Anda di halaman 1dari 16

HASIL PEMBELAJARAN SKENARIO 2

DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI

OLEH :
Nama : MAHARANI
Nim : 151 2018 0078
Kelompok : II (Dua)

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan penyimpanan dan
pendistribusian perbekalan farmasi
Jawaban :

a. Menurut Pedoman Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit, 2010


Tujuan penyimpanan adalah
a. Memelihara mutu sediaan farmasi
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c. Menjaga ketersediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Tujuan pendistribusian adalah Tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit
pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis dan jumlah

b. Menurut Pedoman Pengelolaan Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan


Di Daerah Kepulauan, 2007
Tujuan distribusi
1. Terlaksananya distribusi obat publik dan perbekkes secara merata dan
teratur sehingga dapat diperoleh pada saat dibutuhkan.
2. Terjaminnya ketersediaan obat publik dan perbekkes di unit pelayanan
kesehatan

c. Menurut Direktorat Bina Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan, 2010


Tujuan distribusi
1. Terlaksananya pengiriman obat secara merata dan teratur sehingga dapat
diperoleh pada saat dibutuhkan.
2. Terjaminnya mutu obat dan perbekalan kesehatan pada saat
pendistribusian
3. Terjaminnya kecukupan dan terpeliharanya penggunaan obat di unit
pelayanan kesehatan.
4. Terlaksananya pemerataan kecukupan obat sesuai kebutuhan pelayanan
dan program kesehatan
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi
Jawaban
a. Menurut Pedoman Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit, 2010
Penyimpanan
Penyimpanan sebaiknya dilakukan dengan memperpendek jarak gudang dan
pemakai dengan cara ini maka secara tidak langsung terjadi efisiensi.
PENGATURAN TATA RUANG
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,
pencarian dan pengawasan perbekalan farmasi, diperlukan pengaturan tata
ruang gudang dengan baik.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang bangunan
gudang
adalah sbb:
1. Kemudahan Bergerak
Untuk kemudahan bergerak, gudang perlu ditata sebagai berikut:
a) Gudang menggunakan sistem satu lantai,jangan menggunakan
sekat-sekat karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika
digunakan sekat, perhatikan posisi dinding dan pintu untuk
mempermudah gerakan.
b) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan
farmasi, ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem arus garis
lurus, arus U atau arus L.
2. Sirkulasi udara yang baik
Salah satu faktor penting dalam merancang bangunan gudang adalah
adanya sirkulasi udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi
yang baik akan memaksimalkan umur hidup dari perbekalan farmasi
sekaligus bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi
kerja.
Idealnya dalam gudang terdapat AC, namun biayanya akan menjadi mahal
untuk ruang gudang yang luas. Alternatif lain adalah menggunakan kipas
angin, apabila kipas angin belum cukup maka perlu ventilasi melalui atap.
3. Rak dan Pallet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat
meningkatkan sirkulasi udara dan perputaran stok perbekalan farmasi.
Keuntungan penggunaan pallet:
 Sirkulasi udara dari bawah dan perlingungan terhadap banjir
 Peningkatan efisiensi penanganan stok
 Dapat menampung perbekalan farmasi lebih banyak
 Pallet lebih murah dari pada rak
4. Kondisi penyimpanan khusus
 Vaksin memerlukan “Cold Chain” khusus dan harus dilindungi daru
keungkinan terputusnya arus listrik.
 Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus
dan selalu terkunci.
 Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan
dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus
terpisah dari gudang induk.
5. Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar
seperti dus, karton, dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus
dipasang pada tempat yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang
cukup. Tabung pemadam kebakaran agar diperiksa secara berkala, untuk
memastikan masih berfungsi atau tidak.
Pendistribusian
Rancangan Sistem Distribusi
Mendisain suatu distribusi perbekalan farmasi di rumah sakit memerlukan:
1. Analisis sitematik dari rasio manfaat-biaya dan perencanaan operasional.
Setelah sistem diterapkan, pemantauan kinerja dari evaluasi mutu
pelayanan tetap diperlukan guna memastikan bahwa sistem berfungsi
sebagaimana dimaksudkan.
2. Jumlah ruangan dalam sistem, cakupan geografis dan tata ruang rumah
sakit,
populasi pasien.
3. Kualitas dan kuantitas staf.
b. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016
Penyimpanan
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi
label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan
dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan
pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah
penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan secara
benar dan diinspeksi secara periodik.
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
harus disimpan terpisah yaitu:
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi
tanda khusus bahan berbahaya.

b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan
untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan
tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya.
Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup
demi keselamatan.

Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis


Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound
Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus
untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat.

Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat


emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus
mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.

Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin:


a. jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah
ditetapkan;

b. tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain;

c. bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;

d. dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan

e. dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.

Pendistribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka


menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang
dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan metode pendistribusian


dan peyimpanan perbekalan farmasi
Jawaban
a. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016
Penyimpanan
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk
sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired
First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi
manajemen.
Pendistribusian
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh
Instalasi Farmasi.
2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan
kepada penanggung jawab ruangan.
4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan
interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.
b. Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap
melalui Instalasi Farmasi.
c. Sistem Unit Dosis
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis
tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit
dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
d. Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan
kombinasi a + b atau b + c atau a + c.
b. Menurut Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit,
2010
Penyimpanan
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut
bentuk sediaan san alfabetis dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO,
dan disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan
farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan sebaiknya dilakukan dengan
memperpendek jarak gudang dan pemakai dengan cara ini maka secara tidak
langsung terjadi efisiensi.
Pendistribusian
Jenis Sistem Distribusi
1. Resep Perorangan
Resep perorangan adalah order/resep yang ditulis dokter untuk tiap
pasien. Dalam sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan
oleh IFRS sesuai yang tertulis pada resep.
Keuntangan resep perorangan, yaitu:
a. Semua resep/order dikaji langsung oleh apoteker, yang kemudian
memberikan keterangan atau informasi kepada pasien secara langsung.
b. Memberikan kesempatan interaksi profesional antara apoteker, dokter,
perawat, dan pasien.
c. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat.
d. Mempermudah penagihan biaya perbekalan farmasi bagi pasien.
Kelemahan/Kerugian sistem resep perorangan, yaitu:
a. Memerlukan waktu yang lebih lama
b. Pasien membayar obat yang kemungkinan tidak digunakan
1. Sistem Distribusi Persediaan Lengkap Di Ruang
Definisi sistem distribusi persediaan lengkap di ruang adalah tatanan
kegiatan pengantaran sediaan perbekalan farmasi sesuai dengan yang
ditulis dokter pada order perbekalan farmasi, yang disiapkan dari
persediaan di ruang oleh perawat dengan mengambil dosis/unit perbekalan
farmasi dari wadah persediaan yang langsung diberikan kepada pasien di
ruang tersebut.
Dalam sistem persediaan lengkap di ruangan, semua perbekalan
farmasi yang dibutuhkan pasien tersedia dalam ruang penyimpanan
perbekalan farmasi, kecuali perbekalan farmasi yang jarang digunakan.
Keuntungan persediaan lengkap di ruang, yaitu:
a. Pelayanan lebih cepat
b. Menghindari pengembalian perbekalan farmasi yang tidak terpakai ke
IFRS.
c. Mengurangi penyalinan order perbekalan farmasi.
Kelemahan persediaan lengkap di ruang, yaitu:
a. Kesalahan perbekalan farmasi sangat meningkat karena order
perbekalan farmasi tidak dikaji oleh apoteker.
b. Persediaan perbekalan farmasi di unit pelayanan meningkat, dengan
fasilitas ruangan yang sangat terbatas. Pengendalian persediaan dan
mutu, kurang diperhatikan oleh perawat.
c. Kemungkinan hilangnya perbekalan farmasi tinggi.
d. Penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas
penyimpanan perbekalan farmasi yang sesuai di setiap ruangan
perawatan pasien.
e. Diperlukan waktu tambahan lagi bagi perawat untuk menangani
perbekalan farmasi.
f. Meningkatnya kerugian dan bahaya karena kerusakan perbekalan
farmasi.
2. Sistem Distribusi Dosis Unit (Unit Dose Dispensing = Udd)
Definisi perbekalan farmasi dosis unit adalah perbekalan farmasi yang
diorder oleh dokter untuk pasien, terdiri atas satu atau beberapa jenis
perbekalan farmasi yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal
dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu.
Istilah “dosis unit” sebagaimana digunakan rumah sakit, berhubungan
dengan jenis kemasan dan juga sistem untuk mendistribusikan kemasan
itu. Pasien membayar hanya perbekalan farmasi yang dikonsumsi saja.
Konsep kemasan dosis bukan suatu inovasi baru bagi kefarmasian dan
kedokteran karena industry farmasi telah membuat unit tunggal untuk
sampel dan pada tahun terakhir telah dibuat menjadi prosuk kemasan
tunggal yang dijual ke rumah sakit, untukmelayani resep.
Sistem distribusi perbekalan farmasi dosis unit adalah tanggung jawab
IRS, hal itu tidak dapat dilakukan di rumah sakit tanpa kerja sama dengan
staf medik, perawatan pimpinan rumah sakit dan staf administratif. Jadi,
dianjurkan bahwa suatu panitia perencana perlu ditetapkan untuk
mengembangkan pendekatan penggunaan suatu sistem distribusi dosis
unit. Kepemimpinan dari panitia ini seharusnya datang dari apoteker IFRS
yang menjelaskan kepada anggota lain tentang konsep distribusi
perbekalan farmasi dosis unit.
Sistem distribusi perbekalan farmasi dosis unit adalah metode
dispensing dan pengendalian perbekalan farmasi yang dikoordinasikan
IFRS dalam rumah sakit. Sistem dosis unit dapat berbeda dalam bentuk,
tergantung pada kebutuhan khusus rumah sakit. Akan tetapi, unsur khusus
berikut adalah dasar dari semua system dosis unit, yaitu: Perbekalan
farmasi dikandung dalam kemasan unit tunggal; di-dispensing dalam
bentuk siap konsumsi; dan untuk kebanyakan perbekalan farmasi tidak
lebih dari 24 jam persediaan dosis, diantarkan ke atau tersedia pada ruang
perawatan pasien setiap saat.
Sistem distribusi dosis unit dapat dioperasikan dengan salah satu dari
3 metode di bawah ini, yang pilihannya tergantung pada kebijakan dan
kondisi rumah sakit.
a. Sistem distribusi dosis unit sentralisasi. Sentralisasi dilakukan oleh IFRS
sentral ke semua unit rawat inap di rumah sakit secara keseluruhan.
Artinya, di rumah sakit itu mungkin hanya satu IFRS tanpa adanya
depo/satelit IFRS di beberapa unit pelayanan.
b. Sistem distribusi dosis unit desentralisasi dilakukan oleh beberapa
depo/satelit IFRS di sebuah rumah sakit. Pada dasarnya sistem
distribusi desentralisasi ini sama dengan sistem distribusi obat
persediaan lengkap di ruang, hanya saja sistem distribusi desentralisasi
ini dikelola seluruhnya oleh apoteker yang sama dengan pengelolaan
dan pengendalian oleh IFRS sentral.
c. Dalam sistem distribusi dosis unit kombinasi sentralisasi dan
desentralisasi, biasanya hanya dosis awal dan dosis keadan darurat
dilayani depo/satelit IFRS. Dosis selanjutnya dilayani oleh IFRS sentral.
Semua pekerjaan tersentralisasi yang lain, seperti pengemasan dan
pencampuran sediaan intravena juga dimulai dari IFRS sentral.
Keuntungan
Beberapa keuntungan sistem distribusi dosis unit yang lebih rinsi sebagai
berikut:
1. Pasien hanya membayar perbekalan farmasi yang dikonsumsinya saja.
2. Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah disiapkan oleh
IFRS.
3. Mengurangi kesalahan pemberian perbekalan farmasi.
4. Menghindari duplikasi order perbekalan farmasi yang berlebihan.
