PENDAHULUAN
perbaikan yang diakhiri dengan tindak penutupan dan penjahitan luka (Hidayat &
melahirkan janin melalui insisi di dinding abdomen dan dinding uterus (O'Neill
et al., 2013; Schuller & Surbek, 2014) yang dikutif Ahsan, Sriati dan Lestari
berdasarkan adanya indikasi penyulit yang membahayakan bagi ibu dan janin
sectio caesarea berkisar 21,2% dari total kelahiran, sedangkan di negara maju
hanya 2%. Angka kejadian sectio caesarea di Indonesia menurut Data Demografi
dan Kesehatan Indonesia (2012) yaitu 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau
Jawa Barat sekitar 8% dari seluruh persalinan. Sedangkan angka kejadian sectio
caesarea di Bandung mencapai 1441 kasus (Rekam Medis Rumah Sakit Ibu dan
Anak Kota Bandung, 2017). Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung,
1
2
tindakan operasi sectio caesarea pada tahun 2017 sebanyak 913 kasus, dan data
pada bulan Mei- juni 2018 sebanyak 272 kasus (Sumber: Rekam Medik RSUD
psikososial yang dapat menimbulkan stres, cemas, dan depresi (Hawari, 2016).
operasi (Brunner & Suddarts, 2013). Respon paling umum pada pasien pre
menurut Carpenito (2011) yang dikutip oleh Inayati (2017) menerangkan bahwa
(2012) yang dikutip Achadyah, Retno dan Mudhawaroh (2017) Ibu yang akan
Kecemasan merupakan rasa takut yang tidak jelas disertai dengan perasaan
persepsi adanya bahaya, baik yang nyata maupun dibayangkan. Ketakutan dan
akibat tindakan pembedahan dan adanya ancaman keutuhan tubuh, kesehatan dan
kehidupan. Kecemasan ini akan dirasakan lebih hebat dan nyata bilamana
finansial dan sosial (Brunner & Suddarths, 2013). Hal ini diperkuat oleh
pendapat (Ahsan, Retno, Lestari dan Sriati, 2017) penyebab kecemasan pada
pasien pre opersi sectio caesaria yang umum diantaranya takut anastesinya
(tidak bangun lagi), takut nyeri akibat luka operasi, takut terjadi perubahan fisik
menjadi buruk atau tidak berfungsi normal, takut operasi gagal, cemas karena
tidak tahu prosedur operasi, bingung dan takut mati. Pendapat yang sama
menurut Petter & Perry (2005) yang dikutip Rahmawati, Widjajanto dan Astari
(2017) penyebab kecemasan pada pasien pre operatif sectio caesaria takut
terhadap prosedur asing yang akan dijalani, penyuntikan, nyeri luka post operasi,
menjadi bergantung pada orang lain bahkan ancaman kematian akibat prosedur
kematian
respon kognitif dan afektif (Stuart, Keliat dan Pasaribu, 2016). Respon secara
fisiologis diatur oleh otak melalui system saraf otonom simpatis impuls
dalam, jantung berdetak lebih cepat, tekanan arteri meningkat, kadar gula darah
meningkat bila tidak segera ditangani menjadi salah satu penyebab terhalangnya
kegiatan opeasi (Inayati & Ayubbana, 2017). Respon prilaku biasanya menarik
diri, gelisah, menghindar dan bicara cepat. Respon kognitif ditandai dengan
adanya gangguan perhatian, lupa, bingung, malu dan mimpi buruk. Respon
4
apektif ditandai dengan adanya gelisah, gugup, takut dan frustasi (Stuart, Keliat
dan Pasaribu,2016).
tidak jatuh dalam keadaan cemas, dengan berpola hidup yang teratur, selaras,
serasi dan seimbang secara vertikal antara dirinya dengan Tuhan, secara
horizontal antara dirinya dengan orang lain, lingkungan dan alam sekitar
pemberian terapi psikofarmaka dan terapi somatik. Terapi non farmaklogi salah
artinya jiwa, pikiran atau mental dan “Therapy” yang artinya penyembuhan,
pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan
istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran. Psikoterapi adalah
usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran perasaan dan
psikologis, karena terbukti statistik menunjukan lebih dri 75% pasien sangat
kecemasan pada pasien pre operatif yang efektif adalah dengan psikoterapi re-
pikiran atau perasaan pasien agar mampu menyesuaikan diri dengan lebih baik.
Terapi ini dapat secara efektif dilaksanakan dengan tekhnik konseling. Menurut
dihadapi, serta menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah
pasien. Pentingnya konseling pra operatif ini didukung oleh pendapat Brunner &
pada pasien sehingga dapat dikurangi secara efektif. Meliputi membantu pasien
salah tentang tindakan operasi karena pengertian yang salah akan menimbulkan
penanganan kecemasan pre operatif. menurut Potter & Perry yang dikutif
Rompas, Henry, dan Palandeng (2013) konseling dalam bentuk edukasi pre
operasi akan mengurangi rasa takut dan cemas akibat ketidaktahuan yang dialami
konseling didapatkan hasil P-Value- 0,04 < (a=5%) sehingga Ho ditolak artinya
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti selama 3 hari dari
tanggal 25 sampai 27 juli 2018 pada pasien pre operatif sectio caesarea di
terasa berdebar-debar, lemas, kaki tangan terasa gemetar, nafas terasa berat dan
dengan prosedur operasi sectio caesaria sehingga bingung apa yang harus
dilakukan, malu dan takut sakit. Hasil observasi pada 6 orang responden tersebut
muka tampak tegang, gelisah, murung, menangis, diam dan tangan pasien teraba
dingin.
mengatakan” kebanyakan pasien sectio caesaria tidak elektif sehingga tak jarang
membuat pasien jadi takut, gelisah dan cemas”. Saat ditanya upaya apa yang
dilakukan untuk mengatasi kecemasan pada pasien pre operasi perawat ruang
transit mengatakan sesuai SOP manajemen pre operatif Instalasi Bedah Sentral
yaitu prosedur yang harus dikerjakan dalam 30 menit sampai 4 jam, sehingga
nasal dan upaya untuk menenangkan dan istirahat pasien. Jika dalam 4 jam tidak
ada perbaikan konsultasi dengan anestesi tentang alternatif jenis anestesi yang
efektif dan pemberian premedikasi. Urgent yaitu prosedur yang harus dikerjakan
dalam 4jam sampai 24 jam, sehingga pasien yang menunjukan gejala kecemasan
setelah 4 sampai 6 jam tidak ada perbaikan biasanya anestesi memberikan obat
anxiety dan analgetik drif infus, konfirmasi dengan dr operator mengenai jam
induksi dan informed consent dengan pasien dan keluarga. Non- urgent yaitu
8
prosedur yang dikerjakan setelah 24 jam, jika setelah 4jam tidak ada perbaikan
pasien dikembalikan ke ruang rawat inap untuk jadwal ulang operasi, pemberian
obat anxiety oral atau injek terjadwal, konsultasi dengan bagian lain yang
dianggap perlu.
tingkat kecemasan pada psien pre operatif sectio caesari di Instalasi Bedah
kecemasan pada pasien pre operatif Sectio caesaria di Instalasi Bedah Sentral
1.3.2.1 Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien pre operatif Sectio caesaria
1.3.2.2 Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien pre operatif Sectio caesaria
1.4.2.2 Perawat Praktisi Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umun Daerah Kota
Bandung
pre operatif Sectio caesaria di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum