Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Duku (Lansium domesticum L.)

2.1.1. Pengenalan Morfologi Tumbuhan Duku

Duku (Lansium domesticum L.) merupakan tanaman berupa pohon yang berasal dari
Indonesia.Tanaman ini dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai pada ketinggian
500 m dpl. Dengan tipe iklim basah sampai agak basah dengan curah hujan antara
1500-2500mm pertahun dan merata sepanjang tahun. pH tanaman yang baik adalah 6-
7 dan tanaman ini relatif lebih toleran terhadap keadaan tanah. ( Setiawan.I.A., 2001 )

2.1.2. Sifat dan Khasiat Tumbuhan Duku (Lansium domestikum L.)

Tanaman duku selain buahnya dapat dimakan, masyarakat juga menggunakan biji
duku sebagai obat tradisional misalnya sebagai obat cacing dan demam yaitu dengan
cara menumbuknya dan mencampurnya dengan air,kulit kayunya dapat digunakan
sebagai obat disentri dan malaria.

2.1.3. Sistematika Tumbuhan Duku

Sistematika tumbuhan Duku adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotylledoneac
Ordo : Rutales
Familia : Meliaceae
Genus : Lansium
Spesies :Lansium domesticum L.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Senyawa Terpenoida

Senyawa terpenoida berasal dari molekul isoprene CH2=C(CH3)-CH=CH2 dan


kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan dua atau lebih satuan C5 ini.
Kedua senyawa – senyawa itu dibagi – bagi menjadi beberapa golongan berdasarkan
jumlah satuan yang terdapat di dalam senyawa tersebut; dua (C10), tiga (C15), empat
(C20), enam (C30), atau delapan (C40) satuan. Terpenoida terdiri atas beberapa macam
senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu monoterpenoida dan
seskuiterpenoida yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpena yang lebih sukar
menguap (C20), sampai senyawa yang tidak menguap, yaitu triterpenoida dan sterol
(C30), serta pigmen karotenoida (C40 ) (Harborne,J.B.1987).

Senyawa terpenoida dikaitkan terhadap bentuk strukturnya.Komposisi


senyawa terpenoida (C10, C15, C20, C30, dan sebagainya) dapat dipandang merupakan
kelipatan satuan lima atom dan satuan tersebut mempunyai kerangka karbon isopentil
(Sastrohamidjojo,H.1996).

Unit-unit isoprena ganda dalam suatu terpen berfungsi untuk klasifikasi:C10


(monoterpen), C15 (seskuiiterpen), C20 (diterpena), C30 (Triterpena) yang berkaitan
erat dengan steroida,C25 (sesterpena) adlah suatu hal yang mengherankan untuk
diperhatikan bahwa aturan isoprena yang sangat berguna tidak saja untuk
mengungkapakan struktur,memiliki landasan yang tidak alami.Meskipun demikian
banyak terpena yang memiliki struktur yang tidak dapat dikategorikan sebagai satuan
lima karbon dengan kerangka isoprena.Sekarang diketahui bahwa senyawa terpenoida
tidak diturunkan dari isoprena sendiri, dan isoprena sendiri merupakan senyawa yang
tidak terdapat dialam (Herbert,B dan Richard., 1995).

Universitas Sumatera Utara


2.2.1. Klasifikasi Senyawa Terpenoida

Senyawa terpenoida dapat terbagi ke dalam beberapa golongan utama terpenoida,


yaitu :
Jumlah Jumlah Golongan Jenis utama dan sumbernya
satuan karbon
isoprena
1 C5 isoprena Dideteksi dalam daun Hamammelis japonica
2 C10 monoterpenoida Monoterpena dalam minyak atsiri tumbuhan
3 C15 seskuiterpenoida Seskuiterpenoida dalam minyak atsiri
Seskuiterpenoida dalam lakton ( dalam
4 C20 diterpenoida Compositae )
Abisin ( mis : asam abisat )
Asam diterpena dalam dammar tumbuhan
Giberalin ( mis : asam giberelat )
6 C30 triterpenoida Sterol ( mis : sitosterol )
Triterpena ( mis : β - amirin )
Saponin ( mis : yamogenin )
8 C40 tetraterpenoida Glikosida jantung
N Cn poliisoprena Rubber contohnya tumbuhan Hevea
brasilliensis
Karotyenoid ( mis : β - karotena )

