TINJAUAN TEORI
2. Tujuan MPKP
Tujuan MPKP adalah sebagai berikut:
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruangan lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan
3. Macam-macam MPKP
Beberapa modifikasi yang dilakukan meliputi beberapa jenis MPKP,yaitu:
a. MPKP Transisi
MPKP dasar yang masih memiliki tenaga perawat yang berpendidikan
SPK, tetapi kepala ruangan dan kepala timnya minimal dari D3
keperawatan.
b. MPKP Pemula
MPKP dasar dengan semua tenaga minimal dari D3 keperawatan
c. MPKP Profesional dibagi menjadi 3 bagian,
1) MPKP I basik (dasar) dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3
keperawatan,tetapi kepala ruangan (karu) dan ketua tim (katim)
minimal S1 keperawatan.
2) MPKP II intermediate (menengah) dengan tenaga minimal D3
keperawatan dan mayoritas Ners Sarjana Keperawatan, dan sudah
memiliki spesialis tenaga keperawatan
3) MPKP III advance (tingkat lanjut) yang semua perawatannya
minimal Ners Sarjana Keperawatan dan sudah mempunyai tenaga
spesialis keperawatan yang bekerja di area keperawatan.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk
mencapi tujuan melalui penugasan suatu kelompok tenaga
keperawatan, menetukan cara pengkoordinasian aktivitas yang
tepat, baik vertikal maupun horizontal yang bertanggung jawab
untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat diruang MPKP
menggunakan penekatan sistem penugasan tim primer
keperawatan. Pengorganisasian secara vertikal terdapat kepala
ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana.
TIM I TIM II
8 – 10 Pasien 8 – 10 Pasien
Uraian tugas personil diruang MPKP adalah sebagai
berikut:
a) Kepala ruangan
Pendekatan manajemen (management approach)
Perencanaan
Menyusun visi
Menyusun misi
Menyusun filosofi
Menyusun rencana jangka pendek: harian, bulanan, dan
tahunan.
Pengorganisasian
Menyusun struktur organisasi
Menyusun jadwal dinas
Membuat daftar alokasi pasien
Pengarahan
Memimpin operan
Memimpin preconference
Memimpin postconference
Menciptakan iklim motivasi
Mengatur pendelegasian
Melakukan supervisi
Pengendalian
Mengevaluasi indikator mutu
Melakukan audit dokumentasi
Melakukan survei kepuasan pasien, keluarga, perawat
dan tenaga kesehatan lainnya
Melakukan survei masalah kesehatan / keperawatan
b) Ketua tim
Pendekatan manajemen (management approach)
Perencanaan
Menyusun rencana jangka pendek : harian,
bulanan, dan tahunan.
Pengorganisasian
Menyusun jadwal dinas bersama kepala ruangan
Membagi alokasi pasien kepada perawat pelaksana
Pengarahan
Memimpin preconference
Memimpin postconference
Menciptakan iklim motivasi
Mengatur pendelegasian dalam timnya
Melakukan supervisi kepada anggota timnya
Pengendalian
Melakukan pemantauan terhadap seluruh aktivitas
keperawatan yang dilakukan oleh anggota tim
Membantu menyelesaikan masalah yang terjadi pada
tingkat pelaksana
c) Perawat pelaksana
Perencanaan
Menyusun rencana jangka pendek (rencana harian)
Pemberian asuhan keperawatan
Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan
Mampu menganalisa data, diagnosa, intervensi,
implementasi, evaluasi tindakan dan pendokumentasian
keperawatan
3) Daftar pasien
Daftar pasien berisi nama pasien, nama dokter, nama
perawat ketua tim, nama perawat pelaksana yang bertanggung
jawab pada pasien dan alokasi perawat saat menjalankan dinas
shift. Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi
tanggung jawab tiap tim selama 24 jam. Setiap pasien
mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total
selama dirawat dan juga setiap shift.
Daftar pasien juga dapat mengambarkan tanggung jawab
dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien
sehingga terwujud keperawatan pasien yang holistic. Dafatra
psien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain dan
keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan
perawatan pasien.
Daftar pasien di ruangan diisi oleh ketua tim sebelum
operan dinas pagi ke dinas sore. Contoh di bawah ini
menunjukkan hal-hal berikut:
Perawat dinas pagi tanggal 7 Februari 2006 adalah Tono,
Henny, Tito dan Hartini. Tono sebagai penanggung jawab
sekaligus perawat pelaksana merawat feri dan merawat
zulkifli karena ujang yang bertanggung jawab sedang dinas
malam.
Perawat dinas sore tanggal 6 Februari 2006 adalah ulfa dan
pusti
Perawat dinas malam tanggal 6 Februari 2006
Contoh Daftar Pasien Ruangan MPKP
PP Nama Nama Nama PP Pagi Sore Malam
Pasien Dokter Katim 7/2/06 6/2/06 6/2/06
TIM I
1 F dr. Citra Hartini Tono Tono Ulfa Ujang
2 Z dr. Citra Hartini Ujang Tono Ulfa Ujang
3 A dr. Akbar Hartini Henny Henny Pustie Ujang
4 B dr. Akbar Hartini Ulfa Henny Ulfa Ujang
5 D dr. Pudi Hartini Tito Tito Pustie Ujang
6 Ac dr. Anton Hartini Pustie Tito Pustie Ujang
7 P dr. Joni Hartini Hartini Hartini Pustie Ujang
No. TIM II
dst
c. Pengarahan
Pengarahan adalah langkah ke empat dari fungsi manajemen,
yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan utnuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Istilah inilah yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah
pengorganisasian dan pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan
pada akhirnya akan berakhir pada “melaksanakan” kegiatan yang
telah direncanakan sebelumnya (Keliat, 2009)
Menurut Keliat (2009), dalam pengarahan jika perlu dilakukan
pendelegasian, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu
dikelola. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf,
seorang manager harus melakukan upaya sebagai berikut:
1) Menciptakan iklim motivasi
Motivasi adalah perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang
intuk memuaskan kebutuhan manusia yang bervariasi, motivasi
memiliki rentang yang sangat luas. Pemenuhan kebutuhan
individu merupakan salah satu cara memotivasi. Iklim motivasi
dapat ditumbuhkan melalui kegiatan berikut ini.
a) Memberikan harapan yang jelas kepada staf dan
mengomunikasikan harapan tersebut secara efektif
b) Bersikap adil dan konsisten terhadap semua staf
c) Memebuat keputusan yang bijaksana
d) Mengembalikan konsep kerjasama kelompok
e) Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf degan
kebutuhan dan organisasi
f) Mengenali staf secara pribadi dan membiarkan staf
mengetahui bahwa pimpinan mengetahui keunikan dirinya
g) Meghilangkan hambatan tradisional antar staf dan pekerjaan
yang telah dikerjakan
h) Memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk
mengembangkan diri
i) Melibatkan staf dalam semua pengambilan keputusan
j) Memastikan bahwa semua staf mengetahui alasan di
belakang semua keputusan dan tindakan
k) Memberikan kesemptan kepada staf untuk membuat
penilaian sesering mungkin
l) Menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong
menolong dengan staf
m)Memberi kesempatan kepada staf ntuk mengontrol
lingkungan kerjanya
n) Menjadi role model bagi staf
o) Memberikan reinforcement sesering mungkin
Di ruangan MPKP, menciptakan iklim motivasi diterapkan
dengan sasaran sebagai berikut:
a) Budaya memberikan reinforcement positif.
b) Doa bersama sebelum memulai kegiatan yang dilakukan
setiap pergantian dinas
c) Meamnggil staf secara berkala untuk mengidentifikasi
masalah setiap personil secara mendalam dan membantu
penyelesaiannya
d) Manajemen sumber daya manusia melalui penerapan
pengembangan jenjang karier dan kompetensi
e) System reward yang adil sesuai dengan kinerja
Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluas oleh kepala
ruangan dan ketua tim setiap 6 bulan seklai (per semester)
dengan menggunakan instrument evaluasi diri
2) Komukasi efektif
Komunikasi efektif merupakan salah satu fungsi
manajemen khususnya pengarahan. Setiap orang berkomunikasi
dalam suatu organisasi. Komunikasi yang kurang baik dapat
mengganggu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi,
komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan,
penapat dan saran yang terjadi antara dua manusia atau lebih
yang bekerja sama.
