Anda di halaman 1dari 4

Tulisan saya tentang Mengelola Kaderisasi LDK ini adalah materi yang saya

sampaikan pada acara pembekalan pra-reorganisasi Lembaga Dakwah Kampus


(LDK) Ikatan Mahasiswa AMIKOM Muslim (IMAM) Purwokerto. Saya mendapat
undangan untuk menyampaikan materi ini pada hari ini, Sabtu 2 Januari 2015 di
Kampus AMIKOM Purwokerto Jalan Brigjend (Pol) Sumarto, depan SPN
Purwokerto…
Prolog
Bicara kaderisasi terutama kaderisasi Lembaga Dakwah Kampus (LDK) sesuatu
yang menarik bagi saya. Saya punya dua pengalaman menjadi pengelola
(pengurus) bidang kaderisasi. Pertama saat di Keluarga Mahasiswa Islam
(GAMAIS) Faperta UNSOED dan kedua saat di KAMMI Komisariat Soedirman
Purwokerto. Dua pengalaman ini setidaknya membuat saya punya pandangan
dan pengalaman yang bisa dibagi terkait bagaimana mengelola kaderisasi.

Sudah jamak di organisasi mana pun, terutama organisasi mahasiswa keluhan


mengenai problem kaderisasi. Terutama keluhan kekurangan kader, terlebih saat
reorganisasi kepengurusan. Ya, kaderisasi memang vital bagi organisasi. Karena
dari kaderisasi itulah keberlangsungan organisasi dipertaruhkan. Organisasi
adalah kumpulan manusia, jika tidak ada manusia yang menghidupkan maka
matilah organisasai itu. Betapa banyak organisasi besar yang kemudian surut
bahkan menghilang karena ketidakmampuan dalam mengelola kaderisasi.

Problem Kaderisasi LDK


Lembaga Dakwah Kampus (LDK) mempunyai tugas pokok melakukan
dakwah/syiar Islam di Kampus. Untuk mendukung tugas pokok tersebut,
kegiatan utamanya tentu adalah melakukan dakwah/syiar dan menciptakan
manusia yang akan berdakwah. Dua kegiatan inilah yang mewarnai kerja-kerja
LDK. Kerja-kerja lainnya adalah untuk mendukung suksesnya dua tugas pokok
itu.

Oleh karena itu biasanya ada dua bidang/departemen “inti” dalam sebuah
lembaga dakwah kampus (LDK), pertama bidang syiar dan kedua bidang
kaderisasi. Bidang syiar ini mempunyai tugas utama “nashrul fikroh” atau
penyebaran nilai-nilai – dalam hal ini tentu – Islam. Objek utamanya adalah
ummat atau masyarakat kampus. Bidang kedua adalah bidang kaderisasi yang
tugas utamanya adalah menciptakan dan mengelola kader.

Hal yang kadang menjadi problem di LDK adalah dominannya kegiatan syiar
daripada kegiatan kaderisasi. Sehingga lebih banyak membina ummat tapi
kurang mempersiapkan calon dai yang akan membina ummat (kader). Padahal
organisasi mahasiswa adalah organisasi yang turnover_nya cepat. Untuk
mahasiswa S1 paling banter efektif aktif 3 tahun, kecuali yang disayang dosen
mungkin bisa lebih…hehe. Terlebih untuk mahasiswa D3 atau strata
dibawahnya. Itulah pentingnya kerja-kerja kaderisasi.
Orientasi Kaderisasi
Problem selanjutnya dari pengelolaan kaderisasi LDK selain dari kegamangan
antara urusan syiar dan pengelolaan kaderisasi adalah problem orientasi. Tidak
semua pengelola (pengurus) organisasi paham untuk apa sebenarnya proses
kaderisasi dilakukan selain hanya sekedar rutinitas dan melanjutkan apa yang
sudah dilakukan para pendahulu di organisasinya.

Orientasi itu penting karena akan menentukan luaran (output) dari proses
kaderisasi yang dilakukan. Ibarat organisasi, orientasi ini adalah visi dari
kaderisasi. Sebesar apapun modal sarana yang dimiliki, jika orientasinya kecil
jangan berharap output yang besar.

Secara gampang, orientasi kaderisasi LDK adalah tersedianya stok kader yang
mumpuni untuk proses dan progress dakwah kampus. Namun dalam konteks
LDK sebagai lembaga dakwah, menurut saya perlu diperluas tidak sekedar pada
lingkup kampus. Tapi bagaimana menyiapkan dan menyediakan stok kader
dakwah untuk ummat. Hal ini artinya proses kaderisasi yang dilakukan LDK tidak
Cuma untuk menyediakan calon-calon pemimpin bagi LDK saja tapi juga bagi
ummat, atau dalam konteks kecil kampus adalah bagi organisasi mahasiswa di
kampus tersebut. Jadi nantinya dalam jangka panjang, kader-kader LDK tidak
Cuma aktif di organisasi utamanya tapi juga mewarnai di lembaga mahasiswa di
kampusnya. Sehingga kegiatan dakwah tidak Cuma hanya di LDK, tapi juga
mewarnai diseluruh eleman kampusnya. Dengan ini kemanfaatan LDK sebagai
agent stock calon pemimpin muda benar-benar terasa bagi semua.

Selain itu, fungsi sampingan dari kaderisasi adalah sebagai sarana “security
organisasi”. Maksud dari sekuriti organisasi tentu bukan untuk mengkader
penjaga keamanan sekretariat, tapi untuk menjaga ruh dan karakter organisasi
dalam konteks reorganisasi. Karena untuk organisasi yang sudah matang dan
maju, orang luar tidak bisa serta merta masuk menjadi pimpinan tanpa melalui
proses kaderisasi yang panjang. Disinilah pentingnya kaderisasi menjaga
organisasi dari infiltrasi penyusup dari luar.

Tahapan Kaderisasi LDK


Mengingat pentingnya proses kaderisasi dan vitalnya kegiatan ini bagi
keberlangsungan organisasi, kegiatan kaderisasi perlu dilakukan dengan terarah
dan terorganisasi. Menurut pengalaman dan pemahaman saya setidaknya ada 3
(tiga) tahapan yang bisa dilakukan agar kaderisasi berjalan dengan baik:

1. Tahap Pengenalan (ta’rif)


2. Tahap Pembentukan (takwin)
3. Tahap Pengorganisasian (tandzim)
Pertama, Tahap Pengenalan (ta’rif)
Pada tahap ini, proses yang dilakukan diantaranya adalah mengenalkan
lembaga/organiasasi (LDK) kepada calon kader. Tujuannya tentu agar calon
potensial tertarik bergabung dengan organisasi. Membuat orang/mahasiswa
tertarik dengan organisasi tentu tidak mudah. Harus ada manfaat yang dirasa
oleh mahasiswa ketika bergabung dengan sebuah organisasi.

Termasuk dalam proses pengenalan ini selain mengenalkan organisasi juga


mengenal calon kader. Perlu pemetaan terhadap calon kader potensial.
Sehingga pendekatan yang dilakukan juga tepat. Selanjutnya setelah
mengenalkan organisasi dan mengenal calon kader akan masuk ke proses inti
dari tahapan ini yaitu rekrutmen. Rekrutmen bisa dilakukan dengan cara formal
(missal training kader dll) bisa juga secara formal melalui pendekatan
perseorangan. Jadi secara singkat tahapan dalam proses ini adalah:

 Pengenalan organisasi
 Pengenalan kader
 Rekrutmen
Tahapan kedua, Pembentukan (takwin)
Setelah tahapan pertama dilakukan dengan proses akhir rekrutmen, berlanjut ke
tahapan berikutnya yaitu tahapan pembentukan. Output dari proses rekrutmen
diantaranya adalah database kader. Dari database kader maka bisa dipetakan
raw input dari kader yang dimiliki, dengan segala potensinya. Hal Ini (database)
adalah modal yang berharga untuk melangkah ke tahapan selanjutnya yaitu
tahapan pembentukan.

Inti dari tahapan pembentukan adalah menyiapkan kapasitas kader sesuai


dengan visi kaderisasi. Artinya kader mau dibentuk seperti apa, dengan
kemampuan apa yang selanjutnya untuk dikaryakan (tahap pengorganisasian)
ke mana. Itulah mengapa di awal saya sampaikan, visi kaderisasi itu penting dan
pertama yang harus dijawab oleh para pengelola pengkaderan.

Dalam konteks lembada dakwah kampus, termasuk dalam tahapan


pembentukan misalnya:

 Pembentukan Kapasitas Keislaman, meliputi: pemahaman baca tulis Al Quran,


pemahaman aqidah Islam, pemahaman fikih dan fikih dakwah dan lain sebagainya
sesuai dengan visi kaderisasi.
 Pembentukan Kapasitas Organisasi, meliputi: pemahaman logika organisasi,
manajemen organisasi, leadership, retorika dll
 Pembentukan Kapasitas Personal, meliputi: peningkatan soft skill, pengembangan
potensi dan bakat, peningkatan kapasitas akademik (organisasi yes, akademik yes),
Tahap Ketiga, Pengorganisasian (Tandzim)
Setelah proses pembentukan kader dilaksanakan, ibarat senjata maka kader-
kader itu sudah bisa “ditembakkan”. Artinya disini dikaryakan sesuai dengan
tujuan pengkaderan dan tentu sesuai dengan potensi kader yang bersangkutan.

Setiap kader mempunyai potensi masing-masing sesuai dengan latar belakang


dan kecenderungannya. Kita memang bisa mengarahkan dan menawarkan, tapi
mereka sendiri yang memutuskan. Memang dalam logika organisasi, pimpinan
berwenang menempatkan kader sesuai dengan kebutuhan. Namun kader juga
perlu didengar aspirasinya kemana mereka ingin menyalurkan kemampuan dan
kapasitasnya.

Termasuk dalam proses pengorganisasian ini adalah pengelolaan kader purna


tugas. Karena sebagai kader dakwah, tugasnya tidak berhenti ketika tidak
menjabat. Karena dakwah itu sepanjang hayat, untuk itulah pengelolaan kader
juga tetap berlaku bahkan hingga selesai studinya.

Demikianlah bagaimana mengelola kaderisasi LDK menurut pemahaman dan


pengalaman saya. Banyak hal yang masih perlu dituliskan disini, hanya saja
sekarang belum memungkinkan. Semoga ini sebagai tulisan rintisan untuk ada
perbaikan ke depan.

Semoga bermanfaat…

Purwokerto, Sabtu 2 Januari 2015

Heri Akhmadi.

Anda mungkin juga menyukai