Anda di halaman 1dari 23

FARMAKOTERAPI

DIABETES MELITUS

ERSA PURNAMA SARI 482011805006P


SINTYA ATIKA PUTRI 482011805015P
TOMI PRATAMA 48201105016P

Dosen Pembimbing:
Sonata Daniatiek, S.Farm., Apt., M.Kes.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SITI KHADIJAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
2018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL Halaman

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ································································· 1
B. Rumusan Masalah ····························································· 2
C. Tujuan ··········································································· 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Diabetes Melitus ················································· 3
B. Tipe-Tipe Diabetes Melitus ·················································· 4
C. Penyebab Diabetes Melitus··················································· 6
D. Gejala Diabetes Melitus ······················································ 8
E. Pencegahan Penyakit Diabetes Melitus ····································· 10
F. Pengobatan Diabetes Melitus················································· 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ····································································· 19
B. Saran ············································································· 20

DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penderita Diabetes Mellitus atau DM di seluruh dunia dari tahun ketahun


terus mengalami peningkatan yang cukup drastis. Diperkirakan 350 juta orang di
seluruh dunia mengidap penyakit diabetes. Bahkan yang lebih memprihatinkan,
diperkirakan lebih dari 80% kematian akibat penyakit ini terjadi di negara-negara
miskin dan berkembang Badan Kesehatan Dunia atau WHO juga memperkirakan
bahwa jumlah kematian akibat diabetes mellitus atau kencing manis ini akan
meningkat dua kali lipat atau lebih selama periode 2005 – 2030. Perkiraan WHO
ini tentu harus jadi bahan renungan bagi kita semua. Mari kita bahu membahu
membantu masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia untuk lebih sadar akan
bahaya dari penyakit ini dan lebih meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga diri
agar terhindar dari penyakit yang cukup mematikan ini.
Diabetes melitus atau sering disebut diabetes saja merupakan penyakit
gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin
atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif
akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah (hiperglikemia).
Terdapat dua kategori utama diabetes melitus yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2
dimana diabetes tipe 2 merupakan 90% dari seluruh diabetes (Infodatin Kemenkes
RI, 2014). Diabetes tipe 1 meliputi kasus yang disebabkan oleh kerusakan sel β
pankreas (diperantarai imun pada sebagian besar kasus), dan diabetes tipe 2 yang
terdiri dari gabungan kerusakan sekresi dan kerja insulin, yang terdapat dalam
rentang mulai dari resistensi insulin yang dominan dengan defisiensi insulin
secara relatif sampai dengan kerusakan sekresi yang dominan dengan resistensi
insulin (Katzung, 2014). Dalam praktek klinis, penegakan diagnosa diabetes
jarang terjadi masalah. Ketika gejala hiperglikemia (polidipsi (selalu merasa
haus), poliuria (sering buang air kecil), polifagia (banyak makan), penurunan berat

1
badan, dan lain-lain) dan konsentrasi kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL atau
kadar gula darah sewaktu puasa ≥ 126 mg/dL sudah dapat menegaskan diagnosa
(Scobie, 2007).
Melalui Makalah yang sederhana ini, semoga kita bisa mengulas dan
membahas banyak hal berkaitan dengan penyakit yang lebih dikenal
sebagai penyakit kencing manis mulai dari pengertian, penyebab, gejala,
pantangan sampai dengan cara mengatasinya secara medis holistik. Mudah-
mudahan ulasan tentang penyakit yang diakibatkan oleh tingginya kadar gula
dalam darah ini bisa sedikit membantu masyarakat Indonesia didalam mereka
mencari tahu akan solusi penyakit ini. Yang jelas, penyakit diabetes bukanlah
penyakit yang terlalu sulit untuk diatasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Penyakit Diabetes Mellitus?
2. Apa Saja Tipe-tipe pada Penyakit Diabetes Mellitus?
3. Apa saja Penyebab Penyakit Diabetes Mellitus dan Bagaimana
Pencegahannya?

C. Tujuan
1. Mengetahui Penyakit Diabetes Mellitus.
2. Dapat Menjelaskan Tipe-tipe pada Penyakit Diabetes Mellitus.
3. Mengetahui Penyebab Penyakit Diabetes Mellitus dan Bagaimana
Pencegahannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diabetes Melitus


Definisi penyakit diabetes melitus atau mellitus sudah banyak diterangkan
oleh para pakar kesehatan. Secara umum dan sederhana diabetes melitus atau
definisi diabetes melitus adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak bisa
menghasilkan hormon insulin yang cukup untuk kebutuhan tubuh atau tubuh
kurang atau tidak bisa memanfaatkan secara optimal insulin yang dihasilkan tubuh
sehinga kadar gula dalam darah mengalami kelonjakan dan tidak terkontrol.
Dari definisi diabetes mellitus diatas bisa diambil penjabaran
bahwa penyakit diabetes disebabkan oleh adanya kelonjakan kadar gula dalam
darah sebagai akibat dari tidak mampunya tubuh memproduksi hormon insulin
secara normal atau tubuh tidak bisa memanfaatkan dengan baik insulin yang
dihasilkan. Dari definisi dan penjabaran ringkas ini akhirnya kita mempunyai
gambaran apa sebenarnya yang terjadi pada diri seseorang yang terserang
penyakit diabetes.
Adapun organ vital yang paling berperan didalam memproduksi hormon
insulin adalah organ pankreas. Dari pankreas hormon disekresikan dan
didistribusikan ke seluruh sel tubuh untuk membantu penyerapan gula ke dalam
sel sehinggal seluruh sel tubuh bisa bekerja dengan normal. Jika jumlah insulin
dalam tubuh tidak cukup, atau jika sel-sel tubuh tidak bisa memberikan respon
terhadap insulin, maka akan terjadi penumpukan gula dalam darah. Hal inilah
yang terjadi pada penderita diabetes melitus.
Berdasarkan definisi dan gambaran umum dari apa yang terjadi pada
penderita diabetes ini, maka dapat dijelaskan atau disimpukkan bahwa penyakit
yang lebih sering dikenal sebagai penyakit kencing manis ini adalah penyakit
kronis yang diakibatkan oleh:
1. Ketidakmampuan organ tubuh (pankres) untuk memproduksi hormon
insulin dalam jumlah yang cukup, atau

3
2. Tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan oleh
pankreas secara efektif, atau
3. Gabungan dari kedua hal tersebut.
Maka penyakit diabetes kalau dilihat dari penyebabnya berdasarkan definis
diabetes melitus di atas akhirnya dibagi menjadi tiga tipe atau jenis, yaitu:
1. Diabetes melitus tipe 1
2. Diabetes melitus tipe 2
3. Diabetes melitus tipe 3

B. Tipe-Tipe Diabetes Melitus


Pengenalan tipe diabetes melitus sangatlah penting untuk kita semua, karena
dengan mengenal tipe-tipe diabetes mellitus kita dapat mencegah dan mengatasi
penyakit mematikan ini. Berdasarkan penyebab dasarnya kenapa terjadi
kelonjakan dasar gula, penyakit diabetes dibagi dalam beberapa tipe. Masing-
masing tipe penyakit diabetes melitus ini memiliki penyebab yang khsusus yang
tidak dimiliki oleh tipe lain. Oleh karena itulah sekali lagi saya tegaskan bahwa
mengenal tipe berbagai penyakit diabetes melitus ini penting sebelum kita
membahas lebih jauh akan jenis penyakit yang bisa dibilang sangat mematikan
ini.
Berdasarkan penyebab dasarnya, para pakar kesehatan telah
membagi penyakit diabetes ini menjadi tiga tipe :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Tipe diabetes ini umumnya menyerang anak hingga remaja. Oleh
karena itulah jenis atau tipe diabetes mellitus ini di namakan juga dengan
sebutan juvenile diabetes. Adapan penyebab dasar dari tipe diabetes 1 ini
adalah karena adanya kerusakan atau kesalahan genetik pada sel pankreas
sehingga sistem imun terganggu dan tidak bisa menghasilkan hormon
insulin. Penderita diabetes tipe 1 ini sangat tergantung dengan insulin
dari luar.
Untuk kelangsungan hidupnya, penderita harus mendapatkan
suntikan hormon insulin secara rutin dan terjadwal. Oleh karena itulah

4
tipe 1 ini juga dinamakan dengan Insuline Dependent Diabetic Mellitus
atau IDDM. Diabetes melitus tipe 1 ini seringnya muncul secara
mendadak dengan gejala tiba-tiba sering cepat merasa haus, sering buang
air kecil (sering ngompol pada anak), badan menjadi kurus secara drastis
dan lemah. Jika insulin tidak segera diberikan, penderita bisa tiba-tiba
tidak sadarkan diri atau koma diabetik.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes Melitus tipe 2 ini disebabkan oleh kurang mampunya
tubuh didalam merespon hormon insulin sehingga tubuh tidak mampu
memanfaatkan insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas. Boleh jadi
jadi pankreas telah memproduksi insulin secara normal namun hormon
yang dihasilkan tidak bisa dimanfaatkan oleh tubuh secara efektif. Tubuh
bersifat resisten terhadap hormon insulin. Ketidakmampuan tubuh dalam
memanfaatkan hormon insulin seringnya dikarenakan sel-sel tubuh
bersaing berat dangan sel-sel lemak dalam tubuh. Hormon insulin banyak
dihisap oleh sel-sel lemak yang menumpuk dalam tubuh. Oleh karena
itulah, tipe 2 ini lebih banyak menimpa pada orang-orang yang memiliki
pola hidup dan pola makan yang jelek sehingga terjadi penimbunan
lemak atau kegemukan. Kegemukan seringnya mengganggu sistem kerja
pankreas dan metabolisme terganggu. Kegemukan pada anak harus
mendapatkan perhatian yang serius dari para orang, jangan sampai
terlambat sehingga menjadi derita di masa tuanya. Diabetes tipe 2 inilah
yang banyak menimpa para penderita penyakit diabetes. Bahkan
prosentasenya bisa sampai 90% dari keseluruhan penderita diabetes
mellitus.
Berbeda dari tipe 1 yang muncul tiba-tiba, diabetes tipe 2 memiliki
perkembangan yang sangat lambat sampai bertahun-tahun. Oleh karena
itulah sering-seringlah Anda memeriksakan kadar gula Anda untuk bisa
mendeteksi sedari dini. Gejala diabetes melitus tipe 2 sering kali tidak
terasa. Namun Anda perlu waspada. Tubuh yang mengalami resistensi
terhadap hormon insulin akan memaksa organ pankreas untuk
memproduksi insuline sebanyak-sebanyaknya untuk dapat menggempur

5
resistensi insulin tersebut dan memberi kesempatan gula untuk masuk ke
dalam sel tubuh. Kondisi ini memerlukan perbaikan secepatnya. Kalau
tidak, pankreas akan bekerja ekstra keras yang menyebabkan dia
kelelahan dan akhirnya bisa rusak. Dengan rusaknya pankreas maka bisa
Anda bayangkan sendiri akibatnya. Sangat mengerikan, tubuh sudah
resisten ditambah lagi insulin sudah tidak bisa diproduksi lagi karena
organ yang bertanggung jawab sudah KO.
3. Diabetes Melitus Tipe 3
Tipe diabetes ini merupakan gabungan dari diabetes tipe 1 dan tipe
2. Hal ini terjadi ketika penderita diabetes melitus 1 secara terus menerus
disuntik insulin, ada sebagian penderita menjadi resisten terhadap
hormon dari luar tersebut sehingga dia menderita tipe 2 sekaligus.
Diabetes melitus tipe 3 juga bisa terjadi karena penderita diabetes melitus
tipe 2 mengkonsumsi obat-obatan yang merangsang produksi insuline
lebih banyak sehingga pankreas menjadi lelah, lemas, dan akhirnya
ambruk. Jangka panjangnya pankreas menjadi rusak sehingga produksi
menjadi sangat sedikit atau terhenti sama sekali. Maka jadilah tipe
diabetes gabungan yaitu tipe 2 dan 1 yang dinamakan diabetes melitus
tipe 3. Itu tadi tipe-tipe penyakit diabetes mellitus, mari simak lebih
dalam tentang penyakit diabetes mellitus ini, pada bab berikutnya saya
akan menjelaskan penyebab-penyebab diabetes di atas.

C. Penyebab Diabetes
Setelah kita mengenal dan memahami berbagai tipe penyakit diabetes,
saatnya untuk kita mengenal dan memahami penyebab diabetes dalam hali
ini penyebab diabetes melitus sesuai tipe diabetesnya. Masing-masing tipe
diabetes melitus memiliki faktor penyebab dan pemicu yang khas dan tidak bisa
dicampuradukkan satu sama lainnya.
1. Penyebab Diabetes Melitus Tipe 1
Seperti yang kita jelaskan pada artikel sebelumnya tentang tipe
diabetes 1, kita tahu bahwa diabetes tipe 1 ini terjadi karena
ketidakmampuan organ pankreas didalam memproduksi hormon insulin.

6
Ketidakmampuan produksi insulin ini umumnya terjadi karena adanya
kerusakan pada organ pankreas. Lalu apa penyebab rusaknya organ
pankreas ini? Ada beberapa penyebab, diantaranya:
a. Faktor Genetik
Yaitu organ pankreas rusak karena sistem imun tubuh sendiri
secara spesifik menyerang dan merusak sel-sel pankreas. Terjadi
kesalahan pesan dari sistem imun yang terjadi secara genetik atau
faktor turunan. Jadi bila ada keluarga inti Anda terkena diabetes
maka, ada kemungkinan untuk Anda berpotensi teridap penyakit
diabetes. Namun perlu Anda ketahui bahwa terangsangnya faktor
genetik sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
b. Infeksi Virus Tertentu
Adanya infeksi virus tertentu pada pankreas sangat berpotensi
untuk rusaknya sel-sel pankreas. Akibatnya produksi insulin menjadi
sangat terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali.
2. Penyebab Penyakit Diabetes Tipe 2
Berdasarkan penjelasan pada artikel sebelumnya tentang tipe
diabetes, kita mengetahui bahwa diabetes melitus tipe 2 terjadi sebagai
akibat dari tidak mampunya tubuh untuk memanfaatkan hormon insulin
karena telah terjadi resistensi tubuh terhadap hormon tersebut. Organ
pankreas pada penderita diabetes tipe 2 ini masih berfungsi normal
didalam memproduksi hormon insulin namun hormon yang dihasilkan
tidak bisa dimanfaatkan oleh tubuh sehingga gula tidak bisa masuk ke
dalam sel dan menumpuk dalam darah.
a. Faktor Genetik Atau Turunan
Banyak penderita diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga
yang juga mengidap penyakit diabetes tipe 2 atau masalah kesehatan
lain yang berhubungan dengan diabetes, misalnya kolesterol darah
yang tinggi, hipertensi, atau obesitas. Untuk faktor genetik memang
sangat sulit untuk dihilangkan. Yang bisa kita lakukan adalah dengan
kita mengendalikan faktor lingkungan sebagai faktor perangsang
untuk bangkitnya faktor genetik.

7
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi untuk seseorang
berpotensial terserang penyakit diabetes adalah pola makan dan pola
hidup yang jelek. Pola makan yang terbiasa dengan makanan yang
banyak mengandung lemak dan kalori tinggi sangat berpotensi untuk
meningkatkan resiko diabetes. Adapan pola hidup jelek adalah pola
hidup yang tidak teratur dan penuh tekanan kejiwaan seperti stres
yang berkepanjangan, perasaan khawatir dan takut yang berlebihan
dan jauh dari nilai-nilai spiritual diyakini sebagai faktor terbesar
untuk seseorang gampang terserang penyakit berat baik diabetes
maupun penyakit berat lainnya. Di samping itu aktifitas fising yang
rendah juga berpotensi untuk seseorang terjangkit penyakit diabetes.
3. Penyebab Diabetes Melitus Tipe 3
Sebutan tipe 3 merujuk kepada berbagai kausa spesifik dari
peningkatan glukosa darah, pankreatektomi, pankreatitis, penyakit non-
pankreas, pemberian obat, dan sebagainya (Katzung, 2014).

D. Gejala Diabetes Melitus


Mengenal dan memahami gejala diabetes atau gejala diabetes melitus sangat
penting dan sangat bermanfaat. Mengetahui gejala sejak awal suatu penyakit akan
memudahkan kita didalam mencegah penyakit tersebut berkembang ke arah
stadium yang lebih parah. Termasuk di sini penyakit diabetes melitus yang
tergolong penyakit sangat mematikakan kalau tidak segera ditangani sedini
mungkin.
Setelah sebelumnya kita ulas tentang penyebab diabetes, maka sudah
saatnya kita ulas juta tentang berbagai gejala dari penyakit diabetes mellitus ini.
Pembahasan ini kami anggab sangat penting karena tidak sedikit dari penderita
diabetes mengetahui bahwa dia sebagai penderita diabetes setelah kondisinya
sangat parah dan sulit sudah untuk diatasi dan diobati.
Orang mengidap penyakit diabetes sebenarnya sudah bisa menunjukkan dan
merasakan berbagai gejala awal yang sebenarnya sangat mudah dikenali. Namun
karena ketidaktahuan, seringnya penderita mengabaikan berbagai gejala dan tanda

8
penyakit tersebut dan baru sadar setelah kondisinya parah dan sulit untuk
ditangani.
Minimalnya ada tiga (3) gelala awal untuk seseorang bisa dicurigai sedang
terkena penyakit diabetes. Diantaranya:
1. Poliuria
Yaitu penderita sering buang air kecil dalam jumlah banyak.
Kejadiaanya biasanya terjadi pada malam hari. Hal ini terjadi karena
kadar gula dalam darah sangat tinggi dan tidak bisa ditoleransi oleh organ
ginjal. Akhirnya kadar gula dalam air seni pun jadi pekat dan untuk
selanjutnya memaksa ginjal untuk menarik air dalam jumlah banyak dari
tubuh agar air seni atau air kencing tidak terlalu pekat.
2. Polidipsi
Yaitu penderita sering merasa haus yang hebat. Hal ini terjadi
karena sedang berlangsung penarikan cairang yang banyak oleh ginjal.
Maka penderita cepat merasa haus dan ingin minum terus.
3. Polifagi
Yaitu penderita sering merasa cepat lelah dan lemas. Hal ini terjadi
karena sel-sel tubuh kekurangan energi akibat tidak bisa masuknya gula
ke dalam sel. Akhirnya sel tubuh kekurangan energi dan tubuh pun
merasa lemas dan lelah. Disaat yang sama, otak akan merespon bahwa
penderita ini kurang makan sehingga akan terasa sering lapar dan
merangsang untuk terus makan. Inilah akhirnya yang semakin
memperparah keadaan jika rasa laparnya dituruti dengan banyak makan.
Di dalam darah semakin terjadi penumpukan kadar gula. Apabila gejala
awal ini tidak segera disadari dan ditangani, maka penderita akan berada
pada keadaan yang lebih parah dengan gejala lanjutan. Lebih-lebih ketika
ketiga gejala awal ini sudah ada semua pada diri Anda, maka Anda sudah
tergolong pada zona diabetes akut dan kalau tidak segera ditangani
makan akan mendapati gejala diabetes lanjutan.

Untuk mengatasi gejala awal ini maka langkah yang paling baik adalah diet
karbohidrat dan lakukan olah raga teratur. Adapun untuk gejala lanjutan dari
gejala diabetes atau gejala diabetes melitus adalah:

9
1. Sering kesemutan
2. Kulit terasa tebal
3. Badan terasa panas
4. Badan sering nyeri kayak tertusuk jarum
5. Mudah mengantuk dan lelah
6. Sering kram
7. Penglihatan menjadi rabun
8. Gairah seksual menurun drastis
9. Penurunan berat badan yang mencolok
10. Penyembuhan luka yang lama

E. Pencegahan Penyakit Diabetes Melitus


Melakukan upaya pencegahan semenjak dari awal atau sebelum terkena
penyakit diabetesmerupakan suatu tindakan yang sangat bijaksana. Upaya
pencegahan diabetes ataupencegahan diabetes melitus seharusnya sudah menjadi
kesadaran kita bersama. Penyakit diabetes merupakan penyakit yang cukup
mematikan. Lebih-lebih lagi diabetes melitus bisa dikatakan sebagai gerbang
untuk penyakit kronis lainnya seperti penyakit jantung, penyakit kanker, dan
penyakit berat lainnya. Jangan jangan pertaruhkan kesehatan Anda di masa yang
akan datang dengan Anda teledor untuk mencegah penyakit penyakit diabetes ini.
Anda pun harus tahu bahwa biaya pengobatan diabetes atau pengobatan diabetes
melitus tidaklah murah ketika Anda sudah tervonis terserang penyakit diabetes
melitus tahap parah.
1. Terapkan pola hidup sehat
2. Terapkan pola makan yang baik dan sehat
3. Jaga kondisi mental spiritual
4. Lakukan aktivitas fisik secara rutin
5. Jaga berat bandan pada batas ideal
6. Jauhi rokok dan minuman beralkohol
7. Konsumsilah berbagai herbal yang bisa mencegah dibetes mellitus
Itulah beberapa hal dan upaya yang harus Anda lakukan untuk adan bisa
melakukan pencegahan diabetes melitus.

10
F. Pengobatan Diabetes Mellitus

1. Terapi Non Farmakologi


Terapi gizi medis merupakan salah satu terapi non farmakologi
yang sangat direkomendasikan bagi penyandang diabetes. Terapi
gizi medis ini pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola
makan yang didasarkan pada status gizi diabetes dan melakukan
modifikasi diet berdasarkan kebutuhan individual.
Beberapa manfaat yang telah terbukti dari terapi gizi medis ini
antara lain : menurunkan berat badan, menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolik, menurunkan kadar glukosa darah,
memperbaiki profil lipid, meningkatkan sensitivitas resseptor insulin,
memperbaiki system koagulasi darah. Adapun tujuan dari terapi gizi
medis ini adalah untuk mencapai dan mempertahankan :
a. Kadar glukosa darah mendekati normal
Kriteria Penegakan Diagnosis Diabetes Melitus
(Bilous dan Donelly, 2015)
Glukosa Plasma Glukosa Plasma 2 Jam
Puasa Setelah Makan
Normal ≤ 100 mg/dL ≤ 140 mg/dL
Pre-Diabetes IFG atau IGT 100 - 125 mg/dL 140 – 199 mg/dL
Diabetes ≥126 mg/dL ≥ 200 mg/dL
b. Tekanan darah < 130/80 mmHg
c. Profil lipid
1) Kolesterol LDL < 100 mg/dl
2) Kolesterol HDL > 40 mg/dl
3) Trigliserida < 150 mg/dl
d. Berat badan senormal mungkin

Pada tingkat individu target pencapaian terapi gizi medis ini


lebih difokuskan pada perubahan pola makan yang didasarkan pada gaya
hidup dan pola kebiasaan makan, status nutrisi dan faktor khusus lain

11
yang perlu diberikan prioritas. Beberapa faktor yang harus
diperhatikan sebelum melakukan perubahan pola makan diabetes
antara lain, tinggi badan, berat badan, status gizi, status kesehatan,
aktivitas fisik, dan faktor usia (Soebardi, 2006).

2. Terapi Farmakologi

a. Hormon Insulin
Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak
berbeda dengan pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai
dari monoterapi untuk terapi kombinasi yang digunakan dalam
mempertahankan kontrol glikemik. Apabila terapi kombinasi oral
gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan diganti
menjadi insulin setiap harinya. Meskipun aturan pengobatan insulin
pada pasien lanjut usia tidak berbeda dengan pasien dewasa,
prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang meningkatkan risiko
hipoglikemia yang dapat menjadi masalah bagi penderita diabetes
pasien lanjut usia. Alat yang digunakan untuk menentukan dosis
insulin yang tepat yaitu dengan menggunakan jarum suntik insulin
premixed atau predrawn yang dapat digunakan dalam terapi insulin.
Lama kerja insulin beragam antar individu sehingga
diperlukan penyesuaian dosis pada tiap pasien. Oleh karena itu,
jenis insulin dan frekuensi penyuntikannya ditentukan secara
individual. Umumnya pasien diabetes melitus memerlukan insulin
kerja sedang pada awalnya, kemudian ditambahkan insulin kerja
singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah makan. Namun,
karena tidak mudah bagi pasien untuk mencampurnya sendiri,
maka tersedia campuran tetap dari kedua jenis insulin regular
(R) dan insulin kerja sedang (Anonim, 2000).

12
Insulin Pada Pasien Diabetes Mellitus
Insulin long acting/Glargine 10 U sebelum tidur

•5 U pada keadaan yang


dikhawatirkan terjadi
hipoglikemia.

•15 U pada pasien DM tipe 2,


obesitas, infeksi, luka
terbuka, dalam terapi
steroid, pasca CABG
Insulin Short/ Rapid acting 0,1 U/kg tiap makan
Sesuaikan atau berikan setelah
makan pada pola makan yang
tidak teratur
PeJriksa glukosa saat makan dan sebelum makan-insulin tambahan
200-299 mg/dl Tambah insulin rapid acting

>300 mg/dl 0,075


TambahU/kgBB
insulin rapid acting

0,1 U/kgBB
Sesuaikan dosis glargine untuk mempertahankan glukosa darah puasa 80-

110
Jika mg/dl
tercapai sesuaikan insulin rapid acting untuk mencapai kadar glukosa
darah sebelum makan dan sebelum tidur 120-200mg/dl
Jika dimulai dengan pemberian insulin kerja panjang
(NPH) bukan glargine/detemir, maka dosis yang diberikan 0,25
U/kgBB NPH saat makan pagi dan sebelum tidur (0,15
U/kgBB bila takut terjadi hipoglikemia ; 0,35 U/kg untuk
kondisi dengan peningkatan kebutuhan insulin basal). Selain itu,
tetap diberikan 0,1 U/kgBB rapid acting insulin sebelum makan.
Insulin analog kerja panjang digunakan 2-4 kali sehari. Sementara
itu, kebutuhan insulin prandial dapat dipenuhi dengan insulin kerja
cepat (insulin regular atau rapid acting insulin analog). Insulin
tersebut diberikan sebelum makan atau setelah makan (hanya untuk
penggunaan rapid acting insulin analog).
Idealnya insulin digunakan sesuai dengan keadaan fisiologis
tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan tiga
kali dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan. Namun
demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai
dengan kenyamanan penderita selama terapi insulin mendekati
kebutuhan fisiologis (Anonim, 2009).

13
b. Antidiabetik Oral
Di AS, kini tersedia tujuh kategori obat antidiabetes untuk
mengobati pasien dengan diabetes tipe 2: secretagogue insulin
(sulfonilurea, meglitinid, turunan D-fenilalanin), biguanida,
tiazolidinedion, inhibito α-glukosidase, terapi berbasis inkretin,
analog amilin, dan sekuestran pengikat asam empedu. Golongan
sulfonilurea dan biguanid adalah yang paling lama tersedian dan
merupakan pilihan tradisional untuk diabetes tipe 2 (Katzung, 2014).
1) Sulfonilurea : (tolbutamida, klorpropamida, glibenklamida,
gliklazida, glipizida, glikidon dan glimerpirida)
Efek utama sulfonilurea adalah meningkat pelepasan
insulin dari pankreas. Dua mekanisme kerja lain yang diusulkan
- penurunan kadar glukagon serum dan penutupan saluran
kalium di jaringan ekstra-pankreas (yang maknanya tidak
diketahui, tetapi mungkin minimal).
Sulfonilurea mengikat reseptor sulfonilurea afinitas-tinggu
140 kDa yang berikatan dengan suatu saluran kalium peka-ATP
inward-rectifier sel beta. Pengikatan sulfonilurea menghambat
efluks ion kalium melalui saluran dan menyebabkan
depolarisasi. Depolarisasi membuka saluran kalsium berpintu
voltase dan menyebabkan influks kalsium dan pelepasan insulin
jadi.
Pemberian jangka panjang sulfonilurea kepada pengidap
diabetes tipe 2 menurunkan kadar glukagon serum, yang
mungkin ikut berperan dalam efek hipoglikemik obat ini.
Mekanisme penekanan sulfonilurea pada kadar glukagon masih
belum jelas, tetapi tampaknya melibatkan inhibisi tak langsung
karena meningkatnya pelepasan insulin dan somatostatin, yang
menghambat sekresi sel alfa (Katzung, 2014).
2) Biguanid : (Metformin)
Mekanisme kerja pasti dari biguanid masih belum
diketahui, tetapi efek primer obat golongan ini adalah

14
mengurangi produksi glukosa hati melalui pengaktifan enzim
AMP-activated protein kinase (AMPK, protein kinase yang
diaktifkan oleh AMP). Mekanisme kerja minor lainnya mungkin
adalah penghambatan glukoneogenesis di ginjal, perlambatan
penyerapan glukosa di saluran cerna, disertai peningkatan
konversi glukosa menjadi laktat oleh enterosit, stimulasi
langsung glikolisis di jaringan, peningkatan pengeluaran glukosa
dari darah, dan penurunan kadar glukagon plasma. Efek
biguanid dalam menurunkan glukosa darah tidak bergantung
pada fungsi sel beta pankreas. Pasien dengan diabetes tipe 2
mengalami penurunan bermakna hiperglikemia puasa serta
hiperglikemia pasca-makan setelah pemberian biguanid; namun,
hipoglikemia selama terapi biguanid pada hakikatnya belum
diketahui. Karena itu obat golongan ini lebih tepat jika dinamai
obat “euglikemik”.
Metformin memiliki waktu paruh 1,5 - 3 jam, tidak terikat
ke protein plasma, tidak dimetabolisasi, dan diekskresikan oleh
ginjal sebagai senyawa aktif. Akibat blokade glukoneogenesis
oleh metformin, obat ini dapat mengganggu metabolisme asam
laktat oleh hati. Pada pasien dengan insufisiensi ginjal, biguanid
dapat menumpuk sehingga meningkatkan resiko asidosis laktat,
yang tampaknya merupakan suatu penyulit terkait-dosis.
Biguanid dianjurkan sebagai terapi lini pertama untuk
diabetes tipe 2. Karena merupakan obat hemat-insulin dan tidak
meningkatkan berat badan atau memicu hipoglikemia,
metformin jelas menawarkan keunggulan dibandingkan dengan
insulin atau sulfonilurea dalam mengobat hiperglikemia pada
para pasien tersebut. Dosis metformin adalah dari 500 mg
hingga maksimal 2,55 g per hari, dengan anjuran pemakaian
dosis terendah yang masih efektif. Efek toksis tersering
metformin adalah gangguan saluran cerna (anoreksia, mual,
muntah, sakit perut, dan diare) yang terjadi pada hingga 20%

15
pasien (Katzung, 2014).
3) Inhibitor Alfa-Glukosidase
Acarbose dan miglitol adalah inhibitor kompetitif α-
glukosidase usus serta mengurangi penyimpangan kadar glukosa
pasca-akan dengan menunda pencernaan dan penyerapan tepung
dan disakarida. Hanya monosakarida, seperti glukosa dan
fruktosa, yang dapat diangkut keluar dari lumen usus dan masuk
ke aliran darah. Miglitol secara struktur berbeda dari akarbosa
dan enam kali lebih poten dalam menghambat sukrase.
Meskipun afinitas pengikatan kedua senyawa ini berbeda,
akarbosa dan miglitol sama-sama membidik α-glukosidase:
sukrase, maltase, glukoamilase, dan pada β-glukosidase, yang
memecah ikatan β gula, misalnya laktosa. Akarbosa saja
memiliki efek kecil pada α-amilase. Konsekuensi dari inhibisi
enzim adalah penurunan pencernaan usus bagian atas dan
menunda pencernaan (dan karenanya penyerapan) tepung dan
disakarida dalam makanan ke usus halus distal sehingga
penyimpangan kadar glukosa pasca-makan berkurang hingga
45-60 mg/dL dan menciptakan efek hemat-insulin(Katzung,
2014).
4) Inhibitor Dipeptidyl Peptidase IV (DPP-4)
DPP-4 merupakan sebuah enzimyang secara alami ada di

dalam tubuh yang akan menurunkan aktivitas 2jenis hormon

inkretin utama di dalam tubuh yaitu glucagon-like peptide-1

(GLP-1) dan glucose-dependent insulinotropic polypeptide

(GIP). Hormon inkretin utama ini bersifat insulinotropik kuat

dan sekresinya akan meningkat dengan pemberian glukosa

secara oral. Apabila kedua hormon ini dihambat maka

aktivitasnya dalam merangsang sekresi insulin juga akan

terhambat. Oleh karena hal tersebut, maka peningkatan aktivitas

16
GLP-1 dan GIP saat ini telah menjadi target terapi pada

penderita diabetes tipe 2 (Monika dkk, 2009). Golongan ini

memiliki mekanisme kerja meningkatkan sekresi insulin dan

menurunkan sekresi glukagon. Efek samping golongan obat ini

adalah menimbulkan urtikaria dan umumnya efikasi HbA1c

rendah (Inzucchi dkk, 2012).

Obat-obat golongan inhibitor DPP-4 yang telah beredar di

masyarakat dan telah mendapat persetujuan dari badan

kesehatan dunia (Food And Drug Administration atau FDA)

adalah sitagliptin dan vildagliptin. Inhibitor DPP-4 bekerja

antara lain dengan mengambat aktivitas DPP-4, meningkatkan

kadar GLP-1 dan GIP sehingga sekresi insulin juga meningkat.

Sitagliptin telah beredar dipasaran dengan merk dagang Januvia

serta merk Galvus yang berisi vildagliptin juga telah

diluncurkan ke pasar setelah Januvia (Istyastono, 2008).

c. Penggunaan Obat Rasional

Penggunaan obat dikatakan rasional jika tepat secara medik


dan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Masing-masing
persyaratan mempunyai konsekuensi yang berbeda-beda. Sebagai
contoh, kekeliruan dalam menegakkan diagnosis akan memberi
konsekuensi berupa kekeliruan dalam menentukan jenis
pengobatan (Anonim, 2006).
Dalam konteks biomedis mencakup kriteria berikut :
1) Obat yang benar
2) Obat yang tepat, mempertimbangkan kemanjuran, keamanan,
kecocokan bagi pasien dan harga.

17
3) Indikasi yang tepat, yaitu alasan menulis resep didasarkan pada
pertimbangan medis yang tepat.
4) Dosis pemberian, dan durasi pengobatan yang tepat.
5) Pasien yang tepat, yaitu tidak ada kontraindikasi dan
kemungkinan reaksi merugikan adalah minimal.
6) Dispensing yang benar, termasuk informasi yang tepat bagi
pasien tentang obat yang ditulis.
7) Kepatuhan pasien terhadap pengobatan.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes melitus secara umum terjadi karena adanya proses patogenesis. Ini
bersamaan dengan rusaknya autoimun pada sel beta di pankreas yang
menyebabkan berkurangnya produksi insulin hingga menjadi abnormal yang
menghasilkan resistensi terhadap kerja insulin. Dasar dari ketidaknormalan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein pada penderita diabetes merupakan
akibat dari berkurangnya kerja insulin pada jaringan. Berkurangnya hasil kerja
insulin adalah dari tidak cukupnya sekresi insulin dan/atau kurangnya respon
jaringan terhadap insulin dalam jalur kompleks kerja hormon. Penurunan sekresi
insulin dan resistensi kerja insulin sering terjadi pada pasien yang sama, dan itu
menjadi tidak jelas apa kelainannya, jika hanya salah satu saja, penyebabnya
adalah hiperglikemia. Gejala hiperglikemia meliputi poliuria, polidipsia,
penurunan berat badan, kadang dengan polipagia, dan penglihatan kabur.
Melambatnya pertumbuhan dan kerentanan terhadap infeksi tertentu juga dapat
menyertai penderita hiperglikemia (Jafar, 2004).
Setelah karbohidrat dan makanan didegradasi dalam usus, glukosa lalu
diserap ke dalam darah dan diangkut ke sel-sel tubuh. Untuk penyerapannya ke
dalam sel-sel ini dibutuhkan insulin, yang dapat diibaratkan sebagai kunci untuk
pintu masuk ke dalam sel. Sesudah masuk ke dalam sel tersebut, glukosa diubah
menjadi mitokondria (pabrik energi) menjadi energi atau ditimbun sebagai
glikogen. Cadangan ini digunakan bila tubuh kekurangan energi seperti puasa
beberapa waktu.
Setiap kali makan hidratarang (gula), maka kadar glukosa darah akan naik.
Hal ini sebagai reaksi insulin guna memproduksi dan melepakan insulin agar
memungkinkan absorbsi glukosa oleh sel, sehingga kadar glukosa darah turun lagi

19
dan pankreas menurunkan produksi insulinnya. Dengan demikian kadar glukosa
darah dapat bervariasi antara batas-batas normal dari 4 – 8 mmol/liter (1 mmol/L
= 180 mg glukosa/L darah). Penggunaan glukosa yang paling banyak adalah darah
dan otak, pemasukannya tidak boleh tidak (obligat) dan tidak tergantung dari
insulin. Di dalam sel glukosa dioksidasi menjadi karbondioksida dan air dengan
menghasilkan energi (Tjay dan Rahardja, 2010).

B. Saran

Perlu dilakukan lebih dalam lagi mengenai farmakoterapi pengobatan


Diabetes Melitus dari segala jenis Diabetes Melitus. Sehingga dapat dilakukan
penganganan Diabetes Melitus dengan tepat dan benar sesuai patofiologi Diabetes
Melitus itu sendiri.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ajiyah B.R., 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Putih dan


Glibenklamid terhadap Kadar Gula Darah Mencit Normal dan Mencit
Diabetes yang Diinduksi Aloksan. Fakultas Kedokteran, Universitas
Sumatera Utara, Medan, Indonesia.

Arrazi A., 2014. Profil Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Sri
Pamela Tebing Tinggi Pada Tahun 2011-2012. Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia.

Barnes J., Anderson L.A., Phillipson J.D., 2007. Herbal Medicines, 3rd ed.
London : Pharmaceutical Press.

Eidi A., Eidi M., Esmaeili E., 2006. Antidiabetic Effect of Garlic (Allium sativum
L.) in Normal and Streptozotocin-Induced Diabetic Rats. Elsevier:
Phytomedicine 13: 624-629.

Inzucchi S.E., Bergenstal R.M., Buse J.B., Diamant M., Ferrannini E., Nauck M.,
Peters A.L., Tsapas A., Wender R., Matthews D.R., 2012. Management of
Hyperglycemia in Type 2 Diabetes: A Patient-Centered Approach. Diabetes
Care Vol. 35: 1364-1379.

Jafar N., 2004. Diabetes Mellitus. Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia.

Katzung, B.G., 2014. Farmakologi Dasar dan Klinik ed 12 vol 12. Jakarta: ECG.
Hal 837-861.

21

Anda mungkin juga menyukai