a) Penerapan komunikasi di ruang MPKP
Beberapa komunikasi di ruang MPKP adalah:
Operan, yaitu komunikasi dan serah terima pekerjaan antar
shift pagi, shift sore, dan shift malam. Operan dari shift
malam ke operan shift pagi dan operan dari shift pagi ke
operan shift sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan
operan dari shift sore ke shift malam dipimpin oleh
penanggung jawab tim
Pre conference, yaitu komunikasi katim dan perawat
pelaksana setelah selesai operan mengenai rencana
kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh katim atau
PJ tim. Jika hanya satu perawat yang dinas pada tim
tersebut, preconference tidak dilakukan. Isi pre conference
adalah rencaan tiap perawat (rencan harian), dan tambahan
rencana dari katim atau PJ tim.
Post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat
pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan
dilakukan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conferance adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat
dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post
Conference dipimpin oleh ketua tim atau PJ tim
3) Manajemen konflik
Konflik adlah perbedaan pangan atau ide antara satu orang dan
orang lain. Dalam organisai yang dibentuk dari sekumpulan
orang yang memiliki latar belakang yang berbeda, konfli mudah
terjadi. Begitu pula di ruang MPKP, konflik dapat terjadi.
Upaya-upaya untuk mengantisipasi dan mengatasi konflik sedin
mungkin harus dibudayakan di ruang MPKP. Menurut Keliat
(2009), penanganan konflik ada beberapa macam yaitu:
Bersaing (kompetisi), mengatasi konflik dengan bersaing atau
berkompetisi penanganan konflik ketika seseorang atau satu
kelompok berupaya memuaskan kepentingannya sendiri
tanpa mempedulikan dampaknya pda orang lain atau
kelompok lain. Cara ini kurang sehat jika diterapkan karena
bisa menimbulkan potensi konflik yang lebih besar.
Kolaborasi, adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan
kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Berbagai pihak
yang teribat konflik didorong untuk menyelesaikan masalah
yang mereka hadapi dengan jalan mencari dna menemukan
persamaan kepentingan dan bukan perbedaan
Menghindar, adalah cara menyelesaikan konflik yang
ditandai dengan pihak yang sedang berkonflik mengakui
adanya konflik dalam interaksinya dengan orang lain, tetapi
menarik diri atau menekan konflik tersebut. Cara ini tidak
dianjurkan dalam upaya penyelesaian konflik.
Akomodasi, adalah untuk menyelesaikan konflik dengan cara
salah satu pihak yang berkonflik menempatkan kepentingan
pihak alain yang berkonflik diatas kepentingan dirinya.
Berkompromi, adalah cara peneyelesaian konflik ketika
semua pihak yang berkonflik mengorbankan kepentingannya
demi terjalinnya konflik ini, tidak ada salah satu pihak yang
menang atau klaah.
4) Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain.
Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivtas
organisai tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
a) Proses pendelegasian
Membuat rencana tugas yang perlu dituntaskan
Mengidentifikasi keterampilan dan tingkat pendidikan
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
Memilih orang-orang yang mampu melaksasnakan tugas
yang didelegasikan
Mengkomunikasikan dengan jelas apa yang akan
dikerjakan dan apa tujuannya
Membuat batasan waktu dan monitor penyelesain tugas
Jika bawahan tidak mampu melaksasnakan tugas karena
menghadapi masalah tertentu, manager harus dapat
menjadi role model dan menajdi narasumber untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi
Mengevaluasi kinerja setelah tugas selesai
Memberikan pendelegasian yang terdiri dari tugas dan
kewenangan
Jakarta, ……………2006
Yang mendelegasikan tugas Penerima Delegasi
(………………………….) (…………………………..)
5) Supervisi
Supervise atau pengawasan adalah prose pengawasan
terhadap pelaksanaan kegiatan untuk memastikan apakah
kegiatan tersebut dilakukan sesuai tujuan organisasi dan standar
yang telah ditetapkan.
Supervise dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan
yang cakap dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur
organisasi, supervise biasanya dilalukan oleh atasan terhadap
bawahan atau konsultasn terhadap pelaksana. Dengan supervise
kegiatan yang dilakukan diharapkan sesuai dengan tujuan
organisasi, tidak menyimpnag dan menciptakan hasil (produk)
seperti yang diinginkan.
Supervise tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari
kesalahan tetapi lebih diartikan sebagai pengawasan partisipatif,
yaitu mendahulukan penghargaan terhadap pencapaian atau hal
positif yang dilakukan dan mencari jalna keluar untuk hal yang
masih belum dapat dilakukan. Dnegan demikian bawahan tidak
merasa bahwa ia sedang dinilai, namun ia juga dibimbing untuk
melakukan pekerjaannya dengan benar.
a) Penerapan supervisi di ruang MPKP
Di ruangan MPKP kegiatan supervise dilaksankan secara
optimal untuk menjamin kegiatan pelayan MPKP sesuai
dengan standar mutu professional yang diterapkan. Supervisi
dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi, baik
dalam manajemen maupun asuhan keperawatan serta
mengusai pilar-pilar profesionalisme yang diterapkan di
MPKP, oleh karena itu, mekanisme pengaswasan dilakukan
berjenjang, yaitu sbb:
Kepala seksi keperawatan atau konsultan melakukan
pengawasan terhadap kepala ruangan, ketua tim, dan
perawat pelaksana
Kepala ruangan melakukan pengawasana terhadap ketua
tim dan perawat pelaksana
Ketua tim melakukan pengawasan terhdap ketua tim dan
perawat pelaksana
Ketua tim melakukan pengawasan terhadap perawat
pelaksana.
Materi supervise atau pengawasan disesuaikan dnegan
uraian tugas dari masing-masing staf perawat yang
disupervisi. Materi supervisi kepala ruangan berkaitan
dengan kemampuan manjerial dan asuhan keperawatan.
Ketua tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan
di timnya dan kemampuan suhan keperawatan. Perawat
pelaksana disupervisi terkait dnegan kemamuan asuhan
keperawatan yang dilaksanakan.
Agar supervise dapat menjadi alay pembinaan dan tidak
menjadi momok bagi staf, perlu disusun jadwal supervise dan
standar kinerja masing-masing staf.
d. Pengendalian
Proses terakhir manajemen adalah pengendalian (controlling)
atau kontrol. Pengendalian manajemen adalah proses untuk
memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai aktivitas yang
direncanakan dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta
mengevaluasi penampilan. Langkah – langkah yang perlu
dilakukan dalam pengendalian (Keliat, 2009) :
1) Menetapkan standar metode pengukuran prestasi kerja
2) Melakukan pengukuran prestasi kerja
3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
4) Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti
dan untuk menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia.
Audit merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan.
Terdapat tiga kategori audit keperawatan,yaitu :
1) Audit struktur
Audit struktur berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan
perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi,
kebijakan, prosedur, standar, SOP, dan rekam medic: pelanggan
(internal maupun eksternal).
2) Audit proses
Audit proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan
keperawatan untuk menentukan apakah standar keperawatan
tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat retrospektif, concurrent
(persamaan), atau hasil dari peer review (tinjauan sejawat).
Retrospektif adalah audit dengan menelaah dokumen
pelaksanaan asuhan keperawatan. Concurrent adalah
mengobservasi ketika kegiatan keperawatan dedang
berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesame angota tim
terhdap pelaksanaan
3) Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang meliputi kondisi
pasien, kondisi SDM, dan indikator mutu. Kondisi pasien dapat
berupa keberhasilan dan kepuasan pasien. Kondisi pasien
meliputi keberhasilan dan kepuasan pasien. Kondisi SDM dapat
berupa efektivitas dan efisiensi, serta kepuasaan. Indikator mutu
umum dapat berupa BOR, ALOS, TOI,dan angka infeksi
nosokomial.
Pada model praktik keperawatan profesional (MPKP),
kegiatan pengendalian diterapkan dalam bentuk kegiatan
pengukuran:
1) Indikator mutu umum
a) BOR (Bed Occupancy Rate)
Jumlah rata-rata tempat tidur terpakai. BOR adalah
presentasi pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Standar internasional BOR yang diangap baik adalah 80 -
90%, sedangkan standar BOR adalah 70 – 80 %.
Rumus,
2) Kondisi pasien
a) Audit dokumentasi asuhan keperawatan
Audit dokumentasi adalah kegiatan mengevaluasi
dokumentasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan
oleh perawat pelaksana. Dalam MPKP, kegiatan audit
dilakukan oleh kepala ruangan dengan memeriksa rekam
medik setiap pasien yang telah pulang atau meninggal.