2.3. Senyawa Triterpenoida

Senyawa triterpenoida yang dijumpai di alam terdapat dalam dua bentuk yaitu bentuk
asiklik dan siklik. Di alam, senyawa ini terdapat pada tumbuhan dan hewan, senyawa
ini terdapat dalam bentuk ester dari senyawa glikosida atau membentuk suatu senyawa
yang kerangka dasarnya mempunyai persekutuan dengan senyawa glikosida, berarti
senyawa – senyawa triterpenoida dialam mempunyai bentuk – bentuk yang berbeda
dan tergantung pada senyawa – senyawa tersebut (Manitto,P., 1992).

Universitas Sumatera Utara


Triterpenoida merupakan salah satu golongan senyawa terpenoida yang
mempunyai atom karbon sebanyak (C30) pada kerangka dasarnya, dan secara teoritis
rantainya dibentuk oleh enam unit molekul isoprena.Senyawa ini berstruktur
siklik,kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau asam karboksilat,berupa senyawa
tidak berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan optis aktif, yang
umumnya sukar dicirikan karena tidak ada kereaktifan kimianya.Uji yang banyak
digunakan ialah reaksi Lieberman-Bouchard (anhidrida asetat-H2SO4) yang dengan
kebanyakan triterpen dan sterol memberikan warna hijau biru (Harborne J.B. 1987).

2.3.1. Klasifikasi Senyawa Triterpenoida

Berdasarkan bentuk dan keadaan senyawa triterpenoida, maka senyawa ini dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Senyawa steroida

Merupakan salah satu golongan senyawa triterpenoida yang struktur dasarnya


mempunyai cincin tetrasiklik yang tak jenuh. (Robinson,T., 1995)
Contoh : Stigmasterol

C2H5

H3C

CH3
H3C

CH3
CH3

HO

Universitas Sumatera Utara


2. Senyawa triterpena

Triterpena tersebar sangat luas pada tumbuhan dan hewan.Terdapat dalam


keadaan bebas sebagai ester atau glikosida

1. Triterpena asiklik, yaitu senyawa triterpena yang tidak mempuinyai cincin


tertutup pada strukturnya, misalnya skualena, senyawa ini berupa kristal yang
tidak berwarna, mempunyai titik leleh tinggi, dan bersifat optis aktif.
Contoh : Skualena

2. Triterpena trisiklis, yaitu senyawa triterpena yang mempunyai tiga cincin


tertutup pada struktur molekulnya, misalnya Ambrein.

CH3

CH3

CH3 CH3

H CH3

H3C CH3

Universitas Sumatera Utara


3. . Triterpena tetrasiklis, yaitu senyawa triterpena yang mempunyai empat cincin
tertutup pada struktur molekulnya, misalnya Lanosterol. Dimana senyawa ini
merupakan golongan tetrasiklis yang memiliki rangka
perhidroksiklopentanofenantren dan dapat dianggap sebagai intermediate, dan
senyawa ini berhubungan erat dengan struktur sterol.
Contoh : Lanosterol

4. . Triterpena pentasiklis, yaitu triterpena yang mempunyai lima cincin tertutup


pada struktur molekulnya. Senyawa ini terdapat pada tumbuh – tumbuhan
yang terikat dengan senyawa – senyawa gula yang disebut dengan triterpen
glikosida.

3. Saponin

Saponin adalah salah satu golongan triterpenoida glikosida, dimana kerangka dasarnya
berhubungan erat dengan struktur senyawa sterol dan triterpenoida. Bila senyawa ini
dihidrolisis akan menghasilkan suatu senyawa aglikon ( saponin steroida ) dan
glikosida ( gula ). Aglikon yang membentuk senyawa saponin ini adalah merupakan
senyawa triterpenoida, sterol dan sapogenin steroida. Senyawa saponin dapat
menurunkan tegangan permukaan cairan dan dapat menghemolisi darah. Saponin larut
dalam air, biasanya berasa pahit. Contohnya : Helogenin (Harborne.J.B.,1987).

