Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MATA KULIAH SEPARASI

PEMBUATAN MINYAK ATSIRI DARI TANAMAN GAHARU MENGGUNAKAN


METODE MICROWAVE HYDRODISTILLATION DAN SOXHLET EXTRACTION

DISUSUN OLEH :

Aris Romadhon Subkhan 1606892030

Hasna Aprilia 1606829913

Linatri Purwati Latifah S. 1606906332

Novrina Ariij A. 1606906313

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI BIOPROSES


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2018

DAFTAR ISI

HALAMAN
SAMPUL……………………………………………………………………...........Error!
Bookmark not defined.

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….2

PEMBAHASAN………………………………………………………………………………….1

1. Pembuatan Minyak Atsiri dari Tanaman Gaharu (Aquilaria Malaccensis)……......1


1.1 Metode Hydrodistillation (HD)……………………………………………………
1
1.1.1 Microwave Hydrodistillation (MHD)………………………………………
1.1.2 Pembuatan Minyak Atsiri menggunakan Microwave Hydrodistillation
1.1.3 Optimasi Ekstraksi Minyak Atsiri menggunakan Metode Microwave
Hydrodistillation (MHD).................................................................................
1.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Microwave Hydrodistillation (MHD)
1.2 Soxhlet Extraction
1.2.1 Pembuatan Minyak Atsiri menggunakan Soxhlet Extraction
1.2.2 Optimasi ekstraksi Minyak Atsiri menggunakan metode Soxhlet
Extraction.........................................................................................................
1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Soxhlet Extraction
1.2.4 Metode Accelerate Soxhlet Extraction
2. Potensi Minyak Atsiri di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA......................................................Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN

1. Pembuatan Minyak Atsiri dari Tanaman Gaharu (Aquilaria Malaccensis)

Minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang termasuk dalam kelompok besar
minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang, namun mudah menguap
dimana uap yang dihasilkan memiliki aroma tertentu sesuai dengan jenis tumbuhan dari
kandungan yang dimilikinya. Selain dijual sebagai minyak atsiri murni, beberapa industri
juga menghasilkan minyak atsiri sebagai bahan baku untuk parfum, kosmetik, pangan, dan
toiletries. Adapun tanaman gaharu sebagai salah satu komoditas penghasil minyak atsiri
kerap digunakan dalam industri pengobatan. Terdapat banyak cara dalam pengambilan
minyak atsiri, salah satunya dengan distilasi dan ekstraksi menggunakan pelarut. Ekstraksi
merupakan proses pemisahan suatu zat dari komponen komponennya dengan bantuan
pelarut tertentu. Pemisahan terjadi karena adanya perbedaan kelarutan antar komponen-
komponen yang dipisahkan terhadap dua pelarut yang tidak saling bercampur.

Pada umumnya, pengambilan minyak esensial seperti minyak atsiri dari tanaman
menggunakan metode distilasi uap dan ekstraksi dikarenakan bahan yang diekstrak tidak
bercampur dengan pelarutnya (umumnya air), sehingga setelah proses ekstraksi pelarut
dapat dipisahkan dengan mudah dengan cara distilasi biasa. Adapun ekstraksi dan distilasi
yang sering digunakan ialah ekstraksi secara panas dengan cara refluks dan penyulingan uap
menggunakan metode hydrodistillation atau microwave hydrodistillation, serta ekstraksi
secara dingin menggunakan alat soxhlet.
1.1 Metode Hydrodistillation (HD)
Distilasi atau penyulingan adalah suatu proses pemisahan zat cair atau padat
yang terdapat dalam dua atau lebih campuran berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Dalam aplikasinya untuk tanaman aromatik, dilakukan penguapan untuk memisahkan
minyak dari trikoma/ sel membran tanaman pada suhu tinggi serta dalam kelembaban
tertentu, yang kemudian dilanjutkan dengan pendinginan campuran uap tersebut untuk
memisahkan minyak dengan air. Komposisi campuran akan ditentukan oleh
konsentrasi masing-masing komponen menjadi tekanan parsialnya. Umumnya, titik
didih minyak esensial melebihi titik didih air dan berkisar antara 150 ℃– 300℃.
Hydro/water distillation merupakan cara yang paling mudah dan metode
pemisahan minyak esensial dari tanaman yang paling pertama ditemukan. Metode ini
umumnya digunakan dalam skala kecil, dan cocok untuk bahan berbentuk
bubuk/rempah. Dalam proses ini, tanaman yang akan diekstrak hampir seluruhnya
terendam oleh air sebagai suspensi yang diletakkan dalam wadah distilasi. Selama
hidrodistilasi komponen minyak esensial akan membentuk campuran azeotropik
dengan air. Sebagian besar minyak esensial tidak bercampur dengan baik dengan air
dalam fase cair sehingga setelah kondensasi, mereka harus dipisahkan oleh dekantasi.

