Kebotakan rambut (alopesia) dapat bersifat total maupun persial (Gambar 4.14):
Alopesia yang merata. Pada pria sering dijumpai kebotakan, rambut terminal pada kulit kepala
akan mengalami miniaturisasi menjadi rambut velus. Fenomena penuaan ini berkaitan erat
dengan faktor bawaan dan bergantung pada kadar hormon androgen. Kebotakan rambut pada
wanita yang berhubungan dengan faktor usia terjadi lebih merata. Kebotakan yang merata
tanpa jaringan parut terjadi pada hipotiroidisme, hipopituitarisme dan defisiensi besi, penyakit
jaringan ikat misalnya LES, pasca melahirkan atau akibat obat, misalnya obat-obat sitotoksik.
Alopesia lokal tanpa jaringan parut. Pada alopesia areata terdapat area melingkar kebotakan
pada kulit kepala, janggut maupun rambut alias mata. Alopesia areata dapat mengenai seluruh
kulit kepala (alopesia totalis) atau seluruh rambut tubuh (alopesia universalis). Kebotakan lokal
dapat disebabkan infeksi jamur, rambut yang dicabut tarikan saat menjalin rambut dan pada
sifilis sekunder.
Alopesia dengan jaringan parut. Akibat luka bakar, infeksi berat seperti herpes zoster, liken
planus dan LES dapat membuat skar pada kulit kepala yang menetap dengan akibat kebotakan
permanen.
Hilangnya rambut tanda seksual sekunder. Pada usia lanjut, sirosis dan hipopituitarisme, rambut
aksila dan rambut pubis menghilang.
Hirsutisme: pada wanita dengan pola pertumbuhan rambut menyerupai laki-laki, termasuk
untuk rambut wajah dan rambut pubis yang meluas hingga ke umbilikus (male escutcheon). Hal
ini dipengaruhi oleh ras namun dapat pula bersifat idiopatik, dan dalam frekuensi yang jarang
dapat disebabkan oleh androgen-secreting tumour (Kotak 4.5). Pada kasus ini akan tampak
tanda lain virilisasi seperti kebotakan dengan pola laki-laki, klitoromegali atau suara yang berat.
Hipertrikosis: pada laki-laki dan wanita dengan kelebihan pertumbuhan rambut terminal dengan
distribusi nonandrogenik. Hal ini jarang ditemukan dan biasanya akibat kelainan sistemik,
misalnya porphyria cutanea tarda, keganasan, anoreksia nervosa, malnutrisi atau obat-obatan
seperti siklosporin, minoksidil dan fenitoin.
Kelainan kuku
Kelainan kuku dapat bermanfaat dalam membantu mendiagnosis kondisi internal dan penyakit
kulit (Kotak 4.6). pada defisiensi zat besi yang kronik, kuku akan menjadi rapuh, datar dan
akhirnya berbentuk seperti sendok ( koilonikia) (Kotak 4.7). kuku berwarna putih (koilonikia)
merupakan tanda hipoalbuminemia. Garis beau, timbul akibat terhentinya pertumbuhan kuku,
merupakan cekungan transversal berwarna yang tampakpada kuku yang akan bergerak
mengikuti pertumbuhan kuku. Kelainan ini dapat sesaat setelah mengalami penyakit berat.
Walaupun satu atau dua pendarahan kecil dapat terlihat di bawah kuku pekerja manual, namun
lesi yang multipel merupakan tanda peningkatan kemungkinan adanya endokarditis bakterial.
Terpisahnya bagian distal kuku (onikolisis) sering dijumpai pada psoriasis. Kapiler yang melebar
pada lipatan kuku bagian proksimal terjadi pada kondisi vaskulitis, seperti LES (Gambar 4.15 dan
Kotak 4.6).
4.6 Perubahan kuku pada penyakit sistemik dan kelainan kulit - bersambung
Perubahan Deskripsi kuku Diagnosis banding
Garis tipis merah (perdarahan Endokarditis infektif, trauma
splinter Trauma padda matriks, kuku
Bercak putih (bukan defisiensi kalsium)
Sebagian kuku berwarna Penyakit ginjal kronik
putih/coklat Hipoalbuminemia
Putih (leukonikia) (dihubungkan dengan sirosis)
Kuning Psoriasis, infeksi jamur,
Sindrom kuku kuning ikterus, tetrasikin
Drainase limfatik yang rusak-
dapat disertai efusi pleura
Pada defisiensi zat besyang kronik, kuku akan menjadi rapuh, datar dan akhirnya berbentuk
seperti sendok (koilonikia) (Kotak 4.7). kuku berwarna putih (koilonikia) merupakan tanda
hipoalbuminemia. Garis Beau, timbul akibat terhentinya pertumbuhan kuku, merupakan
cekungan transversal berwarna yang tampak pada kuku yang akan bergerak mengikuti
pertumbuhan kuku. Kelainan ini di dapat sesaat setelah mengalami penyakit berat. Terpisahnya
bagian distal kuku (onikolisis) sering dijumpai pada psoriasis. Kapiler yang melebar pada lipatan
kuku bagian proksimal terjadi pada kondisi vaskulitis, seperti LES .
Perubahan pada membran mukosa mulut dan genital, dapat mejadi lesi karakteristik dari kondisi
kulit tertentu misalnya striae oral Wickham pada liken planus, lesi oral sarkoma Kaposi (Gambar
4.16), atau kelainan vulva pada liken sklerosus. Periksalah pasien dengan limfoma kulit secara
menyeluruh untuk mencari limfadenopati dan hepatosplenomegali. Pada pasien dengan ulkus
kaki, periksa tungkai pasien dan raba denyut nadi kaki untuk menilai aliran arteri (Gambar 6.40).