CH3
O
O
CH3
O

CH3

OH

Universitas Sumatera Utara


4. Kardiak glikosida

Kardiak glikosida adalah salah satu golongan triterpenoida, dimana kerangka dasarnya
sama dengan triterpenoida dan steroida. Akan tetapi pada atom C17 berikatan langsung
dengan senyawa glikosida atau senyawa turunan furan. Senyawa kardiak glikosida ini
sukar dihidrolisa sebab ikatan ikatan glikosida tadi tidak sama dengan ikatan glikosida
pada senyawa saponin. Senyawa saponin adalah suatu senyawa ester dari suatu
glikosida dengan aglikon. Contoh : Digitoksigenin (Makin,H.L. 1975) .

O
O

CH3

CH3

OH

OH

2.3.2.Biosintesa Senyawa Triterpenoida

Biosintesa Senyawa Triterpenoida

Telah lama diduga bahwa penggulungan dari unit Isoprena dalam molekul Terpenoida
menunjukkan bahwa proses biosintesa molekul-molekul tersebut merupakan suatu
kesatuan akan tetaspi senyawa dasar dalam biosintesa Terpenoida ialah asam
mevalonat.

Universitas Sumatera Utara


CoA-SH
CH3COOH CH3COSCoA
Asam asetat Asetil Ko-A

2CH3COSCoA CH3COCH2COSCoA + CoASH


Asetil Ko-A Asetoasetil Ko-A

HOOCCH2 CH2COSCoA
O
C
H3C C CH2COSCoA + CH3COSCoA
Asetoasetil Ko-A Asetil Ko-A H3C OH
Turunan asam glutarat

HOOCCH2 CH2CH2
[H]
H2O C

H3C OH

asam mevalonat

Asam mevalonat dibentuk dari kondisi aldol asam asetat dan membentuk
rantai cabang. Perubahan selanjutanya menjadi Isopentenil pirofosfat yakni Isoprene
biologis yang sesungguhnya aktif untuk melakukan penggabungan yang berturut-turut
diikuti oleh pembentukan alkohol-alkohol asam Geraniol (C10), Farnesol (C15), dan
Geraniol-geraniol (C20) dalam bentuk ester pirofosfat.

Universitas Sumatera Utara


HOOC-CH2 CH2CH2OH H3C OP
ATP ATP
C C
2 tahap
H3C OH CH2 CH2
Asam mavalonat CH2 COO-
OP

H3C C OP CH2=C-CH2-CH2-OP

H2C CH2 dekarboksilasi CH3


isopentenil
pirofosfat
CH2 C=O

OP O-
CH3-C=CH-CH2-OP
CH3

Triterpenoida (C20) dan warna karotenoida (C40) berasal dari dimerisasi C15
dan C20 pirofosfat dan bukan dari polimerisasi terus-menerus dari unit C5. Yang
banyak diketahui ialah dimerisasi Farnesil pirofosfat menjadi skualena yang
merupakan Triterpenoida dasar dan sumber dari Triterpenoida lainnya dan Steroida.
Siklisasi dari skualena menghasilkan tetrasiklis triterpenoida Lanosterol. Reaksi
biosintesanya adalah ( Pinder,A.R. 1992).

Universitas Sumatera Utara


3 X C5
OP
OP O

isopentil pirofosfat Farnesil pirofosfat (FPP)

FPP

CH3

CH3

skualena
OH CH3
Protosterol karbonium ion

LANOSTEROL

2.4. Teknik Pemisahan

Berdasarkan pemisahan fasanya teknik pemisahan ada dua yaitu:


1) Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan berdasarkan perbedaan dari
sifat campuran yang hendak dipisahkan. Contohnya proses ekstraksi.
2) Pemisahan fisika merupakan pemisahan yang didasarkan pada perbedaan –
perbedaan kecil dari sifat – sifat fisika antara beberapa campuran senyawa.
Misalnya daya penguapan, kemampuan adsorpsi, polaritas, dan ukuran
molekul (Edward,J. dan Stevenson,R. 1991).

2.4.1. Ekstraksi

Ekstraksi dapat dilakukan dengan metode maserasi, perkolasi, dan sokletasi. Sebelum
ekstraksi dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan dikeringkan lalu dihaluskan dengan
derajat kehalusan tertentu, kemudian diekstraksi dengan salah satu cara di atas.

Universitas Sumatera Utara


Ekstraksi dengan metode sokletasi dapat dilakukan secara bertingkat dengan berbagai
pelarut berdasarkan kepolarannya, misalnya : n – heksana, eter, benzene, kloroform,
etil asetat, etanol. metanol, dan air.

Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan ekstrak yang terakhir memberikan


reaksi negatif terhadap senyawa yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan ekstrak
yang pekat biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan menggunakan alat rotary
evaporator (Mulja,M.dan Suharman,H. 1995).

2.4.2. Kromatografi

Kromatografi didefenisikan sebagai pemisahan campuran dari dua atau lebih senyawa
atau ion dengan mendistribusikannya diantara dua fasa yaitu fasa diam dan fasa
bergerak. Dasar dari pemisahan ini adalah perbedaan daya serap atau daya larut pada
kedua fasa tersebut (Gritter,R.J. dan James. 1991).

Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu


kolom,perbedasan kemampuan adsorbsi terhadap zat-zat yang sangat mirip
mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang disebut dengan
kromatogram (Khopkar,S. 1990).

2.4.2.1. Kromatografi Lapisan Tipis

Kromatografi merupakan metoda pilihan untuk pemisahan semua kandungan yang


larut dalam lipid, steroid, karotenoid, kuinon sederhana dan klorofil. Satu kekurangan
kromatografi lapis tipis yang asli adalah kerja penyaputan plat kaca dengan penyerap.
Bila kromatografi lapis tipis dibandingkan dengan kromatografi kertas, kelebihan
kromatografi lapis tipis adalah keserbagunaan, kecepatan dan kepekaannya.
Keserbagunaan kromatografi lapis tipis disebabkan oleh kenyataan bahwa di samping
selulosa, sejumlah penyerap yang berbeda-beda dapat disaputkan pada plat kaca atau
penyangga lain dan digunakan untuk kromatografi (Gritter,R.J.dan James. 1991).

Universitas Sumatera Utara


Teknik dasar dalam melaksanakan pemisahan dengan kromatografi lapis tipis
adalah sebagai berikut. Pertama kali lapisan tipis adsorben dibuat pada permukaan plat
kaca atau plat lain, misalnya berukuran 5 x 20 cm. Tebal lapisan adsorben dapat
bervariasi tergantung penggunaannya. Larutan campuran senyawa yang akan
dipisahkan diteteskan pada kira-kira 1,5 cm dari bagian bawah plat dengan
menggunakan pipet mikro atau syringe. Zat pelarut yang terdapat pada sampel yang
diteteskan tersebut kemudian diuapkan dahulu Selanjutnya plat kromatografi
dikembangkan dengan mencelupkannya pada chamber yang berisi campuran zat
pelarut. Tinggi permukaan zat pelarut dalam chamber harus lebih rendah dari letak
tetesan sampel pada plat kromatografi. Dengan pengembangan tersebut masing-
masing komponen senyawa dalam sampel; akan bergerak ke atas dengan kecepatan
yang berbeda Perbedaan kecepatan gerakan ini merupakan akibat dari terjadinya
pengaruh proses dengan kromatografi lapis tipis, mulai pemilihan adsorben sampai
identifikasi masing-masing komponen yang telah terpisah.