Gambar 1. Skema Alat Hydrodistillation


(Sumber: Barba, F.J., 2016)

Periode distilasi dapat memakan waktu kurang lebih 15 hingga 30 menit


atau lebih (Peyron dan Richard, 1992). Periode ekstraksi ini tidak hanya
mempengaruhi yield, tetapi juga komposisi ekstrak. Adapun hidrodistilasi dapat
dicapai dengan salah satu dari dua metode:
a) Distilasi clevenger - bahan yang akan diekstraksi dicelupkan ke
dalam air, lalu kemudian direbus.
b) Steam distillation / distilasi uap - steam melewati material yang
akan diekstraksi
Dalam kedua metode, komponen uap volatil (uap minyak esensial) akan dibawa
oleh uap ke kondensor. Pada proses kondensasi lapisan yang kaya akan minyak
dan kaya akan air mulai terbentuk, dan kemudian dipisahkan oleh dekantasi.
Hidrodistilasi pada tekanan tinggi digunakan dengan tanaman yang minyak
esensialnya sulit untuk diekstrak, namun karena suhu tinggi yang digunakan,
bahaya pembusukan tanaman yang diekstrak juga menjadi lebih tinggi.
Hidrodistilasi pada tekanan yang dikurangi secara bertahap lebih baik karena suhu
yang lebih rendah digunakan.

1.1.1 Microwave Hydrodistillation (MHD)


Microwave Hydrodistillation (MHD) merupakan pengembangan dari
MAE (Microwave Assisted Extraction) yang merupakan metode ekstraksi
terbaru dengan pemanfaatan pemanasan gelombang. Selama proses ekstraksi,
Microwave Hydrodistillation (MHD) menggunakan gelombang mikro yang
dihasilkan dari magnetron sebagai sumber pemanasan. Cara kerja pemanasan
microwave melibatkan pengadukan molekul polar atau ion yang berosilasi
karena pengaruh medan listrik dan magnet yang disebut polarisasi dipolar.
Dengan adanya medan yang berosilasi, partikel akan beradaptasi dimana
gerakan partikel tersebut dibatasi oleh gaya interaksi antar partikel dan tahanan
listrik. Akibatnya partikel tersebut menghasilkan gerakan acak yang
menghasilkan panas. Gelombang mikro akan mempercepat minyak atsiri keluar
dari bahan dan terbawa uap air yang kemudian mengembun, sehingga minyak
atsiri yang tidak larut dalam air akan memisah.

Gambar 2. Skema Alat Microwave Hydrodistillation


(Sumber: researchgate.net)

Ekstraksi menggunakan MHD tidak membutuhkan solvent yang


memerlukan pemurnian lanjut, tekanan vakum yang memerlukan peralatan
tambahan juga kondisi operasinya tidak perlu sampai kondisi kritis sehingga
lebih sederhana. Selain itu, metode MHD menggunakan gelombang mikro
sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan proses ektraksinya cepat
sehingga lebih ekonomis dan efisien (Fong, 2012), serta lebih sedikit
menghasilkan limbah cair (Farhat, 2011).
1.1.2 Pembuatan Minyak Atsiri menggunakan Microwave Hydrodistillation
Sebelum proses ekstraksi dilakukan, bahan baku yang akan digunakan
adalah gaharu yang telah dihaluskan dalam bentuk bubuk. Gaharu dihaluskan
dengan tujuan untuk memperluas area permukaan bahan agar kemampuan
pelarut mengekstrak bahan semakin besar sehingga dapat meningkatkan
rendemen minyak atsiri dari gaharu. Untuk pelarut organik pada metode MHD,
digunakan pelarut akuades serta proses pendingainan / kondensasi
menggunakan air PDAM. Selanjutnya, serbuk gaharu dimasukkan ke dalam
labu distiller yang ditambahkan dengan pelarut aquadest. Pada metode ini
digunakan alat clavenger yang memiliki fungsi untuk mengambalikan
kondensat air secara otomatis kembali ke dalam labu distiller untuk menjaga
rasio bahan baku dan pelarut dan mencegah terjadinya kegosongan akibat
bahan kekurangan air, proses pengembalian air kondensat ke dalam proses
ekstraksi ini disebut kohobasi. Kemudian labu distiller dimasukkan ke dalam
microwave dan dihubungkan dengan clavenger. Proses ekstraksi pun dimulai
ketika microwave dinyalakan.

1.1.3 Optimasi Ekstraksi Minyak Atsiri menggunakan Metode Microwave


Hydrodistillation (MHD)
Parameter yang mempengaruhi kualitas dan keberhasilan proses
ekstraksi minyak atsiri ialah rasio antara bahan baku dengan pelarut kurang
lebih sebesar 1:5, rasio antara massa bahan baku dengan volume labu distiller,
serta daya yang digunakan oleh Microwave Hydrodistillation (MHD) berkisar
antara 450-600 W.
Pada umumnya, kapasitas pelarut untuk menyerap energi microwave
tergantung pada nilai konstanta dielektrik yang menunjukkan kemampuan
pelarut untuk dapat terpolarisasi oleh medan listrik eksternal dan dianggap
sebagai ukuran relatif dari densitas energi microwave, sehingga semakin tinggi
nilai konstanta dielektrik maka semakin baik pelarut tersebut menyerap energi
microwave. Air aquadest memiliki konstanta yang tinggi yaitu sebesar 80.4
sehingga banyak penelitian yang menggunakan air sebagai pelarut dalam
proses ekstraksi menggunakan metode Microwave Hydrodistillation (MHD).
Selain itu, air aquadest juga mudah didapatkan dan dapat meminimalisir biaya
operasional.
Berdasarkan beberapa penelitian, faktor rasio antara massa bahan baku
dengan volume labu distiller terkait dengan seberapa padat atau banyaknya
bahan baku yang dimasukkan ke dalam labu distiller agar proses ekstraksi dan
penguapan minyak berjalan dengan sempurna. Kepadatan bahan yang terlalu
tinggi dan tidak merata dapat menyebabkan terbentuknya jalur “rat holes”
yang dapat menurunkan yield dan mutu minyak (Guenther,1987). Semakin
tinggi kepadatan bahan di dalam labu distiller maka proses penguapan dan
distilasi akan terhambat akibat sempitnya ruang gerak penguapan menuju
kondensor sehingga rendemen dan efisiensi distilasi menjadi menurun.

Tabel 1. Nilai konstanta dielektrik (dielectric constant) (ε’) keadaan standar

(Sumber : Isabel & Triesty, 2017)


Daya microwave yang digunakan dalam proses ekstraksi minyak atsiri
dari tanaman gaharu dengan metode Microwave Hydrodistillation (MHD)
berperan sebagai driving force untuk memecah membran sel tanaman agar
minyak dapat terdifusi keluar kemudian larut dalam pelarut. Dengan adanya
penambahan daya microwave yang digunakan secara umum akan
meningkatkan yield dan mempercepat waktu ekstraksi (Liang et.al, 2008).
Semakin besar daya microwave yang digunakan yield minyak minyak semakin
meningkat. Namun, apabila daya microwave yang digunakan melebihi 600 W
justru yield minyak akan menurun karena semakin besar daya microwave maka
semakin tinggi juga suhu operasi di atas titik didih pelarut sehingga terjadinya
degradasi termal pada minyak atsiri. Suhu optimum yang digunakan dalam
proses ekstraksi menggunakan metode ini adalah sekitar 100o C.
Minyak atsiri yang terdapat pada tanaman gaharu dikelilingi kelejar
minyak, rambut glandular, pembuluh, dan kentung minyak sehingga perlakuan
terhadap bahan baku juga harus diperhatikan. Maka dari itu sebelum proses
distilasi, tanaman gaharu harus dibuat menjadi bagian-bagian kecil agar
kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin. Semakin besar luas
permukaan bahan baku maka semakin mudah dan banyak minyak atsiri yang
didapatkan dari tanaman. Apabila tanaman gaharu diproses dalam keadaan
utuh, maka proses ekstraksi hanya dapat terjadi apabila uap air berhasil melalui
jaringan tanaman dan mendesaknya ke permukaan, proses seperti ini terjadi
karena peristiwa hidrodifusi. Selain itu, peristiwa difusi akan semakin lambat
apabila tanaman gaharu dibiarkan utuh karena kecepatan minyak yang
terekstrak tergantung pada kecepatan peristiwa difusi sehingga ekstraksi
minyak atsiri dengan metode Microwave Hydrodistillation (MHD) sebaiknya
menggunakan bahan baku (tanaman gaharu) dalam bentuk serbuk atau bubuk.
Pada alat ini terdapat clavenger yang mampu melakukan kohobasi
secara otomatis yaitu pengembalian kondensat air ke dalam labu distiller atau
biasa dikenal dengan istilah refluks/recycle untuk menjaga rasio bahan baku
dengan pelarut. Apabila pelarut tidak ditambahkan atau tidak terjadi
pengembalian kondensat air, maka pelarut yang dipakai akan habis dan terjadi
kegosongan pada bahan akibat kekurangan air. Kohobasi atau refluks ini juga
berguna untuk menghindari kehilangan minyak akibat terbawa dengan destilat
air sehingga dapat menghasilkan rendemen minyak yang maksimal serta
membantu proses ekstraksi minyak atsiri secara kontinyu.

