PENDAHULUAN
sendiri, sedangkan manusia dan hewan tidak dapat menghasilkan makanan sendiri.
Maka dari itu tumbuhan merupakan organisme autotrof sedangkan hewan dan
penyusunan (sintesis) zat organik (gula) dari zat anorganik (air dan karbon
sebelumnya. Salah satu ilmuwan yang meneliti tentang fotosintesis adalah Jan
seorang ahli botani asal Jerman juga melakukan penelitian tentang fotosintesis.
Percobaan dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 31 Maret 2015, pukul 10.30 –
TINJAUAN PUSTAKA
Fotosintesis merupakan suatu sifat fisiologi yang hanya dimiliki khusus oleh
tumbuhan yaitu suatu kemampuan menggunakan zat karbon dari udara uantuk
dimana peristiwa ini hanya berlangsung jika ada cukup cahaya. Jadi dapat
dikatakan bahwa fotosintesis atau asimilasi zat karbon merupakan proses dimana
zat-zat anorganik H2O dan CO2 oleh klorofil dirubah menjadi zat organik
dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan
(CO2 dan H2O) pada tumbuhan berpigmen dengan bantuan energi cahaya
yaitu:
dalam reaksi fotosintesis dan dengan bantuan cahaya matahari dan pigmen
fotosintesis (berupa klorofil dan pigmen-pigmen lainnya) akan menghasilkan
karbohidrat dan melepaskan oksigen. Cahaya matahari meliputi semua warna dari
spektrum tampak dari merah hingga ungu, tetapi tidak semua panjang gelombang
dari spektrum tampak diserap (diabsorpsi) oleh pigmen fotosintesis. Atom O pada
karbohidrat berasal dari CO2 dan atom H pada karbohidrat berasal dari H2O
Energi cahaya diubah menjadi energi kimia oleh pigmen fotosintesis yang
terdapat pada membran interna atau tilakoid. Pigmen fotosintesis yang utama ialah
klorofil dan karotenoid. Klorofil a dan b menunjukkan absorpsi yang sangat kuat
untuk panjang gelombang biru dan ungu, jingga dan merah (lembayung) dan
relative berkorelasi positif dengan laju fotosintesis (Li, dkk, 2006). Klorofil
jumlahnya berbeda untuk tiap spesies. Sintesis klorofil dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti cahaya, gula atau karbohidrat, air, temperatur, faktor genetik, unsur-
unsur hara seperti N, Mg, Fe, Mn, Cu, Zn, S dan O (Hendriyani dan Setiari, 2009).
(Mescht, dkk, 1999). Radiasi cahaya yang diterima oleh tanaman dalam
fotosintesis diabsorbsi oleh klorofil dan pigmen tambahan yang merupakan
cahaya menjadi energi kimia. Dua mekanisme yang terlibat dalam pembentukan
Klorofil b adalah hasil biosintesis dari klorofil a dan berperan penting dalam
Oleh sebab itu hilangnya klorofil a dan b berpengaruh negatif terhadap efisiensi
Energi matahari ditangkap oleh pigmen penyerap cahaya dan diubah menjadi
bentuk energi kimia, yaitu ATP dan senyawa pereduksi, yaitu NADPH. Atom
juga dirangkaikan dengan reaksi pembentukan ATP dari ADP dan Pi. Fase ini
energi matahari
H2O + NADP+ + ADP + Pi O2 + H+ + NADPH + ATP
energi matahari yang diserap dan kemudian diubah menjadi energi kimia,
sehingga fase ini disebut fotofosforilasi. Fase I ini melibatkan 2 tipe kelompok
b. Fase II: reaksi termokimia, reaksi fiksasi/reduksi CO2, reaksi gelap. Reaksi ini
berlangsung di stroma dan sering kali disebut reaksi gelap, karena reaksi ini
dalam keadaan gelap. Hal ini disebabkan karena enzim-enzim stroma kloroplas
karbohidrat. Dalam reaksi ini senyawa kimia berenergi tinggi yang dihasilkan
pada fase I, yaitu NADPH dan ATP dipakai untuk reaksi reduksi CO2 yang
yaitu:
Daur reaksi ini disebut daur C3 karena senyawa yang pertama kali
dihasilkan adalah senyawa dengan 3 atom karbon yaitu asam fosfogliserat dari
tersebut disebut tumbuhan C3. Dalam daur ini satu molekul fosfogliseraldehida
sebagai berikut:
3 CO2 + 9 ATP + 6 NADPH2 → PGAL + 9 ADP + 8 Pi + 6 NADP
Selanjutnya PGAL akan diubah menjadi glukosa. Daur ini terjadi pada
Daur reaksi ini disebut daur C4 karena sebagian besar senyawa yang
pertama kali dihasilkan adalah senyawa dengan 4 atom karbon yaitu asam
malat dan asam aspartat dan tumbuhan yang melaksanakan daur tersebut
tumbuhan C4 unik yang dikenal dengan anatomi Kranz, yaitu terdapat sel-sel
sel-sel mesofil dan sel-sel seludang parenkim, yaitu pembentukan asam malat
dan aspartat dari CO2 terjadi di sel-sel mesofil, sedangkan daur Calvin
Daur CAM merupakan fiksasi CO2 pada spesies sukulen anggota famili
mempunyai daun tebal dengan rasio permukaan terhadap volume rendah, laju
transpirasi rendah, sel-sel daun mempunyai vakuola relatif besar dan lapisan
sitoplasma yang tipis. Fiksasi yang menghasilkan asam malat terjadi pada
malam hari pada saat stomata terbuka dan daur Calvin yang menghasilkan
glukosa terjadi pada siang hari pada saat stomata tertutup. Jadi fiksasi CO2
berlangsung lebih cepat pada siang hari yang panas dengan tingkat cahaya
yang tinggi dan malam hari yang dingin dan tanah yang kering seperti di gurun.
Fiksasi CO2 pada beberapa tumbuhan CAM dapat beralih ke daur C3 setelah
hujan atau suhu malam hari yang lebih tinggi daripada biasanya karena stomata
pada senyawa yang diubah dari CO2 pada fase II dari fotosintesis (reaksi fiksasi
atau reduksi CO2). Pada tumbuhan C3, CO2 diubah menjadi senyawa C3 yaitu
asam oksaloasetat yang selanjutnya diubah menjadi asam malat dan asam
aspartat.
dengan O2, sehingga pada kondisi demikian enzim ini disebut ribulosa bisfosfat
molekul ribulosa bifosfat menjadi satu molekul asam fosfoglikolat dan satu
molekul asam fosfogliserat, bukan menjadi dua molekul asam fosfogliserat jika
CO2 yang difiksasi. Dengan demikian digunakan nama enzim rubisco (ribulosa
tersebut dalam fiksasi CO2 dan O2. Ada 4 hal penting yang perlu diperhatikan
mitokondria.
b) Reaksi oksidasi ini membentuk glikolat dan produk sampingan H2O2 dan
oksidan kuat yang beracun ini diuraikan oleh katalase dalam peroksisom.
Satu molekul CO2 dihasilkan dan satu molekul O2 diserap untuk tiap dua
molekul glikolat yang dioksidasi. Oleh sebab itu daur glikolat disebut juga
dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasikan di dalam
tubuh tanaman dimana peristiwa ini hanya berlangsung jika jumlah cahaya
1. Konsentrasi Karbondioksida
maka laju fotosintesis akan konstan pada suatu kisaran lebar dari konsentrasi
karbondioksida.
2. Intensitas cahaya
kecil daripada respirasi. Pada keadaan di atas titik kompesasi yaitu konsentrasi
dan daun, serta organ generatif seperti bunga dan umbi. Menurut Sri Setya
cahaya matahari sampai dengan kira-kira 1.200 food candle. Maka semakin
besar intensitas cahaya matahari yang dapat diterima tanaman, semakin cepat
pula proses pembentukan umbi dan waktu pembungaan. Tetapi tidak semua
dengan tingkat fotosintesis yaitu sumber energi bagi proses pembungaan yang
juga melalui mekanisme hormon tanaman (Astuti dan Sri, 2010). Kekurangan
karbondioksida, suhu, kadar air, kadar hasil fotosintesis. Jika intensitas cahaya
terlalu tinggi, akan dapat merusak klorofil (Wijaya, 2008). Tidak semua cahaya
lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan merah
3. Suhu
– 35 oC. Di atas kisaran suhu ini laju fotosintesis menurun. Suhu diatas 350C
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
penjepit, gelas piala, tabung reaksi, alkohol 95%, JKJ, air panas dan corong.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah alkohol 95%, JKJ,
air panas daun mangga (Maingifera indica) dan tanaman Hydrilla verticillata.
1. Menutup sebagian dari permukaan daun mangga yang belum terkena sinar
matahari dengan Alumunium foil dan menjepit rapat (dengan paper clip).
2. Sebelum malam, memetik daun percobaan tadi dan mencelupkan ke dalam air
mematikan sel.
3. Mencelupkan daun ke dalam alkohol mendidih beberapa saat, hal ini bertujuan
dalamnya.
3. Menutup pangkal corong tersebut dengan tabung reaksi terbalik yang berisi
sejumlah air.
PEMBAHASAN
dilakukan yaitu diberi perlakuan dengan membungkus bagian tengah daun (sekitar
± 5 cm) dengan aluminium foil selama satu minggu, kemudian daun tersebut
dipetik, terdapat perbedaan antara daun yang ditutupi dengan tidak ditutupi.
Pelarut kedua, daun mangga tersebut dimasukkan ke dalam air panas yang
telah yang telah mendidih (±12 menit) hingga daun tersebut layu dan mati sel-
selnya, hal ini berfungsi untuk mematikan sel-sel pada daun agar nantinya mudah
dididihkan. Hal ini berfungsi untuk melarutkan atau meluruhkan klorofil daun.
Perubahan yang terjadi adalah daun tersebut berubah warnanya menjadi hijau
berfungsi sebagai indikator ada atau tidaknya kandungan amilum di dalam daun.
Hasil yang terlihat selama ± 10 menit adalah terjadi perubahan warna pada daun.
Pada bagian yang tidak ditutupi alumunium foil, warna daun berubah menjadi
lebih gelap, sedangkan pada bagian yang ditutupi aluminium foil, daun berwarna
pucat. Maka dapat disimpulkan bahwa pada bagian daun yang tidak ditutupi
fotosintesis melepaskan O2 atau tidak. Alat dan bahan yang digunakan berupa
tabung reaksi, corong, gelas ukur, air dan tanaman Hydrilla Verticillata.
ukur, yang kemudian ditutup dengan corong, kemudian diisi air sampai memenuhi
gelas ukur tujuannya agar tidak ada gelembung dari luar yang mempengaruhi
ruangan dan yang kedua dilakukan di luar ruangan yang terdapat sinar matahari.
proses fotosintesis. Hal ini terjadi karena walaupun di dalam air terdapat
CO2 terlarut tetapi energi yang tersedia (cahaya) untuk melakuan proses
fotosintesis oleh Hydrilla tidak tersedia. Sehingga, walaupun ada bahan baku,
tetapi bila energi untuk mengolah tidak ada maka tidak akan terbentuk hasil.
terkena sinar matahari langsung, proses fotosintesis berjalan cepat karena pada air
sebenarnya telah terdapat sejumlah CO2 terlarut dan mendapat energi yang banyak
gelembung-gelembung udara.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
menghasilkan amilum, ditandai dengan perubahan warna biru tua pada daun
yang menandakan adanya amilum pada daun yang berubah warna menjadi
biru tua.
V.2 Saran
Untuk percobaan Sachs, daun mangga yang digunakan sebaiknya daun muda,
Ai, N.S., 2012. Evolusi Fotosintesis pada Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains, 12(1):
28-31.
Astuti, T dan Sri, D., 2010. Produksi Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) yang
Diperlakukan dengan Naungan Volume Penyiraman Air yang Berbeda.
Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, 11(1): 19-28
Cahyono, B., 2002. Wortel Teknik BUdodaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius,
Yogyakarta.
Campbell, N.A., Reece J.B., Mitchell L.G., . 2006. Biology. Concepts &
Connections. 5th Ed. Addison Wesley Longman Inc.
Hendriyani, I.S., Setiari N., 2009. Kandungan klorofil dan pertumbuhan kacang
panjang (Vigna sinensis) pada tingkat penyediaan air yang berbeda.
Jurnal Sains & Matematika 17 (3):145-150.
Li, R., Guo P., Baum M., Grando S., dan Ceccarelli S., 2006. Evaluation of
chlorophyll content and fluorescence parameters as indicators of drought
tolerance in barley. Jurnal of Agricultural Science 5 (10):751-757.
Loveless, A.R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.
Gramedia, Jakarta.
Salisbury, F. B dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 2. Terjemahan
dari Plant Physiology 4th Edition. Bandung: ITB
Samadi, B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.
Van der Mescht, A., J.A. de Ronde & F.T. Rossouw. 1999. Chlorophyll
fluorescence and chlorophyll content as a measure of drought tolerance in
potato. South African Jurnal of Science 95:407-412.
Wijaya, A, dkk. 2008. Ipa Terpadu VIIIA. Grafindo, Jakarta.