakat rikaz, dan berapa yang mesti dikeluarkan, yakni 1/5,
atau 20 %.
Rikaz yang wajib dikeluarkan zakatnya seperlima adalah semua yang berupa harta seperti
emas, perak, besi, timah, tembaga, bejana, dan yang semisalnya. Inilah pendapat Hanafiyah,
Hanabilah, Ishaq, Ibnul Mundzir, satu riwayat dari Malik, salah satu pendapat dari Asy Syafi’i.
Pendapat yang lain: bahwa seperlima tidaklah wajib kecuali pada mata uang: yaitu emas dan
perak. (Fiqhus Sunah, 1/374)
Kepada siapa diwajibkan? Siapa saja yang menemukan rikaz, wajib mengeluarkan
zakatnya, baik dewasa atau anak-anak, berakal atau gila, bahkan kafir dzimmi sekali pun. Ada
pun untuk anak-anak dan orang gila yang mengurus pengeluaran zakatnya adalah walinya.
P a g e 13 | 16
Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah menyebutkan:
Semua ulama yang telah saya ketahui telah sepakat, bahwa orang dzimmi juga wajib
mengeluarkan zakat rikaz yang ditemukannya sebesar 1/5. Ini menjadi pendapat Malik,
penduduk Madinah, Ats Tsauri, Al Awza’i, penduduk Iraq, ashhab ar ra’yi (pengikut Imam Abu
Hanifah), dan selain mereka. Imam Asy Syafi’i berkata: tidak wajib seperlima kecuali kepada
orang yang wajib berzakat, karena zakat adalah zakat. Diceritakan darinya, bahwa anak-anak
dan wsanita tidaklah memiliki rikaz. (Al Mughni, 5/400)
Zakat rikaz dikeluarkan tanpa menunggu haul, tapi dikeluarkan ketika menemukannya,
juga tidak ada nishab. Ini adalah pendapat jumhur (mayoritas).
P a g e 14 | 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Zakat hasil pertanian dibayarkan 10% jika menggunakan sistem pangairan alami dan
dibayarkan 5% jika menggunakan sistem pengairan irigasi. Dan hasil pertanian wajib dizakati
setelah dipanen.
Pembagian klasifikasi zakat binatang ternak berupa : pemeliharaan hewan yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok/alat poduksi, hewan yang di pelihara untuk tujuan
memproduksi suatu hasil komoditas tertentu seperti binatang yang disewakan, hewan pedaging
atau hewan susu perahan, dan hewan yang digembalakan untuk tujuan peternakan. Jenis hewan
ternak seperti inilah yang termasuk dalam kategori aset wajib zakat binatang ternak.
Syarat binatang ternak yang dizakati yaitu : binatang ternak itu adalah unta, sapi, dan
kambing yang jinak, bukan kambing liar ; jumlah binatang ternak itu hendaknya mencapai nisab
zakat ; pemilik binatang ternak itu telah memiliki binatang itu selama satu tahun penuh ; binatang
itu termasuk binatang yang mencari rumput sendiri (sa’imah) atau digembalakan dan bukan
binatang diupayakan rumputnya dengan biaya pemilik, tidak dipakai untuk membajak dan
sebagainya.
Semua ulama yang telah saya ketahui telah sepakat, bahwa orang dzimmi juga wajib
mengeluarkan zakat rikaz yang ditemukannya sebesar 1/5. Zakat rikaz dikeluarkan tanpa
menunggu haul, tapi dikeluarkan ketika menemukannya, juga tidak ada nishab.
DAFTAR PUSTAKA
El-Madani, Fiqih Zakat Lengkap, (Jogjakarta: Diva Press, 2013)
Mufraini, M. Arief, Akutansi dan Manajemen Zakat (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2006)
Hasan, M.Ali Zakat dan Infak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006)
Zulkifli, Panduan Praktis Pintar Memahami Zakat (Pekanbaru: Suska Press, 2014)
http://abuhudzaifi.multiply.com/journal/item/292
P a g e 16 | 16