1.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Microwave Hydrodistillation (MHD)


Gelombang elektromagnetik yang mampu menembus bahan dan
mengeksitasi molekul-molekul nya secara merata membuat metode
Microwave Hydrodistillation (MHD) mampu bekerja cepat dan efisien. Pada
umumnya frekuensi gelombang yang diserap oleh bahan sebesar 2450 MHz
(2,45 GHz). Pada proses penyerapan, atom-atom akan menghasilkan panas
dan tereksitasi. Metode ini tidak membutuhkan konduksi panas seperti oven
biasa sehingga prosesnya bisa dilakukan sangat cepat. Namun, metode
Microwave Hydrodistillation ini membutuhkan biaya operasional yang cukup
mahal karena membutuhkan daya listrik untuk microwave.

1.2 Soxhlet Extraction


Soxhlet Extraction adalah metode ekstraksi menggunakansSoxhlet dengan
pelarut cair (seperti etanol, alkohol, n-heksana, dll). Soxhletasi merupakan salah satu
metode ekstraksi padat-cair yang berkesinambungan. Soxhletasi disebut ekstraksi
padat-cair karena substansi yang diekstrak berada pada campuran padat. Sedangkan
soxhletasi disebut berkesinambungan karena penggunaan pelarut yang sama
digunakan berulang-ulang hingga proses ekstraksi selesai. Soxhletasi dapat digunakan
untuk mengisolasi minyak lemak.
Gambar 3. Skema Alat Soxhlet
(Sumber: Isabel & Triesty, 2017)

1.2.1 Pembuatan Minyak Atsiri menggunakan Soxhlet Extraction


a) Cara kerja metode Soxhlet Extraction secara umum
Suatu padatan yang mengandung bahan yang akan diekstraksi
ditempatkan ke dalam thimble (thimble terbuat dari padatan tetapi
memungkinkan cairan untuk melewatinya). Pelarut organik dipanaskan
pada Round bottom flask. Saat mendidih, uap akan naik dan akan
dipadatkan oleh kondensor. Pelarut kental akan mengisi thimble. Setelah
diisi dengan pelarut dengan cukup, siphon kembali ke wadah pelarut
organik secara otomatis. Proses ini terjadi berulang-ulang hingga semua
bahan habis diekstrak. Ruang yang berisi padatan perlahan diisi dengan
pelarut hangat. Senyawa yang diinginkan akan larut dalam pelarut hangat.
Ketika ruang Soxhlet hampir penuh, ruang akan dikosongkan secara
otomatis oleh lengan samping siphon. Pelarut kembali mengalir ke Round
bottom flask. Proses ini dapat dibiarkan selama berjam-jam bahkan
berhari-hari.
Selama setiap siklus, sebagian senyawa yang tidak mudah
menguap larut dalam pelarut. Setelah siklus terjadi berlangsung berkali-
kali, senyawa yang diinginkan akan terkonsentrasi di labu distilasi. Setelah
selesai ekstraksi, pelarut dihilangkan dengan menggunakan rotary
evaporator. Bagian yang tidak larut dari padatan yang diekstraksi tetap
berada di thimble untuk dibuang.

b) Cara kerja metode Soxhlet Extraction dalam pembuatan minyak Atsiri

Cara kerja Soxhlet Extraction pada pembuatan minya atsiri tidak


jauh berbeda dengan proses lainnya. Pelarut yang digunakan pada
pembuatan minyak atsiri ialah n-Heksana dengan kadar 95%. Bahan baku
serbuk gaharu dimasukkan ke dalam kertas saring (thimble) yang telah
dibentuk tabung silinder. Dengan serbuk gaharu 10gr, digunakan pelarut
sebanyak 500mL.

1.2.2 Optimasi Ekstraksi Minyak Atsiri menggunakan Metode Soxhlet


Extraction
Beberapa hal yang sangat mempengaruhi hasil dari Soxhlet Extraction
ialah pemilihan pelarut yang digunakan. Pelarut yang berbeda akan
menghasilkan ekstrak dan komposisi ekstrak yang berbeda (Zarnowski &
Suzuki 2004). Pelarut yang paling sering digunakan untuk mengekstrak minyak
nabati dari sumber tanaman adalah heksana. Heksana memiliki rentang titik
didih yang cukup sempit, yaitu sekitar 63-69oC. Heksana juga merupakan
pelarut minyak yang sangat baik dalam hal kelarutan minyak dan mudah
dipulihkan (Mamidipally 2004).
Saat ini, penggunaan pelarut alternatif seperti isopropanol, etanol,
hidrokarbon, dan air telah dilakukan untuk mengatasi masalah lingkungan,
kesehatan dan keamanan. Namun, pelarut alternatif kurang dapat dipulihkan
dengan baik karena afinitas molekul menurun antara pelarut dan zat terlarut.
Biaya pelarut alternatif biasanya lebih tinggi. Co-solvent kadang-kadang
ditambahkan untuk meningkatkan polaritas fase cair. Campuran pelarut seperti
isopropanol dan heksana telah dilaporkan dapat meningkatkan hasil dan
kinetika ekstraksi (Li 2004).
Penggunaan bahan baku yang semakin kecil juga akan berpengaruh
terhadap optimasi Soxhlet Extraction. Semakin kecil ukuran bahan (berupa
serbuk), maka luas permukaan bahan akan semakin besar pula. Hal ini
membuat proses ekstraksi semakin efisien. Selain itu, dengan ukuran yang
lebih kecil, proses difusi minyak lebih mudah karena tahanan difusi yang
dialami menjadi lebih kecil.

1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Soxhlet Extraction


a) Kelebihan Soxhlet Extraction
 Menggunakan pelarut yang lebih sedikit karena pelarut tersebut akan
dipakai untuk mengulang ekstraksi

 Uap panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping

 Jumlah sampel yang diperlukan sedikit

 Sampel dieksraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang-ulang


b.) Kekurangan Soxhlet Extraction
 Tidak dapat digunakan pada bahan yang mempunyai tekstur keras

 Proses pengerjaan yang rumit dan memakan waktu cukup lama


dikarenakan harus diuapkan di rotavorator untuk memperoleh ekstrak
yang kental. Hal ini menyebabkan kebutuhan energi yang tinggi dan
bahan terekstraksi yang terakumulasi dalam labu mengalami beban panas
dalam waktu yang cukup lama

 Pemanasan berlebih terhadap kandungan kimia dalam serbuk, sehingga


tidak cocok untuk zat kimia yang termolabil

 Tidak bisa dengan penyari air (harus solvent organik) sebab titik didih air
100 ℃ harus dengan pemanasan tinggi untuk menguapkannya

 Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan tumbuhan yang mudah


rusak

1.2.4 Metode Accelerate Soxhlet Extraction


Accelerated Solvent Extraction atau Ekstraksi Pelarut yang Dipercepat
(ASE) merupakan bentuk ekstraksi pelarut cair yang efisien dibandingkan
dengan maserasi dan Soxhlet Extraction karena metode ini menggunakan
pelarut dengan jumlah minimal. Teknologi ekstraksi otomatis ini mampu
mengendalikan suhu dan tekanan untuk setiap sampel individu dan
membutuhkan waktu kurang dari satu jam untuk ekstraksi.
2. Potensi Minyak Atsiri di Indonesia

Minyak atsiri yang disebut juga minyak eteris, minyak terbang atau "essential
oil", dipergunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya pada industri
parfum, kosmetik, "essence", industri farmasi dan "flavoring agent". Dalam pembuatan
parfum dan wangi-wangian, minyak atsiri tersebut berfungsi sebagai zat pewangi,
terutama minyak atsiri yang berasal dari bunga dan yang berasal dari jenis hewan
tertentu. Beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai zat pengikat bau (fixative)
dalam parfum, misalnya minyak nilam, minyak akar wangi dan minyak cendana. Minyak
atsiri yang berasal dari rempah-rempah misalnya minyak lada, minyak kayu manis,
minyak pala, minyak cengkeh, minyak ketumbar dan minyak jahe, umumnya digunakan
sebagai bahan penyedap (flavoring agent) dalam bahan pangan dan minuman.

Tabel 2. Daftar minyak atsiri yang berkembang di Indonesia

No. Nama Nama Dagang Nama Kegunaan Kondisi


Minyak Tanaman
1 Akar wangi Vetiver Oil Vetiveria Parfum, Sabun, Sudah Berkembang
zizanoides Kosmetik,
Sebagai Fiksatif
2. Cendana Sandalwood Oil Santalum Antibakteri, Sudah Berkembang
album Antiseptik,
Desinfektan,
Ekspektoran,
Sedatif,
Stimulan, dan
Refrigeran.
3. Gaharu Agarwood Oil Aquilaria sp. Parfum, Sedang Berkembang
Kosmetika, dan
Obat-obatan
4. Kayu Manis Cinnamon Bark Cinnamomu Penyedap Rasa, Potensi dikembangkan
Oil m casea Flavor
5. Kayu Putih Cajuput Oil Melaleuca Obat Gosok, Sudah Berkembang
leucadendron Farmasi
6. Kemangi Basil Oil Ocimum Farmasi, Potensi dikembangkan
grattisimum Makanan,
Pestisida Nabati
7. Lada Black Pepper Piper nigrum Flavor pada Sudah Berkembang
Oil produk Makanan
& Minuman,
Antimikroba
8. Nilam Patchouli Oil Pogostemon Sebagai Fiksatif Sudah Berkembang
cablin Benth pada pembuatan
parfum
9. Permen Cormint Oil Mentha Flavor, Parfum, Potensi dikembangkan
arvensis Pasta gigi,
Permen
10. Terpentin Terpentin Oil Pinus Kosmetik, Sedang Berkembang
merkusii Campuran Bahan
Pelarut, Minyak
Cat, Antiseptik,
Kamper, dan
Farmasi
11. Ylang-ylang Ylang-ylang Oil Canangium Bahan dasar Sedang Berkembang
odoratum parfum

Indonesia adalah salah satu pemasok minyak atsiri terbesar, bahkan pernah
memasok 90% bahan baku minyak nilam atau sekitar 1600 ton per tahun. Selain minyak
nilam ada 40 jenis minyak atsiri lain yang dihasilkan dari Indonesia. Hanya 12 di
antaranya saja yang memenuhi standar kualitas ekspor seperti minyak kayu manis,
minyak akar wangi, minyak cendana, minyak kemukus, minyak nilam, minyak kenanga,
minyak pala, minyak cengkeh, minyak kayu putih.
Total kapasitas produksi minyak atsiri Indonesia bisa mencapai 5.000 hingga
6.000 ton per tahun dengan jumlah pelaku usaha mencapai 3.000 usaha. Sejauh ini, untuk
mengembangkan sektor industri minyak atsiri ini, pemerintah sendiri akan menggunakan
pola pengembangan kluster industri dengan pendekatan OVOP (one village one product)
yaitu menciptakan keunggulan produk masing- masing wilayah.
Agar bisa meningkatkan pendapatan dari bisnis minyak atrisi ini, Indonesia
tentunya perlu terus berbenah dan melakukan inovasi. Mulai dari melakukan
pendampingan terhadap petani, hingga menerapkan teknologi terkini yang dapat
mendukung produksi minyak atsiri berkualitas tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Heri Septya Kusuma and et al, “Pengaruh Daya Dan Rasio Bahan Pada Ekstraksi Kayu Cendana (
Santalum album ) dengan Metode Microwave Hydrodistillation : Optimasi Menggunakan
Response Surface Methodology,” Institut Teknologi Sepuluh November., vol. 10, no. 1, 2015.

N. Sulaiman and et al, “Effects of extraction methods on yield and chemical compounds of
gaharu (aquilaria malaccensis),” J. Trop. For. Sci., vol. 27, no. 3, pp. 413–419, 2015.

Isabel Triesty and et al, “Ekstraksi Minyak Atsiri dari Gaharu (Aquilaria malaccensis) dengan
Menggunakan Metode Microwave Hydrodistillation dan Soxhlet Extraction,” Institut
Teknologi Sepuluh November., vol. 6, no. 2, 2017.
Tanaman Penghasil Minyak Atsiri

Ir. Agus Kardinan, M.Sc. APU


AgroMedia, Jan 1, 2005

Sukses Memproduksi Minyak Atsiri

Dr. Meika Syahbana Rusli


AgroMedia, 2010

Anda mungkin juga menyukai