Kromatografi lapis tipis merupakam kromatografi adsorbsi dan adsorben bertindak


sebagai fasa tetap. Empat macam adsorben yang umum dipakai adalah silika gel
(asam silikat), alumina (aluminium oksida), kieselgur (diatomeus earth), dan selulosa
(Hosttetman,dan Marston. 1950).

Kromatogram pada kromatografi lapis tipis merupakan noda-noda yang terpisah


setelah divisualisasi dengan cara fisika atau kimia. Visualisasi cara fisika yaitu dengan
melihat noda kromatogram yang mengadsorbsi radiasi ultraviolet atau berfluoresensi
dengan radiasi ultraviolet pada λ = 254 nm. Visualisasi dengan cara kimia adalah
dengan mereaksikan kromatogram dengan pereaksi warna yang memberikan warna
atau fluoresensi sensitif. Visualisasi cara kimia ini dilakukan dengan cara
penyemprotan dengan atomizer atau memberikan zat uap kimia pada kromatogram
atau dengan pencelupan ke dalam pereaksi penampak warna
(Sastrohamidjojo,H.1985).

Universitas Sumatera Utara


2.4.2.2. Kromatografi Kolom

Pada kromatografi kolom, campuran yang dipisahkan diletakkan berupa pita bagian
atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan
tabung plastik. Pelarut (fasa gerak) dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran
yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan. Pita senyawa linarut
bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisahkan dan dikumpulkan
berupa fraksi ketika keluar dari atas kolom.

Ada empat perubahan utama yang dilakukan pada kolom klasik. Pertama,
dipakai penyerap yang lebih halus dengan ukuran kisaran mesh lebih sempit tercapai
kesetimbangan yang lebih baik di dalam sistem. Kedua, sistem tekanan biasanya
pompa mekanis dipakai untuk mendorong pelarut melalui penyerap yang halus.
Ketiga, detektor telah dikembangkan sehingga diperoleh analisis senyawa, ketika
senyawa itu keluar dari kolom. Keempat, penyerap baku dan penyerap cara kemasan
kolom baru dapat dikembangkan sehingga memungkinkan derajat daya pisah yang
tinggi tercapai (Edward,J.dan Stevenson,R.1991).

Kolom hanya berupa tabung kaca yang dilengkapi dengan keran pada salah
satu ujungnya dan ukurannya sedemikian rupa sehingga nisbah garis tengah terhadap
panjang kolom dalam rentang 1 : 10 sampai 1 : 30. Ukuran volume yang diperlukan
untuk suatu pemisahan dapat dihitung sacara kasar bila bobot campuran
diketahui.Mengemas kolom harus dilakukan dengan hati-hati agar hasil kolom kemas
yang serba sama. Jika kolom tidak mempunyai penyaring, mula - mula kita harus
menyumbat leher kolom dengan segumpal kaca wool atau kapas.

Pengisian kolom harus dikerjakan dengan seragam, setelah adsorben


dimasukkan dapat diseragamkan kerapatannya dalam kolom dengan menggunakan
vibrator atau dengan plunger. Selain itu dapat juga dikerjakan dengan memasukkan
adsorben dalam bentuk larutan (slurry) dan partikelnya dibiarkan mengendap.

Universitas Sumatera Utara


Pengisian kolom yang tidak seragam akan menghasilkan rongga-rongga di tengah –
tengah kolom. Cara memecahkan masalah ini dapat dikerjakan dengan mengadakan
back flushing, sehingga terjadi pengadukan yang seterusnya dibiarkan lagi
mengendap. Pada bagian bawah (dasar) dan atas dari isian kolom diberi wool karena
(glass wool) atau sintered glass diss untuk menyangga isian. Bila kolom telah diisi
bahan isian permukaan cairan tidak boleh dibiarkan turun di bawah permukaan bahan
isian bagian atas, karena akan memberikan peluang masuknya gelembung-gelembung
udara masuk ke dalam kolom (Hosttetman.dan Marston.1995).

Pemilihan pertama dari pelarut ialah bagaimana sifat kalarutannya. Tetapi


sering lebih baik untuk memilih suatu pelarut yang tak tergantung daripada tekanan
kekuatan elusi sehingga zat-zat elusi yang lebih kuat dapat dicoba. Yang dimaksud
dengan kekuatan dari zat elusi adalah daya penyerapan pada penyerap dalam kolom.
Biasanya untuk penyerap-penyerap yang polar seperti alumina dan silika gel maka
kekuatan penyerap naik dengan kenaikan polaritas zat-zat yang diserap
(Sastohamidjojo H. 1995).

2.5. Teknik Spektroskopi

Teknik spektroskopik adalah salah satu teknik analisis kimia – fisika yang mengamati
tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik.Untuk
pelaksanaan teknik analisis spektroskopik dipakai instrument sebagai pengukur dan
perekam sinyal interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik.Ada dua macam
instrumen pada teknik spektroskopik yaitu spektrometer dan spektrofotometer.
Instrumen yang memakai monokromator celah tetap pada bidang fokus disebut
sebagai spektrometer. Apabila spektrometer tersebut dilengkapi dengan detektor yang
bersifat fotoelektrik maka disebut spektrofotometer
(Muldja,M.,dan Suharman.H. 1955).

Informasi Spektroskopi Inframerah menunjukkan tipe – tipe dari adanya gugus


fungsi dalam satu molekul, resonansi magnet inti yang memberikan informasi tentang

Universitas Sumatera Utara


bilangan dari setiap tipe dari atom hidrogen. Ini juga memberikan informasi yang
menyatakan tentang alam serta lingkungan dari setiap tipe dari atom hidrogen.
Kombinasinya dan data yang ada kadang – kadang menentukan struktur yang lengkap
dari molekul yang tidak diketahui (Pavia L. D. 1979).

2.5.1. Spektrofotometri Inframerah ( FT-IR )

Bila sinar infra merah dilewatkan melalui cuplikan senyawa organik, maka sejumlah
frekuensi diserap sedangkan frekuensi yang lain diteruskan atau ditransmisikan tanpa
diserap. Jika kita menggambar antara persen absorbansi atau persen transmitansi
lawan frekuensi maka akan dihasilkan suatu spektrum infra merah. Ikatan-ikatan yang
berbeda (C-C, C=C, C≡C, C-O, C=O, O-H, N-H) mempunyai frekuensi vibrasi yang
berbeda dan kita dapat mendeteksi adanya ikatan-ikatan tersebut dalam molekul
organik dengan mengidentifikasi frekuensi-frekuensi karakteristiknya sebagai pita
serapan dalam spektrum infra merah.Spektrum infra merah alkohol pada konsentrasi
yang rendah menunjukkan sebuah pita yang tajam pada 3650 cm-1 di samping adanya
pita lebar tambahan pada 3350 cm-1 (Noerdin,D. 1985).

Dalam molekul sederhana beratom dua atau beratom tiga tidak sukar untuk
menentukan jumlah dan jenis vibrasinya dan menghubungkan vibrasi – vibrasi
tersebut dengan dengan energy serapan.tetapan untuk molekul – molekul beratom
banyak, analisa jumlah dan jenis vibrasi itu menjadi sukar sekali atau tidak mungkin
sama sekali karena bukan saja disebabkan besarnya jumlah pusat – pusat vibrasi,
melainkan juga karena harus diperhitubgkan terjadinya saling mempengaruhi
(interaksi) beberapa pusat vibrasi.
Vibrasi molekul dapat dibagi dalam dua golongan yaitu vibrasi regang (stretching)
dan vibrasi lentur ( bending vibrations ).

1.Vibrasi Regang
Terjadi perubahan jarak antara dua atom dalam suatu molekul secara terus – menerus.
Vibrasi regang ada dua macam, yakni vibrasi regang simetris dan tak simetris.

