Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif hidayatullah Jakarta untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
PIAN HERMAWATI
NIM: 105070002251
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
LEMBAR PENGESAHAN
Anggota
ii
HUBUNGAN PERSEPSI ODHA TERHADAP STIGMA
HIV/AIDS MASYARAKAT DENGAN INTERAKSI SOSIAL
PADA ODHA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
PIAN HERMAWATI
105070002251
Dibawah bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011 M
iii
Sebaik-baiknya manusia adalah yang
memberi manfaat bagi orang lain
(HR. Muslim).
iv
Halaman persembahan
sahabatku….
v
ABSTRAK
(F) Kasus HIV/AIDS ditemukan di Indonesia pada tahun 1987 tepatnya di Bali
dan sampai saat ini penyakit HIV/AIDS semakin meningkat dan belum
ditemukan obatnya serta tercatat sebagai salah satu penyakit yang paling
mematikan. Adapun penyebab penyakit ini karena hubungan seks yang tidak
sehat, pengguna narkoba dengan menggunakan jarum suntik yang terinfeksi
virus HIV/AIDS, tranfusi darah, dan pasangan suami istri yang terinfeksi
virus HIV/AIDS. Penyebab penyakit yang melatar belakangi mereka ada
sebagian masyarakat yang memberikan stigma negatif diantaranya: orang
yang melanggar norma agama, berkonotasi negatif, orang yang berpergaulan
bebas dan pengguna narkoba. Sehingga peneliti tertarik untuk melihat
hubungan persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat dengan
interaksi sosial pada ODHA.
vi
reliabilitas skala persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat
adalah 0,728 sedangkan reliabilitas skala interaksi sosial adalah 0,888.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat lindungan dan
rahmat-Nya, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam bagi
nabi Muhammad SAW yang telah membawa lentera penerang bagi manusia di
muka bumi, juga kepada keluarga dan sahabat serta orang-orang yang mengikuti
jejaknya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
dialami. Proses skripsi juga tidak terlepas dari bantuan berharga oleh banyak
pihak, maka dengan hati tulus sepatut penghargaan sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bapak Jahja
Umar Ph.D, berkat bimbingan , arahan, nasehat, dan cerita-cerita beliau
mengenai hal-hal yang baru bagi penulis.
2. Bapak Bambang Suryadi Ph.D sebagai dosen pembimbing I, atas arahan,
bimbingan dan masukan yang sangat membangun, rasa takut, dan haru
selama bimbingan berlangsung. Ibu Rena Latifa M.Psi sebagai dosen
pembimbing II, yang sangat sabar selalu memberikan masukan dan sudah
berbesar hati dalam membimbing saya untuk mewujudkan skripsi ini.
3. Para dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan pengalaman dan
ilmu kepada penulis. Bapak dan Ibu staf Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta atas kebaikan dan kerjasamanya.
4. Untuk Abah (Alm) dan Ummi, Mamah dan om Unang yang telah
mendidik dan membesarkan saya, yang selalu siap membantu dan
memberikan doa, kasih sayang dan dukungan baik moril dan material,
yang tak terhingga serta untuk ayah saya, terimakasih karena telah
membantu saya terlahir kedunia ini.
5. Adik yang saya sayang Putra Aditama dan Bunga Novitasari, sepupuku
Rima, Riza yang selalu menambah keceriaan dirumah serta suamiku
viii
tersayang mas Slamet Budi Mulyono S.AB, yang selalu memberikan
motivasi dan sabar menunggu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
6. Sahabat-sahabat setia yang keberadaannya sangat berarti bagi penulis:
Fika, Tika, Eva, Nurfauziyanti, Dina, Donna, Nadiyya, Nina, (atas
kebersamaan selama perkuliahan) dan teman-teman seperjuangan yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
7. Kepada seluruh pengurus Yayasan Pelita Ilmu dan Yayasan Tegak Tegar
yang telah membantu penulis dalam penyebaran skala penelitian serta
para ODHA yang telah bersedia menjadi responden penelitian.
8. Juga kepada seluruh teman-teman angkatan 2005 khususnya kelas A (atas
diskusi dan kebersamaannya) dan seluruh pihak yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari banyak sekali keterbatasan dari skripsi ini, oleh karena
itu saya mohon kesediaan bagi pembaca untuk memaklumi segala kekurangan
yang terdapat dalam skripsi ini.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ................................................................ 8
1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah ....................................... 9
1.3.1 Pembatasan Masalah...................................................... 9
1.3.2 Rumusan Masalah.......................................................... 10
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 11
1.4.1 Tujuan Penelitian ........................................................... 11
1.4.2 Manfaat Penelitian ......................................................... 12
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................ 12
x
2.2.5 Akibat Stigma ................................................................ 23
2.3. HIV.......................................................................................... 23
2.3.1 Pengertian HIV/AIDS .................................................... 23
2.3.2 Penyebaran HIV/AIDS................................................... 24
2.3.3 Pencegahan HIV/AIDS .................................................. 25
2.3.4 Dinamika psikologis penderita HIV/AIDS .................... 26
2.3.5 Stigma masyarakat tentang HIV .................................... 28
2.3.6 Persepsi penderita HIV/AIDS terhadap
stigma masyarakat ......................................................... 28
2.4. Interaksi Sosial ........................................................................ 29
2.4.1 Pengertian interaksi sosial..............................................30
2.4.2 Syarat-syarat terjadi interaksi sosial .............................. 30
2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial........ 31
2.4.4 Bentuk-bentuk interaksi sosial ....................................... 33
2.4.5 Gambaran interaksi sosial penderita HIV/AIDS............ 37
2.5. Kerangka Berpikir................................................................... 38
2.6. Hipotesis.................................................................................. 41
xi
3.6. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian....................................... 49
3.6.1 Hasil uji validitas skala persepsi terhadap
stigma HIV/AIDS .......................................................... 49
3.6.2 Hasil uji coba skala interaksi sosial ............................... 50
3.7. Hasil Uji Reliabilitas Skala Persepsi Terhadap
stigma HIV/AIDS Dengan Interaksi Sosial ............................ 50
3.8. Teknik Analisa Data................................................................ 51
3.9. Prosedur Penelitian.................................................................. 52
xii
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 74
5.2 Diskusi .................................................................................. 76
5.3 Saran........................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
diselesaikan oleh setiap individu. Tapi kita harus menyadari bahwa kita adalah
makhluk sosial dimana kita tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, manusia
adalah makhluk sosial. Jika kita lihat sejak lahirpun manusia sudah membutuhkan
kompleks. Kita bisa temukan pada penderita HIV/AIDS adanya perlakuan yang
tajam. Kasus ini meningkat 100 persen tiap bulannya. Hingga akhir Oktober 2009
di Jakarta sendiri tercatat 41.240 kasus. Terdiri dari pengguna narkotika suntik
sebanyak 55 persen sebagian besar berusia muda, waria sebanyak 34 persen, PSK
(Pekerja Seks Komersial) di lokalisasi sebanyak 10,2 persen dan PSK tidak
jumah penderita HIV/AIDS pada tahun 2008 meningkat 500 persen dari tahun
1
2000, penderita AIDS yang tercatat hingga bulan September 2008 sebanyak 3.761
orang, sedangkan pada tahun 2000 jumlahnya masih 700 orang. KPA DKI Jakarta
persen melalui hubungan seks yang tidak aman dan sisanya diakibatkan dari
seks langsung atau tidak langsung dan pengguna jarum suntik yang terinfeksi
virus HIV/AIDS. Populasi resiko tinggi tahun 2011 di Jakarta Barat tercatat
Kecamatan Cengkareng 2.524 penderita. Barat laporan dari beberapa LSM Peduli
AIDS dari 1800 menjad 4756, wanita pekerja seks langsung 579 orang dan
seksual 39,3 persen pengguna narkoba suntik dan 2,6 persen penularan dari ibu
bayi.
2
orang di antaranya meninggal dunia atau 21,81 persen dan Kabupaten Badung
pada peringkat ketiga dengan 708 kasus, 67 orang di antaranya meninggal atau
meninggal (5,49 persen) dan Gianyar dengan 200 kasus, 24 orang di antaranya
Seperti yang kita tahu, penyakit HIV/AIDS adalah penyakit yang memang
suntik, bayi yang terlahir dari ibu yang positif terinfeksi HIV/AIDS dan pasangan
suami istri yang terinfeksi HIV/AIDS. Memang benar, fakta yang ada kebanyakan
teman. Meliputi cemoohan, hinaan dan bahkan sikap lain yang menunjukkan
sekarang masih banyak masyarakat yang acuh tak acuh bahkan stigma mereka
3
berdasarkan stimulus yang mereka terima. Stimulus ini salah satunya adalah
oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Keadaan individu dapat
mempengaruhi hasil persepsi, ada dua sumber yang mempengaruhinya yaitu yang
Menurut Chaplin (2004) stigma adalah satu cacat atau cela pada karakter
seseorang. Sedangkan menurut Green (dalam Cholil; 1997) stigma adalah ciri
Stigma dalam penelitian ini adalah stigma yang yang di berikan masyarakat
kasus pertama adalah sebagai berikut: dokter-dokter dan paramedis di bagian unit
sakit dalam pekerjaan sehari-hari. Semua mengetahui hanya dengan meraba dan
4
memeriksa pasien AIDS tidak akan terjadi penularan, tapi apa yang terjadi setelah
memeriksa seorang pasien yang menyatakan dirinya seorang HIV positif? begitu
dengan pasien. Jadi tidak terpikir dahulu untuk melakukan pemeriksaan dan
pembicaraan dengan pasien tersebut karena ketakutan dan ingin segera mencuci
kasur dan alat-alat bekas pakaian pasien AIDS dari satu provinsi ke provinsi lain.
