Anda di halaman 1dari 64

KOMPONEN PENULISAN PROPOSAL SKRIPSI

Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah metode penelitian pendidikan kimia

Disusun oleh kelompok 4:


1. Nur Rizkhana Hariani (4301415045)
2. Sri Hayati (4301415054)
3. Isni Nurani (4301415056)
4. Khoironi Devi Maulana (4301415073)
5. Maula Najikh Wildana (4301415080)
6. Ainuz Zahroh Asna (4301415087)
7. Khomsatun Ni’mah (4301415088)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018
i
DAFTAR ISI

Cover ....................................................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 2


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3

2.1 Bab I Pendahuluan ............................................................................................................ 3


2.2 Bab II Tinjauan Pustaka .................................................................................................... 7
2.3 Bab III Metode Penelitian ................................................................................................ 23

Bab III PENUTUP ................................................................................................................. 60

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 60

3.2 Saran ................................................................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 61

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Karya ilmiah adalah suatu karangan yang mengandung ilmu pengetahuan dan
kebenaran ilmiah yang menyajikan fakta dan disusun secara sistematis menurut metode
penulisan dengan menggunakan bahasa ragam ilmiah. Secara ringkas dapat diartikan bahwa
pada dasarnya karya ilmiah merupakan laporan ilmiah. Laporan yang dimaksud dapat berupa
laporan kegiatan ilmiah, kegiatan kajian, dan kegiatan penelitian, baik penelitian lapangan,
laboratorium, maupun kepustakaan. Karya ilmiah sebagai laporan kegiatan ilmiah memiliki
berbagai jenis, antara lain: makalah, artikel, laporan buku/bab, karya tulis ilmiah, tugas akhir,
skripsi, tesis, disertasi, dan buku (Cahyono et al., 2014).
Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa dalam penelitian yang
berhubungan dengan masalah yang sesuai dengan bidang studinya untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar sarjana. Sebelum melakukan penelitian untuk pengambilan data
skripsi, langkah awal yang harus dilalui adalah menyusun proposal skripsi. Penulisan proposal
skripsi harus mengacu pada panduan yang ditentukan. Mahasiswa ketika menyusun proposal
skripsi masih merasa bingung dengan susunan komponen dan hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penyusunannya. Komponen proposal skripsi secara umum terdiri atas tiga bab yaitu bab
I pendahuluan, bab II tinjauan pustaka, dan bab III metode penelitian. Mahasiswa belum
sepenuhnya memahami karakteristik dari masing-masing komponen. Misalnya pada bab I
pendahuluan dijabarkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
dan manfaat penulisan. Seringkali mahasiswa dalam menuliskan latar belakang masalah masih
terlalu panjang akan tetapi isi dari latar belakang penulisan belum terlihat jelas. Rumusan
masalah yang dibuat seringkali belum sesuai dengan latar belakang masalah yang diangkat.
Tujuan penulisan seharusnya dituliskan menjawab rumusan masalah. Pada bab II tinjauan
pustaka, mahasiswa belum memahami bahwa pada bab II ini penjelasan teori dibuat
mengerucut dari sesuatu yang umum menuju spesifik. Pada bab III metode penelitian,
mahasiswa masih kesulitan dalam memilih teknik analisis data yang tepat. Teknik analisis data
dipilih dengan mempertimbangkan jenis penelitian, karakteristik data yang dikumpulkan,
karakteristik sampel, dan jumlah variabel yang diteliti. Oleh karena itu, makalah ini disusun
guna memperdalam pemahaman mahasiswa dalam penyusunan proposal skripsi. Makalah ini
berisi penjelasan tiap komponen bab dan juga dilengkapi dengan contoh proposal skripsi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik penulisan bab I pendahuluan pada proposal skripsi?
2. Bagaimana karakteristik penulisan bab II tinjauan pustaka pada proposal skripsi?
3. Bagaimana karakteristik penulisan bab III metode penelitian pada proposal skripsi?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami karakteristik penulisan bab I pendahuluan pada proposal skripsi.
2. Memahami karakteristik penulisan bab II tinjauan pustaka pada proposal skripsi.
3. Memahami karakteristik penulisan bab III metode penulisan pada proposal skripsi.
D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa memiliki pemahaman yang lebih mendalam terkait pemilihan teknik analisis
data sesuai dengan jenis penelitian yang diajukan.
2. Mahasiswa mampu menyusun proposal skripsi yang sesuai ketentuan dalam panduan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Karya tulis ilmiah merupakan sebuah tulisan yang disusun secara logis sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan. Setiap bagian dari karya tulis ilmiah merupakan kesatuan yang saling
terkait satu dengan yang lainya. Secara umum karya tulis ilmiah dapat dibagi menjadi beberapa
bagian, pertama pembukaan, kedua telaah pustaka, ketiga metode, keempat hasil dan pembahasan,
dan terakhir yaitu penutup berupa simpulan dan saran. Proposal penelitian menjadi salah satu
contoh karya tulis ilmiah. Struktur penulisan proposal penelitian sama dengan karya tulis
umumnya namun perbedaanya terletak pada belum adanya hasil dan pembahasan karena belum
melakukan penelitian.

Proposal penelitian selalu diawali dengan BAB I yang berisi beberapa topik bahasan yaitu,
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan penegasan istilah. Latar belakang
merupakan pengantar karya tulis ilmiah yang berisi masalah yang ingin diselesaikan. Terdapat
pola-pola tertentu dalam penyusunan proposal penelitian termasuk proposal penelitian pendidikan.

2.1 BAB I (Pendahuluan)


1. Latar Belakang
Latar belakang penelitian diawali dengan penyampaian diskripsi ataupun
penjelasan umum mengeni topik yang hendak dibahas. Dalam hal ini karena pusat kajian
akan difokuskan dalam proposal penelitiaan pendidikan maka hal yang terlebih dahulu
disampaikan yaitu diskripsi umum mengenai pendidikan itu sendiri.
Seperti pada contoh dibawah ini :
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam
masyarakat, bangsa, dan negara (Khaerun et al., 2010). Sehingga pendidikan
berperan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Upaya
pemerintah dalam memperbaiki pendidikan di Indonesia salah satunya yaitu melalui
pengembangan dan pengadaan bahan ajar (Suwondo et al., 2014).
Pembahasan kemudian dilanjutkan menuju pada materi-materi yang akan dijadikan
kajian utama penelitian. Dalam hal ini contoh proposal penelitian yang diacu ialah
penelitian tentang pengembangan media maka di latar belakang dijelaskan mengenai

3
definisi media, keunggulanya, bagaimana cara menggunakanya, bagaimana penerapan
secara semstinya, dan masalah yang terjadi dilapangan.
Contoh :
Bahan ajar merupakan sumber belajar bagi siswa yang di dalamnya terdapat
materi-materi yang akan dipelajari oleh siswa. Sumber belajar sebagai informasi yang
disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media dibuat dengan sengaja, agar
dapat membantu peserta didik dalam belajar (Irzan et al., 2006). Penggunaan bahan
ajar merupakan salah satu pemanfaatan media dalam sebuah proses pembelajaran.
Bahan ajar yang digunakan guru salah satunya yaitu berbentuk lembar kerja siswa.
Menurut Prastowo (2011) LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa yang
berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk yang harus dikerjakan siswa. LKS
yang kaya manfaat dapat dibuat dengan menjadikannya sebagai bahan ajar yang
menarik bagi siswa. Siswa menjadi tertarik untuk belajar keras dan belajar cerdas
dengan keberadaan LKS tersebut. Dalam pengembangan LKS perlu disesuaikan
dengan karakteristik pembelajaran.
Pembelajaran kimia memerlukan adanya pembelajaran yang menarik,
memupuk daya kreasi, inovasi siswa, serta tidak monoton. Mengingat kimia
merupakan salah satu pelajaran yang diikutsertakan dalam ujian nasional. Hal ini akan
berdampak pada lulusan Lembaga Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). SMA
adalah jenjang pendidikan yang mempersiapkan siswanya untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi. Akan tetapi tidak semua siswa lulusan SMA melanjutkan jenjang
pendidikannya ke perguruan tinggi, sehingga berpotensi menjadi pengangguran
(Ningtias et al.,2013).

Proposal penelitian juga menyampaikan mengenai hasil observasi awal mengenai


kajian yang hendak dilakukan. Seperti hasil observasi hasil belajar kognitif, afektif
maupun psikomotorik. Dari penyampaian hasil observasi tersebut kemudian disampaikan
adanya masalah yang ditunjukan dengan adanya perbedaan antara kondisi yang diingikan
serta kondisi sebenarnya dilapangan, hal lain yang juga harus dicantumkan yaitu tujuan
secara tersirat mengenai solusi apa yang hendak kita berikan dan juga bagaimana
penerapan serta keunggulan dari solusi tersebut.

Contoh :

Data observasi yang dilakukan di SMAN 10 Semarang menunjukkan bahwa


tahun 2015 hanya 181 siswa dari 300 siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi,
4
berarti 40% siswa tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Berdasarkan data tersebut
maka diperlukan adanya upaya untuk mempersiapkan siswa SMA menjadi lulusan
berkualitas, baik untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi maupun siap
memasuki lapangan kerja secara mandiri. Salah satu pendekatan pembelajaran yang
dapat diterapkan untuk menjawab permasalahan tersebut adalah pendekatan
chemoentrepreneurship (CEP).
Menurut Supartono (2006) CEP merupakan suatu pendekatan pembelajaran
kimia yang kontekstual, yaitu pendekatan yang mengaitkan materi dengan obyek
nyata. Selain memperoleh materi pelajaran siswa juga memiliki kesempatan untuk
mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi suatu produk yang bermanfaat,
bernilai ekonomi, dan menumbuhkan semangat / jiwa kewirausahaan siswa
Melalui pendekatan CEP diharapkan siswa lebih kreatif, sehingga dapat
menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Materi
minyak bumi adalah salah satu topik dalam subjek kimia yang menekankan fenomena
alam dan memiliki banyak aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pengajaran
kimia akan lebih menyenangkan dan memberi kesempatan peserta didik untuk
mengoptimalkan potensialnya agar menghasilkan suatu produk. Oleh karena itu proses
pembelajaran berorientasi CEP mengarahkan siswa untuk memiliki kegiatan dan
praktikum membuat produk yang berkaitan dengan materi yang mereka pelajari.
Selain itu soal – soal disajikan dengan menghubungkan konsep dengan kehidupan
sehari-hari agar mudah dipahami, sehingga siswa dapat termotivasi dalam
pembelajaran. Bila siswa sudah terbiasa dengan kondisi belajar yang demikian, tidak
menutup kemungkinan jiwa wirausaha siswa akan tumbuh (Supartono, 2006).
LKS berorientasi chemoentrepreneurship merupakan LKS yang dikembangkan
dengan mengaitkan langsung pada obyek nyata atau fenomena di sekitar kehidupan
manusia. LKS ini memungkinkan siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu
bahan menjadi produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan memotivasi siswa
untuk meningkatkan jiwa kewirausahaaan. Dengan LKS berorientasi
chemoentrepreneurship yang dikaitkan dengan objek nyata, maka diharapkan pula
siswa akan menjadi lebih paham terhadap pelajaran kimia dan memberi kesempatan
pada siswa untuk mengoptimalkan potensinya agar menghasilkan produk. LKS
berorientasi chemoentrepreneurship sebagai salah satu upaya meningkatkan jiwa
kewirausahaan siswa, sebagai bekal bagi siswa dimasa mendatang karena adanya
aspek kewirausahaan dalam pendidikan.

5
Pada akhir paragraf dari latar belakang disampaikan pula mengenai hipotesis atau
hasil seperti yang kira-kira akan diperoleh.
Contoh :
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti bermaksud untuk mengembangkan
LKS kimia berorientasi chemoentrepreneurship materi pokok minyak bumi.
Pengembangan LKS berorientasi chemoentrepreneurship dapat membantu
memberikan informasi yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga dapat
dijadikan sebagai sumber belajar. Selain itu dengan berorientasi
chemoentrepreneurship diharapkan siswa dapat meningkatkan jiwa layaknya seorang
wirausahawan yang percaya diri, jujur, disiplin, kerjasama, komunikatif, tanggung
jawab, kreatif, dan inovatif. Sehingga, peneliti mengajukan usulan penelitian dengan
judul “ Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berorientasi Chemoentrepreneurship
Pada Materi Pokok Minyak Bumi Sebagai Sumber Belajar.

2. Rumusan Masalah
Bagian kedua dari BAB I setelah latar belakang yaitu Rumusan Masalah. Rumusan
masalah merupakan apa-apa saja yang sebenarnya akan dikaji yang kemudian rumusan
masalah tersebut disampaikan dalam bentuk kalimat tanya.
Contoh :
Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, maka rumusan masalah dari peneliti ini
sebagai berikut :
1. Apakah LKS berorientasi chemoentrepreneurship yang dikembangkan valid
berdasarkan penilaian ahli ?
2. Apakah pembelajaran dengan menggunakan LKS berorientasi
chemoentrepreneurship yang dikembangkan efektif meningkatkan jiwa
kewirausahaan siswa dan mampu memberikan pemahaman konsep kepada siswa?
3. Bagaimana tanggapan guru dan siswa terhadap LKS berorientasi
chemoentrepreneurship yang dikembangkan ?

3. Tujuan Penelitian
Setelah disampaikan Rumusan masalah, maka hal yang kemudian disampaikan
yaitu Tujuan Penelitian. Tujuan penelitian merupakan jawaban yang melandasi menga
suatu rumusan masalah itu diangkat, dan apa yang hendak diperoleh dari rumusan masalah

6
tersebut. Sehingga antara rumusan masalah dan tujuan masih memiliki benang merah yang
sama.
Contoh :
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memperoleh LKS berorientasi chemoentrepreneurship pada materi minyak bumi
sebagai sumber belajar yang valid.
2. Menguji efektifitas penggunaan LKS berorientasi chemoentrepreneurship untuk
meningkatkan jiwa kewirausahaan siswa dan memberikan pemahaman konsep
kepada siswa.
3. Memperoleh tanggapan guru dan siswa terhadap LKS berorientasi
chemoentrepreneurship yang dikembangkan.

4. Manfaat Penelitian
Selain Menyampaikan mengenai rumusan masalah dan tujuan pada pendahuluan
juga disampaikan mengenai manfaat-manfaat apa saja yang akan diperoleh dari penelitian
tersebut. Manfaat penulisan umumnya disampaikan dalam dua hal yaitu manfaat teoritis
dan juga manfaat praktis.
Contoh :
Manfaat penelitian pengembangan LKS berorientasi chemoentrepreneurship pada materi
minyak bumi adalah sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Guru dapat menggunakan LKS yang dikembangkan sebagai alternatif sumber belajar
dalam proses pembelajaran kimia sehingga mampu meningkatkan jiwa
kewirausahaan siswa.
2. Bagi Siswa
Sebagai sumber belajar kimia pada materi minyak bumi dan mampu meningkatkan
jiwa kewirausahaan siswa.

3. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan dalam hal perbaikan sistem belajar untuk meningkatkan
kualitas hasil belajar siswa yang lebih bermakna dalam pembelajaran kimia dan
meningkatkan jiwa kewirausahaan siswa.

7
5. Penegasan Istilah
Beberapa Proposal penelitian biasanya juga menyertakan bagian penegasan istilah,
yang berisi mengenai istilah-istilah khusus yang tidak semua orang memahaminya,
terlebih dalam ilmu kimia terdapat banyak sekali istilah yang oleh orang awam jarang
yang mengetahuinya artinya, maka dari itu perlu adanya penjelasan lebih lanjut megenai
penegasan-penegasan istilah yang ada.
Contoh :
Untuk menghindari terjadinya kesalahan penafsiran istilah dalam penelitian ini
diperlukan penegasan istilah sebagai berikut :

1. Chemoentrepreneurship

Chemoentrepreneurship merupakan suatu pendekatan pembelajaran kimia yang


kontekstual, yaitu pendekatan yang mengaitkan materi dengan obyek nyata. Selain
memperoleh materi pelajaran siswa juga memiliki kesempatan untuk mempelajari
proses pengolahan suatu bahan menjadi suatu produk yang bermanfaat, bernilai
ekonomi (Supartono, 2006). Inti pendekatan CEP bukan membentuk siswa menjadi
seorang wirausahaan atau pedagang, tetapi diharapkan akan meningkatkan semangat
atau jiwa berwirausaha bagi siswa dalam proses belajar (Mursalin, 2015). Jiwa
kewirausahaan tersebut yang akan menjadi bekal bagi terwujudnya cita-cita di masa
depan sesuai dengan kompetensi siswa .

2. Jiwa Kewirausahaan

CURVE (2001) menyatakanbahwa kewirausahaan merupakan jiwa yang bisa


dipelajari dan diajarkan. Peneliti mengambil beberapa aspek jiwa kewirausahaan yang
ditingkatkan selama proses pembelajaran diantaranya : percaya diri, jujur, disiplin,
kerjasama, komunikatif, tanggung jawab, kreatif, dan inovatif. Kedelapan aspek
tersebut akan digunakan peneliti untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan siswa.

8
2.2 BAB II (Tinjauan Pustaka)
1. Dasar Teori
Tinjauan Pustaka (Literature Review) merupakan salah satu bab yang hampir selalu
ditemukan dalam proposal penelitian dan laporan penelitian, termasuk skripsi, tesis, dan
disertasi. Literature review sebagai tahapan proses yang didalamnya terdiri dari
identifikasi terhadap hasil kerja baik yang dipublikasikan maupun tidak dari berbagai
sumber data sekunder, melakukan evaluasi terhadap hasil kerja tersebut dalam kaitannya
dengan masalah, dan yang terakhir mendokumentasikan hasil. Berdasarkan definisi
tersebut, maka kegiatan literature review mencakup tiga hal:
1. Identifikasi terhadap berbagai material yang ada, baik yang dipublikasikan maupun
tidak sesuai dengan topik.
2. Melakukan evaluasi terhadap material yang didapatkan, mana yang relevan dan
mana yang tidak dengan penelitian yang akan dilakukan. Literatur yang dipilih harus
relevan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan.
3. Menuliskan variable dan hasil temuan lain yang signifikan bagi penelitian, yang akan
mendasari kerangka teoritis (theoritical framework) penelitian. Dalam menuliskan
tinjauan pustaka, ikutilah cara menuliskan informasi yang didapat dari hasil karya
orang lain. Salah satu metode yang digunakan dalam melakukan citation atau
mengutip hasil karya orang lain adalah cara mengutip yang ditetapkan oleh American
Psychological Association (APA). Selain APA mahasiswa juga dapat menggunakan
gaya mengutip yang lain sesuai dengan pedoman kampus masing-masing. Semua
sumber literatur harus dicantumkan di daftar pustaka sesuai dengn format penulisan
yang telah dipilih. Mengutip karya orang lain tanpa mencantumkan sumbernya bisa
termasuk ke dalam kateogri penjiplakan atau plagiat.
Tinjauan pustaka dapat dilakukan terhadap beberapa sumber, diantaranya:
1. Textbook.
Text book biasanya memuat teori-teori yang relevan terhadap suatu topik atau area
tertentu. Tinjauan pustaka dilakukan untuk mencari landasan teori yang relevan
terhadap penelitian. Sugiyono (2012) mengatakan bahwa landasan teori perlu
ditegakan agar penelitian memiliki dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan
coba-coba (trial and error). Landasan teori menunjukan bahwa penelitian yang
dilakukan merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data-data yang akan
digunakan. Keunggulan buku teks adalah biasanya lebih luas cakupannya daripada

9
jurnal. Kelemahannya biasanya kurang mendalam dan kurang up to date jika
dibandingkan dengan journal.
2. Journal.
Pilihlah journal yang dapat digunakan sebagai sumber literatur ilmiah.
Kampus biasanya memiliki ketentuan jurnal mana yang bisa digunakan dan mana
yang tidak dapat digunakan sebagai sumber literatur. Pada jurnal kita dapat
memperoleh informasi penelitian terdahulu yang relevan, baik tujuan, metode,
maupun hasil, yang dapat membantu mahasiswa dalam melakukan penelitian.
3. Theses.
Tesis atau skripsi atau hasil karya tulis ilmiah mahasiswa dapat dijadikan
sebagai sumber literatur selama memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Pilihlah
hasil karya ilmiah mahasiswa lain yang memang layak dijadikan sumber literatur
penulisan ilmiah. Setiap kampus biasanya memiliki kebijakan mana yang dapat
digunakan dan mana yang tidak dapat digunakan sebagai sumber literatur.

Sumber bacaan yang digunakan dalam tinjauan pustaka perlu memenuhi paling tidak
kriteria-kriteria sebagai berikut (Sugiyono, 2012):
1. Relevansi,
Membahas semua literatur yang diperlukan untuk menjawab research question yang
telah ditetapkan. Hasil penelitian terdahulu yang relevan bukan berarti sama dengan
penelitian yang akan dilakukan, akan tetapi masih dalam ruang linkup yang sama.
2. Kelengkapan,
Mencakup berapa banyak literatur. Setiap kampus mungkin memilikiaturan yang
berbeda-beda terkait berapa jumlah minimal sumber teori atau penelitian terdahulu
yang harus ditinjau oleh peneliti/mahasiswa.
3. Tahun terbit,
Semakin baru semakhin mutakhir. Kampus biasanya punya ketetapan tahun terbit
terlama yang boleh dijadikan sumber literatur. Selain itu, biasanya ada juga sumber
literatur atau teori yang walaupun sudah sangat lama tapi masih bisa digunakan.

Dalam melakukan literature review paling tidak mahasiswa melakukan:


1. Summarize, menuliska/mendeskripsikan kembali informasi yang didapat dari
sumber literatur dengan bahasa sendiri.

10
2. Synthesize, Penulis dapat membuat sebuah kesimpulan berdasarkan analisis terhadap
lebih dari satu teori atau penelitian terdahulu.
3. Compare, membandingkan atau mencari persamaan antar satu literatur dengan
literatur yang lain, atau persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian
yang akan dilakukan. Menurut Sugiyono (2012) analisis komparatif dapat
memadukan antara satu teori dengan teori yang lain, atau mereduksi jika terlalu luas.
4. Contrast, mencari perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan
penelitian terdahulu.
5. Criticize, mengungkapkan kekurangan pada penelitian terdauhulu.

Tinjauan pustaka dapat menunjukan apakah mahasiswa memahami teori/konsep


dan konteks penelitian atau tidak. Untuk melakukan tinjauan pustaka dengan baik
mahasiswa dituntut untuk banyak membaca. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah,
tinjauan pustaka dilakukan untuk mencari informasi-informasi dan variabelvariabel yang
relevan dengan penelitian yang akan dilakukan, untuk mencari solusi atau menjawa
pertanyaan penelitian. Oleh sebab itu, tinjauan pustaka tidak bisa dilakukan dengan asal
caplok sana sini, apalagi copy-paste dari hasil karya orang lain, yang belum tentu relevan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Tinjauan pustaka yang dituliskan di bab 2 tidak
dapat berdiri sendiri, karena berkaitan dengan research question yang telah dituliskan di
bab 1. Perhatikan konsistensi logika antara research question dan tinjauan pustaka yang
dilakukan.
Pada akhirnya tinjauan pustaka akan mengumpulkan semua informasi dan
variabel variabel penting dari berbagai teori dan penelitian terdahulu yang relevan
denganpenelitian yang akan dilakukan. Variabel-variabel tersebut akan menjadi basis
dalam pembuatan kerangka teoritis/kerangka berpikir yang komperhensif (theoretical
framework). Kerangka teoritis adalah hal terakhir yang harus disusun oleh mahasiswa
berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan. Kerangka teoritis adalah suatu model
konseptual yang menjelaskan hubungan antar variable yang akan diteliti. Kerangka
teoritis merupakan hasil sintesa dari semua teori dan penelitian terdahulu yang akan
dijadikan dasar dalam penyusunan hipotesis.

Contoh Dasar Teori :

11
2.1 Lembar Kerja Siswa (LKS)
2.1.1 Pengertian LKS
Sumber belajar merupakan bahan atau materi untuk menambah ilmu
pengetahuan yang mengandung hal baru bagi siswa. Sumber belajar dapat
berasal dari manusia, buku, media massa, lingkungan dan media pendidikan.
Salah satu sumber belajar yang berasal dari buku adalah Lembar Kerja Siswa
(LKS), LKS dikategorikan sebagai alat bantu pembelajaran yang digunakan oleh
siswa. Menurut Prastowo (2011: 204) LKS adalah suatu bahan ajar cetak yang
terdiri dari lembaran - lembaran kertas yang berisi materi, ringkasan, dan
petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa yang
mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Sama halnya menurut
Depdiknas (2008) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. Selaras dengan pendapat Ducha, et al., (2012)
LKS merupakan petunjuk atau pedoman berisi langkah- langkah penyelesaian
tugas sehingga dapat membantu siswa memperoleh pengalaman secara langsung
sehingga siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan yang disampaikan oleh
guru saja. Demikian juga Kur dan Akdeniz dalam Yildirim (2011), yang
mengatakan bahwa lembar kerja adalah bahan dimana siswa diberikan langkah-
langkah transaksi mengenai apa yang seharusnya mereka untuk belajar. Begitu
juga diungkapkan oleh Kaymakcy (2012), bahwa LKS merupakan salah satu
bahan yang paling penting untuk mencapai tujuan dari aktivitas pembelajaran.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan
salah satu sumber belajar yang berisikan materi secara singkat, tujuan
pembelajaran, petunjuk mengerjakan, dan pertanyaan yang harus dijawab oleh
siswa.
2.1.2 Tujuan dan Fungsi LKS
Tujuan dari penyusunan LKS menurut Prastowo (2011: 206) dijabarkan
kedalam 4 poin yaitu (1) menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk
berinteraksi dengan materi yang diberikan, (2) menyajikan tugastugas yang
dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diberikan,
(3) melatih kemandirian belajar siswa, (4) memudahkan pendidik dalam
memberikan tugas kepada siswa.
Fungsi utama LKS adalah sebagai sumber belajar dan media pembelajaran,
namun menurut Prastowo (2011 : 205-206), LKS mempunyai fungsi lain yaitu

12
sebagai berikut: (1) dapat meminimalkan peran guru, tapi lebih mengaktifkan
siswa, (2) mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan, (3)
buku yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, (4) memudahkan pelaksanaan
pengajaran kepada siswa.
2.1.3 Macam-Macam LKS
LKS bisa dikemas sesuai kebutuhan guru dan siswa, sehingga tidak hanya
didominasi oleh materi dan latihan-latihan soal. Berdasarkan jenisnya Sunyono
(2008) membagi LKS menjadi dua macam, yaitu (1) LKS eksperimen yaitu
lembar kerja yang melibatkan kegiatan eksperimen untuk menemukan dan
mengembangkan konsep serta mencakup semua aspek keterampilan proses, (2)
LKS non eksperimen yaitu lembar kerja berisi pedoman untuk menemukan dan
mengembangkan konsep tanpa melibatkan kegiatan eksperimen, melainkan
melibatkan kegiatan diskusi, tanyajawab, dan hanya mencakup ketrampilan
proses tertentu. Sedangkan menurut Zulfa ( 2009) secara garis besar LKS
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (1) LKS tak terstruktur bercirikan berisi
sedikit informasi atau petunjuk yang mengarah pada materi, dan (2) LKS
terstruktur dilengkapi dengan petunjuk dan pengarahan. Menurut Depdiknas
(2008) berdasarkan bentuknya LKS dibedakan menjadi 5 macam yaitu (1) LKS
yang membantu siswa dalam menemukan konsep. LKS ini memiliki ciri-ciri
mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat konkret,
sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. LKS jenis ini
memuat apa yang harus dilakukan oleh siswa meliputi melakukan,
mengamati,dan menganalisis, (2) LKS yang membantu siswa menerapkan dan
mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan. LKS ini membantu
siswa menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, (3)
LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar. LKS yang membantu siswa
menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat pada buku. LKS
jenis ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku.
Sehingga jika siswa membaca buku maka siswa akan dapat mengerjakan
pertanyaannya, (4) LKS yang berfungsi sebagai penguatan. Materi dalam LKS
ini mengarah pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran. LKS ini
diberikan kepada siswa setelah selesai mempelajari topik tertentu, (5) LKS yang
berfungsi sebagai petunjuk praktikum. Dalam LKS berorientasi
chemoentrepreneurship ini, petunjuk praktikum adalah salah satu isi dari LKS.

13
Dalam LKS berorientasi chemoentrepreneurship akan terdapat beberapa
pelaksanaan praktikum pembuatan produk.
2.1.4 Komponen –Komponen LKS
Penyusunan LKS perlu memperhatikan komponen yang dapat menunjang
keefektifan penggunaan LKS. Menurut Redfield (1981), komponen penyusun
utama dari LKS adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam bentuk
kalimat tanya yang digunakan untuk meningkatkan proses berfikir, sedangkan
menurut Nyamupangedengu & Lelliot (2012) berisi penugasan – penugasan
yang disesuaikan dengan topik serta tujuan pembelajaran dari suatu kegiatan
pembelajaran yang sedang dilakukan. Siddiq (2008) menyatakan bahwa LKS
hanya menekankan pada latihan, tugas atau soal-soal saja, akan tetapi tetap
menyertakan : uraian singkat dari materi, petunjuk kegiatan belajar atau
pengerjaan soal, serta kesimpulan pada akhir. Sedangkan menurut Kementrian
Pendidikan Nasional dalam prastowo (2011) menyatakan LKS terdiri atas
delapan unsur meliputi : (1) judul, (2) petunjuk belajar, (3) Kompetensi Dasar
yang akan dicapai atau materi pokok, (4) waktu penyelesaian, (5)
peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, (6) informasi
singkat tentang langkah kerja, (7) tugas yang harus dilakukan, dan (8) laporan
yang harus dikerjakan. Namun demikian hanya enam unsur pokok dalam suatu
LKS yang wajib ada yaitu : (1) judul, (2) petunjuk belajar, (3) Kompetensi Dasar
yang akan dicapai atau materi pokok, (4) informasi pendukung, (5) tugas atau
langkah kerja, dan (6) penilaian. Prastowo (2011), kemudian merinci bahwa
yang dimaksud dengan 6 unsur pokok dalam suatu LKS antara lain : (1) judul
merupakan caption atau topik berupa beberapa frase yang mencerminkan garis
besar apa yang akan dipelajari, (2) petunjuk belajar adalah penjelasan mengenai
bagaimana siswa mempelajari materi yang diajarkan dalam LKS, (3)
Kompetensi Dasar adalah kompetensi yang akan dicapai oleh siswa, (4)
informasi pendukung adalah berbagai informasi tambahan yang digunakan
untuk mempelajari materi tersebut, (5) tugas atau langkah kerja yaitu beberapa
langkah prosedural yang harus dilakukan siswa dalam mempelajari materi
tersebut, (6) penilaian adalah sejumlah pertanyaan yangdigunakan untuk
mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi.
Komponen di dalam LKS chemoentrepreneurship meliputi (1) judul, (2)
petunjuk belajar, (3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan

14
dicapai, (4) uraiuan materi secara singkat, (5) informasi pendukung ( seperti
motivasi jiwa kewirausahaan, info kimia), (6) tugas atau langkah kerja (kegiatan
yang berorientasi chemoentrepreneurship), dan (7) penilaian ( soal disajikan
dengan menghubungkan konsep dengan kehidupan sehari-hari).
2.1.5 Langkah-Langkah Penyusunan LKS
Dalam menyiapkan LKS yang menarik harus melalui beberapa langkah.
Adapun langkah-langkah penyusunan LKS menurut Depdiknas (2008) adalah
sebagai berikut: (1) analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan
materimateri mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Biasanya dalam
menentukan materi dianalisis dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman
belajar dari materi yang akan diajarkan, kemudian kompetensi yang harus
dimiliki oleh siswa, (2) menyusun peta kebutuhan LKS. Peta kebutuhan LKS
sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis atau urutan
LKS-nya juga dapat dilihat, (3) menentukan judul-judul LKS. Judul LKS
ditentukan atas dasar KDKD, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang
terdapat dalam kurikulum, (4) penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. perumusan KD yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari kurikulum yang berlaku
yaitu kurikulum KTSP.
b. menentukan alat penilaian
Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja siswa.

c. penyusunan materi
Materi LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat
berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum materi yang akan dipelajari.
Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal
hasil penelitian.
d. struktur LKS
Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut: (1) Judul, (2) Petunjuk
belajar (Petunjuk siswa), (3) Kompetensi Dasar yang akan dicapai, (4) Informasi
pendukung, (5) Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, dan (6) Penilaian.

15
Keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar pada proses
pembelajaran, sehingga penyusunannya harus memenuhi standar-standar
tertentu. Standar yang dimaksud meliputi persyaratan, karakteristik, dan
kompetensi minimum yang harus terkandung di dalam suatu buku teks pelajaran.
Pada penelitian ini, kelayakan LKS diuji berdasarkan tiga aspek menurut BSNP
(2007) yaitu aspek kelayakan yaitu isi (didaktik), bahasa (konstruksi), dan
penyajian (teknis).
Aspek kelayakan isi menurut Darmodjo & Kaligis (1992: 41) berkaitan
dengan penggunaan LKS yang dapat mengajak siswa aktif dalam proses
pembelajaran dan mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional,
moral, dan estetika pada diri siswa. Depdiknas (2008) menyampaikan
penyusunan materi pada LKS didasarkan pada kesesuaian terhadap SK dan KD,
selain itu perlu memperhatikan beberapa prinsip. Prinsip tersebut meliputi
relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi
pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan dengan pencapaian SK dan KD.
Prinsip konsistensi atau keajegan artinya materi pembelajaran secara
konsisten merujuk pada kompetensi- kompetensi dan indikator yang telah
ditetapkan. Prinsip kecukupan atau memadai artinya materi yang diberikan
disesuaikan dengan waktu dan kompetensi yang harus dicapai. Selain itu
penyusunan materi LKS juga mengacu pada pendekatan yang digunakan yaitu
chemoentrepreneurship. Aspek ini dikelompokkan sebagai berikut: (1)
kesesuaian materi dengan SK dan KD, (2) Penerapan pendekatan
chemoentrepreneurship dan penanaman aspek jiwa kewirausahaan. Aspek
kelayakan bahasa berhubungan dengan kaidah penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, peristilahan, susunan kalimat, kosakata, dan
kejelasan kalimat yang pada hakikatnya harus tepat dan sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa. Aspek ini dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) kesesuaian
bahasa dengan tingkat kemampuan siswa, (2) kesesuaian aturan penulisan LKS
(BSNP, 2007).
Aspek kelayakan penyajian menekankan pada penyusunan LKS secara runtut
dan sistematis, penggunaan jenis dan ukuran huruf yang sesuai, penggunaan
ilustrasi, lay out atau tata letak, dan desain tampilan LKS yang dibuat semenarik
mungkin agar dapat meningkatkan motivasi dan perhatian siswa. Aspek ini dapat

16
dikelompokkan sebagai berikut: (1) teknik penyajian, (2) pendukung penyajian
materi (3) kelengkapan penyajian (BSNP, 2007).
2.4 Materi Minyak Bumi Pada LKS
Suatu desain dan media pembelajaran yang akan diajarkan kepada siswa tentu
bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi dan
mempermudah guru juga dalam penyampaian materi. Tentu konten atau isi di
dalam perangkat tersebut bertumpu pada materi yang hendak diajarkan.
Perangkat yang dikembangkan berbentuk LKS (Lembar Kerja Siswa)
berorientasi chemoentrepreneurship yang menyajikan materi minyak bumi
untuk siswa kelas X semester genap. Bagian-bagian di nomor 2.4 berisi tentang
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.
Standar kompetensi merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup
aspek-aspek yang harus dicapai oleh peserta didik. Standar kompetensi berguna
untuk mengetahui ketercapaian siswa dalam memahami materi yang diajarkan
oleh guru. Pada naskah ini, standar kompetensi pada LKS dengan materi minyak
bumi adalah sebagai berikut.
Standar kompetensi: Memahami sifat – sifat senyawa organik atas dasar
gugus fungsi dan senyawa makromolekul. Jadi, dengan standar kompetensi yang
berbunyi seperti di atas, setelah materi tersebut diajarkan, diharapkan siswa
mampu memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan
senyawa makromolekul.
Kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi yang
cakupan materinya lebih sempit dibandingkan dengan standar kompetensi.
Kompetensi diartikan sebagai aspek pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dikuasai oleh siswa. Beberapa aspek yang dinilai dalam
kompetensi dasar antara lain:
1. Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan di bidang kognitif
2. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki siswa
3. Kemahiran (skill) yaitu kemampuan di bidang psikomotorik
4. Nilai (value) nilai disini berisi tentang norma-norma yang diperhatikan pada
materi
5. Sikap (attitude) yaitu pandangan individu terhadap sesuatu
6. Minat (interest) yaitu kecenderungan individu untuk melaksanakan suatu
perbuatan

17
Contoh kompetensi dasar: Menjelaskan proses pembentukan dan teknik
pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi serta kegunaannya.
Jadi, dengan standar kompetensi yang berbunyi seperti di atas, setelah materi
tersebut diajarkan, diharapkan siswa mampu menjelaskan proses pembentukan
dan teknik pemisahan fraksi minyak bumi. Berarti aspek pengetahuan dan
pemahaman diterapkan pada kompetensi dasar ini.
Indikator yaitu penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik,
mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata
kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Contoh indikator:
 Mendeskripsikan proses pembentukan minyak bumi dan gas alam dengan penuh
rasa percaya diri
 Menjelaskan komponen-komponen utama penyusun minyak bumi dengan penuh
rasa percaya diri
 Menafsirkan bagan penyulingan bertingkat untuk menjelaskan dasar dan teknik
pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi dengan penuh rasa tanggung jawab.
 Bekerjasama mengidentifikasi produk hasil olahan minyak bumi dan pengolahan
residu minyak bumi dalam industri petrokimia
 Bekerjasama secara komunikatif dengan rasa jujur membuat produk CEP dari
hasil pengolahan minyak bumi dengan kreatif dan inovatif
 Dengan penuh rasa disiplin mampu membedakan kualitas bensin berdasarkan
bilangan oktannya.
 Dengan penuh tanggung jawab menganalisis dampak pembakaran bahan bakar
terhadap lingkungan.
Jadi, siswa diharapkan mampu mencapai indikator-indikator di atas,
memahami materi, dan bersikap seperti yang tertulis pada indikator.
2.5 Produk Kewirausahaan Minyak Bumi
Pada bagian ini, penulis menuliskan tentang materi yang akan diungkap di LKS
berorientasi chemoentrepreneurship. Materi yang dituliskan yaitu tentang
deskripsi minyak bumi, dan kemudian dilanjutkan dengan orientasi
chemoentrepreneurship nya. Contohnya adalah pengolahan bahan utama

18
pembuatan plastic yang diolah menjadi kerajinan tangan seperti gantungan
kunci, celengan, dan boneka.
2.6 Lembar Kerja Siswa Berorientasi Chemoentrepreneurship Pada Materi
Pokok
Minyak Bumi Sebagai Sumber Belajar dan Untuk Meningkatkan Jiwa
Kewirausahaan Siswa. Pada bagian ini, penulis mendeskripsikan tentang bentuk
dan bagian LKS yang digunakan. Bagian yang dijelaskan adalah judul, petunjuk
belajar, SK dan KD, materi singkat, informasi pendukung seperti motivasi
kewirausahaan (entrepreneur) yang berkaitan dengan minyak bumi, tugas dan
langkah kerja pembuatan produk kewirausahaan, dan penilaian soal
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Bagian ini juga menjelaskan tentang harapan dari penulis kepada siswa yang
memanfaatkan LKS ini. Berikut merupakan contoh dari bagian 2.6. LKS
berorientasi chemoentrepreneurship merupakan LKS dikembangkan dengan
mengaitkan langsung pada obyek nyata atau fenomena di sekitar kehidupan
manusia. LKS ini memungkinkan siswa dapat mempelajari proses pengolahan
suatu bahan menjadi produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan memotivasi
siswa untuk meningkatkan jiwa kewirausahaaan. Dengan LKS berorientasi
chemoentrepreneurship yang dikaitkan dengan objek nyata, maka diharapkan
pula siswa akan menjadi lebih paham terhadap pelajaran kimia dan memberi
kesempatan pada siswa untuk mengoptimalkan potensinya agar menghasilkan
produk. Sehingga, LKS berorientasi chemoentrepreneurship sebagai salah satu
upaya meningkatkan jiwa kewirausahaan siswa, sebagai bekal bagi siswa dimasa
mendatang karena adanya aspek kewirausahaan dalam pendidikan.

a. Penelitian yang Relevan


Pengertian relevan adalah mempunyai kaitan dan hubungan erat dengan pokok
masalah yang sedang dihadapi. Definisi relevan adalah hal-hal yang sejenis yang saling
berkaitan dengan subjek dalam konteks yang tepat atau terhubung dan terkait dengan
situasi saat ini. Pengertian penelitian relevan adalah suatu penelitian sebelumnya yang
sudah pernah dibuat dan dianggap cukup relevan/ mempunyai keterkaitan dengan judul
dan topik yang akan diteliti yang berguna untuk menghindari terjadinya pengulangan
penelitian dengan pokok permasalahan yang sama. Penelitian relevan dalam penelitian
juga bermakna berbagai referensi yang berhubungan dengan penelitian yang akan

19
dibahas. Dikatakan relevan karena penelitian-penelitian sebelumnya berkaitan atau
bermanfaat terhadap penelitian yang sedang dilakukan.
Contoh
Beberapa jurnal hasil penelitian yang mempunyai relevansi dengan judul
skripsi ini adalah penelitian Mulyani (2011) menyatakan bahwa keberhasilan
program pendidikan kewirausahaan dapat diketahui melalui pencapaian
kriteria antara lain meliputi: 1) peserta didik memiliki karakter dan perilaku
wirausaha yang tinggi, 2) lingkungan kelas yang mampu mengembangkan
kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilainilai
kewirausahaan yang diinternalisasikan, dan 3) lingkungan kehidupan sekolah
sebagai lingkungan belajar yang bernuansa kewirausahaan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sumarti (2008) yang berjudul “
Peningkatan Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Calon Guru Kimia Dengan
Pembelajaran Praktikum Kimia Dasar Berorientasi Chemoentrrepreneurship”
menyatakan, berdasarkan hasil evaluasi terhadap kemampuan jiwa
kewirausahaan, maka dapat dikatakan bahwa semua kelompok mahasiswa
telah mempunyai jiwa kewirausahaan dengan kriteria sangat baik (SB) dalam
berpikir/bertindak kreatif, kritis, kerjasama, kegigihan dan inisiatif. Sedangkan
untuk kemandirian mempunyai tingkat pencapaian baik (B). Keberhasilan juga
ditunjukkan oleh respon mahasiswa yang cenderung positif.
Penelitian Amalia (2011) yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja
Siswa (LKS) Berbasis Pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) pada Materi
Koloid di Kelas XI SMA Negeri 9 Banda Aceh” memperoleh hasil tanggapan
guru terhadap LKS berbasis pendekatan CEP dapat diinterpretasikan sangat
baik, diperoleh hasil sebesar 84,4% memberi tanggapan positif sedangkan
tanggapan siswa terhadap LKS berbasis pendekatan CEP juga dapat
diinterpretasikan sangat baik, diperoleh hasil sebesar 81% memberi tanggapan
positif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa LKS berbasis
pendekatan CEP pada materi koloid sudah layak digunakan sebagai bahan ajar
serta guru dan siswa memberi tanggapan positif terhadap LKS berbasis
pendekatan CEP.

b. Kerangka Berfikir

20
Kerangka pikir merupakan inti sari dari teori yang telah dikembangkan yang dapat
mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah dikembangkan dalam rangka memberi
jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan hubungan antar
variabel berdasarkan pembahasan teoritis. Kerangka berfikir harus menjelaskan pertautan
secara teoritis antar variable yang akan diteliti. Jadi harus dijelaskan hubungan antara
variable independent dan variable dependen, dan jika ada kedudukan variable moderator
dan intervening dalam penelitian. Kerangka berfikir perlu dikemukakan apabila dalam
penelitian tersebut berkenaan dua variable atau lebih.
Uma dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa, kerangka
berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir
yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi
secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Bila
dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan,
mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut,
selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap
penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.
Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam
penelitian tersebut berkenan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas
sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping
mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi
terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Haryoko, 1999).
Selanjutnya Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir yang baik,
memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.


2. Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menunjukan dan menjelaskan
pertautan/hubungan antar variabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari.
3. Diskusi juga harus dapat menunjukan dan menjelaskan apakah hubungan antar
variabel itu positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal atau interaktif (timbal
balik).
4. Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram
(paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka pikir yang
dikemukakan dalam penelitian.

21
Contoh Kerangka Berfikir

22
2.3 BAB III (Metode Penelitian)
Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian
yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis. Sugiyono (2014)
menyatakan bahwa:
“Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid
dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu
sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisispasi masalah”.
Metode penelitian sering disalah artikan dengan prosedur penelitian atau teknik
penelitian. Hal ini disebabkan karena ketiga hal tersebut saling berhubungan dan sulit
dibedakan. Metode penelitian membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan penelitian,
sedangkan prosedur penelitian membicarakan alat-alat yang digunakan dalam mengukur atau
mengumpulkan data penelitian. Dengan demikian, metode penelitian melingkupi prosedur
penelitian dan teknik penelitian.
Metode penelitian biasanya berisi beberapa topik bahasan meliputi, lokasi dan waktu
penelitian; subjek penelitian; desain penelitian; prosedur pengembangan; data dan teknik
pengambilan data; instrumen pengambilan data; dan metode analisis data. Metode penelitian
dapat dipecah menjadi tiga bagian yaitu bagian pertama terdiri dari menguraikan tata kerja
lapangan, mencakup pemilihan daerah kerja, metode pengumpulan cuplikan (sampel), macam
cuplikan, sistem pengamatan, pemilihan parameter perinci, dan teknik pengamatan parmeter;
bagian kedua menguraikan tata kerja laboratorium, studio dan/atau percobaan (rumah kaca
dan/atau satiaun lapangan); dan bagian ketiga mengutarakan pengolahan data, termasuk
analisis matematika dan statistia dan penjelasan tentang pengujian hipotesis.

1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian adalah tempat atau objek untuk didakan suatu penelitian.
Sedangkan waktu penelitian adalah masa atau rentang waktu dilaksanakan penelitian.
Suharsimi (2006) menyatakan,
“tempat penelitian dapat dilakukan di sekolah, dikeluarga, di masyarakat, di pabrik, di
rumah sakit, asal semuanya mengarah tercapainya tujuan pendidikan.”
Contoh pemilihan lokasi dan waktu penelitian sebagai berikut:
Tempat penelitian ini mengambil lokasi di kota Surakarta. Karena di kota Surakarta
banyak pengamen jalanan. Hal tersebut menarik penulis untuk meneliti-nya. Seiring
dengan perkembangan pembangunan kota Surakarta yang semakin maju dan ramai,
fenomena sosial pengamen jalanan semakin marak hadir ditengah-tengah kehidupan
masyarakat. Tahap-tahap dalam pelaksanaan kegiatan ini rencananya akan dimulai dari
23
tahap persiapan, observasi, sampai dengan penulisan laporan penelitian. Secara
keseluruhan semua kegiatan dilakukan selama kurang lebih 4 bulan, yaitu sejak bulan
Januari 2015 sampai April 2015. Adapun tahap-tahap perincian kegiatan yang
dilaksanakan sebagaimana dipaparkan dalam tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Perincian Waktu Penelitian

Bulan Pelaksanaan Tahun 2015

Januari April Mei Juni

No Jadwal Penelitian

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Tahap Persiapan
x x X x x x

Penyusunan Proposal
x x x

Mengurus Perijinan
x x

Menyusun Instrumen
x x

2. Tahap Pelaksanaan
x X x x x x

Pengumpulan Data
x x x x x x

Analisis Data
x x x x

Perumusan Hasil Penelitian


x x

3. Tahap Penyelesaian x
x x x x

24
Penyelesaian Kerangka
Skripsi
x x x

Penulisan Skripsi
x x x x x x

Revisi dan Editing Skripsi x


x x x X x x

Penyerahan Skripsi

2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian harus memiliki pembatasan masalah karena di dalam penelitian
sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda terhadap
rumusan judul. Perlu pembatasan ruang lingkup masalah yang akan diteliti, sekaligus
masalah yang akan diteliti menjadi jelas. Subjek penelitian biasaya berupa populasi,
sampel, dan sampling.
Contoh :
Menurut Sugiyono (2008:115), “Populasi adalah wilayah generalisasi
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu.
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.
Dalam penelitian ini populasinya adalah semua Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Surakarta angkatan 2008 hingga angkatan 2010 yang perkirakan
mencapai 200 mahasiswa.
Pengertian sampel menurut Sugiyono (2008:116) “sampel adalah sebagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan
menurut Suharsimi (2008:116) “Penentuan pengambilan Sample sebagai berikut:
Apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara
10-15% atau 20-55% atau lebih tergantung sedikit banyaknya dari: 1).
Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana 2). Sempit luasnya
wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak
sedikitnya dana. 3). Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk
peneliti yang resikonya besar, tentu saja jika samplenya besar hasilnya akan lebih

25
baik Penelitian ini menggunakan 50% sampel dari jumlah populasi yaitu, 100
mahasiswa dari anggota populasi.
Sampling Menurut Sugiyono (2003:74-78). “Sampling adalah teknik
pengambilan sample”. Ada dua macam teknik pengambilan sampel menurut
Sugiyono yaitu random sampling dan non random sampling.

3. Desain Penelitian
Desain penelitian atau rancangan penelitian pada dasarnya adalah strategi untuk
memperoleh data yang dipergunakan untuk menguji hipotesa meliputi penentuan
pemilihan subjek, dari mana informais atau data kan diperoleh, teknik yang digunakan
untuk mengumpulkan data, prosedur yang ditempuh untuk pengumpulan serta perlakuan
yang akana diselenggarakan (khusus untuk penelitin eksperimental). Desain penelitian
ditetapkan dengan mengacu pada hipotesa yang telah dibangun. Pemilihan desain yang
tepat sangat diperlukan untuk menjamin pembuktian hipotesa secara tepat pula.
Jenis-jenis rancangan penelitian dikelompokkan dengan mengacu pada Suharsimi
(2006) dalam bukunya “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”.
Pengelompokkan Desain Penelitian Berdasarkan sudut pandang untuk melakukan
penelitian, jenis-jenis desain penelitian dikelompokkan sebagai berikut :
1. Menurut teknik pengambilan sampel
a. Penelitian terhadap populasi
b. Penelitian terhadap sampel
c. Studi kasus
2. Menurut timbulnya variabel
a. Penelitian non eksperimental
i.Penelitian deskriptif
1. Survei
2. Studi kasus
3. Penelitian kausal komparatif
a. Penelitian Retrospektif (Ex post facto)
b. Penelitian Prospektif (Cohort)
4. Penelitian korelasional
ii. Penelitian historis
iii. Penelitian filsafat
b. Penelitian eksperimental

26
i.Penelitian pra eksperimental
1. Pasca tes satu kelompok
2. Pra tes dan pasca tes satu kelompok
ii. Penelitian eksperimental semu (Quasi Experimental Study)
1. Pasca tes dengan kelompok yang tidak diacak
2. Pra tes dan pasca tes yang tidak diacak
iii. Penelitian eksperimental sungguhan
1. Pasca tes dengan kelompok yang diacak
2. Pra tes dan pasca tes dengan kelompok yang diacak
3. Desain Solomon
iv. Penelitian klinik (Clinical Trial)
v. Riset Operasi (Operations Research)
3. Menurut model pengembangannya
a. Penelitian cross sectional
b. Penelitian longitudinal

4. Data dan Teknik Pengambilan Data


Seorang peneliti dapat memilih desain penelitiannya menurut pengelompokkan
tersebut di atas, sehingga dapat saja suatu penelitian merupakan gabungan dari beberapa
desain, seperti misalnya, desain penelitian korelasional dengan pendekatan croos
sectional pada total populasi; desain penelitian deskriptif kausal komparratif dengan
pendekatan prospektif dan lain sebagainya (Sandjaja, 2006).

27
Menurut Prof. Sutrisno Hadi MA, jenis-jenis penelitian dapat digolongkan sebagai
berikut :
1) Menurut bidangnya :
Penelitian dapat meliputi misalnya penelitian pendidikan, penelitian pertanian,
penelitian hukum, penelitian ekonomi, penelitian agama
2) Menurut tempatnya :
Penelitian dapat meliputi misalnya penelitian laboratorium, penelitian
perpustakaan dan penelitian kancah
3) Menurut pemakaiannya :
Penelitian dapat meliputi : Penelitian murni dan penelitian terapan
4) Menurut tujuan umumnya :
Penelitian dapat meliputi : Penelitian eksploratif, penelitian developmental dan
penelitian verifikatif
5) Menurut tarafnya , penelitian dapat meliputi : penelitian inferensial
6) Menurut pendekatannya, penelitian dapat meliputi penelitian longitudinal dan
penelitian cross sectional
Di sisi lain Dirjen Pendidikan Tinggi menyebutkan salah satu cara
penggolongan mengenai macam rancangan penelitian berdasarkan atas sifat-sifat
masalahnya. Mendasarkan atas sifat-sifat masalah tersebut, rancangan penelitian dapat
digolongkan sebagai berikut :
a. Penelitian historis
b. Penelitian deskripitf
c. Penelitian perkembangan
d. Penelitian kasus dan penelitian lapangan
e. Penelitian korelasional
f. Penelitian kausal komparatif
g. Penelitian eksperimental sungguhan
h. Penelitian eksperimental semu
i. Penelitian tindakan

Salah satu komponen yang penting dalam penelitian adalah proses peneliti
dalam pengumpulan data. Kesalahan yang dilakukan dalam proses pengumpulan data
akan membuat proses analisis menjadi sulit. Selain itu hasil dan kesimpulan yang akan

28
didapat pun akan menjadi rancu apabila pengumpulan data dilakukan tidak dengan
benar.

Masing-masing penelitian memiliki proses pengumpulan data yang berbeda,


tergantung dari jenis penelitian yang hendak dibuat oleh peneliti. Pengumpulan data
kualitatif pastinya akan berbeda dengan pengumpulan data kuantitatif. Pengumpulan
data statistik juga tidak bisa disamakan dengan pengumpulan data analisis.P
engumpulan data penelitian tidak boleh dilakukan secara sembarangan.

Terdapat langkah pengumpulan data dan teknik pengumpulan data yang harus
diikuti. Tujuan dari langkah pengumpulan data dan teknik pengumpulan data ini
adalah demi mendapatkan data yang valid, sehingga hasil dan kesimpulan penelitian
pun tidak akan diragukan kebenarannya.

a. Definisi Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk suatu kata yang
abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat
penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes),
dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan
teknik tergantung dari masalah yang dihadapi atau yang diteliti.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam proses
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data yang diperlukan disini adalah teknik pengumpulan data mana
yang paling tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid dan reliable.
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian
yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas
instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan
kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan
untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas
dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid atau reliabel,
apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan
datanya. Untuk mengetahui bagaimana teknik pengumpulan data kuantitatif dan
kualitatif maka akan diuraikan pada pembahasan selanjutnya.

29
Data juga dapat dibagai menjadi menjadi bermacam-macam klasifikasi.
Tergantung dari jenis, teknik, kegunaan dan analisanya. Seperti yang terangkum
berikut ini :
1. Menurut cara memperolehnya:
a. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti
langsung dari subjek atau objek penelitian.
Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui
kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti
dengan narasumber.
b. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung dari objek
atau subjek penelitian.
Contoh data primer adalah informasi dari buku, artikel penelitian, publikasi
jurnal, dan studi literatur lainnya.
2. Menurut sumbernya
a. Data internal, yaitu data yang menggambarkan keadaan atau kegiatan dalam
sebuah organisasi
b. Data eksternal, yaitu data yang menggambarkan duatu keadaan atau kegiatan
di luar sebuah organisasi
3. Menurut sifatnya
a. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka pasti
b. Data kualitatif, yaitu data yang bukan berbentuk angka
4. Menurut waktu pengumpulannya
a. Cross section/insidentil, yaitu data yang dikumpulkan hanya pada suatu waktu
tertentu
b. Data berkala/ time series, yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu
untuk menggambarkan suatu perkembangan atau kecenderungan keadaan/
peristiwa/ kegiatan.
5. Pembagian Jenis Data Berdasarkan Sifat Data
a. Data Diskrit, yaitu data diskrit adalah data yang nilainya adalah bilangan asli.
Contohnya adalah berat badan ibu-ibu PKK Sumber Ayu, nilai rupiah dari
waktu ke waktu, dan lain-sebagainya.

30
b. Data Kontinyu, yaitu data kontinyu adalah data yang nilainya ada pada suatu
interval tertentu atau berada pada nilai yang satu ke nilai yang lainnya.
Contohnya penggunaan kata sekitar, kurang lebih, kira-kira, dan sebagainya.
Dinas pertanian daerah mengimpor bahan baku pabrik pupuk kurang lebih 850
ton.

b. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai
sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan
pada setting alamiah (natural seting), pada laboratorium dengan metode
eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, dan lain-lain. Bila dilihat dari
sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan
sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau lewat dokumen. Dalam proses pengumpulan data tentu
diperlukan sebuah alat atau instrument pengumpul data. Alat pengumpul data
dapat dibedakan menjadi dua yaitu pertama alat pengumpul data dengan
menggunakan metode test dan metode non test.
1. Pengumpulan Data Dengan Metode Test
Test merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk memperoleh
informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan batin
seseorang, dengan menggunakan pengukuran (measurement) yang
menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek yang diteliti.
Keunggulan metode ini adalah : Lebih akurat karena test berulang-ulang
direvisi. Instrument penelitian yang objektif. Sedangkan kelemahan metode
ini adalah hanya mengukur satu aspek data. Memerlukan jangka waktu yang
panjang karena harus dilakukan secara berulang-ulang. Hanya mengukur
keadaan siswa pada saat test itu dilakukan.
Jenis-jenis tes:
a) Tes Intelegensi

31
Tes kemampuan intelektual, mengukur taraf kemampuan berfikir,
terutama berkaitan dengan potensi untuk mencapi taraf prestasi tertentu
dalam belajar di sekolah (Mental ability Test; Intelegence Test;
Academic Ability Test; Scholastic Aptitude Test). Jenis data yang dapat
diambil dari tes ini adalah kemampuan intelektual atau kemampuan
akademik.
b) Tes Bakat
Tes kemampuan bakat, mengukur taraf kemampuan seseorang untuk
berhasil dalam bidang studi tertentu, program pendidikan vokasional
tertentu atau bidang pekerjaan tertentu, lingkupnya lebih terbatas dari tes
kemampuan intelektual (Test of Specific Ability; Aptitude Test ).
Kemampuan khusus yang diteliti itu mencakup unsur-unsur intelegensi,
hasil belajar, minat dan kepribadian yang bersama-sama memungkinkan
untuk maju dan berhasil dalam suatu bidang tertentu dan mengambil
manfaat dari pengalaman belajar dibidang itu.
c) Tes Minat
Tes minat, mengukur kegiatan-kegiatan macam apa paling disukai
seseorang. Tes macam ini bertujuan membantu orang muda dalam
memilih macam pekerjaan yang kiranya paling sesuai baginya (Test of
Vocational Interest).
d) Tes Kepribadian
Tes kepribadian, mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat
kognitif, seperti sifat karakter, sifat temperamen, corak kehidupan
emosional, kesehatan mental, relasi-relasi social dengan orang lain, serta
bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam
penyesuaian diri. Tes Proyektif, meneliti sifat-sifat kepribadian
seseorangmelalui reaksi-reaksinya terhadap suatu kisah, suatu gambar
atau suatu kata; angket kepribadian, meneliti berbagai ciri kepribadian
seseorang dengan menganalisa jawaban-jawaban tertulis atas sejumlah
pertanyaan untuk menemukan suatu pola bersikap, bermotivasi atau
bereaksi emosional, yang khas untuk orang itu.
Kelemahan Tes Proyektif hanya diadministrasi oleh seorang psikolog

32
yang berpengalaman dalam menggunakan alat itu dan ahli dalam
menafsirkannya.
e) Tes Perkembangan Vokasional
Tes vokasional, mengukur taraf perkembangan orang muda dalam hal
kesadaran kelak akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan
(vocation); dalam memikirkan hubungan antara memangku suatu jabatan
dan cirri-ciri kepribadiannya serta tuntutan-tuntutan social-ekonomis;
dan dalam menyusun serta mengimplementasikan rencana pembangunan
masa depannya sendiri. Kelebihan tes semacam ini meneliti taraf
kedewasaan orang muda dalam mempersiapkan diri bagi partisipasinya
dalam dunia pekerjaan (career maturity).
f) Tes Hasil Belajar (Achievement Test)
Tes yang mengukur apa yang telah dipelajari pada berbagai bidang studi,
jenis data yang dapat diambil menggunakan tes hasil belajar
(Achievement Test) ini adalah taraf prestasi dalam belajar.
2. Pengumpulan Data Dengan Metode Non Test
Untuk melengkapi data hasil tes akan lebih akurat hasilnya bila
dipadukan dengan data-data yang dihasilkan dengan menggunakan tehnik
yang berbeda, berikut disajikan alat pengumpul data dalam bentuk non tes.
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber.
Seiring perkembangan teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan
melalui media-media tertentu, misalnya
telepon, email, atau skype. Wawancara terbagi atas dua kategori, yakni
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
vi. Wawancara restruktur
Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui dengan
pasti informasi apa yang hendak digali dari narasumber. Pada kondisi
ini, peneliti biasanya sudah membuat daftar pertanyaan secara
sistematis. Peneliti juga bisa menggunakan berbagai instrumen

33
penelitian seperti alat bantu recorder, kamera untuk foto, serta
instrumen-instrumen lain.
vii. Wawancara tidak restruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas. Peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-
pertanyaan spesifik, namun hanya memuat poin-poin penting dari
masalah yang ingin digali dari responden.

Keunggulan :

1) Diperoleh informasi dalam suasana komunikasi secara langsung, yang


memungkinkan siswa selain memberikan data factual seperti yang
ditulis dalan angket, juga mengungkapkan sikap, pikiran, harapan, dan
perasaan.
2) Rumusan pertanyaan dapat disesuaikan dengan daya tangkap siswa.
3) Dapat ditanyakan hal-hal yang bersifat sensitive, seperti suasana
keluarga, corak pergaulan dengan saudara kandung dan teman sebaya,
penggunaan bahan narkotika, pengalaman seksual, dsb.
4) Interview penting untuk memperoleh informasi, tidak hanya merngenai
item-item yang factual seperti yang biasa tercakup pada kuesioner
pengumpul data-siswa, namun juga mengenai sikap, ambisi dan hal
afektif lain yang menyusun studi kasus ini.

Kelemahan :

1) Memakan banyak waktu bagi petugas bimbingan.


2) Siswa berprasangka terhadap petugas bimbingan dan memberikan
informasi yang tidak sesuai dengan kenyataan.
3) Petugas bimbingan mendengarkan terlalu selektif atau bertanya-tanya
dengan cara yang sugestif.
4) Pembuatan catatan memberikan kesan kepada siswa bahwa dia sedang
berhadapan dengan petugas kepolisian.
5) Interview mungkin mengubah informasi mengenai interview mereka
sendiri, reaksi mereka, dan pengalaman mereka.

34
6) Interview dapat menjadikan sumber kesalahan. Mereka dapat mencatat
informasi karena “pendengaran yang selektif”. Mungkin mereka hanya
gagal mendengarkan pernyataan interview yang bertentangan dengan
opini,reaksi, sikap atau ide tentang situasi mereka sendiri.

b. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena
melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan
data observasi tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga
dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik
pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang
bertujuan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-
gejala alam. Metode ini juga tepat dilakukan pada responden yang
kuantitasnya tidak terlalu besar. Metode pengumpulan data observasi
terbagi menjadi dua kategori, yakni:
Jenis jenis observasi, sebagai berikut :
1. Jenis Observasi Partisipasi
Merupakan observasi yang dilakukan dengan observer terlibat langsung
secara aktif dalam objek yang diteliti. Keadaan yang sebaliknya disebut
nonobservasi partisipasi. Sedangkan kehadiran observer yang berpura-
pura disebut kuasi observasi partisipasi.
2. Jenis Observasi Sistematis atau Observasi Berkerangka
Merupakan observasi yang sudah ditentukan terlebih dahulu kerangkanya.
Kerangka tersebut memuat faktor-faktor yang akan diobservasi menurut
kategorinya.
3. Jenis Observasi Eksperimen
Merupakan observasi yang dilakukan terhadap situasi yang disiapkan
sedemikian rupa untuk meneliti sesuatu yang dicobakan.
Keunggulan metode ini adalah banyak gejala yang hanya dapat
diselidiki dengan observasi, hasilnya lebih akurat dan sulit dibantah,
banyak objek yang hanya bersedia diambil datanya hanya dengan
observasi, misalnya terlalu sibuk dan kurang waktu untuk diwawancarai

35
atau menisci kuesioner, kejadian yang serempak dapat diamati dan dan
dicatat serempak pula dengan memperbanyak observer, dan banyak
kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap oleh alat
pengumpul data yang lain, yang ternyata sangat menentukan hasil
penelitian. Kelemahan metode ini adalah observasi tergantung pada
kemampuan pengamatan dan mengingat, kelemahan-kelemahan observer
dalam pencatatan, banyak kejadian dan keadaan objek yang sulit
diobservasi, terutama yang menyangkut kehidupan peribadi yang sangat
rahasia, dan oberservasi sering menjumpai observer yang bertingkah laku
baik dan menyenangkan karena tahu bahwa ia sedang diobservasi.
Banyak gejala yang hanya dapat diamati dalam kondisi lingkungan
tertentu, sehingga dapat terjadi gangguan yang menyebabkan observasi
tidak dapat dilakukan. Berikut ini adalah alat dan cara melaksanakan
observasi, yaitu:
1) Catatan Anekdot (Anecdotal Record )
Alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut
urutan kejadian, catatan dibuat segera setelah peristiwa terjadi.
Pencatatan ini dilakukan terhadap bagaimana kejadiannya, bukan
pendapat pencatat tentang kejadian tersebut.
2) Catatan Berkala (Incidental Record)
Pencatatan berkala walaupun dilakukan berurutan menurut waktu
munculnya suatu gejala tetapi tidak dilakukan terus menerus,
melainkan pada waktu tertentu dan terbatas pula pada jangka waktu
yang telah ditetapkan untuk tiap-tiap kali pengamatan.
3) Daftar Chek (Check List )
Penataan data dilakukan dengan menggunakan sebuah daftar yang
memuat nama observer dan jenis gejala yang diamati.
4) Skala Penilaian (Rating Scale)
Pencatatan data dengan alat ini dilakukan seperti chek list.
Perbedaannya terletak pada kategorisasi gejala yang dicatat. Dalam
rating scale tidak hanya terdapat nama objek yang diobservasi dan

36
gejala yang akan diselidiki akan tetapi tercantum kolom-kolom yang
menunjukkan tingkatan atau jenjang setiap gejal tersebut.
5) Peralatan Mekanis (Mechanical Device)
Pencatatan dengan alat ini tidak dilakukan pada saat observasi
berlangsung, karena sebagian atau seluruh peristiwa direkan dengan
alat elektronik sesuai dengan keperluan.
c. Angket (kuesioner)
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang lebih efisien bila
peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel yag akan diukur dan tahu apa yang
diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah
responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.
Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner dapat dikategorikan dalam dua
jenis, yakni kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka adalah
kuesioner yang memberikan kebebasan kepada objek penelitian untuk menjawab.
Sementara itu, kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah menyediakan
pilihan jawaban untuk dipilih oleh objek penelitian. Seiring dengan
perkembangan, beberapa penelitian saat ini juga menerapkan metode kuesioner
yang memiliki bentuk semi terbuka. Dalam bentuk ini, pilihan jawaban telah
diberikan oleh peneliti, namun objek penelitian tetap diberi kesempatan untuk
menjawab sesuai dengan kemauan mereka.
Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa prinsip
penulisan angket yaitu sebagai berikut:
1. Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran,
maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada skala
pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang
diteliti.
2. Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.

37
3. Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa
terbuka atau tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak
terstruktur), dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
4. Pertanyaan tidak mendua
5. Tidak menanyakan yang sudah lupa
6. Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring
pada jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.
7. Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang,
sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi.
8. Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum
menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit.

d. Studi dokumenter
Studi dokumenter merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis,gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian
dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil
kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekedar
mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan
tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil
analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.
Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka
metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber
datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati
bukan benda hidup tetapi benda mati. Dalam menggunakan metode dokumentasi
ini peneliti memegang check-list untuk mencari variabel yang sudah ditentukan.
Apabila terdapat/muncul variabel yang dicari, maka peneliti tinggal
membubuhkan tanda check atau tally di tempat yang sesuai. Untuk mencatat hal-
hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar variabel peneliti dapat
menggunakan kalimat bebas.

38
e. Otobiografi
Otobiografi merupakan karangan yang dibuat oleh siswa mengenai riwayat
hidupnya sampai pada saat sekarang. Riwayat hidup itu dapat mencakup
keseluruhan hidupnya dimasa lamoau atau hanya beberapa aspek kehidupannya
saja. Keunggulan metode ini adalah di samping menceritakan kejadian-kejadian
dimasa lalu terungkap pula pikiran dan perasaan subjektif tentang kejadian
tersebut, menolong Konselor memahami kehidupan batin siswa dan membantu
siswa menyadari garis besar riwayat perkembangannya sampai sekarang,
berunsur subjektifitas sehingga siswa menggambarkan duniaini, dilihat dari sudut
pandang sendiri (internal frame of reference). Sedangkan kelemahan metode ini
adalah unsur subjektifitas juga menimbulkan kesulitan bagi interpretasi, karena
siswa cenderung melebihkan-lebihkan kebaikan atau kelemahan sendiri dan
menilai peranan orang lain secara berat sebelah dan memerlukan waktu yang
lama.
f. Sosiometri
Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang jaringan
sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil antara 10-50 orang, data
diambil berdasarkan preferensi pribadi antara anggota kelompok.
Keunggulan metode ini adalah mungkin kelebihan terbesar teknik sosiometri
adalah teknik ini memberikan informasi obyektif mengenai fungsi-fungsi individu
dalam kelompoknya, dimana informasi ini tidak dapat diperoleh dari sumber yang
lain. Sedangkan kelemahan metode ini adalah perlu diketahui bahwa tes
sosiometri, tidak memberikan jawaban yang pasti. Tes ini hanya bisa memberikan
indikasi struktur social atau petunjuk bagi peneliti tentang individu pada periode
tertentu, seluruh teori sosiometri atau postulatnya belum dites dan dikembangkan
sampai pada tingkat yang tak tersangkal kebenarannya, dan siswa cenderung
memilih bukan atas dasar pertimbangan dengan siapa dia akan paling berhasil
dalam melakukan kegiatan (sosiogroup) melainkan atas dasar simpati dan antipati
(psychogroup).
Dalam sebuah penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen
untuk mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatif-naturalistik
peneliti akan lebih banyak menjadi instrumen, karena dalam penelitian kualitatif

39
peneliti merupakan key instrumen. Instrumen penelitian digunakan untuk
mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang
akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang
diteliti.

c. Instrumen Penilaian
1. Pengertian Intrumen Penelitian
Instrumen itu merupakan alat yang digunakan untuk melakukan
sesuatu. Sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan,
kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara
sistematis dan objektif. Dengan masing-masing pengertian kata tersebut di
atas maka instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau
mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara
sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau
menguji suatu hipotesis. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu
penelitian bisa disebut instrumen penelitian. Instrumen penelitian digunakan
untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah
instrument yang akan digunakan tergantung pada jumlah variable yang
diteliti. Jadi jika variable yang digunakan jumahnya 3, maka instrumen yang
digunakan juga 3 jumlahnya .
Instrumen merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan
penelitian. Hal ini karena perolehan suatu informasi atau data relevan atau
tidaknya, tergantung pada alat ukur tersebut. Oleh karena itu, alat ukur
penelitian harus memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai. Instrumen
penelitian dirancang untuk satu tujuan penelitian dan tidak akan bisa
digunakan pada penelitian lain. Kekhasan setiap obyek penelitian membuat
seorang peneliti harus merancang sendiri instrumen yang akan digunakannya.
Susunan instrumen untuk setiap penelitian tidak selalu sama dengan
penelitian yang lain. Hal ini disebabkan karena setiap penelitian mempunyai
tujuan dan mekanisme kerja yang berbeda-beda.

40
Dalam mekanisme pengumpulan informasi dalam penelitian sosial
dilakukan secara langsung dengan berbagai cara, yang antara lain melalui
teknik wawancara (baik secara langsung maupun dengan telepon), survey,
pengamatan dan angket. Teknik angket dilakukan dengan meminta informasi
dari responden mengenai sesuatu masalah dengan sukarela. (Perbedaan
antara teknik angket dan survey terletak pada penentuan responden yang
memang tidak akan sama). Teknik survey dilakukan dengan cara menyusun
daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden. Kemudian responden
didatangi oleh pencacah untuk menanyakan informasi yang diminta serta
dicatat dalam daftar kuesioner yang telah disiapkan. Teknik wawancara
dilakukan dengan mendatangi secara langsung para responden untuk dimintai
keterangan mengenai sesuatu yang diketahuinya (bisa mengenai suatu
kejadian, fakta, maupun pendapat si responden). Apapun teknik
pengumpulan informasi yang dipilih penelitian sosial yang melibatkan
banyak orang, membutuhkan suatu instrumen penelitian, yang nantinya akan
digunakan dalam proses pengumpulan informasi dari responden.
Kegunaan instrumen penelitian antara lain :
Suatu alat ukur atau instrumen dikembangkan untuk menterjemahkan
variabel (peubah), konsep dan indikator yang dipergunakan dalam
mengungkap data dalam suatu penelitian. Semakin suatu peubah, konsep, dan
indikator penelitian diukur dengan baik, maka akan semakin baik pula
instrumen penelitian tersebut dikembangkan.. Secara sederhana fungsi dari
instrumen penelitian:
(1) sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden
(2) sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara dan
(3) sebagai alat evaluasi terhadap hasil penelitian dari staff peneliti.
Beberapa jenis instrumen dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut :
1. Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan
untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
2. Kuesioner

41
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atu hal-hal yang ia ketahui.
3. Wawancara (Interviw)
Interview digunakan oleh peneliti unyuk menilai keadaan seseorang,
misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang
tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
4. Observasi
Didalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan
secara langsung, abservasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam
gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis
kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
5. Skala bertingkat (ratings)
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyaktif yang dibuat
bersekala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar,
tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau orang.
Intrumen ini depat dengan mudah menberikan gambaran penampilan,
terutama panampilan didalam orang menjalankan tugas, yang menjukan
frekuensi munculnya sifat-sifat. Didalm menyusun skala, yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang
ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden.
6. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.
Didalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.

2. Teknik penyusunan instrumen penelitian


Dalam setiap penelitian yang bersifat empiris selalu dibutuhkan
instrumen penelitian yang terdiri dari daftar kuesioner (daftar pertanyaan),
formulir tabulasi, dan formulir analisis. Ketiga macam instrumen tersebut,
harus dirancang dalam satu kesatuan. Sehingga dalam proses penelitian para

42
peneliti dapat bekerja dalam satu arahan yang terpadu. Diantara ketiga
instrumen penelitian tersebut, perancangan daftar kuesioner membutuhkan
perhatian yang lebih besar dibanding jenis instrumen penelitian yang lainnya.
Mutu daftar kuesioner sangat menentukan keberhasilan penelitian yang
sedang dilakukan. Jenis instrumen lain perancangannya menyesuaikan
dengan struktur daftar pertanyaan yang dibuat. Keterpaduan semua aspek
instrumen diharapkan dapat menghasilkan instrumen yang baik dan
memenuhi tujuan penelitian tersebut.
Daftar kuesioner adalah serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada
responden guna mengumpulkan informasi dari responden mengenai obyek
yang sedang diteliti, baik berupa pendapat, tanggapn ataupun dirinya sendiri.
Sebagai suatu instrument peneliian, maka pertanyaan – pertanyaan tersebut
tidak boleh menyimpang dari arah yang akan dicapai oleh usulan proyek
penelitian, yang tercermin dalam rumusan hipotesis. Oleh karena itu daftar
pertanyaan penelitian yang diajukan harus benar – benar bisa membantu
dalam penyelesaian tujuan dari penelitian. .
Pertanyaan yang diajukan oleh responden harus jelas rumusannya,
sehingga peneliti akan menerima informasi dengan tepat dari responden.
Sebab responden dan pewawancara dapat menginterpretasi makna suatu
kalimat yang berbeda dengan maksud peneliti, sehingga isi pertanyaan justru
tidak dapat dijawab. Disamping itu harus pula diperhatikan kemana arah yang
dicapai, mengingat tanpa arah yang jelas tidak mungkin dapat disusun suatu
daftar pertanyaan yang memadai.

3. Langkah – langkah penyusunan instrumen penelitian


Dalam metode pengumpulan data sudah ditetapkan bagaimana data itu
dikumpulkan. Sekarang bagaimana caranya ? Untuk itu kita harus tetapkan
instrumen-instrumen dari metode yang ditetapkan tersebut. Misalkan sudah
ditetapkan data dikumpulkan dengan cara menyebar angket atau kuesioner.
Untuk itu instrumen yang harus dibuat bisa berbentuk kuesioner terbuka,
tertutup, atau menggunakan checklist.
Langkah-langkah menyusun instrumen penelitian :

43
1. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian
2. Menjabarkan variabel tersebut menjadi sub-variabel
3. Menderetkan diskriptor dari setiap indikator
4. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen.
4. Pengujian Instrumen Penelitian
Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai berikut
:
1. Valid
Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau
kesahihan suatu alat ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Analoginya
misalnya meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang
dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang.
Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur
berat. Jadi hasil penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara
data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek
yang diteliti.
2. Reliable
Reliable adalah keajekan (konsistensi) alat pengumpul data/
instrumen dalam mengukur apa saja yang diukur. Instrumen yang reliabel
maksudnya instrumen yang jika digunakan beberapa kali untuk mengukur
objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Meteran dari karet
yang digunakan untuk mengukur panjang merupakan contoh alat ukur
yang tidak reliabel. Sebagian besar langkah - langkah yang dilakukan
dalam suatu proses penelitian adalah dengan mengumpulkan informasi.
Informasi tersebut bisa didapat baik secara langsung (data primer) maupun
tidak langsung (data sekunder, tersier, dsb). Jadi hasil penelitian dikatakan
reliable jika terdapat kesamaan data pada waktu yang berbeda.
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliable dalam
pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan
reliable. Jadi instrumen yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak
untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable. Hal ini tidak

44
berarti bahwa dengan menggunakan instrument yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan reliable.
Karena hal tersebut masih dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan
kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data.
Oleh karena itu, peneliti harus mampu mengendalikan dan menggunakan
instrumen untuk mengukur variabel yang diteliti.
Instrumen yang reliable belum tentu valid. Misalnya meteran yang
putus dibagian ujungnya, bila digunakan berkali – kali akan menghasilkan
data yang sama (reliable) tetapi selalu tidak valid, karena instrument tersebut
sudah rusak. Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian
validitas instrument. Oleh karena itu, walaupun instrumen yang valid
umumnya pasti reliable, tepi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan,
untuk menambah keakuratan data. Selain itu Kriteria lain Instrumen yang
baik adalah Kekuatan penelitian bisa diketahui dari validitas baik internal
maupun eksternalnya.
1. Validitas internal adalah keyakinan terhadap hubungan sebab akibat atau
pengaruh dalam desain penelitian yang dilakukan.
2. Validitas Eksternal adalah berkenaan dengan kemampuan
digeneralisasinya hasil penelitian pada lingkungan, orang, atau peristiwa
lain.

45
Contoh Proposal Skripsi

Judul : Keefektifan Metode Seven Jump Terhadap Aktivitas dan


Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Negeri 1 Kebumen
Tahun : 2015
Penulis : Anggun Ratna Asih
Institusi : Universitas Negeri Semarang

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Metode Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan metode


pengumpulan data yang bersumber pada benda yang tertulis. Metode
dokumentasi digunakan untuk memperoleh data awal populasi, meliputi
daftar nama siswa, daftar nilai, dan semua data yang diperlukan dalam
penelitian. Metode dokumentasi juga digunakan dalam keperluan uji
normalitas dan uji homogenitas. Data untuk uji normalitas dan uji
homogenitas varians populasi diperoleh dari catatan nilai Ulangan Akhir
Semester Ganjil tahun ajaran 2014/2015.

3.4.2 Metode Tes Metode tes merupakan pengumpulan data apabila peneliti
melakukan perbandingan secara kuantitaif. Tes bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik dalam ranah kognitif. Metode
tes dilakukan untuk mengukur kemampuan dalam ranah kognitif. Metode tes
ini dilaksanakan pada awal dan akhir pembelajaran. Instrumen tes yang
digunakan berbentuk soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban.

3.4.3 Metode Observasi Observasi merupakan kegaiatan memperhatikan


objek dengan menggunakan seluruh indra atau disebut sebagai pengamatan
langsung. Metode observasi dilakukan untuk mengukur kemampuan dalam
ranah afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Instrumen yang digunakan berbentuk lembar observasi.

3.4.4 Metode Angket Metode angket adalah metode yang disusun dengan
menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisiannya hanya dengan
memberi tanda jawaban yang dipilih. Angket yang digunakan berisi sejumlah

46
pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan dari
sangat tidak setuju sampai sangat setuju terhadap pernyataan yang diajukan.
Metode angket digunakan untuk mengetahui tanggapan dan kesan siswa
terhadap penerapan metode Seven Jump.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Penyusunan Instrumen Instrumen penelitian ini dibagi menjadi dua,


yaitu instrumen tes dan instrumen non-tes. Instrumen tes digunakan untuk
mengukur kemampuan kognitif siswa. Instrumen non-tes terdiri dari lembar
observasi dan lembar angket. 3.5.1.1 Instrumen tes Instrumen tes disusun
melalui tahapan berikut: a. Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu
yang disediakan.

b. Menentukan bentuk tes. Bentuk tes yang digunakan berbentuk pilhan


ganda dengan lima buah pilihan jawaban. c. Menentukan komposisi jenjang.
Komposisi jenjang perangkat tes pada penelitian ini terdiri dari 50 butir soal,
yaitu:

Aspek pengetahuan (C1) persentase 20%, 10 soal

Aspek pemahaman (C2) persentase 50%, 25 soal

Aspek penerapan (C3) persentase 20%, 10 soal

Aspek analisis (C4) persentase 10%, 5 soal

d. Membuat kisi-kisi soal.

e. Menyusun butir soal.

f. Menguji coba butir soal.

g. Menganalisis hasil uji coba.

3.5.1.2 Instrumen non-tes

a. Lembar Observasi

1) Lembar Observasi Afektif Rentang nilai yang digunakan dalam penelitian


ini yaitu antara 1 sampai 4. Aspek afektif yang dinilai berjumlah 10 aspek.

47
2) Lembar Observasi Psikomotorik Rentang nilai yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu antara 1 sampai 4. Aspek psikomotorik yang dinilai
berjumlah 10 aspek.

3) Lembar Observasi Aktivitas Siswa Rentang nilai yang digunakan dalam


penelitian ini yaitu antara 1 sampai 4. Aspek aktivitas siswa yang dinilai yaitu
berjumlah 8 aspek.

b. Lembar Angket Lembar angket berisi sejumlah pernyataan. Pengisian


lembar angket oleh siswa dilakukan dengan mencentang pada kolom
tanggapan yang terdiri dari empat opsi yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju),
TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju).

48
d. Teknik Analisis Data
Tahap analisis data merupakan tahap penting, data yang dikumpulkan
dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data (misalnya observasi,
interview, angket, maupun teknik pengumpulan data yang lain), diolah, dan
disajikan untuk membantu peneliti menjawab permasalahan yang ditelitinya.
Kesulitan yang umumnya dijumpai dalam proses analisis data adalah dalam
memilih teknik analisis data yang paling tepat untuk permasalahan yang diteliti.
Ketepatan ini berkaitan dengan jenis permasalahan, teknik pengukuran data,
sampel yang diambil serta faktor-faktor yang lainnya (Qomari, 2009). Qomari
(2009) mengungkapkan paling tidak terdapat empat faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih teknik analisis. Empat faktor tersebut adalah:
1. Karakteristik Problem atau Permasalahan Penelitian
Ditinjau dari jenisnya, permasalahan penelitian dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok besar, yaitu 1) deskriptif (ingin menggambarkan fenomena
tertentu); 2) korelatif (menghubungkan dua variabel atau lebih); dan 3)
komparatif (membandingkan dua variabel atau lebih). Untuk masing-masing
kategori permasalahan terdapat beberapa alternatif teknik analisis yang dapat
dipilih, setelah mempertimbangkan faktor data, cuplikan, dan variabelnya.
a. Penelitian Deskriptif
Penelitian yang bersifat deskriptif pada umumnya memerlukan pemerian suatu
data untuk suatu variabel, misalnya menyangkut mean (rata-rata hitung/ rerata/
rataan), median, modus (mode), simpang baku (deviasi standar), varian, range,
dan sejenisnya. Di antara hitungan-hitungan tersebut, mean dan simpangan
baku merupakan yang paling banyak digunakan.
Contoh judul penelitian deskriptif:

1. Survei Implementasi Penanaman Karakter pada Pembelajaran. Kimia di


SMA Se-Kabupaten Sleman Tahun Ajaran. 2016/2017.
2. Analisis Soal Tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam Soal UN
Kimia SMA Rayon B Tahun 2012/2013

b. Penelitian Korelatif

49
Pada penelitian yang berusaha untuk menemukan sejauh mana suatu variabel
berkorelasi dengan variabel lainnya, ada yang bersifat bivariate (menyangkut
dua variabel) atau multivariate (menyangkut lebih dari dua variabel). Dalam
teknik analisis ini terdapat dua pertanyaan pokok, yakni banyaknya variabel
yang dihubungkan dan tingkat pengukuran datanya. Untuk itu, masing-masing
tersedia beberapa alternatif teknik analisis (Issac, et al., 1984). Untuk menguji
hubungan 2 variabel terdapat beberapa teknik korelasi. Beberapa di antaranya
yang terkenal banyak dipakai adalah korelasi Pearson, Spearman, dan
Kendall’s tau-b. Teknik korelasi Pearson hanya digunakan untuk data yang
diukur dalam tingkat interval atau rasio. Adapun teknik korelasi Spearman dan
Kendall’s tau-b merupakan ukuran nonparametrik yang secara tertentu
digunakan bilamana data memuat outlier atau bila distribusi datanya berbentuk
non-normal. Kedua teknik korelasi yang terakhir ini didasarkan pada
penerapan rank pada kedua variabelnya.
Salah satu teknik korelasi untuk teknik korelasi bivariate adalah Korelasi
Product Moment. Teknik korelasi ini merupakan salah satu teknik korelasi
yang populer digunakan. Perlu diperhatikan bahwa teknik korelasi ini hanya
tepat digunakan untuk data tingkat skala minimal interval, serta hubungan
kedua variabel linier. Untuk uji hipotesis hubungan dua variabel yang
mendasarkan analisis data sampel dapat menggunakan uji “t” korelasi.

Contoh judul penelitian korelatif:

Pengaruh Pendekatan Multiple Intelligences Melalui Model Pembelajaran


Langsung Terhadap Sikap dan Hasil Belajar Kimia Peserta Didik di SMA
Negeri I Tellu Limpoe
c. Penelitian Komparatif
Pada penelitian yang bersifat komparatif, biasanya peneliti membandingkan
dua hal atau lebih. Teknik komparatif dapat dilakukan antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, maupun antarkelompok, dan untuk tiap-
tiap hal tersebut terdapat teknik statistik tersendiri. Pertanyaan yang berkaitan
dengan teknik analisis ini adalah berkaitan dengan jumlah kelompok yang
dibandingkan serta tingkat pengukuran data yang dikumpulkan. Untuk

50
membandingkan dua variabel, salah satu teknik yang banyak digunakan adalah
“uji t”. Teknik uji ini diambil dari penemunya yaitu “Student”, yang kemudian
terkenal dengan singkatannya “t”. Untuk membandingkan dua variabel uji
yang digunakan di antaranya adalah uji mean (rata-rata hitung) dari kedua
variabel tersebut. Uji ini dapat dikategorikan menjadi dua, yakni: uji “t”
independent sample dan uji “t” dependent sample (Sudjana, 2005).
a. Uji “t” independent sampel
Uji “t” independent sample dilakukan jika sampel dari kedua rata-rata
yang hendak dibandingkan berasal dari sampel yang berbeda/ lain
sampel.
b. Uji “t” dependent sampel
Uji “t” dependent sample dilakukan jika sampel dari kedua rata-rata yang
hendak dibandingkan berasal dari sampel yang sama.

Contoh judul penelitian komparatif:

Studi Komparasi Penggunaan Media Teka-Teki Silang (TTS) dengan Kartu


pada Pembelajaran Kimia Melalui Pendekatan Contextual Teaching And
Learning (CTL) terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Zat Adiktif
dan Psikotropika Kelas VIII SMP N 2 Ngadirojo

2. Karakteristik Data yang Dikumpulkan.Secara umum, data dapat


dikelompokkan menjadi diskrit (data pilah) dan kontinus (data menerus).
Klasifikasi lain yang lebih konkret sekaligus menunjukkan tingkatan
pengukurannya, data dapat dikelompokkan menjadi data skala nominal,
ordinal, interval, dan rasio (Glass et al., 1984).
a. Skala Nominal
Data mempunyai level pengukuran nominal jika angka yang dikaitkan
dengan deskriptor hanya berfungsi sebagai pengganti (substitusi)
deskriptor tersebut. Dengan kata lain, dalam skala nominal angka-angka
yang ada tidak mempunyai makna serta menunjukkan suatu besaran
tertentu sehingga tidak dapat dilakukan manipulasi secara matematis.

51
Contoh skala ini adalah nomor punggung pemain sepak bola, nomor urut
partai peserta pemilu, nomor presensi mahasiswa, dan sebagainya.
b. Skala Ordinal
Skala ordinal adalah tingkat paling rendah dari suatu pengukuran data,
di mana angka yang dikaitkan dengan deskriptor suatu variabel
mempunyai makna kuantitatif. Selain mempunyai karakteristik untuk
membedakan antara objek-objek yang diukur seperti halnya skala
nominal, angka ordinal ini mempunyai sifat tambahan, yakni dapat
memberi indikasi mana di antara dua objek tertentu yang mempunyai
kelebihan. Tingkat kejuaraan dalam suatu perlombaan atletik, nomor
prestasi siswa di sekolah, klasifikasi sosial ekonomi menjadi tinggi,
rendah, sedang dan sejenisnya, yang merupakan contoh pengukuran data
ordinal.
c. Skala Interval
Pada skala interval, selain mempunyai karakteristik sebagaimana
dimiliki oleh skala nominal dan ordinal, juga mempunyai karakteristik
tambahan berupa interval/ jarak yang sama antara dua angka yang
berurutan sehingga jarak antara 5 dan 9 misalnya, akan sama besar dengan
jarak antara 2 dan 6. Umur, ukuran suhu pada termometer, skor tes dalam
suatu ujian merupakan contoh-contoh pengukuran data yang mencapai
level interval.
d. Skala Rasio
Pengukuran pada level rasio merupakan tingkat pengukuran tertinggi,
yang mempunyai karakteristik tambahan berupa titik nol mutlak sehingga
memungkinkan adanya pengukuran proporsi/ rasio, misalnya 8 adalah dua
kali lebih besar daripada 4, dengan angka nol menandakan absennya
deskriptor yang diukur. Berat, jarak, jumlah anak dan sejenisnya
merupakan contoh-contoh data dengan skala rasio.

52
3. Karakteristik Sampel Penelitian
Dalam suatu studi yang sifatnya komparatif, haruslah diketahui dengan
pasti berapa kelompok sampel yang akan dikomparasikan. Dengan kata lain,
harus diketahui kehendak peneliti membandingkan dua kelompok sampel atau
lebih.
1. Karakteristik Hubungan dan Banyaknya Variabel
Apabila hipotesis dalam suatu penelitian menyangkut tatahubung antara
beberapa variabel (lebih dari dua), maka secara teoritik harus ditentukan
terlebih dahulu sifat hubungan tersebut, kemudian baru dapat dipilih
teknik analisis statistik yang sesuai. Oleh karena itu, pembedaan antara
penggunaan analisis regresi ganda, korelasi parsial, atau analisis jalur
untuk memecahkan persoalan hubungan antara beberapa variabel tersebut
tergantung pada kerangka berpikir teoritik yang mendasari hipotesisnya
serta level pengukuran datanya (Glass et al., 1984).
Dengan demikian, sebelum memilih teknik analisis, seorang peneliti
terlebih dahulu harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut sebagai
pertimbangan dalam pemilihan teknik analisis data yang sesuai.
Empat pertanyaan di bawah ini berkaitan dengan pemilihan teknik
analisis (Sukamto, 1997).
a. Apakah penelitian termasuk jenis deskripsi, korelasi, atau komparasi?
b. Apakah data penelitian yang diamati diukur dalam level nominal, ordinal,
interval, atau rasio?
c. Berapakah jumlah variabel yang terlibat dan bagaimana tatahubung antara
variabel-variabel tersebut?
d. Apakah yang akan dibandingkan, berapa jumlah kelompok yang
dibandingkan, dan apakah kelompok tersebut berkaitan ataukah
independen?
Jawaban terhadap empat pertanyaan di atas kemudian digunakan
untuk memilih teknik analisis yang akan digunakan. Peneliti juga dapat
menciptakan secara kreatif dan komunikatif terhadap pola-pola penyajian
data hasil penelitiannya, khususnya dalam teknik analisis deskriptif
kuantitatif. Dengan berkembang pesatnya teknologi komputer hingga saat

53
ini peneliti dapat memanfaatkan program SPSS (Statistical Programs for
Social Sciencies) untuk melakukan penghitungan data secara akurat,
cermat dan cepat, baik untuk statistik deskriptif, korelatif maupun
komparatif dengan jumlah data serta variabel yang banyak (Qomari,
2009).

Contoh Proposal Skripsi


Judul : Keefektifan Metode Seven Jump Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar
Kimia Siswa SMA Negeri 1 Kebumen
Tahun : 2015
Penulis : Anggun Ratna Asih
Institusi: Universitas Negeri Semarang

3.5.1 Analisis Data Awal


Analisis data awal dilakukan untuk mengetahui keadaan awal suatu populasi.
Analisis yang digunakan meliputi uji normalitas, uji homogenitas dan uji
kesamaan rata-rata. Data yang digunakan dalam analisis data populasi yaitu nilai
UAS Ganjil mata pelajaran kimia tahun ajaran 2014/2015.
3.5.1.1 Uji Normalitas
Normalitas data populasi dapat diuji menggunakan uji chi-kuadrat. Rumus
uji chi-kuadrat (𝜒2) adalah sebagai berikut:
𝑘
(𝑜𝑖−𝐸𝑖)2
𝑥2 = ∑ (Sudjana, 2005)
𝑖=1 𝐸𝑖

Keterangan:
𝜒2 = chi-kuadrat Ei = frekuensi harapan
Oi = frekuensi hasil pengamatan k = jumlah kelas interval
Hipotesis yang diuji:
Ho = data tidak berbeda dengan distribusi normal
Ha = data berbeda dengan distribusi normal
Ho diterima jika 𝜒2 hitung < 𝜒2 tabel dengan dk= (k-3) taraf signifikansi
sebesar 5%. Hal ini berarti data berdistribusi normal.
3.5.1.2 Uji Homogenitas

54
Uji homogenitas populasi perlu dilakukan untuk keperluan penentuan
teknik pengambilan sampel. Salah satu metode yang terkenal untuk menguji
homogenitas populasi yaitu Uji Bartlett. Langkah-langkah Uji Bartlett
adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis.
Ho = populasi mempunyai nilai varians yang tidak berbeda
(𝜎12=𝜎22=𝜎32)
Ha = minimal ada satu varians populasi berbeda
2. Menghitung nilai varians (Si2) dari masing-masing kelas.
3. Menghitung nilai varians gabungan dari semua kelas.
∑(𝑛𝑖−1)𝑆𝑖 2
Rumus yang digunakan yaitu 𝑆 2 = ∑(𝑛𝑖−1)

4. Menghitung harga satuan B.


Rumus yang digunakan yaitu 𝐵=(𝑙o𝑔𝑆2) Σ(𝑛𝑖−1)
5. Menghitung statistic uji chi-kuadrat.
Rumus yang digunakan yaitu 𝜒2=(ln10){𝐵−Σ(𝑛𝑖−1)𝑙𝑜𝑔𝑆𝑖2}
(Sudjana, 2005)
Keterangan:
Si2 = varians masing-masing kelas
S2 = varians gabungan
B = koefisien Bartlett
ni = jumlah siswa dalam kelas
𝜒2 = chi-kuadrat
Ho diterima jika χ2 hitung < χ2(1-α)(k-1) dengan dk = (k-1) taraf signifikansi
5%. Hal ini berarti populasi mempunyai nilai varians yang tidak berbeda.
3.5.1.3 Uji Kesamaan Rata-rata
Uji kesamaan rata-rata populasi bertujuan untuk mengetahui kesamaan
kondisi awal awal (rata-rata kelas) dalam populasi. Kesamaan rata-rata
populasi dapat diuji menggunakan Uji ANAVA satu jalur. Langkah-langkah
Uji ANAVA adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis
Ho = semua μi tidak berbeda, untuk i = 1, 2, 3 (μ1 = μ2 = μ3)
Ha = tidak semua μi sama, untuk i = 1, 2, 3

55
2. Menentukan jumlah kuadrat rata-rata (RY)
(Σx)2
𝑅𝑌= n

3. Menentukan jumlah kuadrat antar kelompok (AY)


(Σx)2
A𝑌= n

4. Menentukan jumlah kuadrat total (JK total)

𝐽𝐾𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∑(𝑥𝑖 2 )

5. Menentukan jumlah kuadrat dalam kelompok (DY)


𝐷𝑌=𝐽𝐾𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙−𝑅𝑌−𝐴𝑌
Tabel 3.7 Uji Kesamaan Keadaan Awal Populasi

Ho diterima jika Fhitung< Fα(k-1)(n-k), hal ini berarti tidak ada perbedaan rata-rata
keadaan awal populasi (Sudjana, 2005).
3.5.2 Analisis Data Akhir
Analisis data akhir dilakukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukan. Analisis yang digunakan meliputi uji normalitas, uji perbedaan dua
rata-rata, analisis data afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa serta analisis
hasil angket respon siswa. Data yang digunakan dalam analisis data akhir yaitu
nilai postes, nilai observasi dan data hasil angket respon siswa.
3.5.2.1 Uji Normalitas
Normalitas data postes dari kedua kelas sampel dapat diuji menggunakan
uji chi-kuadrat. Rumus uji chi-kuadrat (𝜒2) adalah sebagai berikut:
(𝑂𝑖−𝐸𝑖)2
𝑥 2 = ∑𝑘𝑖=1 (Sudjana, 2005)
𝐸𝑖

Keterangan:
𝜒2 = chi-kuadrat
Oi = frekuensi hasil pengamatan
Ei = frekuensi harapan

56
k = banyaknya kelas interval
Hipotesis yang diuji:
Ho = data tidak berbeda dengan distribusi normal
Ha = data berbeda dengan distribusi normal
Ho diterima jika χ2 hitung < χ2tabel dengan dk= (k-3) dan taraf signifikansi
sebesar 5%. Hal ini berarti data berdistribusi normal.
3.5.2.2 Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata
nilai postes kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata kelas kontrol.
Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
Ho = rata-rata postes kelas eksperimen tidak berbeda dengan kelas kontrol
(x̅A= x̅B)
Ha = rata-rata postes kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol (x̅A >
x̅B) Keterangan:
x̅A = rata-rata nilai postes kelas eksperimen
x̅B = rata-rata nilai postes kelas kontrol
Apabila sA2=sB2 (varians kedua kelas sama), maka digunakan rumus uji t
satu pihak kanan.

Keterangan:
x̅A = rata-rata postes kelompok eksperimen
x̅B = rata-rata postes kelompok kontrol
nA = jumlah siswa kelompok eksperimen
nB = jumlah siswa kelompok kontrol
SA2 = varians data kelompok eksperimen
SB2 = varians data kelompok kontrol
Ho ditolak jika thitung ≥ t1-α dengan dk = (n-1) dan peluang (1-α). Hal ini
berarti rata-rata nilai postes kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata nilai
postes kelas kontrol.

57
Apabila sA2≠sB2 (varians kedua kelas tidak sama), maka digunakan rumus
uji t’.

3.5.2.3 Analisis Data Afektif, Psikomotorik dan Aktivitas Siswa


Rumus yang digunakan dalam menilai aspek afektif, psikomotorik dan
aktivitas siswa adalah :
Jumlah skor yang diperoleh
Nilai= ×4
Skor maksimal

Kriteria perolehan skor:


SB = Sangat Baik = 3,33 < nilai ≤ 4,00
B = Baik = 2,33 < nilai ≤ 3,33
C = Cukup = 1,33 < nilai ≤ 2,33
K = Kurang = nilai ≤ 1,33 (Kemendikbud, 2013)
Selain itu tiap aspek dari hasil belajar afektif, psikomotorik dan aktivitas
siswa dari kedua kelas dianalisis untuk mengetahui rata-rata nilai tiap
aspek dalam satu kelas tersebut. Adapun rumus yang digunakan adalah:
jumlah skor
Rata−rata skor tiap aspek=jumlah responden

Tiap aspek dalam penilaian afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa dapat
dikategorikan sebagai berikut:
3,50 – 4,00 : Sangat Baik
2,60 – 3,40 : Baik
1,50 – 2,50 : Cukup
1,00 – 1,40 : Kurang
3.5.2.4 Analisis Hasil Angket Respon Siswa
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
penerapan metode Seven Jump. Menurut Sudjana (2005) analisis deskriptif
bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran kimia
materi hidrokarbon yang diungkapkan menggunakan angket. Tiap aspek
dari angket tanggapan siswa dianalisis untuk mengetahui rata-rata nilai tiap
aspek dalam kelas tersebut. Rumus yang digunakan adalah:

58
jumlah nilai
rata−rata nilai tiap aspek= jumlah responden

Tiap aspek dalam angket tanggapan siswa dapat dikategorikan sebagai


berikut:
3,50 – 4,00 : Sangat Baik
2,60 – 3,40 : Baik
1,50 – 2,50 : Cukup
1,00 – 1,40 : Kurang

59
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Bab I pendahuluan terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang penelitian diawali dengan
penyampaian deskripsi topik yang hendak dibahas. Tujuan penelitian
menjawab rumusan masalah yang diangkat.
2. Bab II tinjauan pustaka mencakup identifikasi terhadap berbagai material yang
dipublikasikan maupun tidak dari berbagai sumber data sekunder, melakukan
evaluasi terhadap hasil kerja tersebut dalam kaitannya dengan masalah, dan
menuliskan hasil temuan lain yang signifikan bagi penelitian.
3. Bab III metode penelitian berisi beberapa topik bahasan meliputi lokasi dan
waktu penelitian, subjek penelitian, desain penelitian, data dan teknik
pengambilan data, instrumen pengambilan data, dan metode analisis data.
B. Saran
1. Sebaiknya dalam penyusunan proposal skripsi mahasiswa memperhatikan
ketentuan dalam panduan dengan baik.
2. Sebaiknya mahasiswa mengkonsultasikan setiap bab yang disusun ke dosen
pembimbing. Proposal skripsi yang berkualitas tidak terlepas dari bimbingan
bapak/ibu dosen pembimbing.

60
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, E., S. M. E. Susilowati, E. S. Rahayu, Rochmad, Sudarmin, dan Sutikno.


2014. Panduan Penulisan Skripsi, Tugas Akhir, dan Artikel Ilmiah. Semarang:
FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Glass, Gene V, & K. D. Hopkins. 1984. Statistical Methods in Education and
Psychology. Second edition, Prentice–Hall Inc. Englewood Cliffs: New Jersey.
Haryoko, S. 1999. Efektivitas Pemanfaatan Media Teknologi Informasi sebagai
Optimalisasi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitaif dan
Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Group
Issac, S., & W. B. Michael. 1984. Handbook in Research in Evaluation. second
edition. California: Edits Publishers.
Kemendikbud, 2013. Model Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA, Ditjen Pendidikan Menengah.
Qomari, R. 2009. Teknik Penelusuran Analisis Data Kuantitatif dalam Penelitian
Kependidikan. Insania, 14(3): 1-11.
Sanafiah, F. 1990. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar dan Aplikasi. Malang: YA3
Sudjana, 2005. Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, A. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Sukamto. 1997. “Modul 07: Teknik Analisis data”, Technical Education Development
Project ADB Loan No. 1100 INO PACKAGE ONE for The Directorate of
Technical and Vocational Education, Course Materials on Applied
Educational Research.
Uma, S. 1992. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.

61
PERTANYAAN

1. Arum Farkhati (4301415076): Apa contoh judul penelitian deskriptif, korelatif,


dan komparatif?
Jawaban: sudah dimasukkan dalam pembahasan
2. Arini Chairon Azka (4301415085): Apa saja contoh data primer dan data
sekunder?
Jawaban: sudah dimasukkan dalam pembahasan

62

Anda mungkin juga menyukai