DISUSUN OLEH :
DEPOK 2018
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL……………………………………………………………………...........Error!
Bookmark not defined.
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….2
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………….1
Minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang termasuk dalam kelompok besar
minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang, namun mudah menguap
dimana uap yang dihasilkan memiliki aroma tertentu sesuai dengan jenis tumbuhan dari
kandungan yang dimilikinya. Selain dijual sebagai minyak atsiri murni, beberapa industri
juga menghasilkan minyak atsiri sebagai bahan baku untuk parfum, kosmetik, pangan, dan
toiletries. Adapun tanaman gaharu sebagai salah satu komoditas penghasil minyak atsiri
kerap digunakan dalam industri pengobatan. Terdapat banyak cara dalam pengambilan
minyak atsiri, salah satunya dengan distilasi dan ekstraksi menggunakan pelarut. Ekstraksi
merupakan proses pemisahan suatu zat dari komponen komponennya dengan bantuan
pelarut tertentu. Pemisahan terjadi karena adanya perbedaan kelarutan antar komponen-
komponen yang dipisahkan terhadap dua pelarut yang tidak saling bercampur.
Pada umumnya, pengambilan minyak esensial seperti minyak atsiri dari tanaman
menggunakan metode distilasi uap dan ekstraksi dikarenakan bahan yang diekstrak tidak
bercampur dengan pelarutnya (umumnya air), sehingga setelah proses ekstraksi pelarut
dapat dipisahkan dengan mudah dengan cara distilasi biasa. Adapun ekstraksi dan distilasi
yang sering digunakan ialah ekstraksi secara panas dengan cara refluks dan penyulingan uap
menggunakan metode hydrodistillation atau microwave hydrodistillation, serta ekstraksi
secara dingin menggunakan alat soxhlet.
1.1 Metode Hydrodistillation (HD)
Distilasi atau penyulingan adalah suatu proses pemisahan zat cair atau padat
yang terdapat dalam dua atau lebih campuran berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Dalam aplikasinya untuk tanaman aromatik, dilakukan penguapan untuk memisahkan
minyak dari trikoma/ sel membran tanaman pada suhu tinggi serta dalam kelembaban
tertentu, yang kemudian dilanjutkan dengan pendinginan campuran uap tersebut untuk
memisahkan minyak dengan air. Komposisi campuran akan ditentukan oleh
konsentrasi masing-masing komponen menjadi tekanan parsialnya. Umumnya, titik
didih minyak esensial melebihi titik didih air dan berkisar antara 150 ℃– 300℃.
Hydro/water distillation merupakan cara yang paling mudah dan metode
pemisahan minyak esensial dari tanaman yang paling pertama ditemukan. Metode ini
umumnya digunakan dalam skala kecil, dan cocok untuk bahan berbentuk
bubuk/rempah. Dalam proses ini, tanaman yang akan diekstrak hampir seluruhnya
terendam oleh air sebagai suspensi yang diletakkan dalam wadah distilasi. Selama
hidrodistilasi komponen minyak esensial akan membentuk campuran azeotropik
dengan air. Sebagian besar minyak esensial tidak bercampur dengan baik dengan air
dalam fase cair sehingga setelah kondensasi, mereka harus dipisahkan oleh dekantasi.
Uap panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping
Tidak bisa dengan penyari air (harus solvent organik) sebab titik didih air
100 ℃ harus dengan pemanasan tinggi untuk menguapkannya
Minyak atsiri yang disebut juga minyak eteris, minyak terbang atau "essential
oil", dipergunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya pada industri
parfum, kosmetik, "essence", industri farmasi dan "flavoring agent". Dalam pembuatan
parfum dan wangi-wangian, minyak atsiri tersebut berfungsi sebagai zat pewangi,
terutama minyak atsiri yang berasal dari bunga dan yang berasal dari jenis hewan
tertentu. Beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai zat pengikat bau (fixative)
dalam parfum, misalnya minyak nilam, minyak akar wangi dan minyak cendana. Minyak
atsiri yang berasal dari rempah-rempah misalnya minyak lada, minyak kayu manis,
minyak pala, minyak cengkeh, minyak ketumbar dan minyak jahe, umumnya digunakan
sebagai bahan penyedap (flavoring agent) dalam bahan pangan dan minuman.
Indonesia adalah salah satu pemasok minyak atsiri terbesar, bahkan pernah
memasok 90% bahan baku minyak nilam atau sekitar 1600 ton per tahun. Selain minyak
nilam ada 40 jenis minyak atsiri lain yang dihasilkan dari Indonesia. Hanya 12 di
antaranya saja yang memenuhi standar kualitas ekspor seperti minyak kayu manis,
minyak akar wangi, minyak cendana, minyak kemukus, minyak nilam, minyak kenanga,
minyak pala, minyak cengkeh, minyak kayu putih.
Total kapasitas produksi minyak atsiri Indonesia bisa mencapai 5.000 hingga
6.000 ton per tahun dengan jumlah pelaku usaha mencapai 3.000 usaha. Sejauh ini, untuk
mengembangkan sektor industri minyak atsiri ini, pemerintah sendiri akan menggunakan
pola pengembangan kluster industri dengan pendekatan OVOP (one village one product)
yaitu menciptakan keunggulan produk masing- masing wilayah.
Agar bisa meningkatkan pendapatan dari bisnis minyak atrisi ini, Indonesia
tentunya perlu terus berbenah dan melakukan inovasi. Mulai dari melakukan
pendampingan terhadap petani, hingga menerapkan teknologi terkini yang dapat
mendukung produksi minyak atsiri berkualitas tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Heri Septya Kusuma and et al, “Pengaruh Daya Dan Rasio Bahan Pada Ekstraksi Kayu Cendana (
Santalum album ) dengan Metode Microwave Hydrodistillation : Optimasi Menggunakan
Response Surface Methodology,” Institut Teknologi Sepuluh November., vol. 10, no. 1, 2015.
N. Sulaiman and et al, “Effects of extraction methods on yield and chemical compounds of
gaharu (aquilaria malaccensis),” J. Trop. For. Sci., vol. 27, no. 3, pp. 413–419, 2015.
Isabel Triesty and et al, “Ekstraksi Minyak Atsiri dari Gaharu (Aquilaria malaccensis) dengan
Menggunakan Metode Microwave Hydrodistillation dan Soxhlet Extraction,” Institut
Teknologi Sepuluh November., vol. 6, no. 2, 2017.
Tanaman Penghasil Minyak Atsiri