Pada tahun 1987 RSUD Sanglah, Bali telah membakar segala peralatan dan
pakaian bekas pasien AIDS, yang kemudian hal tersebut disadari tidak perlu.
Tetapi kurang lebih lima tahun setelah itu terdengar keadaan serupa dilakukan
sakit. Disadari atau tidak, semakin kurang informasi tentang HIV/AIDS semakin
besar diskriminasi yang akan terjadi. Hal ini berkembang karena mitos-mitos tidak
segera dikoreksi sehingga terjadi pengertian dan pemahaman yang salah terhadap
5
Pemahaman yang kurang tentang HIV/AIDS di masyarakat perlu di
HIV/AIDS tetapi memerangi cara penyebaran virus HIV. Bila stigma masyarakat
besar dan terakumulasi. Mereka harus mendapatkan perhatian yang serius dan
dengan cara bunuh diri ataupun hal yang lainnya yang memang bertentangan
dengan norma-norma atau aturan agama. Karena pada dasarnya penyakit ini tidak
HIV/AIDS bukan saja melanggar hak-hak asasi manusia, melainkan juga sama
sekali tidak membantu usaha mencegah penyebaran virus HIV/AIDS secara cepat
kehadirannya pun dalam lingkungan tidak diinginkan. Jika kita ingat aliran
kebutuhan manusia salah satunya adalah rasa ingin dihargai dan menghargai. Jika
penghargaan dari orang lain tidak terpenuhi dan kehadirannya pun dalam
Dalam hal ini pemerintah wajib melindungi hak-hak penderita HIV/AIDS sama
6
Mengapa stigma ini terjadi, ada tiga sumber. Pertama: ketakutan, semua
tahu HIV/AIDS adalah penyakit infeksi yang tidak ada obat untuk
bebas dan penyalahgunaan obat terlarang atau obat bius, kutukan Tuhan dengan
alasan bahwa ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) adalah orang-orang yang telah
melanggar norma agama. Ketiga: ketidak acuhan oleh media masa, adanya
bahwa hak-hak mereka terhadap layanan dan fasilitas kesehatan diakui dan
dilindungi, untuk diperlakukan sebagai orang yang sedang sakit dan bukan orang
yang membawa penyakit. Ada stigma yang negatif dari masyarakat dan adanya
Waluyo, dkk (2007) dikutip dari hasil wawancara peneliti dengan penderita
penderita HIV/AIDS menjadi tertutup atau tidak terbuka. Karena pada dasarnya
interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa
interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Pertemuan orang
perseorangan secara badaniah tidak akan terjadi pergaulan hidup dalam kelompok
sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang
7
pertikaian dan sebagainya, maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah
antara individu satu dengan yang lainnya, individu satu dapat mempengaruhi
individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling
timbal balik, hubungan tersebut dapat antar individu dengan individu, individu
diri dan optimisme dalam menghadapi hidup di masa yang akan datang serta
memahami dan mengkaji lebih dalam hubungan persepsi ODHA terhadap stigma
HIV/AIDS?
8
4. Hambatan-hambatan yang dialami ODHA dalam intertaksi sosialnya?
masyarakat kepadanya?
a. Persepsi yang dimaksud adalah memberikan makna atau arti terhadap stimulus
adalah mengetahui dan memberikan makna serta mengenali ciri negatif yang
dengan orang yang ada disekitarnya, baik berupa orang perseorangan, orang
yang bersifat timbal balik dan saling mempengaruhi. Dalam penelitian ini
9
e. Penderita HIV/AIDS dalam penelitian ini adalah penderita yang positif
b. Apakah ada hubungan antara usia dengan persepsi ODHA terhadap stigma
HIV/AIDS masyarakat.
sosial.
10
1.7 Tujuan dan Manfaat Penelitian
interaksi sosial.
11
1.4.2 Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
intelektual bagi ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis yaitu masalah yang
perlu ditangani pada penderita HIV/AIDS dan psikologi sosial mengenai teori
b. Manfaat praktis
Untuk menjelaskan dan menggambarkan secara singkat skripsi ini, maka penulis
BAB I : PENDAHULUAN
12
stigmatisasi, tipe-tipe dan dimensi stigma, alasan stigma terjadi pada
Pada bab ini berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel,
BAB 5 : PENUTUP
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Persepsi
mengenali objek atau kejadian objektif dengan bantuan indera. Secara umum
cara belajar, keadaan psikis, suasana hati dan faktor-faktor motivasional, maka arti
suatu objek atau suatu kejadian objektif ditentukan oleh kondisi perangsang dan
faktor orgasme, dengan demikian persepsi antara seorang dengan orang yang
lainnya akan berbeda karena setiap individu mengalami situasi yang berbeda.
Senada dengan itu, persepsi juga diartikan sebagai suatu proses yang didahului
oleh stimulus yang diterima oleh indera yang kemudian diorganisasikan dan
pemaknaannya. Hal tersebut disebabkan karena apa yang ada disekitar kita yang
ditangkap oleh panca indera tidak langsung diartikan sama dengan realitasnya.
14
Pengertian tersebut pada orang yang mempersepsikan, objek yang dipersepsikan
serta situasi disekelilingnya. Berdasarkan persepsi atau pemberian arti dari apa
yang ditangkap oleh panca indera itulah maka seseorang melakukan aktivitas atau
persepsi yaitu proses pemaknaan atau memberikan arti, stimulus dari lingkungan,
dan alat indera, jadi persepsi adalah proses dimana seseorang memberikan makna
terhadap stimulus dari lingkungan yang diterima oleh alat indera orang tersebut.
mempengaruhi proses pemaknaan tersebut, baik faktor dari luar maupun faktor
Walgito (2003) menjelaskan bahwa apa yang ada dalam diri individu akan
internal. Lalu masih ada faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu faktor stimulus
itu sendiri dan faktor lingkungan dimana persepsi itu berlangsung, faktor-faktor
15
Sedangkan menurut Robbins (2006) ada beberapa faktor yang dapat
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang antara lain:
motif atau keinginan yang belum terpenuhi yang ada dalam diri seseorang
diharapkan.
dipersepsikan. Rangsang diantara objek yang bergerak dan objek yang diam
akan lebih menarik perhatian. Demikan juga rangsang objek yang paling besar
diantara yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitas
rangsang yang paling kuat. Karakter orang yang dipersepsikan, baik itu
persepsi satu sama lain. Orang tua yang berinteraksi dengan anaknya dengan
16
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa persepsi
dipersepsikan dan orang-orang sekitar. Selain itu adanya faktor internal yang
mempengaruhi persepsi yaitu apa yang ada dalam diri individu. Serta persepsi
sangat dipengaruhi oleh sikap, motif, pengalaman, dan harapan. Selain itu juga,
Mempersepsikan sesuatu tidak akan terjadi begitu saja, tetapi ada unsur
yang dapat menciptakan sebuah persepsi atau suatu proses yang dapat membuat
akan lebih besar kemungkinan bagi individu akan memperoleh makna dari apa
alat saring (filter) yang akan menyaring informasi pada titik-titik yang berbeda
pada proses persepsi. Namun ada pula yang menunjukkan bahwa manusia mampu
menutup rangsangan lain yang saling bersaing. Proses selanjutnya barulah terjadi
17
mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadian-kejadian. Proses tersebut
dalam kenyataannya terjadi secara kurang lebih serentak, karena pada dasarnya
keseluruhan proses ini berjalan dalam waktu yang relatif singkat dan segera.
2.2. Stigma
Stigma adalah fenomena yang sangat kuat yang terjadi di masyarakat, dan
terkait erat dengan nilai yang ditempatkan pada beragam identitas sosial
(Heatherton; 2003).
Menurut Chaplin (2004) stigma adalah suatu cacat atau cela pada karakter
seseorang. Sedangkan menurut Green (dalam Cholil; 1997) stigma adalah suatu
ciri negatif yang menempel pada diri pribadi seseorang karena pengaruh
lingkungannya.
sebagai suatu isyarat atau pertanda yang dianggap sebagai “ganggguan” dan
diberi stigma dianggap sebagai individu yang cacat, membahayakan, dan agak
seseorang yang dianggap aneh oleh orang lain. Sedangkan Crocker dkk (dalam
18
khas, yang menyampaikan identitas sosial yang bertujuan merendahkan diri
negatif yang diberikan masyarakat dan dipengaruhi oleh lingkungan. Ciri negatif
ini diberikan kepada seseorang yang dianggap cacat, membahayakan, dan agak
2.2.2. Stigmatisasi
Stigma adalah satu cacat atau cela pada karakter seseorang, stigma
merupakan kata benda yang artinya noda, cacat. Sedangkan stigmatisasi adalah
kata keterangan yang artinya merupakan noda, menodai. Jadi perbedaan antara
stigma dan stigmatisasi adalah stigma kata benda sedangkan stigmatisasi kata
keterangan.
19
3) Perilaku diskriminasi, tahap selanjutnya setelah proses kedua dilakukan, maka
kekurangan orang lain dalam bidang-bidang tertentu) atau juga berlangsung dalam
bentuk aktif (seperti membentuk kondisi yang tidak menguntungkan orang lain
melalui diskriminasi).
dilakukan masyarakat ada tiga tahap, Pertama, proses interpretasi; Kedua, proses
perilaku diskriminasi.
20
3) Identitas kesukuan (seperti ras, jenis kelamin, agama dan kewarganegaraan)
kondisi stigmatisasi:
mencolok mata atau makin melemah dari waktu ke waktu (seperti multiple
membentuk stigma.
6) “resiko” yang mencakup perasaan berbahaya dari stigmatisasi dari orang lain
tipe atau dimensi stigma diantaranya; Pertama, kebencian terhadap tubuh seperti
21
cacat tubuh; Kedua, mencela karakter individu seperti gangguan mental, pecandu,
dan pengangguran; Ketiga, identitas kesukuan seperti ras, agama, jenis kelamin
dan kewarganegaraan.
1) Ketakutan, semua tahu HIV/AIDS adalah penyakit infeksi yang sampai saat
2) Moril, fakta yang ada penyakit HIV/AIDS sering terkait dengan seks bebas
dan penyalahgunaan obat terlarang atau obat bius, kutukan Tuhan dengan
3) Ketidak acuhan oleh media masa, adanya pemikiran dan ketakutan dan pikiran
Dalam hal ini mereka dianggap kurang produktif dan karena itu merugikan
22
3) Mereka dianggap bertanggung jawab secara pribadi atas keberadaan mereka.
AIDS bertanggung jawab secara pribadi atas penyakit yang disandangnya dari
HIV/AIDS.
pada penderita HIV/AIDS karena ketakutan masyarakat, moril yaitu tingkah laku
yang melatarbelakangi penderita HIV/AIDS dan ketidak acuhan dari media masa.
pekerjaan.
2.3. HIV
2.3.1. Pengertian HIV/AIDS
23
yaitu jasad renik yang menyebabkan AIDS. HIV melumpuhkan system kekebalan
tubuh, terutama sel-sel darah putih yang membantu dalam menghadang penyakit
(Hutapea; 2004).
penyakit fatal Sarcoma Kaposi, jenis kanker limpa yang jarang terjadi dan
berbagai macam infeksi jamur, virus dan bakteria yang berbahaya (Davidson,
2004).
kekebalan tubuh. Jadi, AIDS adalah suatu penyakit dimana sistem kekebalan
penyakit fatal.
dari penularan seksualnya. Menurut Davidson (2004) HIV terdapat dalam darah,
sperma, cairan vagina. Dan penularan terjadi jika cairan yang terinfeksi tersebut
masuk kedalam aliran darah. AIDS tidak dapat ditularkan melalui hubungan sosial
atau bahkan dengan tinggal bersama dengan penderita AIDS atau positif HIV,
24
pengguna jarum suntik yang tidak steril secara bersama-sama, bayi yang
melalui hubungan seksual atau perpindahan darah yang terkontaminasi, seks anal,
seks vaginal dan virus yang terkontaminasi paling mungkin menularkan virus.
Penularan dari darah yang terkontaminasi paling sering terjadi jika seseorang yang
sama atau teknik sterililasi yang tepat dan anak-anak dapat terinfeksi in-utera atau
dalam darah, sperma dan cairan vagina. Penularan virus ini akan terjadi ketika
cairan yang terinfeksi masuk kedalam aliran darah, penularan atau penyebaran
melalui seks anal, vaginal dan oral yang tidak terlindungi dapat menularkan virus.
HIV/AIDS tidak akan menular melalui hubungan sosial maupun tinggal bersama,
Kategori yang beresiko tinggi adalah pengguna nakoba suntik yang tidak steril
yang digunakan bersama-sama dan bayi yang dilahirkan dari ibu yang positif
HIV.
penggantian jarum suntik atau pembagian jarum suntik secara gratis dan alat
25
suntik, mengurangi penggunaan jarum secara bergantian dan mengurangi
tertular dengan melakukan hubungan monogami dengan hanya satu orang yang
90 persen.
dengan cara melakukan hubungan seks yang aman dan menghindari menggunakan
terkontaminasi.
melakukan perubahan perilaku yaitu dengan cara tidak menggunakan jarum suntik
secara bergantian, setia pada pasangan dan dalam melakukan hubungan seksual
menggunakan kondom.
bersalah (akibat perilaku seks dan penyalahgunaan obat), marah dan dorongan
untuk melakukan bunuh diri. Orang yang tertular HIV/AIDS sering marah kepada
26
kalangan medis karena ketidakberdayaan mereka menemukan obat atau vaksin
dan potensi untuk menderita AIDS akan menimbulkan perasaan cemas dan
depresi. Sering dihinggapi perasaan menjelang maut, rasa bersalah akan perilaku
yang membuat infeksi dan rasa diasingkan oleh orang lain. Stress akan ikut
melemahkan sistem imun, yang terlebih dahulu sudah dilumpuhkan oleh HIV.
Banyak orang yang tertular HIV/AIDS ditinggalkan oleh teman atau kekasih
mereka. Stress yang disebabkan kehilangan ini pun akan ikut melemahkan sistem
imun mereka.
orang yang menderita penyakit parah lainnya seperti kanker dan stroke. Infeksi
pola adaptasi perilaku dan fungsi kognitifnya, perilaku hidup sehat, perubahan
bersalah, marah, dorongan untuk melakukan bunuh diri. Infeksi HIV/AIDS selain
emosi, perubahan pola adaptasi, perilaku dan fungsi kognitif, perilaku hidup sehat
27
2.3.5. Stigma Masyarakat Tentang HIV/AIDS
bentuk yang “negatif” karena fakta menyebutkan 80% ditularkan melalui hubugan
“seksual”, sisanya adalah pecandu narkoba dengan jarum suntik, PSK (Pekerja
Seks Komersial), istri yang tertular dari suami dan seorang istri yang melahirkan
bisa disembuhkan, sangat menular, penyakit yang paling buruk, penyakit sebagai
dihindari. ODHA memang layak terinfeksi HIV karena perilaku yang melatar
28
belakangi penderita HIV/AIDS. Masyarakat takut dan pada akhirnya mengucilkan
ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) layak terinfeksi karena perilaku yang melatar
belakangi mereka.
Interaksi sosial ialah hubungan antara individu satu dengan individu yang
lain, individu satu mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat
adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara
29
mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan lain
sebagainya.
adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu
individu dengan orang lain, dimana perilaku seseorang tidak hanya mempengaruhi
Interaksi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah interaksi yang terjadi pada
apabila tidak memenuhi dua syarat utama, yaitu adanya kontak sosial (Social
a. Kontak sosial adalah suatu hubungan antara satu pihak dengan pihak lain,
sosial, maka kontak merupakan tahap pertama dari terjadinya “kontak” atau
hubungan antara suatu pihak dengan pihak yang lain. Suatu kontak dapat
30
bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan
sebagainya.
lain dan orang lain itu memberikan tafsiran atas pesan tersebut dan
memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain.
suatu interaksi sosial apabila hanya terjadi kontak tanpa adanya komunikasi,
maka interaksi sosial pun tidak akan terjadi. Dengan demikian apabila
ada dua. Pertama: kontak sosial yaitu hubungan antara satu pihak dengan pihak
lain dimana antara individu satu dan yang lainnya saling memberikan informasi
sosial. Kedua: komunikasi yaitu individu menyampaikan pesan kepada orang lain,
dan yang diberikan pesan akan memberikan tafsiran atas pesan tersebut dan
31
2.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial
1. Faktor imitasi
sendiri sambil melatih fungsi lidah, selanjutnya ia meniru ucapan orang lain
2. Faktor sugesti
Sugesti yang dimaksud disini adalah pengaruh psychis, baik yang datangnya
dari diri sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa
a. Auto sugesti, yaitu sugesti terhadap diri yang datang dari dirinya sendiri.
3. Faktor identifikasi
dengan orang lain, baik secara lahiriah dan batiniah. Identifikasi terjadi ketika
4. Faktor simpati
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang lain.
penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi. Bahkan orang yang
32
dapat tiba-tiba merasa tertarik kepada orang lain dengan sendirinya karena
Menurut Gillin dan Gillin (dalam Soekanto; 2004) membedakan ada dua
melalui:
perhatian dan pandangan yang sama atau dapat juga diartikan sebagai proses
33
Sedangkan proses disosiatif adalah proses yang cenderung menciptakan
sebagai berikut:
1. Kerjasama (cooperatif)
Menurut Cooley (dalam Soekanto, 2004) kerjasama sebagai salah satu bentuk
dimaksudkan sebagai salah satu usaha bersama antara orang perseorangan atau
dukungan untuk mecapai satu atau beberapa tujuan yang sama, kerjasama
34
timbul apabila orang menyadari bahwa individu mempunyai kepentingan-
2. Persaingan (competition)
terbaik, yang dihargai, karena makin banyak yang dihargai maka semakin
pada suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh
c. Merupakan alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial.
d. Persaingan dapat juga sebagai alat menyaring pada warga karyawan yang
35
3. Pertikaian (conflict)
Menurut Soekanto (2004) pertikaian atau konflik adalah suatau proses sosial,
tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman
Pertikaian atau konflik diartikan sebagai bentuk interaksi sosial dimana terjadi
4. Akomodasi
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu proses dimana orang atau
36
untuk mencapai keinginan setiap individu. Untuk dapat mengatasi hal tersebut
individu dapat berakomodasi atau menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi
tentang HIV/AIDS dapat terjadi pada siapapun termasuk pada ODHA. Jenis
kabarindonesia.com; 2009).
dorongan untuk bunuh diri, mereka juga jengkel terhadap masyarakat luas yang
didirikan oleh orang-orang yang tidak terinfeksi HIV/AIDS. Akan tetapi banyak
pula yang memusuhi atau menolak mereka secara halus, sering dijumpai
37
yang tertular HIV/AIDS sering dihindarkan disekolah dan ditepiskan oleh
cara penyebaran dan penularan virus HIV. Dari hasil penelitian Waluyo, dkk
membuat ODHA tidak terbuka. Kenapa terjadi demikian, karena lingkungan tidak
mau menerima orang dengan penyakit HIV/AIDS dan stigma yang diberikan
terjadinya stigma. Akan tetapi ada sebagian dari masyarakat yang masih peduli
dan bersimpati serta mendukung ODHA yaitu dengan cara mendirikan yayasan
Tetapi di sisi lain banyak pula yang memusuhi atau menolak mereka secara halus,
perlakuan yang berbeda-beda dalam hal perumahan dan pekerjaan. Akibat kurang
masyarakat terhadap ODHA ini telah membuat mereka menjadi orang yang
kurang terbuka.
38
penyebaran virus dalam tubuh. Data dari KPA (Komisi Penanggulangan AIDS)
menyebutkan kasus HIV/AIDS meningkat 100 persen dari tahun 2009, 10,2
persen PSK di lokalisasi, 5,7 persen PSK tidak di lokalisasi, dari tahun 2000
adanya kasus ini sampai sekarang masih banyak masyarakat yang acuh tak acuh
bahkan stigma mereka semakin negatif (Hutapea, 2004). Stigma yang diberikan
negatif, orang yang pergaulannya bebas, orang yang melanggar norma agama dan
Menuruyt Green (dalam Cholil; 1997) ada tiga sumber yang mendasari
tahu infeksi belum ada obatnya. Kedua: moril, penyakit HIV/AIDS sering terkait
dengan seks bebas dan penyalahgunaan obat terlarang atau obat bius, kutukan
Tuhan karena ODHA adalah orang-orang yang melanggar norma agama. Ketiga;
ketidak acuhan oleh media masa, adanya ketakutan dan pikiran moril pembaca.
stimulus yang mereka terima, stimulus ini salah satunya adalah melalui informasi
perlu dihindari, ODHA memang layak terinfeksi HIV karena perilaku yang
39
mengucilkan penderita HIV/AIDS, masyarakat berpikir bahwa penyakit
HIV/AIDS adalah penyakit yang sangat ditakuti, sangat menular dan sangat
Waluyo dkk (2007) menyatakan bahwa stigma yang diberikan masyarakat kepada
Untuk dapat dipahami secara lebih jelas, berikut adalah gambaran skema
tersebut:
40
2.6. Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi ODHA terhadap stigma
H1 : Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan persepsi ODHA terhadap
H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan persepsi ODHA
H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan interaksi sosial.
interaksi sosial.
41
H1 : Ada perbedaan yang signifikan berdasarkan pendidikan dengan persepsi
sosial.
H1 : Ada pengaruh aspek interaksi sosial dengan persepsi ODHA terhadap stigma
HIV/AIDS . Masyarakat
H0 : Tidak ada pengaruh aspek interaksi sosial dengan persepsi ODHA terhadap
42
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan antara dua variabel,
Secara konseptual variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu
(a) variabel bebas (independent variable) dan (b) variabel terikat (dependent
variable).
43
a. Variabel bebas (independent variable)
b. Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah interaksi sosial. Interaksi sosial
kontak sosial dan komunikasi, dimana mereka telah mendapatkan stigma dari
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu persepsi ODHA terhadap
operasionalnya adalah hasil skor yang diperoleh dari responden terhadap skala
44
berdasarkan teori Pfuhl (dalam Simajuntak; 2005) yaitu proses interpretasi,
b. Interaksi sosial: definisi operasionalnya adalah hasil skor yang diperoleh dari
responden terhadap skala interaksi sosial yang diambil dari teori Soekanto
3.3.1. Populasi
merupakan perhatian peneliti, objek dapat berupa makhluk hidup, benda, sistem
dan prosedur, fenomena dan lain-lain (Kuontur; 2009). Jadi populasi adalah
seluruh anggota dalam lingkup yang dimaksud oleh peneliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah penderita HIV/AIDS yang namanya tercatat di YPI (Yayasan
3.3.2. Sampel
cuplikan yang didapat dari populasi. Untuk jumlah sampel, menurut Gay (dalam
Sevilla; 1993) bahwa untuk penelitian korelasi diambil 30 subjek atau lebih.
45
3.3.3. Teknik Pengambillan Sampel
purposive sampling atau pengambilan sampel purposif yang artinya bahwa tidak
setiap orang dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk
dijadikan sampel penelitian subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah
1. Penderita HIV/AIDS
pengumpulan data dan instrumen, teknik uji instrumen serta teknik analisa data.
setuju atau tidak setuju (Sevilla; 1993). Tiap-tiap pernyataan akan memberikan
soal adalah disebut positif atau kesetujuan (Favorable) dan setengah lainnya
46
disebut negatif atau ketidaksetujuan (Unfavorable) (Sevilla; 1993). Untuk itu
jawaban yaitu Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai dan Sangat Tidak Sesuai.
Setiap individu dapat mempunyai jawaban yang berbeda dan tidak ada jawaban
Tabel 3.1
Bobot nilai jawaban
Pilihan SS S TS STS
Favorabel 4 3 2 1
Unfavorabel 1 2 3 4
yaitu:
perilaku diskriminasi.
Tabel 3.2
Blue Print Skala Persepsi ODHA Terhadap Stigma HIV/AIDS Masyarakat
No Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Jumlah
• Ciri negatif 6, 16, 23, 42 8, 13, 49, 50 8
Proses
1
interpretasi • Penyakit kutukan 9, 41 14, 48 4
Tuhan
• Pergaulan bebas 1, 43 3, 45 4
Perilaku • Pengguna
2
menyimpang narkoba 39, 40 46, 47 4
• Melanggar
47
norma agama 2, 5, 10, 12, 15 4, 7, 11, 22 9
Tabel 3.3
Blue print skala interaksi sosial
psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya.
Untuk menguji validitas item digunakan rumus Korelasi dari Pearson Product
48
Moment. Validitas suatu butir pernyataan dapat dilihat dari nilai Corrected item
merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk skala. Reliabilitas
suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki Cronbach’s Alpha > 0,60
(Azwar, 2006).
Tabel 3.4.
Intepretasi nilai r
49
3.6. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
3.6.1. Hasil uji validitas skala persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS
masyarakat
Berdasarkan hasil uji coba (try out) terdapat 50 item dalam instrumen ini,
diperoleh 35 item yang valid baik pada taraf signifikansi 5% maupun taraf
signifikansi 1% yaitu item nomor: 5, 8, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22,
24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 33, 34, 35, 37, 38, 39, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50.
9, 11, 13, 23, 30, 32, 36, 40, 42. Semua alat ukur yang valid digunakan sebagai
alat ukur penelitian. Berikut ini adalah blue print revisi skala persepsi terhadap
stigma HIV/AIDS:
Tabel 3.5
Blue Print Revisi Skala Persepsi ODHA Terhadap Stigma HIV/AIDS
Masyarakat
• Pergaulan bebas 43 45 2
Perilaku • Pengguna narkoba 39 46, 47 3
2
menyimpang • Melanggar norma 5, 10, 12, 15 22 5
agama
Total 16 19 35
50
3.6.2. Hasil Uji Coba Skala Interaksi Sosial
Berdasaran dari hasil uji coba (try out) terdapat 61 item dalam instrumen
interaksi sosial, diperoleh 42 item yang valid baik pada taraf signifikansi 5% dan
pada taraf signifikansi 1% yaitu nomor item: 5, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17,18,
19, 20, 21, 22, 24, 25, 26,27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 37, 38, 41, 43, 45, 46, 47,
48, 49, 50, 51, 52, 53, 55, 57, 59, 61. Sedangkan item yang tidak valid berjumlah
19 item yaitu: 1, 2, 3, 4, 6, 7, 9, 11, 23,32, 36,39, 40, 42, 44, 54, 56, 58, 60.
Tabel 3.6
Blue Print Revisi Skala Interaksi Sosial
No Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Jumlah
Terjadinya suatu 5, 13, 15, 17, 29, 31, 33, 35, 23
hubungan antar pihak 19, 21, 25, 37, 41, 43, 45,
1 Kontak sosial
(langsung maupun tidak 27 47, 49, 51, 53,
langsung) 55, 57, 59
a) Penyampaian pesan 46, 48, 50, 26, 28, 30, 34, 10
dari masing-masing 52, 61 38,
pihak
2 Komunikasi
b) Tanggapan terhadap 16, 18, 20, 8, 10, 12, 14 9
pesan yang 22, 24
disampaikan
18 24 42
Yayasan Tegak Tegar di daerah Bendungan Hilir dengan jumlah sampel sebanyak
30 orang responden. Uji reliabilitas kedua skala ini menggunakan uji statistik
Alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS 13.0. Untuk hasil uji
51
reliabilitas skala persepsi terhadap stigma HIV/AIDS dan interaksi sosial,
diperoleh hasil:
dengan 35 item adalah 0,728 jadi skala pesepsi ODHA terhadap stigma
2. Reliabilitas skala interaksi sosial dengan dengan 42 item adalah 0,888 jadi
skala interaksi sosial ini memiliki tingkat reliabilitas tinggi atau reliabel.
Dari uji reliabilitas tersebut, diperoleh koefisien sebesar 0,728 untuk skala
persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat dan 0,888 untuk skala
interaksi sosial termasuk dalam kategori tinggi atau reliabel. Menurut Azwar
(2006), suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0,60.
dari penelitian ini, dengan metode statistik untuk mengetahui signifikansi antara
dan bagaimana arah hubungan antara variabel. Pengolahan data dalam penelitian
a. Statistik Deskriptif
52
c. Untuk menghitung reliabilitas alat pengumpulan data, digunakan Alpha
dengan interaksi sosial pada penderita HIV/AIDS. Selain itu, hubungan usia
sosial, uji beda jenis kelamin dengan persepsi ODHA terhadap stigma
13.0.
a. Tahap persiapan
diteliti.
53
2. Melakukan observasi pendahuluan terhadap penderita HIV/AIDS di
b. Tahapan Penelitian
dimana semua anggota atau subjek penelitian tidak memiliki peluang yang
3. Melakukan skoring dan membuang item yang gagal atau tidak valid.
54
3. Melakukan analisis data dengan mengunakan metode statistik untuk
statistik.
55
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Bab ini akan membahas laporan penelitian, yaitu gambaran umum subjek
penelitian, penyebaran skor hasil instrumen penelitian dan hasil analisis data
penelitian.
rinci, yaitu berupa gambaran umum frekuensi dari usia, gambaran umum
frekuensi dari jenis kelamin, gambaran umum frekuensi pendidikan dan gambaran
penelitian ini adalah 100 penderita HIV/AIDS di yayasan Pelita Ilmu Tebet,
ini adalah tabel gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin, usia,
Tabel 4.1
Gambaran umum berdasarkan jenis kelamin
Laki-laki 9 22,5 %
Perempuan 31 77,5 %
Jumlah 40 100 %
54
56
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dipahami bahwa gambaran umum berdasarkan
Tabel 4.2
Gambaran umum berdasarkan usia
18-25 Tahun 10 25 %
25-30 Tahun 20 50 %
41-45 Tahun 0 0%
Jumlah 40 100 %
adalah usia 25-30 tahun yaitu berjumlah 20 orang (50%), sedangkan sebagian
kecil berusia 18-24 tahun berjumlah 10 orang (25%) dan sisanya berusia 31-35
tahun berjumlah 9 orang (22,5%) dan usia 36-40 tahun berjumlah 1 orang (2,5%)
Tabel 4.3
Gambaran umum berdasarkan pendidikan
SMP 9 22,5 %
SMA 26 65%
Diploma 5 12,5%
Jumlah 40 100%
57
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa separuh responden
Tabel 4.4
Gambaran umum berdasarkan lamanya terkena HIV/AIDS
1 tahun 2 5%
2 tahun 10 25 %
3 tahun 7 17,5 %
4 tahun 8 20 %
5 tahun 3 7,5 %
6 tahun 3 7,5 %
7 tahun 3 7,5 %
8 tahun 0 0%
9 tahun 2 5%
10 tahun 2 5%
Jumlah 40 100 %
berjumlah 3 orang (7,5%), 8 tahun tidak ada (0%), 9 tahun berjumlah 2 orang
58
4.2. Kategorisasi Penyebaran Skor Responden
yaitu positif dan negatif. Adapun acuan yang dijadikan peneliti untuk membagi
kategori tersebut adalah melalui rentang skor. Perolehan rentang skor tersebut
1-4, sehingga skor terendah didapatkan 81 dan skor tertinggi 121, dengan jarak
rentang skor yaitu pengurangan dari keduanya sebesar 40. Peneliti membagi
kategori menjadi dua bagian yaitu positif dan negatif. Oleh karena itu rentang skor
kategori didapatkan melalui pembagian antar rentang skor dengan jumlah kategori
yaitu sebesar 20. Sehingga didapatkan rentang skor kategori melalui cara sebagai
berikut:
= 81 - 101
= 102 - 121
Berikut ini Tabel 4.5 diuraikan penggolongan kategori dan penyebaran skor
59
Tabel 4.5
Persebaran persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat
Kategori Rentang Skor Frekuensi Persentase
Negatif 81 – 101 31 77,5 %
Positif 102 – 121 9 22,5 %
Jumlah 40 100 %
masyarakat negatif dengan persentase sebesar 77,5% dan sebanyak 22,5% subjek
Hal yang sama juga dilakukan untuk pengkategorian pada variabel interaksi
sosial dengan membagi kategori menjadi dua bagian yaitu positif dan negatif.
Pemberian skor diberikan dari rentang 1-4, sehingga skor terendah didapatkan 98
dan skor tertinggi 130, dengan jarak rentang skor yaitu pengurangan dari
keduanya sebesar 32. Peneliti membagi kategori menjadi dua bagian yaitu positif
dan negatif. Oleh karena itu rentang skor kategori didapatkan melalui pembagian
antar rentang skor dengan jumlah kategori yaitu sebesar 16. Sehingga didapatkan
= 98 - 114
60
Rentang skor kategori positif = ((Nilai tertinggi – 16)+1) – Skor tertinggi
= 115 - 130
Berikut ini Tabel 4.6 diuraikan penggolongan kategori dan penyebaran skor
Tabel 4.6
Persebaran interaksi sosial
Kategori Rentang Skor Frekuensi Persentase
Negatif 98 - 114 35 87,5 %
Positif 115 – 130 5 12,5 %
Jumlah 40 100 %
subjek penelitian memiliki interaksi sosial negatif dengan persentase sebesar 87,5
dengan variabel interaksi sosial. Selain itu, usia dengan persepsi ODHA terhadap
pendidikan, uji beda berdasarkan jenis kelamin, regresi aspek persepsi ODHA
61
Untuk perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program SPSS
Tabel 4.9
Korelasi persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat dengan
interaksi sosial
Correlations
Persepsi odha
terhadap Stigma Interaksi
HIV/AIDS Sosial
masyarakat
Persepsi
odha
Pearson terhadap
Correlation Coefficient 1.000 .517(**)
Correlation Stigma
HIV/AIDS
masyarakat
Sig. (2-tailed) . .001
N 40 40
Interaksi
Correlation Coefficient .517(**) 1.000
Sosial
Sig. (2-tailed) .001 .
N 40 40
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
signifikan antara persepsi terhadap stigma HIV/AIDS dengan interaksi sosial pada
62
yang signifikan antara persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat
dengan interaksi sosial pada ODHA ditolak, dengan demikian hipotesis alternatif
H1 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi ODHA
diterima.
4.3.2 Uji korelasi antara usia dengan persepsi ODHA terhadap stigma
HIV/AIDS masyarakat
Berikut ini adalah hasil penghitungan korelasi antara usia dengan persepsi
Tabel 4.10
Uji korelasi antara usia dengan persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS
masyarakat
Correlations
Persepsi
odha
terhadap
Usia
stigma
HIV/AIDS
masyarakat
Correlation Coefficient 1.000 -.222
Usia Sig. (2-tailed) . .168
Pearson N 40 40
Correlation Persepsi odha Correlation Coefficient -.222 1.000
terhadap stigma
Sig. (2-tailed) .168 .
HIV/AIDS
masyarakat N 40 40
dengan taraf signifikansi 0,168 (sig<0,05), maka tidak ada hubungan yang
63
signifikan antara usia dengan persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS
masyarakat.
diterima.
Tabel 4.11
Uji korelasi antara lamanya terkena HIV/AIDS dengan persepsi
ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat
Correlations
Persepsi odha
terhadap
Lamanya terkena
stigma
HIV/AIDS
HIV/AIDS
masyarakat
Correlation Coefficient 1.000 -.235
Lamanya terkena
HIV/AIDS Sig. (2-tailed) . .144
Pearson N 40 40
Correlation
Correlation Coefficient -.235 1.000
Persepsi odha terhadap
stigma HIV/AIDS Sig. (2-tailed) .144 .
masyarakat
N 40 40
masyarakat adalah -0.235 dengan taraf signifikansi 0,144 (sig<0,05), maka tidak
64
ada hubungan yang signifikan antara lamanya terkena HIV/AIDS dengan persepsi
HIV/AIDS masyarakat.
Berikut ini adalah hasil penghitungan korelasi antara usia dengan interaksi
sosial:
Tabel 4.12
Uji korelasi antara usia dengan interaksi sosial
Correlations
Interaksi Sosial Usia
Pearson N 40 40
Correlation
Correlation Coefficient .092 1.000
N 40 40
responden dengan interaksi sosial adalah 0,092 dengan taraf signifikansi 0,571.
(sig<0,05), maka tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan interaksi
sosial.
65
Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara usia dengan interaksi sosial diterima. Artinya tidak ada
Tabel 4.13
Uji korelasi antara lamanya terkena HIV/AIDS dengan interaksi sosial
Correlations
Lama Terkena
Interaksi Sosial
HIV
Correlation Coefficient 1.000 .091
Interaksi Sosial Sig. (2-tailed) . .575
Pearson N 40 40
Correlation Correlation Coefficient .091 1.000
Lama Terkena HIV Sig. (2-tailed) .575 .
N 40 40
terkena HIV/AIDS dengan interaksi sosial adalah 0,091 dengan taraf signifikansi
0,575 (sig<0,05), maka tidak ada hubungan yang signifikan antara lamanya
Artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara lamanya terkena HIV/AIDS
66
4.3.6 Uji beda berdasarkan pendidikan dengan persepsi ODHA terhadap
Tabel 4.14
Persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat
Descriptives
95% Confidence
Std. Interval for Mean
N Mean Std. Error Minimum Maximum
Deviation Lower Upper
Bound Bound
SMP 9 93.7778 11.48671 3.82890 84.9483 102.6072 85.00 121.00
sementara nilai rerata terendah terdapat pada kelompok sampel dengan tingkat
67
Tabel 4.15
Persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat
ANOVA
Total 5011.775 39
anova didapat nilai f hitung sebesar 0,933 dengan p value sebesar 0,402. Karena
nilai p value yang didapat > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
Berikut ini adalah uji beda interaksi sosial berdasarkan pendidikan, hasil
Tabel 4.16
Interaksi sosial
Descriptives
68
Hasil penghitungan nilai rerata interaksi sosial di antara ketiga kelompok
sampel didapat nilai rerata terbesar pada kelompok sampel dengan tingkat
pendidikan SMA (108,1) sementara nilai rerata terrendah terdapat pada kelompok
Tabel 4.17
Interaksi sosial
ANOVA
Total 1653.600 39
anova didapat nilai “f hitung” sebesar 0.038 dengan “p value” sebesar 0,963.
Karena nilai “p value” yang didapat > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan interaksi sosial yang nyata di antara ketiga kelompok sampel.
4.3.7. Uji beda berdasarkan jenis kelamin dengan persepsi ODHA terhadap
69
Tabel 4.18
Persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat
Group Statistics
Jenis
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Kelamin
terbesar pada kelompok sampel laki-laki (96,78) sementara nilai rerata terendah
Tabel 4.19
Persepsi odha terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat
Independent Samples Test
70
95% Confidence Lower -8.54086 -9.49103
Interval of the
Difference Upper 9.06415 10.01433
samples T-Test didapat nilai t hitung sebesar 0,933 dengan p value sebesar 0,402.
Karena nilai p value yang didapat > 0,05,, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
Berikut ini adalah uji beda interaksi sosial berdasarkan jenis kelamin, hasil
Tabel 4.20
Interaksi sosial
Group Statistics
Std.
Jenis Kelamin N Mean Std. Error Mean
Deviation
sampel didapat nilai rerata terbesar pada kelompok sampel perempuan yaitu
108,32, sementara nilai rerata terendah terdapat pada kelompok sampel laki-laki
71
Tabel 4.21
Interaksi Sosial
Independent Samples Test
Interaksi Sosial
Equal Equal
variances variances not
assumed assumed
Levene's Test for F 3.376
Equality of
Variances Sig. .074
T -.758 -1.111
Df 38 30.109
Sig. (2-tailed) .453 .275
t-test for Equality of Mean Difference -1.87814 -1.87814
Means
Std. Error Difference 2.47911 1.69010
95% Confidence Lower -6.89684 -5.32925
Interval of the
Difference Upper 3.14056 1.57298
samples T-test didapat nilai t hitung sebesar -0.758 dengan p value sebesar 0.453.
Karena nilai p value yang didapat > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan interaksi sosial yang nyata di antara kedua kelompok sampel.
Tabel 4.22
Korelasi aspek persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat
dengan interaksi sosial
Correlations
72
Interaksi Sosial 1.000 .442 .503 .559
Proses Interpretasi .442 1.000 .604 .662
Pearson
T4Correlation Perilaku
.503 .604 1.000 .730
Menyimpang
Perilaku
.559 .662 .730 1.000
Diskriminasi
Interaksi Sosial . .002 .000 .000
Proses Interpretasi .002 . .000 .000
Sig. (1-tailed) Perilaku
.000 .000 . .000
Menyimpang
Perilaku
.000 .000 .000 .
Diskriminasi
Interaksi Sosial 40 40 40 40
Proses Interpretasi 40 40 40 40
N Perilaku
40 40 40 40
Menyimpang
Perilaku
40 40 40 40
Diskriminasi
Hasil penghitungan uji korelasi dengan menggunakan teknik Pearson’s
Karena ketiga aspek yang diuji memiliki p value < 0.05, maka ketiga
73
Tabel 4.23
Regresi aspek persepsi ODHA terhadap stigma HIV//AIDS masyarakat
dengan interaksi sosial
Model Summary
Hasil penghitungan didapat nilai r square sebesar 0.336. Ini berarti bahwa
Dengan demikian terdapat 66,4% aspek lain yang terdapat dalam variabel persepsi
4.3.9 Regresi aspek interaksi sosial dengan persepsi ODHA terhadap stigma
HIV/AIDS masyarakat
74
Tabel 4.26
Korelasi aspek interaksi sosial dengan persepsi ODHA terhadap stigma
HIV/AIDS masyarakat
Correlations
Persepsi odha
terhadap stigma
Kontak Sosial Komunikasi
HIV/AIDS
masyarakat
Persepsi
terhadap Stigma 1.000 .528 .407
HIV/AIDS
Pearson Correlation
Kontak Sosial .528 1.000 .352
Komunikasi 40 40 40
1. 0,528 (p value 0.000) antara kontak sosial dan persepsi ODHA terhadap
Karena kedua aspek yang diuji memiliki p value < 0.05, maka kedua aspek
75
Setelah dilakukan penghitungan nilai korelasi r hitung, kemudian
Tabel 4.27
Regresi aspek interaksi sosial dengan persepsi ODHA terhadap stigma
HIV/AIDS masyarakat
Model Summary
Hasil penghitungan didapat nilai r square sebesar 0.335. Ini berarti bahwa
masyarakat. Dengan demikian terdapat 66,5% aspek lain yang terdapat dalam
76
BAB 5
Bab ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti,
yang terdiri dari: kesimpulan, diskusi dan saran-saran yang berkenaan dengan
5.1. Kesimpulan
2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan persepsi ODHA
4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan interaksi sosial.
77
7. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi ODHA terhadap
kelamin.
variabel interaksi sosial, dengan demikian terdapat 66,4% aspek lain yang
sosial.
masyarakat.
5.2. Diskusi
penderita HIV/AIDS. Jadi semakin tinggi persepsi positif ODHA terhadap stigma
78
HIV/AIDS yang diberikan masyarakat maka semakin positif pula interaksi
sosialnya.
Selain itu, dari hasil penelitian ini terdapat enam variabel penelitian dari
keseluruhan variabel penelitian yang tidak memiliki hubungan dan pengaruh yang
interaksi sosial, yaitu usia dengan persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS
dengan interaksi sosial, jenis kelamin dengan persepsi ODHA terhadap stigma
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara
usia dan lamanya terkena HIV/AIDS dengan persepsi ODHA terhadap stigma
menyatakan bahwa usia dan lamanya terkena penyakit kronis tidak mempengaruhi
oleh harapan, keinginan dan motivasi. Pengaruh harapan sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ada tiga yaitu harapan, keinginan dan
motivasi.
79
Selain itu, hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara usia dan lamanya terkena HIV/AIDS dengan interaksi
sosial. Artinya semakin dewasa usia seseorang tidak akan mempengaruhi interaksi
kondisinya dengan orang yang menderita penyakit parah lainnya seperti kanker
hubungan suatu emosi, perubahan dalam pola adaptasi perilaku dan fungsi
nyata di antara kedua kelompok sampel yaitu laki-laki dan perempuan. Hal ini
tidak sejalan dengan pendapat Robbins (2006) yang menyatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang antara lain: Pertama, sikap individu
yang bersangkutan terhadap objek persepsi. Kedua: motif atau keinginan yang
belum terpenuhi yang ada dalam diri seseorang akan berpengaruh terhadap
Sedangkan hasil penghitungan uji beda jenis kelamin dengan interaksi sosial
diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan interaksi sosial yang nyata di antara
kedua kelompok sampel yaitu laki-laki dan perempuan. Hal ini sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Ahmadi (2002) bahwa jenis kelamin tidak
80
Berdasarkan hasil penghitungan uji beda jenis kelamin dengan persepsi
HIV/AIDS masyarakat dan interaksi sosial yang nyata di antara ketiga kelompok
Dengan demikian terdapat 66,4% aspek lain yang terdapat dalam variabel persepsi
menular, penyakit yang paling buruk, penyakit sebagai hukuman dari Tuhan.
dihindari. ODHA memang layak terinfeksi HIV karena perilaku yang melatar
penyakit yang sangat ditakuti, sangat menular dan sangat mematikan, karena
81
macam-macam stigma yang diberikan masyarakat membuat ODHA tidak
terbuka.
masyarakat. Dengan demikian terdapat 66,5% aspek lain yang terdapat dalam
memenuhi syarat dua syarat utama. Pertama: kontak sosial yaitu hubungan antara
satu pihak dengan pihak lain dimana antara individu satu dan yang lainnya saling
pesan kepada orang lain dan yang diberikan pesan akan memberikan tafsiran atas
5.3. Saran
82
1. Untuk peneliti selanjutnya, dianjurkan untuk menambah jumlah sampel yang
satu variabel yang sama, diharapkan dapat melibatkan variabel lainnya seperti
1. Bagi pemerintah
2. Bagi masyarakat
keberadaan mereka. Oleh karena itu peran masyarakat sangat diharapkan agar
83
mengurangi stigma terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS ). Selain itu
perawatan karena penyakit yang mereka derita yang diadakan oleh pihak
yayasan sehingga bisa hidup lebih baik lagi. Kemudian bagi masyarakat agar
84
DAFTAR PUSTAKA
85
Ruslan; 2011. Terus Meningkat Penderita HIV-AIDS di Jakarta Barat, Pos Kota:
http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2011/04/06/terus-meningkat-
penderita-hiv-aids-di-jakarta-barat. 6 April. 18:01 WIB
86
LAMPIRAN 1
Uji korelasi ODHA persepsi terhadap stigma HIV/AIDS Masyarakat dengan
interaksi sosial
Correlations
Persepsi terhadap Interaksi
Stigma HIV/AIDS Sosial
Persepsi
Pearson terhadap
Correlation Coefficient 1.000 .517(**)
Correlation Stigma
HIV/AIDS
Sig. (2-tailed) . .001
N 40 40
Interaksi
Correlation Coefficient .517(**) 1.000
Sosial
Sig. (2-tailed) .001 .
N 40 40
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
87
LAMPIRAN 2
Uji Korelasi Antara Usia Dengan Persepsi ODHA Terhadap Stigma HIV/AIDS
Masyarakat
Correlations
Persepsi
terhadap
Usia
stigma
HIV/AIDS
Correlation Coefficient 1.000 -.222
Usia Sig. (2-tailed) . .168
Pearson N 40 40
Correlation Correlation Coefficient -.222 1.000
Persepsi terhadap
stigma HIV/AIDS Sig. (2-tailed) .168 .
N 40 40
88
LAMPIRAN 3
Correlations
Persepsi
Lamanya terkena terhadap
HIV/AIDS stigma
HIV/AIDSL
Correlation Coefficient 1.000 -.235
Lamanya terkena
HIV/AIDS Sig. (2-tailed) . .144
Pearson N 40 40
Correlation
Correlation Coefficient -.235 1.000
Persepsi terhadap
stigma HIV/AIDS Sig. (2-tailed) .144 .
N 40 40
89
LAMPIRAN 4
Pearson N 40 40
Correlation
Correlation Coefficient .092 1.000
N 40 40
90
LAMPIRAN 5
91
LAMPIRAN 6
Total 5011.775 39
Interaksi sosial
ANOVA
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
92
LAMPIRAN 7
Uji beda jenis kelamin dengan persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS
Masyarakatdan interaksi sosial
Persepsi terhadap stigma HIV/AIDS
Independent Samples Test
Persepsi terhadap stigma
HIV/AIDS
Equal Equal
variances variances not
assumed assumed
Levene's Test for F .011
Equality of Variances
Sig. .916
T .060 .058
Df 38 12.446
Sig. (2-tailed) .952 .954
t-test for Equality of Mean Difference .26165 .26165
Means
Std. Error
4.34822 4.49392
Difference
95% Confidence Lower -8.54086 -9.49103
Interval of the
Difference Upper 9.06415 10.01433
Interaksi Sosial
Independent Samples Test
Interaksi Sosial
Equal Equal
variances variances not
assumed assumed
T -.758 -1.111
Df 38 30.109
93
LAMPIRAN 8
Uji regresi aspek persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS Masyarakat dan
interiaksi sosial
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square
Square Estimate
94
LAMPIRAN 9
Uji regresi aspek interaksi sosial dengan persepsi ODHA terhadap stigma
HIV/AIDS Masyarakat
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square
Square Estimate
1 .579a .335 .299 9.49304
95
LAMPIRAN 10
A. PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda ceklis (√) pada salah satu dari 4 kotak yang saudara/I anggap paling
menggambarkan kondisi saudara/I. tiap kotak tersebut berisi angka yang
mengandung jawaban sebagai berikut:
1. Sangat Setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Tidak Setuju (TS)
4. Sangat Tidak Setuju (STS)
Contoh:
Pernyataan SS S TS STS
Tidak ada jawaban yang salah. Semua JAWABAN ADAlAH BENAR, selama
menggambarkan Diri Saudara/I.
96
No Pernyataan SS S TS STS
1 saya menyadari bahwa penyebab penyakit HIV/AIDS
karena pergaulan bebas
2 meskipun sebagian masyarakat memandang ODHA
adalah orang yang melanggar norma agama tetapi saya
tidak merasa demikian
3 saya tidak merasa penyebab penyakit HIV/AIDS karena
pergaulan bebas
4 saya tidak merasa kalau masyarakat memandang ODHA
sebagai orang yang melanggar norma agama
5 saya merasa bahwa masyarakat memandang ODHA
sebagai orang-orang yang melanggar norma agama
6 saya tahu bahwa masyarakat memandang negatif kepada
ODHA
7 saya merasa bahawa masyarakat tidak memandang
ODHA sebagai orang yang melanggar norma agama
8 saya tidak tahu, jika masyarakat memandang negatif
kepada ODHA
9 saya tahu masyarakat memandang HIV/AIDSsebagai
penyakit kutukan Tuhan
10 saya menyadari penyebab penyakit HIV/AIDS karena
melanggar norma agama
11 Saya tidak menyadari penyebab penyakit HIV/AIDS
karena melanggar norma agama
12 meskipun sebagian masyarakat memandang ODHA
sebagai orang yang melanggar norma agama, saya tidak
akan membuat generaisasi sebab tidak semuanya
demikian
13 saya tidak merasa kalau masyarakat menilai ODHA
dengan konotasi yang negatif
14 saya merasa nyaman ketika masyarakat memandang
ODHA sebagai penyakit kutukan Tuhan
15 saya merasa kurang nyaman ketika masyarakat
memandang ODHA sebagai orang yang berpergaulan
bebas
16 saya tahu, penderita HIV/AIDS dipandang buruk oleh
masyarakat
17 dipandang kurang baik oleh masyarakat, membuat saya
nyaman
18 saya tidak tahu,ODHA dipandang buruk oleh masyarakat
19 saya merasa senang, ketika masyarakat bisa merubah
pandangan buruk kepada ODHA
20 dipandang kurang baik oleh masyarakat, membuat saya
merasa kurang nyaman
21 saya tidak merasa senang, ketika masyarakat bisa
merubah pandangan buruk mereka kepada ODHA
22 saya tidak merasa bahwa masyarakat menilai ODHA
sebagai orang yang melanggar norma agama
23 saya tahu, masyarakat menilai ODHA dengan penilaian
negative
24 saya merasa bahwa masyarakat mengucilkan ODHA
25 walaupun dikucilkan oleh masyarakat, tidak sulit bagi
saya untuk mengembangkan diri
26 saya tidak merasa kalau masyarakat mengucilkan ODHA
97
27 saya mengetahui bahwa sebagian masyarakat
menganggap ODHA layak unuk dijauhi
28 saya menyadari ODHA kurang di terima oleh sebagian
massyarakat
29 saya tidak tahu, jika ODHA dipandang sebelah mata
oleh masyarakat
30 saya tidak mengetahui kalau sebagain masyarakat
memandang bahwa ODHA harus dijauhi
31 saya merasa tidak senang, ketika
masyarakatmengucilkan ODHA
32 saya merasa keberadaan yayasan khusus ODHA kurang
membantu masyarakat agar tidak mengucilkan ODHA
33 saya merasa keberadaan yayasan cukup membantu
masyarakat supaya tidak megucilakan ODHA
34 saya merasa senang jika masyarakat mengucilkan
ODHA
35 saya tahu, bahwa ODHA dipandang sebelah mata oleh
sebagian masyarakat
36 dikuncilkan oleh masyarakat, membuat saya sulit untuk
mengembangkan diri
37 dikucilkan oleh masyarakat, tidak membuat saya sulit
untk mengembagkan diri
38 Saya merasa sebagian masyarakat menjauhi ODHA
39 Saya tahu, salah satu penyebab HIV/AIDS karena
pengguna narkoba
40 Saya merasa penyebab HIV/AIDS karena penggunaan
jarum suntik yang tidak steril
41 Saya merasa HIV/AIDS adalah penyakit kutukan Tuhan
42 Saya menyadari ODHA dipandang masyarakat dengan
konotasi negatif
43 Saya sadar bahwa salah satu penyebab HIV/AIDS
karena pergaulan bebas
44 Saya tidak merasa masyarakat menjauhi ODHA
45 Saya tidak menyadari seks bebas merupakan salah satu
penyebab HIV/AIDS
46 Saya tidak tahu, salah satu penyebab HIV/AIDS karena
pergaulan bebas
47 Dari kasus yang ada, saya tidak menemukan penyebab
HIV/AIDS karena jarum suntik
48 Saya tidak merasa masyarakat memandang penyakit
HIV/AIDS sebagai penyakit kutukan Tuhan
49 Saya tidak tahu, ODHA dipandang buruk oleh
masyarakat
50 Saya tidak merasa masyarakat memberikan pandangnan
negatif kepada ODHA
98
LAMPIRAN 11
IDENTITAS RESPONDEN
Nama (inisial) :
Usia : a. 18-25 thn.. b. 25-30 thn. c. 31-35 thn. d. 36-40 thn.
e. 41-45 thn.
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan terakhir : a. SMP b. SMA c. D1 d.D3 e. S1 f. lainnya
Lamanya terkena HIV/AIDS :
(……………)
B. PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda ceklis (√) pada salah satu dari 4 kotak yang saudara/I anggap paling
menggambarkan kondisi saudara/I. tiap kotak tersebut berisi angka yang
mengandung jawaban sebagai berikut:
1. Sangat Setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Tidak Setuju (TS)
4. Sangat Tidak Setuju (STS)
Contoh:
Pernyataan SS S TS STS
Tidak ada jawaban yang salah. Semua JAWABAN ADAlAH BENAR, selama
menggambarkan Diri Saudara/I.
99
No Pernyataan SS S TS STS
1 Walaupun saya ODHA, saya tetap bersikap ramah pada
semua orang yang saya kenal.
2 Saya malas mendengarkan cerita-cerita teman-teman saya,
karena membosankan.
3 Ketika keluarga saya bercerita kepada saya, saya merasa
malas untuk mendengarkannya karena membosankan.
4 Saya tidak suka mendengarkan curhatan teman saya, karena
saya merasa itu bukan urusan saya.
5 Saya senang mendengarkan dan menuruti nasehat dari
keluarga maupun teman saya.
6 Saya tidak suka mendengarkan nasehat orang tua saya, karena
saya merasa dianggap seperti anak kecil.
7 Walupun saya ODHA, saya tidak malu untuk berkunjung
kerumah saudara saya.
8 Saya akan datang ketika diminta rapat dalam acara yang
berhubungan dengan warga di perumahan.
9 Saya suka berkunjung kerumah teman-teman saya.
10 Saya mendengarkan dengan serius keluhan-keluhan teman-
teman saya.
11 Setelah saya terinfeksi HIV, hubungan saya dengan tetangga
tetap baik.
12 Ketika orang tua menasehati saya, saya mendengarkan dengan
baik
13 Ketika bertemu teman lama tanpa sengaja. Saya langsung
menyapanya.
14 Saya merasa senang, jika teman-teman saya mau bercerita
atau curhat kepada saya.
15 Ketika diundang saudara atau teman untuk menghadiri pesta,
saya akan datang kepesta tersebut
16 Saya merasa senang jika tiba-tiba bertemu dengan teman lama
saya.
17 Ketika teman saya datang kerumah, saya hanya menemuinya
sebentar saja
18 Walaupun saya ODHA, saya tidak malu untuk menacari
teman baru
19 Ketika mengobrol dengan keluarga maupun teman-teman
saya, saya hanya membicarakan hal-hal yang penting saja.
20 Saya merasa malas, jika saya harus mengunjungi rumah
saudara-saudara saya
21 Saya jarang menceritakan masalah saya kepada adik atau
kakak saya
22 Saya langsung pergi ketika tidak sengaja bertemu dengan
teman saya
23 Saya tidak suka berkunjung ke rumah teman-teman saya
24 Saya tidak banyak bercerita kepada orang tua saya
25 Saya lebih suka menghabiskan waktu dirumah dari pada
menghabiskan waktu dengan teman-teman saya.
26 Ketika bertemu dengan teman saya di jalan, saya pura-pura
tidak melihatnya
27 Saya tidak berani mengatakan atau mengungkapkan keinginan
saya kepada keluarga saya.
28 Setelah mengidap HIV/AIDS, jika pergi kemana-mana lebih
suka sendirian
100
29 Setelah mengidap HIV/AIDS, saya malas mengikuti acara
keluarga.
30 Saya jarang menyapa teman saya ketika bertemu dijalan
31 Walaupun saya ODHA, keluarga dan teman saya tetap curhat
kepada saya
32 Saya hanya pergi jalan-jalan dengan keluarga saya saja.
33 Ketika sampai dirumah, saya langsung ngobrol dengan
keluarga saya.
34 Ketika orang yang saya kenal menyapa saya dijalan, saya
hanya menganggukkan kepala lalu langsung pergi.
35 Saya suka curhat kepada kelurga dan teman-teman saya.
36 Setelah mengidap HIV/AIDS, saya malu untuk berhubungan
lagi dengan teman-teman saya.
37 Jika ada waktu luang, saya biasa mengobrol dengan teman
atau keluarga saya.
38 Setelah mengidap HIV/AIDS, teman-teman saya
menghubungi saya terlebih dahulu baik melalui telpon, sms,
atau facebook.
39 Jika saya pergi ke suatu tempat selama diperjalanan saya tidak
menghiraukan orang-orang yang ada disekitar saya.
40 Setelah mengidap HIV/AIDS, saya merasa malas untuk
mambalas sms, telpon, email, dari teman baru maupun teman
lama saya.
41 Jika melihat orang yang saya kenal di suatu tempat, saya pura-
pura tidak melihat dan langsung pergi.
42 Walaupun saya ODHA, saya tetap dijadikan tempat curhat
atau bercerita oleh keluarga maupun teman-teman saya.
101