Hasil audit tersebut direkapitulasi dalam satu bulan. Akhir
penilaian, rekapitulasi nilai dibuat sebagai laporan hasil
pelaksanaan evaluasi (Keliat, 2009).
b) Survey masalah keperawatan
Survai masalah keperawatan adalah survei diagnosa
keperawatan dengan standar NANDA untuk pasien baru /
opname yang dilakukan untuk satu periode waktu tertentu
(satu bulan). Hasil survey masalah didokumentasikan dalam
format:
Contoh Survei Masalah Keperawatan
Ruangan : ……………………………..
Periode : ……………………………..
Jumlah Pasien Masuk : ……………………………..
No Masalah Keperawatan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
c) Survey kepuasan
Survei kepuasaan yang akan dilakukan diruangan MPKP
adalah kepuasan pasien, keluarga, perawat dan tenaga
kesehatan yang lain. Dalam MPKP, survei kepuasan pasien
dilakukan setiap pasien pulang. Setiap pasien
menyelesaikan administrasi atau saat mempersiapkan
pulang, suatu angket diberikan kepada pasien dan keluarga
untuk diisi. Survei kepuasan dilakukan setiap 6 bulan sekali
(Keliat, 2009).
b. Conference Keperawatan
Case conference (konferensi kasus) adalah diskusi kelompok
tentang kasus asuhan keperawatan pasien atau keluarga. Dilakukan
dua kali perbulan dan kasusnya bergantian antar tim.
Total nilai
Persentase = X 100 %
Jumlah berkas Rekam medik x jumlah aspek yang dinilai
Sebagai contoh :
Ruang perawatan bedah terdapat 30 pasien, yang terdiri dari 10 pasien
minimal, 15 pasien partial, dan 5 pasien total, maka jumlah perawat yang
diperlukan untuk jaga pagi adalah :
10 x 0,17 = 1,7
15 x 0,27 = 4,05
5 x 0,36 = 1,8
---------------------
Jumlah = 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang
dibutuhkan untuk dinas pagi.
3. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang
dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap.
Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan
keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan
keputusan adalah:
a. Identifikasi masalah
b. Menyusun alternatif penyelesaian masalah
c. Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya
d. Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah
4. Dokumentasi Keperawatan
Merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan keperawatan,
karena melalui pendokumenmtasian yang baik, maka informasi mengenai
keadaan kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan.
Disamping itu dokumentasi merupakan dokumen legaltergantung
pemberian asuhan keperawatan. Secra lebih spsifik dokumentasi berfungsi
sarana komunikasi antar profesi kesehatan, sumber data untuk pemberian
asuhan keperwatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti
pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien.
Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana
keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan
pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan diberbagai rumah
sakit, Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari 5
komponen yaitu :
a. Nilai-nilai professional
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan
klien/keluarga, menjadi partner dalam memberikan asuhan
keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi renpra. PP mempunyai
otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggung jawabkan asuhan
yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA. Hal ini
berarti PP mempunyai tanggung jawab membina performa PA agar
melakukan tindakan berdasarkan nilai – nilai profesional.
Nilai – nilai profesional digariskan dalam kode etik keperawatan
yaitu :
1) Hubungan perawat – klien
2) Hubungan perawat dan praktik
3) Hubungan perawat dan masyarakat
4) Hubungan perawat dan teman sejawat
5) Hubungan perawat dan profesi
b. Hubungan antar profesional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling
mengetahui perkembangan kondisi klien sejak awal masuk, sehingga
mampu memberi informasi tentang kondisi klien kepada profesional
lain khusunya dokter. Pemberian informasi yang akurat akan membantu
dalam penetapan rencana tindakan medik.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawtan yang digunakan adalah
modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang rencana
perawatan ditetapkan oleh PP, PP akan mengevaluasi perkembangan
klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan
klien.
d. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis
koordinasi yang jelas antara PP dan PA. Performa PA dalam satu tim
menjadi tanggung jawab PP. Dengan demikian PP adalah seorang
manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus
dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga
PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
e. Sistem kompensasi dan penghargaan
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk
asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional.
Kompensasi dan penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan
bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan
berdasarkan prosedur.