Universitas Sumatera Utara


2.Vibrasi Lentur

Terjadi perubahan sudut antara dua ikatan kimia. Ada dua macam vibrasi lentur yaitu
vibrasi lentur dalam bidang dan vibrasi luar bidang.
Jelaslah sekarang bahwa Spektrometer Infra-merah ditujukan untuk penentuan gugus
– gugus fungsi molekul. Radiasi IR dapat dibagi ke dalam dua daerah, yaitu :
-. Daerah gugus fungsi pada pada rentang vibrasi antara 4000 hingga 1600 cm-1.
-. Daerah sidik jari pada rentang vibrasi antara 1600 hingga 670 cm-1.
Radiasi IR yang dipakai harus berada pada rentang frekuensi yang sesuai
dengan rentang getaran alamiah dari molekul agar diperoleh informasi gugus – gugus
molekul dari zat yang dianalisis. ( Muldja M. Dan Suharman,H. 1995).

Tabel : Absorpsi karakteristik infra-merah dari gugus – gugus fungsi molekul.


Keterangan :
S = kuat, m = sedang, w = lemah
Gugus fungsi Jenis vibrasi Frekuensi ( cm-1 ) Intensitas

C-H Stretch 3000-2850 S


-CH2 Bend 1450-1375 m
-CH3 Bend 1465 m
C=C Alkena 1680-1600 m-w
O-H Bebas 3500-3200 m

2.5.2. Spektrometer Resonansi Magnetik Inti ( 1H-NMR )

Spektrometri Resonansi Magnetik Inti (Nuclear Magnetic Resonance, NMR)


merupakan alat yang berguna pada penentuan struktur molekul organik. Teknik ini
memberikan informasi mengenai berbagai jenis atom hidrogen dalam molekul.
Struktur NMR memberikan informasi mengenai lingkungan kimia atom hidrogen,
jumlah atom hidrogen dalam setiap lingkungan dan struktur gugusan yang berdekatan
dengan setiap atom hidrogen.(Cresswell,C.J.R,dan Campbell. 1982)

Universitas Sumatera Utara


Pergeseran kimia adalah pengukuran medan dalam keadaan bebas. Semua
proton – proton dalam satu molekul yang ada dalam lingkungan kimia yang serupa
kadang – kadang menunjukkan pergeseran kimia yang sama. Setiap senyawa
memberikan penaikan menjadi puncak absorpsi tunggal dalam spektrum NMR.
(Silverstein.R.M. 1981).

Dalam spektroskopi NMR, suatu contoh senyawa ditaruh di antara kutub-


kutub sebuah magnet yang cukup kuat untuk mensearahkan sebagian dari inti-inti
yang mempunyai momen magnet. Contoh itu kemudian disinari dengan radiasi
elektromagnet, biasanya dalam jangkau frekuensi radio 107 - 108 Hz. Sebuah inti yang
berpusing yang disearahkan dengan medan magnet itu dapat dibalikkan arahnya
dengan cara menyerap sebuah proton yang energinya tepat sesuai. Inti yang berlainan
atau inti yang serupa tetapi terikat pada lingkungan yang berlainan, menyerap foton
pada panjang gelombang yang berlainan. Pola frekuensi radio yang diserap
merupakan spektrum NMR dari senyawa itu. (Cresswell,C.J.R dan Campbell.1982).

Di dalam medan magnet , perputaran elektron – elektron valensi dari proton


menghasilkan medan magnet yang melawan medan magnet yang digunakan. Hingga
setiap proton dalam molekul dilindungi dari medan magnet yang digunakan mengenai
dan bahwa besarnya perlindungan ini tergantung pada kerapatan elektron yang
mengelilinginya.Makin besar kerapatan elektron yang mengelilingi inti, maka makin
besar pula medan yang dihasilkan yang melawan medan magnet yang digunakan.
Akibat secara keseluruhan/proton merasakan adanya pengurangan medan yang
mengenainya. Karena inti merasakan medan magnet yang dirasakan lebih kecil, maka
ia akan mengalami presesi pada frekuensi yang lebih rendah. Setiap proton dalam
molekul mempunyai lingkungan kimia yang sedikit berbeda yang akan
mengakibatkan dalam frekuensi yang sedikit berbeda. ( Sastrohamidjojo.H., 1991 ).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai