Oleh karena itu biasanya ada dua bidang/departemen “inti” dalam sebuah
lembaga dakwah kampus (LDK), pertama bidang syiar dan kedua bidang
kaderisasi. Bidang syiar ini mempunyai tugas utama “nashrul fikroh” atau
penyebaran nilai-nilai – dalam hal ini tentu – Islam. Objek utamanya adalah
ummat atau masyarakat kampus. Bidang kedua adalah bidang kaderisasi yang
tugas utamanya adalah menciptakan dan mengelola kader.
Hal yang kadang menjadi problem di LDK adalah dominannya kegiatan syiar
daripada kegiatan kaderisasi. Sehingga lebih banyak membina ummat tapi
kurang mempersiapkan calon dai yang akan membina ummat (kader). Padahal
organisasi mahasiswa adalah organisasi yang turnover_nya cepat. Untuk
mahasiswa S1 paling banter efektif aktif 3 tahun, kecuali yang disayang dosen
mungkin bisa lebih…hehe. Terlebih untuk mahasiswa D3 atau strata
dibawahnya. Itulah pentingnya kerja-kerja kaderisasi.
Orientasi Kaderisasi
Problem selanjutnya dari pengelolaan kaderisasi LDK selain dari kegamangan
antara urusan syiar dan pengelolaan kaderisasi adalah problem orientasi. Tidak
semua pengelola (pengurus) organisasi paham untuk apa sebenarnya proses
kaderisasi dilakukan selain hanya sekedar rutinitas dan melanjutkan apa yang
sudah dilakukan para pendahulu di organisasinya.
Orientasi itu penting karena akan menentukan luaran (output) dari proses
kaderisasi yang dilakukan. Ibarat organisasi, orientasi ini adalah visi dari
kaderisasi. Sebesar apapun modal sarana yang dimiliki, jika orientasinya kecil
jangan berharap output yang besar.
Secara gampang, orientasi kaderisasi LDK adalah tersedianya stok kader yang
mumpuni untuk proses dan progress dakwah kampus. Namun dalam konteks
LDK sebagai lembaga dakwah, menurut saya perlu diperluas tidak sekedar pada
lingkup kampus. Tapi bagaimana menyiapkan dan menyediakan stok kader
dakwah untuk ummat. Hal ini artinya proses kaderisasi yang dilakukan LDK tidak
Cuma untuk menyediakan calon-calon pemimpin bagi LDK saja tapi juga bagi
ummat, atau dalam konteks kecil kampus adalah bagi organisasi mahasiswa di
kampus tersebut. Jadi nantinya dalam jangka panjang, kader-kader LDK tidak
Cuma aktif di organisasi utamanya tapi juga mewarnai di lembaga mahasiswa di
kampusnya. Sehingga kegiatan dakwah tidak Cuma hanya di LDK, tapi juga
mewarnai diseluruh eleman kampusnya. Dengan ini kemanfaatan LDK sebagai
agent stock calon pemimpin muda benar-benar terasa bagi semua.
Selain itu, fungsi sampingan dari kaderisasi adalah sebagai sarana “security
organisasi”. Maksud dari sekuriti organisasi tentu bukan untuk mengkader
penjaga keamanan sekretariat, tapi untuk menjaga ruh dan karakter organisasi
dalam konteks reorganisasi. Karena untuk organisasi yang sudah matang dan
maju, orang luar tidak bisa serta merta masuk menjadi pimpinan tanpa melalui
proses kaderisasi yang panjang. Disinilah pentingnya kaderisasi menjaga
organisasi dari infiltrasi penyusup dari luar.
Pengenalan organisasi
Pengenalan kader
Rekrutmen
Tahapan kedua, Pembentukan (takwin)
Setelah tahapan pertama dilakukan dengan proses akhir rekrutmen, berlanjut ke
tahapan berikutnya yaitu tahapan pembentukan. Output dari proses rekrutmen
diantaranya adalah database kader. Dari database kader maka bisa dipetakan
raw input dari kader yang dimiliki, dengan segala potensinya. Hal Ini (database)
adalah modal yang berharga untuk melangkah ke tahapan selanjutnya yaitu
tahapan pembentukan.
Semoga bermanfaat…
Heri Akhmadi.