5. Meningkatkan pemberdayaan petugas profesional dan non profesional
yang lebih efisien.
6. Mengurangi risiko kehilangan dan pemborosan perbekalan farmasi.
7. Memperluas cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit secara
keseluruhan sejak dari dokter menulis resep/order sampai pasien
menerima dosis unit
8. Sistem komunikasi pengorderan dan distribusi perbekalan farmasi
bertambah Baik.
9. Apoteker dapat datang ke unit perawatan/ruang pasien, untuk
melakukan konsultasi perbekalan farmasi, membantu memberikan
masukan kepada tim, sebagai upaya yang diperlukan untuk perawatan
psaien yang lebih baik.
10. Peningkatan dan pengendalian dan pemantauan penggunaan
perbekalan farmasi menyeluruh.
11. Memberikan peluang yang lebih besar untuk prosedur komputerisasi.
Kelemahan :
1. Meningkatnya kebutuhan tenaga farmasi
2. Meningkatnya biaya operasional
4. Sistem Distribusi Kombinasi
Definisi: sistem distribusi yang menerapkan sistem distribusi
resep/order individual sentralisasi, juga menerapkan distribusi persediaan
di ruangan yang terbatas.
Keuntungan sistem distribusi kombinasi yaitu:
a. Semua resep/order perorangan dikaji langsung oleh apoteker.
b. Adanya kesempatan berinteraksi dengan profesional antara apoteker,
dokter, perawat dan pasien/keluarga pasien.
c. Perbekalan farmasi yang diperlukan dapat segera tersedia bagi pasien.
c. Menurut Farmasi Rumah Sakit Dan Klinik, 2016
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk
sediaan, dan jenis sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dan disusun
secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO),
First In First Out (FIFO) atau Last In First Out (LIFO) disertai sistem informasi
manajemen.
Ada beberapa macam sistem penataan obat, antara lain:
1. First In First Out (FIFO) yaitu obat yang datang kemudian diletakkan di
belakang obat yang terdahulu.
2. Last in First Out (LIFO) yaitu obat yang datang kemudian/terakhir
diletakkan di depan obat yang datang dahulu.
3. First Expired First Out (FEFO) yaitu obat yang mempunyai tanggal
kadaluwarsa lebih dahulu diletakkan di depan obat yang mempunyai
tanggal kadaluwarsa kemudian.
Pendistribusian
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
1. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
a. Pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan untuk
persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi.
b. Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang disimpan di ruang rawat
harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
c. Dalam kondisi sementara di mana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan
kepada penanggung jawab ruangan.
d. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
e. Menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan interaksi Obat pada
setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.
f. Sistem Resep Perorangan (Individual Prescription)
2. Pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan berdasarkan
resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
3. Sistem Unit Dosis
Pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan berdasarkan
resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk
penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk
pasien rawat inap. Sistem unit dosis dapat menggunakan metode unit dose
dispensing (UDD) untuk satu unit dosis penggunaan (sekali pakai) atau once
daily dose (ODD) untuk dosis satu hari diberikan.
4. Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan bagi
pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a +
c.
5. Sistem Pelayanan Terbagi (Desentralisasi)
Desentralisasi adalah sistem pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan yang mempunyai cabang di dekat unit perawatan/pelayanan.
Bagian ini dikenal dengan istilah depo farmasi/satelit farmasi. Pada
desentralisasi, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi ruangan
tidak lagi dilayani oleh pusat pelayanan farmasi. Instalasi farmasi dalam hal ini
bertanggung jawab terhadap efektivitas dan keamanan perbekalan farmasi
yang ada di depo farmasi. Tanggung jawab tenaga farmasis dalam kaitan
dengan distribusi perbekalan farmasi di satelit farmasi:
a. Dispensing dosis awal pada permintaan baru dan larutan intravena tanpa
tambahan (intravenous solution without additives).
b. Mendistribusikan IV admixtur yang disiapkan oleh farmasi sentral.
c. Memeriksa permintaan obat dengan melihat medication administration record
(MAR).
d. Menuliskan nama generik dari obat pada MAR.
e. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan distribusi
d. Menurut Artikel Alur Distribusi Obat Dan Alat Kesehatan Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Malingping, 2015
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan peran apoteker dalam
penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi
Jawaban
a. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound
Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus
untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat.
b. Menurut Distribusi Obat Di Rumah Sakit, 2018
Banyak nama obat terlihat atau terdengar seperti nama-nama obat lain. Hal
ini akan menyebabkan kebingungan apabila tulisan tangan yang tidak
terbaca, pengetahuan tidak lengkap tentang nama obat, produk yang baru
tersedia, pengemasan atau pelabelan serupa, penggunaan klinis serupa,
serupa kekuatan, bentuk sediaan dan frekuensi pemberian.
Strategi berikut ini bisa dipertimbangkan untuk pengelolaan obat LASA :
1. Mengidentifikasi dan mengelola risiko yang terkait dengan obat-obatan
LASA dengan cara :
a. meninjau ulang penggunaan obat LASA (jika perlu)
b. menetapkan prosedur untuk :
1) meminimalkan penggunaan obat LASA melalui perintah verbal dan
telepon,
2) lebih menekankan untuk membaca label dengan hati-hati setiap
kali obat diakses dan juga sebelum pemberian, daripada
mengandalkan pengenalan visual, lokasi, atau isyarat lainnya yang
kurang spesifik.
3) menekankan perlunya memeriksa tujuan pengobatan pada resep /
perintah dan sebelum pemberian obat, memeriksa kesesuian
diagnosis dengan tujuan / indikasi pengobatan.
4) menyertakan nama generik dan nama merek obat pada pesanan
obat dan label, dengan ukuran font nama generik yang lebih besar
dari nama merek.
c. Mengembangkan strategi untuk menghindari kebingungan atau
kesalahpahaman yang disebabkan oleh resep atau pesanan obat
yang tidak jelas, diantaranya :
1) Melakukan pencetakan nama dan dosis obat.
2) Membedakan nama obat dengan metode “tall man” lettering.
d. Menyimpan obat yang beresiko di lokasi terpisah, atau menyimpan di
rak tidak dengan urutan alfabetis, misalnya dengan nomor wadah,
atau di perangkat pengeluaran otomatis.
e. Menggunakan huruf tebal dan warna berbeda untuk mengurangi
kebingungan terkait dengan penggunaan nama LASA pada label,
tempat penyimpanan dan rak, layar komputer, perangkat pengeluaran
otomatis, dan catatan administrasi obat.
f. Mengembangkan strategi untuk melibatkan pasien dan keluarga
pendamping pasien dengan cara :
1) Memberikan informasi obat secara tertulis, termasuk indikasi obat,
nama generik dan nama merek, dan efek samping obat yang
potensial.
2) Mengembangkan strategi untuk mengakomodasi pasien dengan
gangguan penglihatan, perbedaan bahasa, dan pengetahuan
terbatas tentang perawatan kesehatan.
3) Memberikan tinjauan apoteker terhadap obat-obatan yang
diberikan kepada pasien untuk mengkonfirmasi indikasi dan
penampilan yang diharapkan, terutama ketika mengeluarkan obat
yang diketahui memiliki nama bermasalah.
g. Memastikan bahwa semua langkah dalam proses manajemen
pengobatan dilakukan oleh sumber daya yang berkualifikasi dan
kompeten.
2. Memasukkan pendidikan tentang potensi obat-obatan LASA ke dalam
kurikulum pendidikan, orientasi, dan pengembangan profesional
berkelanjutan bagi para profesional perawatan kesehatan.
Jadi, Peran Apaoteker Terkait Skenario yaitu sebaiknya dalam manajemen
penyimpanan perlu diperbaiki terkait obat yang memiliki kemiripan nama
maupun penampilan atau LASA (Look Alike Sound Alike) yang bisa
menyebabkan adanya kesalahan pengambilan maupun pemberian obat
kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai