Anda di halaman 1dari 14

PSIKOLOGI PENDIDIKAN1

DR. Drs. H. Undunsyah, M.Si, M.H


Bupati Tana Tidung
Periode Tahun 2010-2015 dan Periode Tahun 2016-2021

ABSTRAK
Pentingnya pengetahuan tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia
pendidikan menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku,
kepribadian,sikap, minat, motivasi, perhatian, persepsi, daya pikir, inteligensi, fantasi, dan
berbagai aspek psikologis lainnya yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan
peserta didik yang lainnya. Untuk menangani fenomena tersebut diperlukan pemahaman tentang
faktor-faktor yang berpengaruh pada proses belajar dan pembelajaran dalam psikologi
penddikan.
Kata Kunci : Psikologi, Pendidikan, Psikologi Pendidikan.

1
Makalah disampaikan dalam Kegiatan Perkuliahan Program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan Universitas Mulawarman.
1. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,

meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.

Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains

konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan alam diistilahkan dengan

pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan,

(knowledge), atau a body of knowledge. defenisi ini merupakan defenisi umum dalam

pembelajaran sains secara konvensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di

alam. Tinggal bagaimana peserta didik atau pembelajar berekplorasi, menggali dan menemukan

kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan.

Menurut Hilgard (1962), belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau

berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi. Selanjutnya bersama-sama dengan

marquis, HIlgard memperbarui defenisinya dengan menyatakan bahwa belajar merupakan proses

mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan lain-lain

sehingga terjadi perubahan dalam diri.

Ada beberapa pengertian belajar ditinjau dari beberapa sumber, diantaranya, Skinner

(1973) mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang

berlangsung secara progresif. Menurut Slavin dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar

merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. C. T. Morgan (1962)

mengartikan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai

akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.


Pengertian balajar dapat pula kita temukan dalam berbagai sumber atau literatur. Meskipun

kita melihat ada perbedaan-perbedaan di dalam rumusan pengertian belajar tersebut dari masing-

masing ahli, namun secara prinsip kita menemukan kesamaan-kesamaannya. Burton, dalam

sebuah buku “the Guidence of Learning Aktivities”, merumuskan pengertian belajar sebagai

perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan

individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

Dalam buku “Educational Psycology”, H.C. witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah

suatu perubahan di dalam kepribadian atau suatu pengertian. Dalam sebuah situs tentang

pengertian belajar, Abdillah (2002) mendefenisikan sejumlah pengertian belajar yang bersumber

dari para ahli pendidikan/pembelajaran. James O. Whittaker mengemukakan belajar adalah

proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar

adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi

dengan lingkungannya. Dalam kesimpulan yang dikemukakan Abdillah (2002), belajar adalah

suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui

latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk

memperoleh tujuan tertentu.

Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh individu untuk

memperoleh perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat

terjadi melalui usaha mendengar, membaca mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan,

menghayati, meniru, melatih atau mencoba sendiri dengan pengajaran atau latihan. Adapun

perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar tersebut relatif tetap dan bukan hanya perubahan
yang bersifat sementara. Tingkah laku mengalami perubahan menyangkut semua aspek

kepribadian, baik perubahan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, dan

aspek perilaku lainnya.

Menurut ibnu Khaldum dalam (Sulaiman, Fathiyyah Hasan, 1991) belajar merupakan suatu

proses mentransformasikan nilai-nilai yang diperoleh dari pengalaman untuk dapat

mempertahankan eksistensi manusia dalam peradaban masyarakat.

Belajar adalah suatu proses penambahan bagian demi bagian informasi baru tehadap informasi

yang telah mereka ketahui dan kuasai sebelumnya.

Menurut Kunandar, hakikat belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan

(tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar. Perubahan tingkah laku terjadi

karena usaha individu yang bersangkutan. Belajar selalu melibatkan 3 hal pokok yaitu: (1)

adanya perubahan tingkah laku, (2) sifat perubahan relatif permanen, (3) perubahan tersebut

disebabkan oleh interaksi denga lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahan-

perubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya. Oleh karena itu, pada prinsipnya belajar adalah

proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber

belajar, baik sumber yang didesain maupun yang dimanfaatkan. Proses belajar tidak saja terjadi

karena adanya interaksi antara siswa dengan guru. hasil belajar yang maksimal dapat pula

diperoleh lewat interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar lainnya.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri peserta didik.

Belajar adalah peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks,

kompleksitas tersebut dapat dipandang dari dua segi yaitu, dari segi siswa dan guru. dari segi

siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi

bahan belajar, bahan tersebut berupa alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan bahan yang
telah terhimpun dalam buku pelajaran. Sedangkan dari guru belajar dapat dilihat sebagai perilaku

belajar tentang suatu hal.

Menurut john Dewey (2001), tugas sekolah adalah memberi pengalaman belajar yang tepat

bagi siswa, sedangkan tugas guru adalah membantu siswa menjalin pengalaman belajar yang

satu dengan yang lain, termasuk yang baru dengan yang lama. Pengalaman belajar baru melalui

pegalaman belajar yang lama akan melekat pada struktur kognitif siswa dan menjadi

pengetahuan baru bagi siswa.

Belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan

keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengkokohkan kepribadian. Belajar pada

hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas

tertentu.

Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu prubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Dari berbagai defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan

tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya.

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Defenisi tersebut menunjukkan bahwa hasil dari belajar adalah ditandai dengan

adanya perubahan, yaitu perubahan yang terjadi dalam diri sesorang setelah berkahirnya

melakukan aktifitas tertentu. Walaupun kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori
belajar. Misalnya, kaki seseorang patah karena terkena benda yang berat yang jatuh dari atas

loteng, ini tidak bisa disebut perubahan hasil dari belajar.

Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya,

belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau

penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik. Ketika seorang

anak mendapatkan hasil tes yang bagus tidak bisa dikatakan sebagai belajar apabila hasil tesnya

didapatkan dengan cara yang tidak benar, misalnya hasil mencontek.

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan merupakan suatu hasil dan

tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami.

Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.

Proses belajar ialah suatu perubahan yang reralatif tetap dalam penguasaan tingkah laku

yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Hal ini akan berarti, bahwa hanya dapat dikatakan ada

proses belajar bila seseorang menunjukkan tingkah laku yang tidak sama dengan sebelum proses

belajar. Yakni, bahwa tingkah laku sesudah terjadi proses belajar secara kualitatif lebih baik

daripada sebelumnya.

Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dalam segala aspek, bentuk

dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh pendidik. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi

mereka tehadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan

mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar yang dicapai peserta didik.

b. Pengertian Pembelajaran

Banyak defenisi para ahli berkaitan dengan pembelajaran, diantaranya adalah: Winkel

(1991), mengartikan pembelajaran sebagai perangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung

proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian internal yang


berlangsung di dalam diri peserta didik. Dimyati dan Mujiyono, (1999) mengartikan

pembelajaran sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian

lain, pembelajarana adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber

belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa.

Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori

belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. pembelajaran merupakan proses

komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar

dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru untuk membentuk tingkah

laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran kognitif

mendefenisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Adapun humanistik

mendeskripsikan pembelajaran sebagai pemberian kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan

pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempenfaruhi mencapai tujuan

pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga

lainnya, misalnya tenaga laboraturium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur,

fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas, dan perlengkapan, terdiri dari ruangan

kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode

penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.

Proses pembelajaran adalah suatu proses yang terdiri dari dua kombinasi yaitu: belajar

yang tertuju pada apa yang harus dilakukan oleh siswa, dan mengajar berorientasi kepada apa
yang harus dilakukan oleh guru sebgai pemberi pembelajaran. Kedua aspek ini akan

berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru

dengan siswa disaat pembelajaran sedang berlangsung. Dengan kata lain proses pembelajaran

adalah pada hakikatnya merupakan proses interaksi atau komunikasi antara peserta didik dengan

pendidik serta antara sesama peserta didik dalam rangka perubahan sikap dan tingkah laku.

Di dalam pembelajaran terdapat dua proses kegitaan yaitu belajar dan mengajar. Istilah

kedua konsep itu terdapat hubungan yang erat, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya,

bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling pengaruh-mempengaruhi dan saling menunjang satu

dengan yang lainnya. Belajar merupakan sesuatu yang dilakukan oleh peserta didik dalam

menerima informasi dari pendidik. Peserta didik adalah sebagai objek atau sasaran pembelajaran

yang mutlak adanya. Jika tidak ada peserta didik atau objek, siapa yang diajarkan. Sedangkan

mengajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dalam menyampaikan

informasi kepada peserta didik. Karena itu, belajar dan mengajar merupakan istilah yang sudah

baku dan menyatu dalam konsep pembelajaran.

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut

a. Eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri pelajar antara lain adalah :

1) Faktor-faktor Non Sosial Dalam Belajar

Faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah lingkungan alamiah. Kelompok faktor-

faktor ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, seperti misalnya: keadaan udara,

suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang, ataupun malam), tempat (letaknya, pergedungannya),
alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis menulis, buku-buku, alat-alat peraga,

dan sebagainya yang bisa kita sebut alat-alat pelajaran).

Semua faktor-faktor yang telah disebutkan di atas itu, dan juga faktor-faktor lain yang belum

disebutkan harus kita atur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu (menguntungkan)

proses/perbuatan belajar secara maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus

memenuhi syarat-syarat seperti di tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau

jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam

ilmu kesehatan sekolah. Demikian pula alat-alat pelajaran harus seberapa mungkin

diusahakan untuk memenuhi syarat-syarat menurut pertimbangan didaktis, psikologis dan

paedagogis.

2) Faktor-faktor Sosial Dalam Belajar

Yang dimaksud dengan faktor-faktor social di sini adalah faktor manusia (sesama manusia),

baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung

hadir. Kehadiran orang-orang atau orang lain pada waktu seseorang sedang belajar, banyak

kali mengganggu belajar itu. Misalnya, kalau satu kelas murid sedang mengerjakan ujian,

lalu terdengar banyak anak-anak lain bercakap-cakap di samping kelas, atau seseorang

sedang belajar di kamar, satu atau dua orang hilir mudik ke luar masuk kamar belajar itu, dan

sebagainya. Kecuali kehadiran yang langsung seperti yang telah dikemukakan di atas itu,

mungkin juga oarng lain itu hadir tidak langsung anatau dapat disimpulkan kehadirannya,

misalnya saja potret dapat merupakan representasi bagi kehadiran seseorang, suara nyanyian

yang sedang dihidangkan lewat radio maupun tape recorder juga dapat merupakan presentasi

bagi kehadiran seseorang. Faktor-faktor sosial seperti yang telah dikemukakan di atas pada

umumnya bersifat mengangggu proses belajar dan prestasi-prestasi belajar. Biasanya faktor-
faktor tersebut mengganggu konsentrasi, sehingga perhatian tidak dapat ditujukan kepada

hal-hal yang dipelajari atau aktivitas belajar itu semata-mata. Dengan berbagai cara faktor-

faktor tersebut harus diatur, supaya belajar dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya.

Menurut Djaali faktor dari luar diri adalah :

a. Keluarga, Situasi keluarga (ayah, ibu, saudara, adik, kakak, serta famili) sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam keluarga. Pendidikan orang tua, status

ekonomi, rumah kediaman, persentase hubungan orang tua, perkataan, dan bimbingan

orang tua, mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.

b. Sekolah, Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat instumen pendidikan,

lingkungan sekolah, dan rasio guru dan murid per kelas (40-50 peserta didik,

mempengaruhi kegiatan belajar siswa.

c. Masyarakat, Apabila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakat terdiri atas orang-orang

yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya

baik, hal ini akan medorong anak lebh giat belajar.

d. Lingkungan sekitar, Bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, dan iklim

dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar, sebaliknya tempat-tempat dengan iklim

yang sejuk, dapat menunjang proses belajar.

b. Internal

Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar

1) Faktor-faktor Fisiologis Dalam Belajar

a. Keadaan Tonus Jasmani pada umumnya, Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini

dapat dikatakan melatar belakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan

lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang
lelah lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah. Dalam hubungan dengan hal ini ada

dua hal yang perlu dikemukakan.

b. Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi pancaindera.

Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan menggunakan pancainderanya.

Baiknya berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung

dengan baik. Dalam sistem persekolahan dewasa ini diantara pancaindera itu yang

paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Karena itu adalah

menjadi kewajiban bagi setiap pendidik untuk menjaga, agar pancaindera anak-didiknya

dapat berfungsi dengan baik, baik penjagaan yang bersifat kuratif maupun yang bersifat

preventif, seperti misalnya adanya pemeriksaan dokter secara periodik, penyediaan alat-

alat pelajaran serta perlengkapan yang memenuhi syarat, dan penempatan murid-murid

secara baik di kelas (pada sekolah-sekolah), dan sebagainya.

2) Faktor-FAktor Psikologi Dalam Belajar

Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar itu

adalah sebagai berikut:

a) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas,

b) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju,

c) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman,

d) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru,

baik dengan koperasi maupun kompetensi,

e) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, dan

f) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.

Djaali membagi faktor dari dalam yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:
a) Kesehatan

Apabila orang selalu sakit (sakit kepala, pilek, dan demam) mengakibatkan tidak

bergairah belajar dan secara psikologi sering mengalami gangguan pikiran dan perasaan

kecewa karena konflik

b) Inteligensi

Faktor inteligensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.

c) Minat dan motivasi

Minat yang besar (keinginan yang kuat) terhadap sesuatu merupakan modal besar untuk

mencapai tujuan. Motivasi meruapakan dorongan diri sendiri, umumnya karena

kesadaran akan pentingnya sesuatu. Motivasi juga dapat berasal dari luar dirinya yaitu

dorongan dari lingkungan, misalnya guru dan orang tua.

d) Cara belajar

Perlu diperhatikan teknik belajar, bagaimana bentuk catatan yang dipelajari dan

pengaturan waktu belajar, tempat serta fasilitas belajar lainnya.

3. KESIMPULAN

Dari uraian makalah diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1) Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,

meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.

Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman

sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan alam diistilahkan

dengan pengalaman (experience).

2) Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori

belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. pembelajaran merupakan proses


komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan

belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

3) Faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran ialah faktor eksternal dan internal.

Faktor eksternal antara lain ialah faktor social dan non sosial. Faktor internal adalah faktor

fisiologis dan faktor psikologis.


DAFTAR PUSTAKA

John W. Santrock.2014. Psikologi Pendidikan Educational Psychology. Jakarta: Salemba


Humanika.
Prof. Dr. Nyanyu Khodijah, S.Ag., M.Si.2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Robert E. Slavin.2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks.
Dr Seto Mulyadi, M.Psi, Prof. Dr. A.M. Heru Basuki, M.Si, Dr. Wahyu Rahardjo, M.Si.2016.
Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Teori-teori Baru dalam Psikologi. Jakarta:
Rajawali Pers
Drs. Sumadi Suryabrata, B.A, M.A., Ed.S., Ph.D.2015. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
https://dosenpsikologi.com/macam-macam-riset-dalam-psikologi-pendidikan
http://banjirembun.blogspot.co.id/2012/11/pengambilan-keputusan-guru-yang.html

Anda mungkin juga menyukai